Anda di halaman 1dari 1

Aku benci sama diriku sendiri, benci sebenci-bencinya. Emang aku gak pantas untuk dicintai, ya?

Apa aku
gak pantas untuk bahagia seperti cewek-cewek bertubuh langsing di luar sana? Kenapa dia—orang yang
aku idolakan—ngomong hal yang membuat aku mau mati saja?

***

Embul, begitu orang-orang dekat memanggilku. Ya, sesuai dengan tubuhku yang berbadan besar,
dengan bobot hampir menyentuh 100 kg. Aku hanya diam, mau marah nanti dikira baper, melihat diri ini
ya memang gendut. Ya, semakin ke sini, aku terima sebagai bentuk kedekatan aku bersama mereka.

Sejak awal kuliah, aku sudah kepincut sama seorang cowok di kelas. Dia berwajah bersih, terlihat suka
perawatan. Terus tinggi juga orangnya, katanya mantan paskribraka gitu. Nah, aku suka sama dia dan
rasa itu hanya bisa kupendam sendiri, jadi tidak ada satu pun orang yang tahu. Di sini, aku hanya
berusaha sadar diri, apa kata mereka nanti kalau tahu aku suka dengan cowok tampan?

Sejauh ini, dia memang baik, dia banyak membantuku dalam urusan apa pun—kalau memang gak sibuk.
Terkadang aku merasa kalau dia punya rasa yang sama padaku, tapi pada sisi lain hatiku protes, karena
aku gak cuma sekali juga melihatnya sama cewek lain.

Namanya Andro, bisa dibilang idola kampus gitu. Bahkan, dengar-dengar banyak senior cewek yang suka
sama dia. Singkat cerita, waktu itu aku sama teman-temanku mau ngerjain tugas di salah satu kafe gitu.
Aku lagi-lagi cuma iseng kan, nge-WA Andro untuk jemput. Eh, ternyata dia mau karena kebetulan
memang searah katanya.

Alhasil, aku bareng dong sama dia. Sumpah, seneng banget rasanya, ya meski gak baru pertama ini sih.
Tapi, tetap aja rasanya itu semenyenangkan ini. Sesampai di kafe, ternyata teman-teman lainnya udah
pada kumpul, dan emang cuma nunggu aku sama Andro lagi.

Mereka juga gak bereaksi apa-apa ketika kami datang, ya karena sudah menjadi hal biasa juga aku
bareng sama Andro dari semester satu. Setelah ngerjain tugas, iseng deh salah satu temanku ngajakin
storygram, dan berhubung kamera ‘paling bagus’ punyaku jadi pakai HP-ku, deh.

Kami foto-foto, terus disimpan, sesekali juga bikin boomerang video. Nah, tanpa aku duga ….

“Mbul, lu sering stalking Andro, ya?!” ucapnya sambil menampilkan hasil top search di Instagram-ku.

Sumpah, saat itu juga aku refleks mengambil HP-ku. Teman-temanku semakin nge-ciee-ciee-in kami deh.
Nah, aku lebih gak nyangka Andro sampai berkata, “Ya, gak mungkinlah aku pacaran sama dia. Orang
gendut gitu.”

Semua orang tertawa, aku melihat satu per satu wajah mereka sangat bahagia. Sedangkan hatiku sudah
gak karuan lagi rasanya, aku menangis tanpa mereka sadari. Ya, aku gak bisa langsung pergi, kakiku juga
terasa lunglai. Jadi, aku menanggapi semuanya dengan senyuman kecil.

Sepulang dari itu, aku bertekad untuk menjadi kurus. Ya, aku cari tahu cara diet yang cepat dari laman
pencarian di internet. Bahkan, aku juga membeli itu obat-obat pelangsing yang dijual di Instagram.
Omongan dari Andro benar-benar menjadi api semangatku untuk menjadi kurus.

Namun, baru berproses seminggu, tubuhku justru tumbang. Sehingga aku harus dilarikan di rumah sakit.
Entah kenapa aku benci diriku sendiri!

Anda mungkin juga menyukai