Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

Internalisasi NDP Sebagai Rekonstruksi Perjuangan Kader HMI dalam


Membumikan Nilai-Nilai Ketuhanan di Indonesia

(TEMA A)

Disusun:
Untuk Memenuhi Syarat Mengikuti Intermediate Training (LK II)
Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Pinrang

Oleh:

Ahmad

HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM (HMI)


CABANG MAKASSAR 2018
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT, Zat yang dengan berkat nikmat-Nya
sempurnalah segala kebaikan dan tidaklah kita mendapat petunjuk agama
sekiranya Allah SWT tidak memberi petunjuk kepada kita dan segala pujian yang
banyak mengandung berkah kepada-Nya. Pujian yang memenuhi langit,
memenuhi bumi, dan memenuhi alam semesta serta memenuhi segala sesuatu
yang dikehendaki oleh Rabb kita. Semoga shalawat dan salam tetap tercurahkan
kepada orang yang diutus Allah sebagai rahmat bagi alam semesta, pembimbing
umat manusia, sebagai pemberi kabar gembira dan pemberi peringatan, sebagai
penyeruh kepada (agama) Allah dengan izin-Nya serta untuk menjadi cahaya yang
menerangi, yaitu junjungan dan pemimpin kita Rasulullah Muhammad Saw., serta
semua yang menyeru dengan seruannya dan orang-orang yang mengikuti
sunnahnya sampai hari kiamat.
Alhamdulillah, berkat rahmat dan hidayah-Nya, penulis akhirnya dapat
menyusun makalah yang berjudul “Internalisasi NDP Sebagai Upaya
Rekonstruksi Perjuangan Kader HMI Dalam Membumikan Nilai-Nilai Ketuhanan
Di Indonesia”. Makalah yang disusun untuk memenuhi persyaratan mengikuti
Intermediate Training (LK II) yang dilaksanakan oleh Himpunan Mahasiswa
Islam (HMI) Cabang Pinrang pada 11 – 16 Desember 2018 di Hotel M. Pinrang.
Akhir kata, semoga makalah ini bermanfaat menambah wawasan dan
membuka cakrawala pengetahuan dalam menjalankan mandat mulia dari Allah
SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Makassar, 5 November 2018

Penulis

Ahmad
DAFTAR ISI

Halaman Judul………………………………………………………………….. i

Kata Pengantar………………………………………………………………….. ii

Daftar Isi………………………………………………………………………… iii

BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………… 1

A. Latar Belakang………………………………………………………….. 1
B. Rumusan Masalah………………………………………………………. 6
C. Tujuan…………………………………………………………………... 6
D. Manfaat…………………………………………………………………. 6

BAB II PEMBAHASAN

A. NDP dalam Tafsir Teologis Sebagai Rekonstruksi


Perjungan Kader HMI
B. Perjuangan Kader HMI Membumikan Nilai-Nilai
Ketuhanan di Indonesia

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan
B. Saran

DAFTAR PUSTAKA
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia dengan keanekagaraman dalm suku, ras dan agama dipersatukan
dalam sebuah semboyan dikenal Bhinneka Tunggal Ika dan philosophie
Grondslag (dasar negara) yakni Pancasila atau disebut oleh Kuntowijoyo sebagai
common denominator (pembagi bersama atau titik temu) bagi berbagai
pemikiran.1 Terbukti, keanekaragaman tersebut dalam De Facto masih eksis,
apalagi pada aspek teologi.2 Hal itu diperkuat secara De Jure melalui UUD 1945
yang dinyatakan bahwa "tiap-tiap penduduk diberikan kebebasan untuk memilih
dan mempraktikkan kepercayaannya" dan "menjamin semuanya akan kebebasan
untuk menyembah, menurut agama atau kepercayaannya" .Pemerintah, secara
resmi hanya mengakui enam agama, yakni Islam, Protestan, Katolik, Hindu,
Buddha dan Khonghucu.
Pemetaan agama Islam di Indonesia, data tahun 2016 penganut terbanyak
adalah agama Islam sekitar 85%.3 Bahkan didunia, Indonesia menjadi negara
terbesar sebagai penganut umat Islam terbanyak.4 Akan tetapi data itu, ternyata
kegemilangan Islam perlahan luntur dimana Isla, Indonesia tengah mengalami
penurunan dari 95% ke 85%. Berkaca pada realitas negara Indonesia (mayoritas
Islam), saat ini berada di anak tangga bangsa-bangsa terbawah. Bahkan, kaum
muslimin telah dikalahkan, dibantai dan dirampas negeri, kekayaan, kehidupan
dan harapan. Umat Islam difitnah di seluruh bangsa-bangsa, dituduh agresif

1
Kuntowijoyo. 2002. Selamat Tinggal Mitos Selamat Datang Realitas. Bandung: Mizan. hlm: 215.
2
Secara etimologis, teologi berasal dari theos yang berarti Tuhan dan logos yang berarti ilmu. Teologi
adalah ilmu yang mempelajari tentang Tuhan dan hubungannya dengan manusia dan alam semesta.
(Francis Wahono Nitiprawiro. 2008. Teologi Pembebasan, Sejarah, Metode, Praksis dan Isinya. Yogjakarta:
LKiS, cet. II. Hlm: 8.
3
Erik Purnama Putra. 2016. Persentase Umat Islam di Indonesia Jadi 85 Persen. Diakses pada 29 Oktober
2018 pukul 15.32 Wita melalui https://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/16/01/09/o0ow4v334-
persentase-umat-islam-di-indonesia-jadi-85-persen.
4
Kurnia Sari Aziza.2017. Indonesia Diprediksi Tak Lagi Jadi Negara Berpenduduk Muslim Terbesar di
Dunia. Diakses pada 29 Oktober 2018 pukul 16.15 Wita melalui
https://ekonomi.kompas.com/read/2017/08/24/180051826/indonesia-diprediksi-tak-lagi-jadi-negara-
berpenduduk-muslim-terbesar-di.
destruktif, mengingkari hukum, teroris, biadab, fanatik, fundamentalis, kuno dan
menentang zaman, sehingga jadi spiral kebencian bagi orang-orang non Muslim.
Di sisi lain, kenyataan memprihatinkan lagi Umat Islam Indonesia dalam
aspek ekonomi, ternyata diisi kalangan miskin dan aspek pengetahuan tertinggal.
Wajarlah klaim-klaim Max Weber “benar” hingga menyebut kesejahteraan
(kekayaan) sulit tercipta di Timur (mayoritas Islam). Patologi kemiskinan dan
ketertinggalan mewabah disebabkan kombinasi "problem kultural” dan problem
struktural” atau menekankan asketis, hirarkhis, dan unearthly.5
Hal ini memberikan dampak begitu besar bagi umat Islam di Indonesia
lantaran gejolak pertentangan sesama, perpecahan, dan peperangan. Contohnya
kasus hizbut tahrir (HTI), Front Pembela Islam (FPI), hingga gejolak ulama
dengan ulama yang lebih jauh kebelakang sudah banyak pertikain yang terjadi
antar umat Islam atau dengan umat beragama lainnya. 6 Apalagi soal perdebatan
kasus pembakaran bendera Tauhid yang menggemparkan sosial media dan
permukaan. Diskursus kemiskinan adalah dampak dari adanya pertikaian dll, hal
itu diungkapkan oleh Ach Dhofir Zuhry alias Gus Dhofir 7 bahwa umat Islam
wajib kaya sesuai dalam Surat Ali 'Imran: 14

Artinya: “Dijadikan indah pada (pandangan) manusia


kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-

5
Max Weber. 2006. Etika Protestan dan Spirit Kapitalisme. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. hlm: 65-66. terj.
TW. Uotomo
6
Rochmanudin. 2018. Kasus Intoleransi dan Kekerasan Beragama Sepanjang 2018. Diakses pada 29
Oktober pukul 20.24 Wita melalui https://www.idntimes.com/news/indonesia/rochmanudin-
wijaya/linimasa-kasus-intoleransi-dan-kekerasan-beragama-sepanjang-2/full.
7
Hadir Ach Dhofir Zuhry alias Gus Dhofir menegaskan, umat Islam wajib kaya dalam acara memperingati
tahun baru Hijriyah yang ke-1440, Baitus-Sholihin Center (BSC) mengadakan acara "Ngaji lan Ngopi"
bersama tokoh-tokoh pemuda dari berbagai ormas Islam Kalibaru, Banyuwangi, Jawa TImur pada minggu
malam (7/10/2018). Diakses pada 29 Oktober pukul 21.19 Wita melalui situs
https://www.timesindonesia.co.id/read/185203/20181008/174446/gus-dhofir-umat-islam-wajib-kaya/
wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak,
kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang.
Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah
tempat kembali yang baik (surga).”

Disisi lain juga, kekayaan menurut filosof yunani Abad ke- 4 SM yakni
Aristoteles bahwa persoalan asas kesejahteraan yang terlalu diumbar merupakan
salah satu sebab ancaman disintegrasi bangsa, di samping instabilitas yang
diakibatkan oleh para pelaku politik yang tidak lagi bersikap netral. 8 Dalam
pandangan Islam dikenal dengan tamak (rakus) dimana dalam surat Q.S. At-
Takasur: 1-8

Artinya: “Bermegah-megahan telah melalaikan kamu, (1)


sampai kamu masuk ke dalam kubur. (2) Janganlah
begitu, kelak kamu akan mengetahui (akibat perbuatanmu
itu), (3) dan janganlah begitu, kelak kamu akan
mengetahui. (4) Janganlah begitu, jika kamu mengetahui
dengan pengetahuan yang yakin, (5) niscaya kamu benar-
benar akan melihat neraka Jahiim, (6) dan sesungguhnya
kamu benar-benar akan melihatnya dengan ‘ainul yaqin.
(7) kemudian kamu pasti akan ditanyai pada hari itu
tentang kenikmatan (yang kamu megah-megahkan di
dunia itu) (8)”
Diskursus ketamakan manusia atau keserakan di kalangan umat Islam
bukan lagi rahasia yang tak ubahnya dengan hewan atau disebut oleh Nietzsche
adalah The Will To Power (Kehendak untuk berkuasa) dalam proses Sublimasi
yang terjadi akiat perkawinan antara Geist dan nafsu-nafsu. 9Padahal dalam Misi
Islam sangat jelas, yakni persaudaraan yang universal (universal brotherhood),
kesetaraan (equality) dan keadilan sosial (social justice) tersirat dalam Q.S. Al-
Hasyr: 7 dimana Allah SWT melarang terjadinya akumulasi perputaran modal

8
Aristoteles. 2016. Politik. Yogyakarta: Pustaka Narasi. Hlm: 10.
9
St. Sunardi. 2012. Nietzsche. Yogyakarta: LKis. Cet. VIII. Hlm: 100-104.
pada segelintir orang yang merupakan cerminan melalui teologi Islam itu sendiri
yakni Tauhid yang tidak akan keesaan tuhan, namun juga sebagai kesatuan
manusia (unity of mankind).10
Walaupun demikian, penjabaran teologi di beberapa kalangan hanya
memusatkan dalam aspek transdental atau secara vertikal kepada Allah SWT
dengan menjauh dari duniawi dan memusatkan diri untuk terus beribadah,
meninggalkan segala keterlibatan gejala sosial yang terjadi di masyarakat dan
melupakan perannya diciptakan sebagai manusia sebagaimana dalam surat al-
Baqarah ayat 30,"Inni ja'il fi al-ardh khalifah" dan yang kedua, terdapat pada
surat al-Shad ayat 26,"Ya Dawud Inna ja'alnaka khalifah fi al-ardh" dan juga
Surat Az-Zariyat Ayat 56 untuk menyembak kepada Allah SWT. Hal itulah
sehingga Nurcholish Madjid mengungkapkan bahwa Tauhid adalah jantung Islam
itu sendiri. Tauhid itulah yang sering disebut Cak Nur sebagai sangkan paran (asal
dan tujuan) hidup (hurip) bahkan seluruh makhluk (dumadi).11
Ketimpangan-ketimpangan yang terjadih di Indonesia dan khususnya
dalam tubuh umat Islam itu sendiri, merupakan ketidakmurnian dalam jiwa
manusia melihat realitas sosial dan pengkultusan akan sejumlah hal misalnya
harta, wanita, kekayaan, symbol, egoisentris, etnisentris dll. Hal ini juga yang
menjadi pedoman dalam Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) yakni Nilai Dasar
Perjuangan (NDP) untuk menghapuskan segala bentuk kebertuhanan atau
pendewaan selain Allah SWT agar mampu membumikan atau mengaktualkan
nilai-nilai ketuhanan tersebut. Hal demikian diungkapkan oleh Cak Nur bahwa di
dalam NDP HMI jelas terlihat yang menjadi inti dari ajaran Islam adalah Tauhid
(Ketuhanan Yang Maha Esa), kemanusiaan, keharusan universal (taqdir), keadilan
Ekonomi dan Sosial dan Ilmu Pengetahuan. “bertuhan” itu membutuhkan sebuah
proses panjang. 12
Kendatipun “rasa bertuhan” telah diberikan sejak di alam rahim (perjanjian
primordial), namun dalam proses selanjutnya, rasa bertuhan itu harus ditemukan
kembali. Potensi bertuhan yang telah ada harus diaktualkan lagi. Jika rasa
10
Asghar Ali Enginer. 2002. Islam dan Teologi Pembebasan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hlm: 7-11.
11
Nurcholish Madjid. 1992. Islam Doktrin dan Peradaban. Jakarta: Paramadina. hlm:1.
12
Ibid., hlm: 25
bertuhan ini tidak diaktualkan, tidak tertutup kemungkinan manusia akan
kehilangan “rasa bertuhannya” kendatipun ia tidak akan mungkin menghapusnya.
Cak Nur pernah mengatakan, yang ditakuti pada manusia itu bukanlah
penolakannya terhadap Tuhan (a teis) –karena tidak mungkin manusia hidup
tanpa tuhan, melainkan yang dikhawatirkan adalah ia memiliki banyak Tuhan
(politeis).13
Kemunduran Islam khususnya di Indonesia patut menjadi genealogi dalam
memurnikan ajaran Islam dan menghapus tuhan-tuhan dengan kebajikan spiritual
atau ihsan yang membuat kita mampu “melihat Tuhan di mana-mana” dan
menjadi “mata, telinga, dan tangan Tuhan” di dunia ini. Hati atau jantung
“keimanan” atau agama adalah agama atau keimanan pada jantung dan hati
manusia itu sendiri, ke mana semua bentuk eksternal diarahkan dan digiring, hati
yang disebut Nabi “tahta dari kebaikan dan kesaksian yang tak berhingga.” Di
dalam keimanan hati itulah dapat ditemukan kebijaksanaan abadi atau sophia yang
memancar dari mutiara yang berada persis di tengah-tengah setiap pesan Tuhan.
Sebab menurut Ali Syariati bahwa Islam adalah “Agama yang realistis dan
mencintai alam, kekuatan, keindahan, kelimpahan, kemajuan, dan keterpenuhan
segala kebutuhan manusia”. Yang merupakan aspek terpenting dalam teologi
sebagai kebertauhidan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.14
Oleh karena itu, sebagai kader HMI (Himpunan Mahasiswa Islam) yang
dalam Anggaran Dasar nya dalam Pasal 3 berazaskan Islam untuk mampu
memurnikan Islam sebagaimana dalam Nilai Dasar Perjuangan (NDP) HMI yang
diulas sekilas diatas, hingga mampu mencapai ketauhidan yang sempurna dengan
membumikan Nilai-Nilai Ketuhanan di Indonesia. Sehingga hal yang wajar jika
melihat realitas kader-kader HMI yang kini mengalami kemunduran sepatutnya
mengupayakan Internalisasi NDP Sebagai Rekonstruksi Perjuangan Kader HMI
dalam Membumikan Nilai-Nilai Ketuhanan di Indonesia.

13
Ibid, hlm: 30.
14
Seyyed Hossein Nasr. 2003. The Heart of Islam: Pesan-Pesan Universal Islam untuk Kemanusiaan.
Bandung: Mizan. hlm: h. 1-5.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat disimpulkan bahwa
rumusan masalah dalam makalah ini adalah:
1. Bagaimana NDP dalam tafsir teologis sebagai rekonstruksi perjungan kader
HMI?
2. bagaimana perjuangan kader HMI membumikan nilai-nilai Ketuhanan di
Indonesia?

C. Tujuan
Melihat kondisi umat Islam di Indonesia khususnya kader HMI, maka
makalah ini merupakan salah satu upaya dalam menghadirkan pembaharuan
dengan:
1. Untuk mengetahui NDP dalam tafsir teologis sebagai rekonstruksi
perjungan kader HMI
2. Untuk mengetahui perjuangan kader HMI membumikan nilai-nilai
Ketuhanan di Indonesia.

D. Manfaat
Melihat kondisi bangsa khususnya umat Islam di Indonesia dan sejumlah
organisasi perjuangan khususnya HMI, maka diharapkan bagi setiap
masyarakat dan juga bagi kader HMI melalui makalah ini mampu untuk
mengambil manfaatnya. Adapun manfaat yang disampaikan makalah ini
adalah:
1. Bagi masyarakat umum, diharapkan dapat memahami membumikan nilai-
nilai ketuhanan dalam Islam yang sebagaimana juga diusung oleh HMI.
2. Bagi kalangan akademik, diharapkan makalah ini mampu menjadi referensi
atau sebagai perspektif pembanding dalam melihat realitas umat Islam
ditengah kondisi bangsa dan negara hari ini.
3. Bagi penulis dan kader HMI, semoga secara pribadi bisa menambah
wawasan dan membuka cakrawala pengetahuan sesuai dan sebagai kader
HMI untuk menjadi hamba dan khalifa dimuka bumi dengan memurnikan
ajaran Islam dan menghapus bentuk-bentuk kebertuhanan yang lainnnya
sebagai rekonstruksi perjuangan kader HMI.

BAB II
PEMBAHASAN

A. NDP dalam Tafsir Teologis Sebagai Rekonstruksi Perjungan Kader HMI

B. Perjuangan Kader HMI Membumikan Nilai-Nilai Ketuhanan di


Indonesia

Anda mungkin juga menyukai