Anda di halaman 1dari 12

Makalah Lari Jarak Pendek Teknik 100 Meter Pengertian Definisi

Lari jarak pendek (Sprint) adalah semua jenis lari yang menempuh jarak 400 m ke
bawah (Tamsir Riyadi, 1982 : 21), ahli lain menyebutkan bahwa lari jarak pendek sebagai
salah satu cabang lomba mencakup semua jarak hingga 400 m (Gerry A. Carr, 1997 : 13).
Adapun Aip Saripudin (1997) menjelaskan bahwa pengertian lari 100 meter adalah suatu
lari dimana si atlit menempuh suatu jarak dengan kecepatan maksimal.
Pandangan tentang lari jarak pendek (sprin) dari beberapa pakar di atas secara
substansional memahami lari 100 meter sebagai suatu aktivitas fisik (berlari) yang
dilaksanakan dengan menggunakan kecepatan tinggi tentu saja agar seorang atlit dapat berlari
dengan kekuatan dan kecepatan yang maksimal, atlit tersebut tidak bisa hanya mengandalkan
bakat atau panjang tungkai yang dimilikinya. Akan tetapi seorang atlit butuh waktu yang
cukup panjang untuk berkonsentrasi dan melatih diri. Dalam berlatih itupun seorang atlit
tidak bisa hanya berkonsentrasi pada satu jenis kondisi saja, akan tetapi harus memperhatikan
beberapa faktor yang memungkinkan kecepatan tersebut dapat tercapai. Tamsir Riyadi (1982)
dalam hal ini mengemukakan beberapa faktor penting yang perlu mendapatkan perhatian
untuk dilatih, sehingga natinya atlit mampu berlari dengan kemampuan maksimal antara lain:
speed (Kecepatan), Power (Daya Ledak Otot), Strength (Kekuatan), Coordination
(Koordinasi Gerakan), Flexibility (Kelenturan), Agility (Kelincahan) dan stamina
Selain memperhatikan beberapa faktor di atas, agar dapat menempuh jarak tersebut
dengan secepat-cepatnya, maka dalam lari jarak pendek perlu juga memperhatikan empat
hal antara lain: starting positon yaitu sikap atau posisi pelari pada saat melakukan start,
starting action yaitu gerakan saat meninggalkan garis start setelah aba-aba “ya atau bunyi
pistol” sampai 6 hingga 9 langkah dari garis start, sprinting action yaitu gerakan atau teknik
lari cepat, finishing action yaitu gerakan atau cara melewati garis finish.

1.    Starting Position
Starting positiona adalah sikap atau posisi badan pelari saat akan melakukan start.
Pada lari jarak pendek, pelari biasanya menggunakan start jongkok, jadi sebelum lepas dari
garis start, pelari dalam posisi berjongkok. Karena dengan posisi berjongkok dapat
menimbulkan garak percepatan yang memugkinkan saat pelari lepas dari garis start akan
lebih mudah dan cepat meluncur ke depan.
Start jongkok ada tiga jenis, sebagai pedoman, dapat dibedakan Sebagai berikut:
 short start bunch start (start pendek), pada saat berjongkok lutut kaki belakang berada
di ujung kaki yang lain. Apabila dalam sikap berdiri, ujung kaki belakang akan
terletak kira-kira di samping tumit atau lekukan telapak kaki depan. Jenis start ini
dapat menghasilkan percepatan yang tinggi, maka banyak pelari kenamaan
memakainya.
 Medium start (start panjang), pada sikap berjongkok lutut kaki belakang kira-kira
berada disamping lekukan telapak kaki depan. Dalam posisi berdiri, ujung kaki
belakang berada sedikit di belakang tumit kaki depan. Start ini sangat sesuai untuk
pemula.
 Long start (start panjang), pada sikap berjongkok lutut kaki belakang segaris dengan
tumit kaki depan atau letak lutut lebih mundur lagi. Pada saat berdiri, kedua telapak
kaki saling berjauhan, yaitu ujung kaki belakang terletak sekitar dua jengkal dari
tumit kaki depan. Pelari yang berkaki panjang (tinggi) biasanya menggunakan start
ini.
Kembali ke persoalan semula, sebainya para sprinter mempergunakan start jongkok
apakah itu start pendek, menengah, ataupun panjang, tergantung dari kemantapan atlet.
Sebagai pedoman, cara mengambil sikap dalam start jongkok dalah sebagai berikut
(misalnya pada lari 100 meter).
a. Start blok dipasang di belakang garis start, jarak antara papan penolak bagian depan
dangan papan bagia belakang telah diatur (stel) sebelumnya sesuai dengan jenis start
yang dipergunakan. Sedangkan jarak antara papan bagian depan dengan garis start
harus di atur sedemikian rupa, sehingga pada saat dipakai berjongkok posisi badan
dapat sejajar dan serilek mungkin. Ada suatu pedoman bahwa jarak tersebut kira-kira
dua jengkal pelari yang bersangkutan. Sebelum aba-aba “bersedia” pelari berdiri
sekitar 3 meter sebelum garis start.
b. Setelah aba-aba “bersedia ”
 Segera maju dengan tenang, rilek tetapi yakin dan mantap. Cara menempatkan
kaki sebaiknya satu persatu, yaitu dengan merangkak mundur dari depan garis
start (start blok). Kaki depan terlebih dahulu ditapakkan, kemudian kaki belakang
atau sebaliknya. Setelah kedua telapak kaki berpijak pada papan start blok dan
lutut belakang bertumpu di tanah, kedua tangan dibersihkan sambil sepintas
melihat ke depan (ke jurusan lari). Hal ini untuk menambah ketenangan dan
kemantapan batin. Kemudian satu demi satu tangan diletakkan di tanah, kedua
siku lurus. Jarak antara kedua tangan selebar bahu lebih sedikit. Keempat jari
hampir/agak rapat menuju ke samping luar, ibu jari terbuka menuju ke dalam.
Dalam hal ini tidak seluruh bagian telapak tangan yang bertumpu di tanah, tapi
cukup pada ruas-ruas pertama keempat jari dan ibu jari, sehingga ibu jari dan jari
telunjuk membentuk huru V terbalik. Agar tumpuan tangan lebih kokoh, posisi
jari kelingking ditarik ke arah ibu jari (tidak rapat dengan jari manis)
 Punggung dan tengkuk agak diangkat, leher rilek, kepala bagian belakang
segaris/datar dengan punggung. Jadi posisi kepala tidak tunduk (terkulai) dan
tidak tengadah (nongol)
 Pandangan ke bawah atau agak ke depan, sekitar 1 meter dari garis start.
 Pada sikap ini seluruh bagian badan rilek, berat badan di tengah-tengah. Perhatian
tertuju kepada aba-aba berikutnya (Siap)
c. Stelah aba-aba “siap”
Aba-aba “siap” ini baru akan diberikan oleh starter apabila seluruh pelari sudah dalam
keadaan diam/tenang saat berjongkok 
 Pinggul (pantat) diangkat pelan ke atas – depan, sehingga berat badan sedikit
bergeser bertumpu pada kedua tangan. Posisi pinggul harus sedemikian rupa,
sehingga pada saat gerakan start dilakukan, badan pelari benar-benar bergerak
terdorong ke depan. Apabila pinggul bergerak naik pada saat start dimulai, maka
berarti posisi pinggul pada saat aba-aba “siap” terlalu rendah. Sebaliknya, apabila
saat start dimulai pinggul bergerak turun, ini berarti pada sikap “siap” pinggul
terlalu tinggi, karena pihak atlit tidak dapat melihat posisi pinggulnya sendiri,
maka pihak pelatihlah (guru) yang harus memperhatikan dan mengoreksi.
 Pengangkatan pinggul harus disertai dengan terangkatnya lutut kaki belakang dari
tanah sehingga sudut kedua tungkai akan membesar. Dalam hal ini sudut tungkai
depan sebaiknya sekitar 900, dan sudut tungkai belakang sekitar 1000-1200.
menurut hasil penyelidikan posisi tungkai dengan membentuk sudut sebesar itu
dapat menghasilkan gerak percepatan yang tinggi. 
 Posisi kepala tetap segaris dengan badan walaupun kedudukan kepala lebih
rendah dari badan. 
 Pandangan tetap pada tempat semula, atau sedikit mendekat ke atas garis strat
atau dapat pula sedikit bergeser ke depan dari tempat semula, asalkan tidak
mengakibatkan terangkatnya kepala ke atas (nongol).

2.    Starting Action
Starting Action adalah gerakan saat meninggalkan garis start setelah aba-aba
‘yak/bunyi pistol’ sampai kira-kira 6 s/d 9 langkah dari garis strat. Gerakannya sebagai
berikut :
 Tangan kiri dan kaki kanan digerakkan serempak dan secepat mungkin (hali ini
apabila dalam posisi jongkok kaki kiri di depan). Bertepatan dengan itu kaki kiri
menolak kuat dan secepat mungkin hingga lutut benar-benar lurus atau hampir lurus.
Dorongan/tolakan kaki kiri ini tidak ke atas tetapi harus ke depan. Sesaat itu pula kaki
kanan segera diayun cepat ke depan. Langkah pertama kaki kanan ini harus cepat dan
cukup jauh menjangkau ke depan, tetapi rendah saja agar segera berpijak di tanah.
Dan saat mendarat di tanah posisi lutut sebaiknya membentuk sudut sekitar 900.
 Saat kaki kanan berpijak di tanah segera disusul kaki kiri dilangkahkan ke depan
dengan cepat. Begitu seterusnya gerakan meluncur ke depan ini dilakukan dengan
tetap menjaga kesimbangan dan kecondongan badan ke depan. Saat meluncur ini
pandangan sedikit demi sedikit bergeser ke depan 
 Gerakan meluncur ke depan ini (starting Action) hanya berlangsung beberapa langkah
saja dari garis start (6 s/d 9) langkah. Sesudah itu gerakannya akan berubah menjadi
sprinting action
3.     Sprintang Action
Adalah gerakan lari sprint, adapun cara melakukannya adalah sebagai berikut:
a. Gerakan Kaki
 Kaki balakang (misalnya kanan) harus benar-benar menolak ke depan sampai
lutut terkadang lurus, saat lepas dari tanah harus berakhir pada bagian ujung
telapak ( jari ) kaki.
 Setelah ujung kaki terlepas dari tanah, maka dangan capat lutut segera ditekuk
(tidak sampai menyentuh). Sehingga seolah-olah tumit mendekati pantat (tidak
sampai). Pada posisi lutut ditekuk inilah paha segera diayun cepat ke depan.
Pengangkatan paha ke depan ini tidak perlu terlampau tinggi (berlebihan), tetapi
cukup maksimal saja, yaitu kira-kira setinggi pinggul, sehingga posisi paha
maksimal sejajar dengan tanah. Pengangkatan paha maksimal sejajar dengan
tanah. Pengangkatan paha yang berlebihan dapat mengakibatkan siakap badan
menjadi tegak dan gerakan lari kurang laju ke depan, tetapi lebih cenderung
bergerak lari kurang laju ke depan, tetapi lebih cenderung bergerak melambung
ke atas.
 Setelah paha diayun ke depan, segera tungkai bawah dikibaskan dengan cepat dan
sejauh mungkin ke depan untuk segera mendarat di tanah. Saat mendarat/berpijak
di tanah harus dengan bagian depan/ujung telapak kaki terlebih dahulu, dalam
posisi lutut agak ditekuk. Pada kenyataanya pengibasan (menyepakkan) tangkai
ke depan tadi terjadi setelah kaki belakang ke depan itulah yang mengakibatkan
badan terdorong/bergerak maju ke depan. Itulah sebabnya maka tolakan kaki
belakang harus dilakukan dengan kuat dan secepatnya tungkai bawah dilipat terus
diayun ke depan untuk membuat frekuensi langkah yang cepat pula. Begitu
seterusnya.
b. Gerakan lengan 
 Gerakan (ayunan) lengan bersumber pada persendian bahu dan dilakukan dengan
cepat sesuai dengan gerakan kaki.
 Ayunan ke depan harus lebih aktif dari pada ayunan ke belakang dan ayunan ke
depan tersebut agak serong masuk ke dalam (medial) asal tidak sampai menyilang
di depan dada.
 Siku membentuk sudut sekitar 900 tetapi sudut siku itu secara otomatis akan
berubah, yaitu saat terayun ke depan relatif akan sedikit mengecil dan saat
terayun ke belakang akan membesar.
 Jari-jari tangan setengah mengepal dan rilek, pada saat terayun ke depan kepalan
tangan tidak lebih tinggi daripada kepala.
 Gerakan lengan sampai berakibat terangkatnya kedua bahu ke atas.
c. Siakap badan, leher dan kepala
 Badan tetap tegap, gagah, condong ke depan. Kecondongan badan ke depan tidak
perlu terlampau berlebihan apalagi sengaja membungkukkan badan adalah sikap
lari sprint yang kurang baik, karena akan menghambat gerakan kedua kaki,
terutama saat ayunan langkah ke depan. Kecondongan badan yang baik adalah
yang wajar, yaitu kecondongan yang timbul akibat adanya dorongan (tolakan)
kaki belakang ke depan yang dilakukan dengan kuat dan betul.
 Leher, dagu dan bahu tetap rilek, mulut sedikit menganga, jadi gigi (rahang atas
dan rahang bawah tidak perlu merapat/ menggigit)
 Sikap kepala tetap wajar, rilek (tidak tengadah ataupun tunduk), pandangan ke
depan sedikit serong ke bawah.
4.    Fnishing Action
Adalah gerakan atau cara melewati garis finish. Ada 4 macam cara melewati garis
finish:
 Lari terus tanpa mengubah sikap badan. Cara ini sangat mudah tetapi kurang
menguntungkan karena posisi badan tidak mengalami perubahan ke depan.
 Memutar atau memiringkan bahu/badan ke salah satu sisi cara ini lebih
menguntungkan dibanding cara pertama.
 Merebahkan atau menjatuhkan badan ke depan (ambyuk) atau thresrug. Cara ini
sangat menguntungkan tetapi sulit untuk dilakukan.
 Kombinasi antara memiringkan badan dan ambruk
MAKALAH PENCAT SILAT

A. Sejarah Pencak Silat


           Pencak silat bermula dari tradisi yang diturunkan secara lisan dan menyebar dari mulut
ke mulut, diajarkan dari guru ke murid. Karena hal tersebut, catatan tertulis mengenai asal
mula silat sulit ditemukan. Kebanyakan sejarah silat dikisahkan melalui legenda yang
beragam dari satu daerah ke daerah lain, misalnya asal mula silat aliran Cimande yang
mengisahkan tentang seorang perempuan yang menyaksikan pertarungan antara harimau dan
monyet dan ia mencontoh gerakan tarung hewan tersebut. Asal mula ilmu bela diri di
Indonesia kemungkinan berkembang dari keterampilan suku-suku asli Indonesia dalam
berburu dan berperang dengan menggunakan parang, perisai, dan tombak, seperti yang kini
ditemui dalam tradisi suku Nias yang hingga abad ke-20 relatif tidak tersentuh pengaruh luar.
           Pencak silat baru ada sekitar abad ke-4 Masehi, yakni setelah adanya kerajaan-
kerajaan yang merupakan pusat pengembangan budaya di kawasan hidup masyarakat pribumi
Asia tenggara. Pada jaman kerajaan ini, mula-mula Hindu, kemudian Budha dan terakhir
Islam, pencak silat dikembangkan dan menyebar luas. Pencak silat diperkirakan menyebar di
kepulauan Nusantara semenjak abad ke-7 masehi, namun asal mulanya belum dapat
dipastikan. Kendati demikian, pencak silat saat ini telah diakui sebagai budaya suku Melayu
(penduduk daerah pesisir pulau Sumatera dan Semenanjung Malaka) dalam pengertian yang
luas. Berbagai kelompok etnik lainnya yang menggunakan bahasa Melayu di berbagai daerah
di pulau-pulau Jawa, Bali, Kalimantan, Sulawesi, dan lainnya juga mengembangkan bentuk
pencak silat tradisional mereka sendiri. Dalam Bahasa Minangkabau, silat itu sama dengan
silek.
           Sheikh Shamsuddin berpendapat bahwa terdapat pengaruh ilmu bela diri dari Cina dan
India dalam pencak silat. Hal tersebut cenderung benar karena memang kebudayaan Melayu
(termasuk pencak silat) adalah kebudayaan yang terbuka yang mana sejak awal kebudayaan
Melayu telah beradaptasi dengan berbagai kebudayaan yang dibawa oleh pedagang maupun
perantau dari India, Cina, Arab, Turki, dan lainnya. Kebudayaan-kebudayaan itu kemudian
berasimilasi dan beradaptasi dengan kebudayaan penduduk asli sehingga pencak silat lahir
bersamaan dengan munculnya kebudayaan Melayu sehingga setiap daerah umumnya
memiliki tokoh persilatan yang dibanggakan. Sebagai contoh, bangsa Melayu terutama di
Semenanjung Malaka meyakini bahwa Hang Tuah dari abad ke-14 adalah pendekar silat yang
terhebat. Hal serupa juga yang terjadi di Jawa, yang membanggakan Gajah Mada.
           Perkembangan dan penyebaran pencak silat secara historis mulai tercatat ketika
penyebarannya banyak dipengaruhi oleh kaum ulama seiring dengan penyebaran agama
Islam pada abad ke-14 di Nusantara. Catatan historis ini dinilai otentik dalam sejarah
perkembangan pencak silat yang pengaruhnya masih dapat kita lihat hingga saat ini. Kala itu,
pencak silat telah diajarkan bersama-sama dengan pelajaran agama di surau-surau. Pencak
silat lalu berkembang dari sekedar ilmu bela diri dan seni tari rakyat menjadi bagian dari
pendidikan bela negara untuk menghadapi penjajah. Di samping itu, pencak silat juga
menjadi bagian dari latihan spiritual.
           Pencak silat berkembang di Indonesia dan Malaysia (termasuk Brunei dan Singapura)
dan memiliki akar sejarah yang sama sebagai cara perlawanan terhadap penjajah asing.
Setelah zaman kemerdekaan, pencak silat berkembang menjadi ilmu bela diri formal.
Organisasi silat nasional dibentuk seperti Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI) di Indonesia,
Persekutuan Silat Kebangsaan Malaysia (PESAKA) di Malaysia, Persekutuan Silat Singapore
(PERSIS) di Singapura, dan Persekutuan Silat Brunei Darussalam (PERSIB) di Brunei. Telah
tumbuh pula puluhan perguruan-perguruan silat di Amerika Serikat dan Eropa. Pencak silat
kini telah secara resmi masuk sebagai cabang olahraga dalam pertandingan internasional,
khususnya dipertandingkan dalam SEA Games.
           Pencak Silat sebagai bagian dari kebudayaan bangsa Indonesia berkembang sejalan
dengan sejarah masyarakat Indonesia. Dengan aneka ragam situasi geografis dan etnologis,
serta perkembangan zaman yang dialami oleh bangsa Indonesia, pencak silat dikenal dengan
wujud dan corak yang beraneka ragam, namun mempunyai aspek-aspek yang sama. Pencak
silat merupakan unsur-unsur kepribadian bangsa Indonesia yang dimiliki dari hasil budi daya
yang turun temurun. Hingga kini belum ada naskah atau himmpunan mengenai sejarah
pembelaan diri bangsa Indonesia yang disusun secara alamiah dan dapat dipertanggung
jawabkan serta menjadi sumber bagi pengembangan yang lebih teratur, dimana hanya secara
turun temurun dan bersifat pribadi atau kelompok, latar belakang dan sejarah pembelaan diri
dituturkan. Sifat-sifat ketertutupan karena dibentuk oleh zaman penjajahan di masa lalu
merupakan hambatan pengembangan di mana kini kita yang menuntut keterbukaan dan
pemassalan yang lebih luas.

B. Pengertian Pencak Silat


           Pencak silat adalah olahraga berkelahi yang menggunakan teknik pertahanan diri.
Pencak silat merupakan seni bela diri Asia yang berawal dari budaya Melayu. Olahraga bela
diri ini secara luas dikenal di Indonesia, Malaysia, Brunei, dan Singapura, namun juga dapat
ditemukan dalam berbagai variasi di berbagai negara sesuai dengan penyebaran suku Melayu,
seperti di Filipina Selatan dan Thailand Selatan. Berkat peranan para pelatih asal Indonesia,
saat ini Vietnam juga telah memiliki pesilat-pesilat yang tangguh.
           Induk organisasi pencak silat di Indonesia adalah IPSI (Ikatan Pencak Silat Indonesia),
sedangkan Persilat (Persekutuan Pencak Silat Antara Bangsa) adalah nama organisasi yang
dibentuk oleh Indonesia, Singapura, Malaysia dan Brunei Darussalam untuk mewadahi
federasi-federasi pencak silat di berbagai negara. Di dunia internasional, pencak silat menjadi
istilah resmi sejak dibentuknya Persilat di Jakarta pada tahun 1980.
           Suatu seminar mengenai pencak silat pernah diadakan oleh pemerintah pada tahun
1973 di Tugu, Bogor. Dalam seminar ini dilakukan pengukuhan istilah bagi seni pembelaan
diri bangsa Indonesia dengan nama "pencak silat" yang merupakan kata majemuk, karena
tidak semua daerah di Indonesia menggunakan istilah pencak silat di masa lalu. Di beberapa
daerah di Jawa digunakan nama pencak, sedangkan di Sumatera orang menyebutnya dengan
silat. Pencak dan silat merupakan kata yang berbeda. Kata pencak sendiri dapat mempunyai
arti khusus, begitu pula dengan kata silat. Pencak berarti gerak dasar bela diri yang terikat
pada peraturan, dan digunakan dalam belajar, latihan, serta pertunjukan. Silat berarti gerak
bela diri yang sempurna yang bersumber pada kerohanian yang suci murni, guna keselamatan
diri atau kesejahteraan bersama, menghindarkan diri dari bencana. Istilah pencak silat
mengandung unsur-unsur olahraga, seni, bela diri, dan kebatinan. Menurut IPSI bersama
BAKIN pada tahun 1975, pencak silat adalah hasil budaya manusia Indonesia untuk membela
atau mempertahankan eksistensi (kemandirian) dan integritasnya terhadap lingkungan hidup
atau alam sekitarnya untuk mencapai keselarasan hidup guna meningkatkan iman dan taqwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa.

C. Peraturan Pencak Silat


1. Ketentuan Umum
           Pertandingan pencak silat dilakukan oleh dua orang pesilat yang saling berhadapan
utuk mencapai prestasi dengan cara melakukan pembelaan (hindaran, elakan dan tangkisan),
melakukan serangan pada sasaran (serangan tangan dan kaki), menjatuhkan lawan, atau
mengunci lawan. Pertandingan dilakukan dalam 3 babak, dengan masing-masing babak
selama 2 menit dan istirahat antarbabak selama 1 menit. Pertandingan pencak silat dipimpin
oleh satu orang wasit dan lima orang juri. Ketentuan pertandingan adalah sebagai berikut.
a. Setiap pembelaan dan serangan harus berpola dari sikap awal, pasangan langkah,
serta adanya koordinasi dalam melakukan serangan atau pembelaan.
b. Serangan beruntun harus tersusun dengan teratur dan berangkai dengan berbagai
cara ke arah sasaran, sebanyak-banyaknya 4 jenis serangan.
c. Mematuhi ketentuan mengenai sasaran, larangan-larangan, dan kaidah pencak silat
dan ketentuan-ketentuan perwasitan pada umumnya.

2. Ketentuan Kemenangan
           Kemenangan dianggap sah apabila memenuhi salah satu persyaratan sebagai berikut.
a. Menang angka, jika pertandingan selesai 3 babak dan juri memenangkan salah satu
pesilat dengan jumlah angka lebih banyak dari pada lawannya.
b. Menang teknik, jika lawannya tidak bisa melanjutkan pertandingan karena
menyatakan diri tidak dapat melanjutkan pertandingan atau kondisinya tidak
memungkinkan untuk melanjutkan pertandingan atas keputusan dokter pertandingan.
c. permintaan pelatih.
d. Menang mutlak, jika lawannya jatuh karena serangan yang sah dan tidak sadar sampai
hitungan wasit ke-10 dalam waktu 10 detik.
e. Menang diskualifikasi jika lawan mendapat peringatan ke-3 setelah peringatan ke-2,
atau lawan melakukan pelanggaran berat sehingga diberikan hukuman langsung
diskualifikasi, atau melakukan pelanggaran tingkat pertama sehingga lawan cedera
dan tidak dapat melanjutkan pertandingan atas keputusan dokter pertandingan.
f. Menang karena pertandingan tidak seimbang.
g. Menang karena lawan tidak hadir dalam pertandingan atau mengundurkan diri.

3. Ketentuan Penilaian
           Penilaian dalam olahraga pencak silat akan diberikan kepada pesilat dengan ketentuan
sebagai berikut.
a. Nilai 1 (satu) untuk elakan atau tangkisan yang berhasil yang langsung disusul oleh
serangan yang masuk pada sasaran, atau teknik jatuhan yang berhasil dan serangan
tangan yang masuk.
b. Nilai 2 (dua) untuk serangan kaki yang masuk pada sasaran.
c. Nilai 3 (tiga) untuk menjatuhkan lawan.
d. Nilai 4 (empat) untuk mengunci lawan.
e. Selain hal diatas, diberikan juga kerapian teknik yaitu penilaian atas kaidah-kaidah
permainan pencak silat dengan nilai terendah 2 (dua) dan nilai tertinggi 5 (lima) pada
setiap babak.
f. Sasaran yang boleh diserang adalah bagian tubuh, kecuali leher. Dada,  perut,
pinggang kiri dan kanan, punggung, tungkai, dan lengan dapat dijadikan sasaran
serangan menjatuhkan dan mengunci lawan, namun tidak mempunyai nilai sebagai
serangan perkenaan.

D. Teknik Pencak Silat


           Dalam permainan pencak silat, dibutuhkan penguasaan akan teknik-teknik yang ada
guna mencapai hasil yang maksimal atau hasil yang diharapkan. Berikut ini adalah teknik-
teknik dalam permainan pencak silat.
1. Serangan
Serangan adalah usaha menjatuhkan lawan dengan menggunakan lengan, tangan,
ataupun siku untuk mengenai sasaran tertentu pada anggota badan lawan.  Serangan tangan
merupakan serangan yang paling umum dilakukan, umumnya berupa pukulan. Berbagai
macam bentuk serangan adalah sebagai berikut.
a. Pukulan depan, yaitu serangan yang menggunakan lengan dengan tangan mengepal.
Arah lintasannya lurus ke depan, dengan titik sasaran atas, tengah, dan bawah.
b. Pukulan samping, yaitu serangan yang menggunakan lengan dengan tangan
mengepal. Lintasannya ke arah samping badan dengan posisi tangan mengepal.
c. Pukulan sangkol, yaitu serangan yang menggunakan lengan dengan tangan
mengepal. Lintasannya dari bawah ke atas dengan kepalan tangan terbalik dan
diarahkan ke sasaran kemaluan.
d. Pukulan lingkar, yaitu serangan yang menggunakan lengan dengan tangan mengepal.
Lintasannya melingkar dari luar ke dalam, dengan titik sasaran rahang dan rusuk.
Posisi tangan mengepal menghadap ke bawah dan perkenaannya seluruh buku-buku
jari.
e. Tebasan, yaitu serangan yang dilakukan dengan menggunakan satu atau dua telapak
tangan yang terbuka dengan perkenaan sisi telapak tangan luar. Arah lintasannya
dari luar ke dalam atau dari atas ke bawah, dengan sasaran muka, leher, bahu, atau
pinggang.
f. Tebangan, yaitu serangan yang menggunakan satu atau dua telapak tangan terbuka
dengan perkenaan sisi telapak tangan dalam. Lintasannya dari dalam ke luar atau
dari luar ke dalam, dengan arah sasaran leher.
g. Sangga, yaitu serangan dengan satu atau dua telapak tangan terbuka. Bagian
perkenaannya adalah pangkal telapak tangan dalam. Lintasannya dari bawah ke atas,
dengan sasaran dagu dan hidung.
h. Tamparan, dilakukan dengan telapak tangan dalam yang kelima jari tangannya
merapat satu dengan lainnya. Lintasannya dari luar ke dalam, dengan sasaran telinga.
i. Kepret, yaitu serangan dengan telapak tangan luar yang kelima jari tangannya
merapat satu dengan lainnya. Lintasan dari dalam ke luar atau bawah ke atas, dengan
sasaran muka atau kemaluan.
j. Tusukan, yaitu serangan dengan menggunakan jari tangan, dengan posisi jari
merapat. Arahnya lurus ke depan, dengan sasaran mata dan tenggorokan.
k. Totokan, yakni serangan dengan menggunakan tangan setengah meng-genggam
yang perkenaannya ruas kedua dari buku jari-jari. Arahnya lurus ke depan dengan
sasaran mata dan tenggorokan.
l. Patukan, yaitu serangan dengan menggunakan lima jari tangan yang menguncup dan
sedikit ditarik ke belakang. Sasarannya adalah mata.
m. Cengkeraman, yakni serangan yang menggunakan kelima jari tangan
mencengkeram. Lintasannya dari arah luar ke dalam atau ke segala arah,  dengan
sasaran muka.
n. Gentusan, yakni serangan yang menggunakan sisi tangan bagian dalam. Posisi
telapak tangan mengepal. Sasarannya, yaitu leher dan pelipis.
o. Dobrakan, yakni serangan yang menggunakan kedua telapak tangan terbuka dengan
sasaran dada.
p. Sikuan, yakni serangan yang menggunakan siku tangan dengan arah lintasan ke atas,
bawah, depan, samping, dan belakang. Ada beberapa jenis sikuan, antara lain sikuan
atas, sikuan tusuk, sikuan samping, dan sikuan belakang.
2. Belaan
Belaan adalah suatu usaha mempertahankan diri yang dapat dilakukan baik melalui
tangan maupun kaki pada saat menerima serangan. Macam-macam belaan antara lain adalah
sebagai berikut. 
a. Pembuangan, yaitu teknik belaan yang dilakukan dalam keadaan memaksa
dengan jalan membuang tenaga serangan lawan.
b. Pelepasan kuncian, yaitu usaha untuk melepaskan diri dari tangkapan lawan
dilakukan dengan cara menggunakan satu atau dua tangan.
c. Elakan atau hindaran adalah suatu kondisi untuk menghindari dan mengelak dari
berbagai serangan lawan. Elakan mempunyai unsur kuda-kuda, sikap tubuh, dan
sikap tangan. Jenis-jenis elakan antara lain sebagai berikut.
1) Elakan, yakni cara menghindari serangan lawan dengan memindah-kan salah
satu kaki ke belakang atau ke samping sehingga posisi tubuh berubah (miring).
2) Egosan, yakni cara menghindari serangan lawan dengan memindah-kan kedua
kaki sampai posisi tubuh berubah (merunduk).
3) Kelitan, yakni cara menghindari serangan lawan tanpa memindahkan posisi
kaki. Kelitan dilakukan hanya menjauhkan serangan dari anggota badan yang
terancam serangan tersebut.
3. Tangkisan
Tangkisan adalah suatu teknik belaan untuk mengagalkan serangan lawan dengan cara
mengadakan kontak langsung dengan serangan. Kontak langsung bertujuan membendung
atau menahan serangan dan mengalihkan serangan dari lintasannya. Jenis-jenis tangkisan
antara lain sebagai berikut.
1) Tangkisan tepis, yakni menggunakan satu atau kedua telapak tangan terbuka
dengan kenaan telapak tangan dalam. Arah gerakannya dari dalam ke luar dan dari
atas ke bawah.
2) Tangkisan gedik, yakni menggunakan satu lengan dengan tangan mengepal.
Perkenaannya yaitu lengan bawah dalam dengan lintasan dari atas ke bawah.
3) Tangkisan kelit, yakni menggunakan satu lengan dengan telapak tangan terbuka
dengan perkenaan telapak tangan luar. Arah gerakannya dari dalam ke luar atau
sebaliknya.
4) Tangkisan siku, yakni menggunakan siku dengan lintasan dari luar ke dalam.
5) Tangkisan jepit atas, yakni menggunakan kedua lengan yang menyilang dengan
kenaannya sudut persilangan lengan. Arahnya dari atas ke bawah dan sebaliknya.
6) Tangkisan jepit bawah, yakni hampir sama dengan tangkisan jepit atas, hanya saja
posisi tangan mengepal dan diarahkan ke bawah
7) Tangkisan potong, yakni menggunakan satu tangan dan lengan di-gerakkan ke
samping bawah seperti gerakan memotong. Perkenaan-nya adalah lengan bawah
luar, dengan posisi tangan terbuka.
8) Tangkisan sangga, yakni menggunakan satu lengan yang membentuk siku-siku.
Perkenaannya yaitu lengan bawah luar dengan gerakan dari bawah ke atas dan
posisi tangan mengepal.
9) Tangkisan galang, yakni tangkisan yang menggunakan lengan bawah dalam yang
tegak lurus. Tangan mengepal sambil digerakkan ke samping dari luar ke dalam
dan dari dalam ke luar.
10) Tangkisan kepruk, yakni menggunakan kedua tangan mengepal dan lengan
berbentuk siku-siku yang digerakkan ke bawah. Perkenaannya adalah punggung
kepalan tangan.
11) Tangkisan kibas, yakni menggunakan kaki dan tungkai yang dikibas-kan ke atau
dari samping dengan perkenaannya telapak kaki.
12) Tangkisan lutut menggunakan gerakan lutut setinggi pinggang dengan lintasan dari
dalam ke luar.

E. Sarana dan Prasarana Pencak Silat


1. Pakaian Pencak Silat
           Dalam pertandingan pencak silat, ada ketentuan yang mengatur penggunaan pakaian
yang wajib ditaati oleh pesilat agar tidak menimbulkan cedera. Ketentuannya adalah pesilat
wajib mengenakan pakaian seragam standar pencak silat berwarna polos (umumnya hitam),
memakai ikat kepala, kain samping, dan bisa dilengkapi dengan memakai badge logo IPSI
(Ikatan Pencak Silat Indonesia) di dada sebelah kiri. Pesilat juga wajib menggunakan
pelindung dada (body protector), pelindung kemaluan, dan pelindung sendi demi
keselamatan.

2. Lapangan Pencak Silat


           Sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan, ukuran lapangan pencak silat adalah
dengan luas 10 m2, panjang dan lebar 10 m, lingkaran tengah dengan diameter 3 m, dan
lingkaran kedua dengan diameter 8 m. Lapangan pencak silat dilantai dan dilapisi matras
tebal ukuran 10 m x 10 m dengan ketebalan 5 cm dan warna dasar hijau terang, dilengkapi
garis putih setebal 5 cm, dan bidang berbentuk lingkaran. Perlengkapan yang dibutuhkan
pada pertandingan pencak silat adalah meja dan kursi pertandingan, meja dan kursi wasit juri,
formulir pertandingan dan alat tulis menulis, jam pertandingan, gong, bel, lampu babak,
lampu isyarat berwarna merah, biru dan kuning, bendera kecil berwarna merah dan biru, serta
timbangan.

F. Informasi Lain tentang Pencak Silat


1. Sifat dan Ciri Pencak Silat
           Pencak silat memiliki, sifat dan ciri yang unik sehingga membedakannya dengan
olahraga bela diri lainnya. Sifat pencak silat ialah halus, lentuk dan lemas dengan kekerasan
sesaat, tidak membutuhkan ruangan yang luas, gerakan tangan halus dan selaras, langkah
ringan ke segala penjuru, tidak banyak bersuara, pernafasan wajar, banyak permainan rendah,
dan tendangan sedang-sedang.
           Ciri-ciri umum pencak silat antara lain adalah menggunakan seluruh bagian dan
anggota tubuh dari ujung jari tangan dan kaki hingga kepala, dilakukan dengan tangan
kosong atau dengan senjata, namun tidak memerlukan senjata tertentu sehingga benda apapun
dapat dijadikan senjata. Sedangkan ciri-ciri khusus pencak silat ialah sikap tenang,
menggunakan kelentukan, kelincahan, dan kecepatan, saat timing dan sasaran yang tepat
dengan gerak yang cepat untuk menguasai lawan (bukan dengan kekuatan), menggunakan
prinsip timbang badan (permainan posisi dengan memindahkan titik berat badan),
memanfaatkan setiap serangan lawan dengan tenaga lawan, dan mengeluarkan tenaga sendiri
sedikit mungkin (menghemat dan menyimpan tenaga).

Anda mungkin juga menyukai