Arvie Modul5 Manajemen SDM
Arvie Modul5 Manajemen SDM
Oleh :
ARVIE DIAH PRATIWI
MODUL 5
PERENCANAAN, PENGANGKATAN, DAN PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA
Kegiatan Belajar 1
PERENCANAAN SUMBER DAYA MANUSIA
PERENCANAAN STRATEGIK
Tahapan perencanaan strategik:
1. Menetukan misi
Misi merupakan tujuan kontinu unit atau alasan keberadaan organisasi/ perusahaan.
2. Menilai lingkungan
Organisasi perlu melakukan penilaian terhadap kekuatan dan kelemahannya pada
lingkungan internalnya dan juga ancaman dan peluangnya pada lingkungan eksternal.
3. Menetapkan sasaran
Sasaran harus memiliki karakteristik dasar:
a. Harus dinyatakan secara tertulis
b. Harus dapat diukur
c. Harus spesifik terhjadap waktu
d. Harus menantang, tapi ada kemungkinan untuk dapat dicapai
4. Menetapkan strategi
Strategi dikembangkan untuk mengambil keuntungan dari kekuatan organisasi dan untuk
meminimalkan kelemahan kelemahannya dalam rangka merebut peluang dan
menghindari ancaman.
5. Implementasi strategi
Implementasi strategi merupakan bagian yang terpenting dan tersulit dari manajemen
strategi, karena sebaik dan sekreatif apapun rencana strategi diformulasikan jika
diimplementasikan secara keliru, maka organisasi tidak akan mendapatkan keuntungan
apa-apa.
Kegiatan Belajar 2
PEREKRUTAN KARYAWAN
Kegiatan Belajar 3
SELEKSI DAN PENEMPATAN KARYAWAN
SELEKSI
1. Pengertian
Menurut Ivancevich (1992) seleksi adalah suatu proses dimana suatu organisasi memilih
orang atau orang-orang yang terbaik dari suatu daftar pelamar yang memenuhi kriteria seleksi
untuk posisi-posisi yang tersedia untuk diisi. Definisi ini mengandung pengertian bahwa semua
program seleksi pada dasarnya berusaha mengidentifikasi pelamar yang diperkirakan akan dapat
memenuhi standar kinerja organisasi yang telah dinyatakan dalam uraian setiap jabatan yang
akan diisi.
5. Proses Seleksi
Sebagaimana telah dikemukakan pada bagian sebelumnya, bahwa sasaran proses seleksi
adalah terpilihnya individu pelamar yang dapat melaksanakan pekerjaan dengan sukses. Dalam
program seleksi secara lengkap, proses seleksi didasarkan atas analisis jabatan, perencanaan
sumber daya manusia secara komprehensif, dan proses perekrutan yang efektif.
Dalam prosedur sleksi karyawan, berbagai macam metode dan alat seleksi dapat digunakan
untuk menemukan individu yang paling sesuai dengan tuntutan pekerjaan. Walaupun tidak ada
prosedur baku yang dapat dipakai untuk memilih karyawan, namun ada tahapan-tahapan yang
paling umum digunakan dalam proses seleksi sebagai berikut :
a. Penyaringan pelamar pendahuluan.
b. Memeriksa berkas lamaran pelamar
c. Melaksanakan tes
d. Memeriksa referensi
e. Melaksanakan wawancara
f. Melaksanakan tes kesehatan
6. Pembuat Keputusan dalam Proses Seleksi
Pada organisasi kecil yang tidak memiliki unit manajemen sumber daya manusia, manajer
operasi merupakan pihak pembuat keputusan berkaitan dengan seleksi, sedangkan pada
organisasi menengah dan besar, baik manajer operasi maupun manajer sumber daya manusia
terlibat keputusan berkaitan dengan program seleksi.
Pada beberapa organisasi, karyawan dilibatkan dalam proses seleksi. Pelamar diwawancara
oleh karyawan, yang kemudian karyawan tersebut diminta untuk mengemukakan preferensi
mereka. Secara umum dapat dikatakan bahwa keputusan berkaitan dengan seleksi akan lebih
efektif jika pertama, melibatkan banyak orang, seperti tim kerja atau panel. Kedua, informasi
yang memadai diberikan kepada calon yang diseleksi.
7. Keputusan seleksi
Setelah mereviu lamaran, menilai hasil tes, melaksanakan wawancara, dan memeriksa
referensi, perusahaan perlu membuat keputusan tentang calon yang akan ditempatkan dalam
jabatan yang telah ditentukan. Pada prakteknya, perusahaan umumnya menemukan lebih dari
satu orang calon untuk mengisi lowongan pekerjaan yang tersedia. Untuk itu perlu dipilih calon
sesuai dengan kebutuhan dan kriteria yang telah ditentukan.
a. Cara Perusahaan Memilih Karyawan
Dalam memilih calon karyawan perusahaan harus berdasarkan pada orang yang paling
cocok dengan posisi yang akam diisi.
b. Menyampaikan hasil keputusan
Pada umumnya departemen sumber daya manusia bertanggung jawab untuk
menyampaikan hasil keputusan proses seleksi kepada para pelamar.
ORIENTASI
Setelah karyawan baru menerima jabatan yang ditawarkan oleh perusahaan dan telah
ditempatkan pada posisi yang telah ditentukan, langkah selanjutnya adalah diberikan orientasi,
yaitu karyawan baru diorientasikan kepada organisasi dan pekerjaannya. Orientasi adalah suatu
usaha untuk mengenalkan karyawan baru tentang seluk-beluk organisasi, seperti pekerjaan yang
menjadi tugas/kewajibannya, lingkungan kerja, atasan dan teman koleganya, produk organisasi
dan kontribusi tugas pekerjaan (yang menjadi tanggung jawabnya) terhadap produk organisasi.
Program orientasi harus direncanakan secara baik. Umumnya, orientasi yang diberikan
oleh teman kerja adalah tidak terencana dan tidak resmi, sehingga sering kali memberikan
informasi kepada karyawan baru suatu informasi yang menyesatkan dan tidak akurat. Oleh
karena itu, orientasi harus secara resmi diberikan oleh organisasi. Suatu program orientasi yang
efektif akan memiliki dampak yang segar, dan akan terus membekas dalam benak karyawan
baru. Akan terlihat perbedaan bagi mereka yang tidak mengikuti dan yang mengikuti orientasi.
Orientasi pada umumnya dilaksanakan pada dua level berbeda sebagai berikut (Byars dan
Rue, 1997).
1. Orientasi organisasional, meliputi topik-topik relevan dan menarik bagi semua karyawan
organisasi.
2. Orientasi pekerjaan dan departemen, menjelaskan topik-topik yang unik/spesifik tentang
departemen dan pekerjaan tertentu kepada karyawan baru.
LATIHAN
1) Apa sasaran seleksi dan faktor-faktor apa yang mempengaruhi organisasi dalam memilih
metode seleksi?
2) Gambarkan tahapan-tahapan di dalam proses seleksi!
Jawaban Latihan
1) Semua program seleksi pada dasarnya adalah berusaha mengidentifikasi pelamar yang
memiliki peluang tertinggi untuk memenuhi atau bahkan melampaui standar kinerja organisasi.
Kinerja di sini tidak hanya mengacu pada keluaran secara kuantitatif saja, tetapi mencakup pula
sasaran keluaran kualitatif seperti, menurunnya tingkat aabsensi meningkatkan kepuasan
karyawan dan memperlancar pengembangan karier. Oleh karena itu, tugas awal yang tercakup
dalam pengembangan dan implementasi suatu proses seleksi yang efektif adalah
mengidentifikasi sasaran keluaran paling penting yang sesuai dengan kondisi lingkungannya.
Sedangkan kondisi lingkungan yang mempengaruhi pemilihan metode seleksi antara lain:
lingkungan internal, sifat pasar tenaga kerja, tuntutan serikat buruh, tuntutan pemerintah,
komposisi angkatan kerja dan lokasi organisasi.
2) Tahapan-tahapan di dalam proses seleksi :
Kegiatan Belajar 4
PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA DAN PEMBERHENTIAN KARYAWAN
3. Pemutusan Hubungan Kerja Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan
a. Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) demi hukum
Ini merupakan pemutusan hubungan kerja (PHK) yang terjadi dengan sendirinya secara
hukum akibat dari telah habisnya waktu yang ditetapkan dalam perjanjian dan dalam peraturan
perundang-undangan atau menurut adat kebiasaan (Khakim, 2007).
b. Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) oleh pengadilan
PHK ini merupakan akibat dari adanya putusan hakim pengadilan. Dalam Pasal 160 Ayat
(1) dan Ayat (5) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan dinyatakan
bahwa pekerja/buruh yang diputus bersalah dalam perkara pidana oleh pengadilan, sedangkan
perkara pidana tersebut bukan atas pengaduan pengusaha, maka pengusaha dapat melakukan
pemutusan hubungan kerja kepada pekerja/buruh yang bersangkutan.
c. Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) oleh pekerja/buruh
PHK oleh pekerja/buruh ini merupakan akibat dari pengunduran diri murni dari
pekerja/buruh yang bersangkutan atau karena dikualifikasikan mengundurkan diri. Dalam Pasal
154 huruf b Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan dinyatakan bahwa
pemutusan hubungan kerja bagi pekerja/buruh yang mengajukan permintaan pengunduran diri
secara tertulis atas kemauan sendiri dan tanpa ada indikasi adanya tekanan/intimidasi dari
pengusaha dapat dilakukan tanpa harus memperoleh penetapan dari lembaga penyelesaian
perselisihan hubungan industrial. Sedangkan Pasal 168 huruf Ayat (1) Undang-Undang Nomor
13Tahun 2003 menyatakan bahwa pekerja/buruh dapat dikualifikasikan mengundurkan diri jika
yang bersangkutan mangkir selama lima hari kerja atau lebih berturut-turut tanpa keterangan
tertulis dan telah dipanggil oleh pengusaha sebanyak dua kali secara patut.
Menurut Budiono, dalam Khakim (2007), agar tindakan PHK oleh pekerja/buruh tidak
melawan hukum, maka pekerja/buruh yang bersangkutan wajib memenuhi dua syarat, yaitu
harus ada persetujuan pengusaha dan memperhatikan tenggang waktu pengakhiran hubungan
kerja.
d. Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) oleh pengusaha
Menurut Khakim (2007), pemutusan hubungan kerja oleh pengusaha adalah PHK yang
prakarsanya berasal dari pengusaha akibat, misal adanya pelanggaran atau melakukan tindak
pidana yang dilakukan oleh pekerja/buruh, atau adanya perubahan status, penggabungan, dan
peleburan, atau adanya penutupan perusahaan, atau terjadinya pailit, atau pekerja/buruh
memasuki usia pensiun.
4. Larangan Pemutusan Hubungan Kerja Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003
tentang Ketenagakerjaan
Sesuai pasal 153 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003, pengusaha dilarang melakukan
pemutusan hubungan kerja dengan alasan sebagai berikut.
a. Pekerja/buruh berhalangan masuk kerja karena sakit dengan ada keterangan dokter
selama tidak lebih dari 12 hari secara terus menerus.
b. Pekerja/buruh berhalangan menjalankan pekerjaan karena memenuhi kewajiban terhadap
Negara sesuai undang-undang.
c. Pekerja/buruh menjalankan ibadah yang diperintahkan agamanya.
d. Pekerja/buruh menikah.
e. Pekerja/buruh perempuan hamil, melahirkan, gugur kandungan, menyusui bayi.
f. Pekerja/buruh mempunyai pertalian darah dan atau ikatan perkawinan dengan
pekerja/buruh lain dalam perusahaan yang sama yang belum diatur sebelumnya dalam
perjanjian kerja, peraturan perusahaan, atau perjanjian kerja bersama.
g. Pekerja/buruh mendirikan, menjadi anggota dan/atau pengurus serikat pekerja/buruh.
h. Pekerja/buruh melakukan kegiatan serikat pekerja/buruh di luar jam kerja, atau di dalam
jam kerja atas kesepakatan pengusaha atau berdasarkan ketentuan yang diatur dalam
perjanjian kerja, peraturan perusahaan, atau perjanjian kerja bersama.
i. Pekerja/buruh yang mengadukan pengusaha kepada yang berwajib mengenai perbuatan
pengusaha yang melakukan tindak pidana kejahatan.
j. Pekerja/buruh berbeda paham, agama, aliran politik, suku, dan perbedaan fisik lainnya
dengan pengusaha.
k. Pekerja/buruh dalam keadaan cacat tetap, sakit akibat kecelakaan kerja, atau sakit karena
hubungan kerja yang menurut surat keterangan dokter yang jangka waktu
penyembuhannya belum dapat dipastikan.
LATIHAN
1) Jelaskan mengapa perusahaan perlu mengelola pengakhiran hubungan kerja secara baik?
2) Apa akibat hukumnya jika pengusaha melakukan pemutusan hubungan kerja dengan alasan
pekerja/buruh tidak masuk kerja karena sakit dengan ada keterangan dokter selama 15 hari
secara terus menerus?
Jawaban Latihan
1) Dengan mengelola berakhirnya hubungan kerja secara bagus akan dapat menaikkan reputasi
perusahaan di lingkungan komunitasnya dan akan memperkuat kemampuannya dalam menarik
calon karyawan berkualitas yang akan dibutuhkan di masa mendatang.
2) Tindakan pemutusan hubungan kerja sah, karena tidak melanggar Undang-Undang Nomor 13
Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan.