BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori
1. Definisi Covid -19
Covid-19 merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh
sindrom pernapasan akut Coronavirus 2 (Severe Acute Respiratory
Syndrome Coronavirus 2 atau SARS-CoV-2). Virus ini merupakan
keluarga besar Virus Corona yang dapat menyerang hewan. Ketika
menyerang manusia, Virus Corona biasanya menyebabkan penyakit
infeksi saluran pernafasan, seperti flu, MERS (Middle East Respiratory
Syndrome), dan SARS (Severe Acute Respiratory Syndrome). Covid-19
sendiri merupakan Virus Corona jenis baru yang ditemukan di Wuhan,
Hubei, China pada tahun 2019 (Susilo dkk, 2020). Virus Corona jenis baru
ini diberi nama Coronavirus disease-2019 yang disingkat menjadi Covid-
Covid-19 sejak ditemukan menyebar secara luas hingga mengakibatkan
pandemi global yang berlangsung sampai saat ini (Johns Hopkins CSSE,
2020).
2. Epidemiologi Covid-19
Sebagaimana kita tahu, perkembangan penyebaran COVID-19
terjadi begitu cepat. Kasus pertama dan kedua COVID-19 diumumkan
Pemerintah Pusat pada tanggal 2 Maret 2020, dan kasus ketiga dan
keempat diumumkan pada tanggal 6 Maret 2020. Sementara, Keputusan
Presiden (Keppres) No. 7/2020 tentang pembentukan Rapid-Response
Team yang dipimpin oleh Kepala Badan Nasional Penanggulangan
Bencana (BNPB) baru dikeluarkan pada tanggal 13 Maret 20204 , saat
jumlah pasien positif COVID-19 di Indonesia tercatat telah berjumlah 69
orang.
Sejak kasus pertama di Wuhan, terjadi peningkatan kasus COVID-
19 di China setiap hari dan memuncak diantara akhir Januari hingga awal
Februari 2020. Awalnya kebanyakan laporan datang dari Hubei dan
provinsi di sekitar, kemudian bertambah hingga ke provinsi-provinsi lain
13
dan seluruh China. Tanggal 30 Januari 2020, telah terdapat 7.736 kasus
terkonfirmasi COVID-19 di China, dan 86 kasus lain dilaporkan dari
berbagai negara seperti Taiwan, Thailand, Vietnam, Malaysia, Nepal, Sri
Lanka, Kamboja, Jepang, Singapura, Arab Saudi, Korea Selatan, Filipina,
India, Australia, Kanada, Finlandia, Prancis, dan Jerman (WHO, 2020).
COVID-19 pertama dilaporkan di Indonesia pada tanggal 2 Maret
2020 sejumlah dua kasus.9 Data 31 Maret 2020 menunjukkan kasus yang
terkonfirmasi berjumlah 1.528 kasus dan 136 kasus kematian.10 Tingkat
mortalitas COVID-19 di Indonesia sebesar 8,9%, angka ini merupakan
yang tertinggi di Asia Tenggara.5,11 Per 30 Maret 2020, terdapat 693.224
kasus dan 33.106 kematian di seluruh dunia. Eropa dan Amerika Utara
telah menjadi pusat pandemi COVID-19, dengan kasus dan kematian
sudah melampaui China. Amerika Serikat menduduki peringkat pertama
dengan kasus COVID-19 terbanyak dengan penambahan kasus baru
sebanyak 19.332 kasus pada tanggal 30 Maret 2020 disusul oleh Spanyol
dengan 6.549 kasus baru. Italia memiliki tingkat mortalitas paling tinggi di
dunia, yaitu 11,3% (Susilo dkk, 2020).
3. Virologi dan Karakteristik Covid-19
Virus Corona merupakan virus RNA dengan ukuran partikel 60-
140 nm. Dimana beberapa rangkaian genom 2019-nCoV nyaris identik
satu sama lain dan 2019-nCoV berbagi rangkaian genom yang lebih
homolog dengan SARS-CoV dibanding dengan MERSCoV. Virus 2019-
nCoV termasuk dalam genus betacoronavirus. Hasil mikrograf elektron
dari partikel untai negatif 2019-nCoV menunjukkan bahwa morfologi
virus umumnya berbentuk bola dengan beberapa pleomorfisme. Diameter
virus bervariasi antara 60-140 nm. Partikel virus memiliki protein spike
yang cukup khas, yaitu sekitar 9-12 nm dan membuat penampakan virus
mirip seperti korona matahari. Morfologi yang didapatkan serupa dengan
family Coronaviridae. Hasil analisis filogenetik diektahui bahwa virus ini
masuk dalam genus betacoronavirus dengan subgenus yang sama dengan
virus Corona yang menyebabkan wabah Severe Acute Respiratory
Syndrome (SARS) pada 2002-2004 silam, yaitu Sarbecovirus.
14
juga ditemukan dari hari ke-7 hingga hari ke-20. Perubahan imunologi
tersebut bertahan hingga 7 hari setelah gejala beresolusi. Ditemukan
pula penurunan monosit CD16+CD14+ dibandingkan kontrol sehat. Sel
natural killer (NK) HLA-DR+CD3-CD56+ yang teraktivasi dan
monocyte chemoattractant protein-1 (MCP-1; CCL2) juga ditemukan
menurun, namun kadarnya sama dengan kontrol sehat. Pada pasien
dengan manifestasi COVID-19 yang tidak berat ini tidak ditemukan
peningkatan kemokin dan sitokin proinflamasi, meskipun pada saat
bergejala.
b. Respons Imun pada Pejamu pada COVID-19 dengan Klinis Berat
Perbedaan profil imunologi antara kasus COVID-19 ringan
dengan berat bisa dilihat dari suatu penelitian di China. Penelitian
tersebut mendapatkan hitung limfosit yang lebih rendah, leukosit dan
rasio neutrofil-limfosit yang lebih tinggi, serta persentase monosit,
eosinofil, dan basofil yang lebih rendah pada kasus COVID-19 yang
berat. Sitokin proinflamasi yaitu TNF-α, IL-1 dan IL-6 serta IL-8 dan
penanda infeksi seperti prokalsitonin, ferritin dan C-reactive protein
juga didapatkan lebih tinggi pada kasus dengan klinis berat. Sel T
helper, T supresor, dan T regulator ditemukan menurun pada pasien
COVID-19 dengan kadar T helper dan T regulator yang lebih rendah
pada kasus berat.36 Laporan kasus lain pada pasien COVID-19 dengan
ARDS juga menunjukkan penurunan limfosit T CD4 dan CD8.
Limfosit CD4 dan CD8 tersebut berada dalam status hiperaktivasi yang
ditandai dengan tingginya proporsi fraksi HLA-DR+CD38+. Limfosit T
CD8 didapatkan mengandung granula sitotoksik dalam konsentrasi
tinggi (31,6% positif perforin, 64,2% positif granulisin, dan 30,5%
positif granulisin dan perforin). Selain itu ditemukan pula peningkatan
konsentrasi Th17 CCR6+ yang proinflamasi.
20
virus dapat mencapai mulut, hidung, mata orang yang rentan dan
dapat menimbulkan infeksi. Transmisi kontak tidak langsung di mana
terjadi kontak antara inang yang rentan dengan benda atau permukaan
yang terkontaminasi (transmisi fomit) juga dapat terjadi.
b. Transmisi melalui udara
Transmisi melalui udara didefinisikan sebagai penyebaran
agen infeksius yang diakibatkan oleh penyebaran droplet nuclei
(aerosol) yang tetap infeksius saat melayang di udara dan bergerak
hingga jarak yang jauh. Transmisi SARS-CoV-2 melalui udara dapat
terjadi selama pelaksanaan prosedur medis yang menghasilkan
aerosol (“prosedur yang menghasilkan aerosol”). WHO, bersama
dengan kalangan ilmuwan, terus secara aktif mendiskusikan dan
mengevaluasi apakah SARS-CoV-2 juga dapat menyebar melalui
aerosol, di mana prosedur yang menghasilkan aerosol tidak dilakukan
terutama di tempat dalam ruangan dengan ventilasi yang buruk.
Pemahaman akan fisika embusan udara dan fisika aliran udara telah
menghasilkan hipotesis-hipotesis tentang kemungkinan mekanisme
transmisi SARS-CoV-2 melalui aerosol. Jadi orang yang rentan dapat
menghirup aerosol dan dapat menjadi terinfeksi jika aerosol tersebut
mengandung virus dalam jumlah yang cukup untuk menyebabkan
infeksi pada orang yang menghirupnya.
Di luar fasilitas medis, beberapa laporan kejadian luar biasa
(KLB) terkait tempat dalam ruangan yang padat mengindikasikan
kemungkinan transmisi aerosol, yang disertai transmisi droplet,
misalnya pada saat latihan paduan suara, di restoran, atau kelas
kebugaran. Dalam kejadian-kejadian ini, kemungkinan terjadinya
transmisi aerosol dalam jarak dekat, terutama di lokasilokasi dalam
ruangan tertentu seperti ruang yang padat dan tidak berventilasi cukup
di mana orang yang terinfeksi berada dalam waktu yang lama, tidak
dapat dikesampingkan. Transmisi droplet dan fomit juga dapat
menjadi penyebab transmisi orang ke orang di dalam klaster-klaster
tersebut. Lebih lanjut lagi, lingkungan kontak erat dalam klaster-
22
usia.
7. Definisi Kasus Covid 19 pada Anak
Dalam mendefinisikan kasus Covid 19 pada anak menurut IDAI
(2020) memiliki keterkaitan erat dengan status Covid-19 orang tuanya atau
orang dewasa di sekitarnya.
a. Status pasien sebelum pemeriksaan laboratorium konfirmasi
1) Orang dalam Pemantauan (ODP)
Anak yang demam (≥38°C) ATAU riwayat demam ATAU gejala
gangguan sistem pernapasan seperti pilek / sakit tenggorokan/
batuk, tanpa gejala pneumonia. DAN 14 hari terakhir sebelum
timbul gejala, memenuhi salah satu riwayat berikut:
a) Memiliki riwayat perjalanan atau tinggal di luar negeri yang
melaporkan transmisi lokal.
b) Memiliki riwayat perjalanan atau tinggal di area terjangkit* di
Indonesia. *area dengan pasien terkonfirmasi COVID-19
2) Pasien dalam Pengawasan (PDP)
a) Anak yang mengalami:
(1) Demam (≥38°C) atau ada riwayat demam DAN
(2) Batuk/ pilek/ nyeri tenggorokan ATAU Pneumonia
berdasarkan gejala klinis dengan atau tanpa pemeriksaan
radiologis DAN
(3) Pada 14 hari terakhir sebelum timbul gejala, tinggal di
negara terjangkit atau berpergian ke negera terjangkit
ATAU - Riwayat kontak dengan kasus konfirmasi COVID-
19; ATAU
(4) Mengunjungi atau dirawat di fasilitas kesehatan yang
berhubungan dengan pasien konfirmasi COVID-19.
Keterangan: Perlu waspada pada pasien dengan gangguan
sistem kekebalan tubuh (immunocompromised) karena
gejala dan tanda menjadi tidak jelas.
b) Anak dengan gejala ISPA berat/pneumonia berat* yang
membutuhkan perawatan di rumah sakit DAN tidak ada
26
orofaring)
b) Saluran napas bawah (sputum, bilasan bronkus, BAL, bila
menggunakan endotracheal tube dapat berupa aspirat
endotracheal)
c) Pemeriksaan lain yang terindikasi sesuai kondisi pasien
4) Pemeriksaan lain yang terindikasi sesuai kondisi pasien
9. Pengambilan Sampel
Menurut IDAI (2020) pengambilan sampel pada anak:
a. Perlu koordinasi dengan Dinas Kesehatan setempat untuk penyediaan
viral transport media (VTM) dan cara pengirimannya.
b. Apabila tidak dapat dilakukan pengambilan sampel dari swab
nasofaringeal baik karena kesulitan pengambilan dan/atau VTM tidak
tersedia, maka:
1) Lakukan swab nasal dan orofaring (mirip pengambilan sampel
difteri; pada anak yang lebih kecil), atau
2) Sputum (dahak).
10. Faktor Risiko Pasien Covid-19 pada Anak
Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) mengatakan bahwa risiko
keterpaparan anak terhadap Covid-19 sama besarnya dengan orang
dewasa. Virus corona varian Delta, yang muncul pertama kali di India,
bahkan diyakini lebih mudah menyerang anak-anak. Transmisi virus
varian tersebut bahkan meningkat di kalangan anak-anak usia 12-20 tahun
di Inggris, seperti dilaporkan CNBC.com. Di Indonesia sendiri, kasus
Covid-19 sudah menyerang lebih dari 200.000 anak. Data Satgas
Penanganan Covid-19 per Minggu (20/6/2021) menunjukkan, 12,5 persen
dari 1,9 juta kasus positif di Indonesia, yakni sekitar 250 ribu kasus,
terjadi pada anak usia 0-18 tahun. Salah satu faktor yang membuat kasus
Covid-19 pada anak meningkat adalah kelalaian orangtua. Pada beberapa
momen, orangtua justru menempatkan anak pada risiko tertular Covid-19,
seperti Banyak orangtua mengajak anaknya liburan dan ke mal (IDAI,
2020).
Berdasarkan beberapa hasil penelitian menyebutkan bahwa faktor
29
Keterangan:
*Isolasi di rumah dengan tetap menerapkan PHBS, memperhatikan lingkungan
yang child friendly (ramah anak) dan asupan nutrisi yang cukup.
**Swab dilakukan pada hari ke-1 dan ke-14
***Pasien pneumonia jika fasilitas di RS rujukan tidak mencukupi dan RS daerah
tidak mempunyai ruang isolasi tekanan negatif, pasien dirawat di RS daerah
dengan sistem kohorting
Pasien ODP
a. Isolasi di rumah selama 14 hari
b. Lapor dinas kesehatan setempat/hotline COVID-19 Kementerian
Kesehatan untuk surveilans
c. Jika mengalami pneumonia ikuti alur PDP.
Pasien PDP
a. Rujuk ke RS rujukan
b. Bila tidak bisa dirujuk
31
- - Lopinavir/
Ritonavir**
Usia 2 minggu-6
bulan: 16mg/kg/
dosis/ kali setiap
12 jam
7-15 kg:
12mg/kg/dosis/kali
setiap 12 jam
(lopinavir
komponen)
15-40kg:
10mg/kg/dosis/kali
setiap 12 jam
(lopinavir
komponen)
>40 kg: sesuai
dosis dewasa
- Bila terjadi
perburukan klinis
rawat ICU
*diberikan jika koinfeksi
dengan influenza virus
**jika tersedia
Kasus kritis Rawat ICU Rawat ICU
Gagal napas Gagal napas
membutuhkan ventilator, membutuhkan
syok, atau multiorgan ventilator, syok, atau
failure atau sepsis multiorgan failure
disesuaikan dengan atau sepsis: Tata
protokol standar yang ada lakasana Covid-19
ditambah dengan
protokol standar yang
ada.
Steroid dan
immunoglobulin tidak
direkomendasikan
secara rutin, hanya
diberikan atas indikasi
khusus seperti badai
sitokin
Keterangan:
- Perhatikan efek samping obat
- Untuk menjadi perhatian pemberian antibiotik tidak diberikan pada kasus yang
memiliki gejala bukan pneumonia
B. Kerangka Teori
Faktor risiko
Manifestasi klinis
Faktor pola penularan
Penyakit penyerta
Diagnosa
Penatalaksanaan
Keterangan :
: diteliti
: tidak diteliti
C. Kerangka Konsep
Deskriptif Covid-19
pada Anak