Di Sahkan :
Di : Bondowoso
Pada Tanggal : 25 Juni 2021
Kepala
SMK Negeri 1 Tapen
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, dengan Ilmu-Nya yang Maha Luas,
serta kemurahan hatinya, hingga kumpulan Modul Fisika untuk Siswa SMK kelas
Modul Fisika SMK Kelas 10 ini disusun sesuai dengan Standar Kompetensi
dan Kompetensi Dasar Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Mata Pelajaran Fisika
( SMK ) Madrasah Aliyah Kejuruan ( MAK ). Karenanya materi yang diuraikan dalam
Materi dalam Modul Fisika Smk Kelas 10 ini disajikan dengan seringkas dan
sejelas mungkin. Hal ini dimaksudkan agar Siswa bisa lebih cepat menangkap
Kritik dan saran sangat Penulis harapkan demi kesempurnaan modul ini. Semoga
i
STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR
FISIKA KELOMPOK TEKNOLOGI INFORMASI DAN TELEKOMUNIKASI
B. Pengukuran ……………………………………………………………. 6
C. Mengukur ……………………………………………………………… 11
B. Energi ………………………………………………………………….. 19
B. Elastisitas ……………………………………………………………. 31
A. Getaran ……………………………………………………………….. 35
B. Gelombang ……………………………………………………………. 40
C. Bunyi ………………………………………………………………….. 44
BAB V :OPTIK
A. Suhu …………………………………………………………………… 65
B. Kalor ………………………………………………………………….. 68
D. Pemuaian …………………………………………………………….. 71
Standar Kompetensi:
• Mengukur besaran dan menerapkan satuannya
Kompetensi Dasar:
• Menguasai konsep besaran dan satuannya
• Menggunakan alat ukur yang tepat untuk mengukur suatu besaran fisis
2. Besaran Turunan
Besaran turunan adalah besaran yang diperoleh dengan cara menurunkan
dari besaran pokok
1
3. Dimensi Besaran
5. Sistem Besaran
Sistem Internasional
Besaran Satuan (dalam SI) Satuan Baku
Gaya newton (N) kg m / s2
Tekanan pascal (Pa) kg / m s2
Energi joule (J) kg m2 / s2
Frekuensi hertz (Hz) 1 / s atau s-1
Hambatan Listrik ohm (Ω) Kg m / A s3
2
6. Satuan Baku
Satuan Nama Satuan Nilai Satuan Baku
mm Millimeter 1 x 10-3 m
cm Centimeter 1 x 10-2 m
dm Desimeter 1 x 10-1 m
m Meter
dam Dekameter 1 x 10 m
hm Hectometer 1 x 102 m
km Kilometer 1 x 103 m
µm Micrometer 1 x 10-6 m
Nm Nanometer 1 x 10-9 m
Aº angstrom 1 x 10-10 m
pm picometer 1 x 10-12 m
3. Besaran pokok dengan satuan yang benar menurut Sistem Internasional (SI)
pada tabel berikut adalah …
No. Besaran Satuan
1. Suhu detik
2. Massa kilogram
3. Waktu kelvin
4. Panjang meter
A. 1 dan 3
B. 2 dan 3
C. 1 dan 4
D. 2 dan 4
E. 3 dan 4
3
4. Besaran yang dimensinya [M] [L] ־¹ [T] ־² adalah …
A. gaya
B. tekanan
C. energi
D. momentum
E. percepatan
10. Diantara kelompok besaran berikut, yang termasuk kelompok besaran pokok
dalam system Internasional adalah ….
A. Panjang, luas, waktu, jumlah zat
B. Kuat arus, intersitas cahaya, suhu, waktu
C. Volume, suhu, massa, kuat arus
D. Kuat arus, panjang, massa, tekanan
E. Intensitas cahaya, kecepatan, percepatan, waktu
4
11. Kelompok besaran di bawah ini yang merupakan kelompok besaran turunan
adalah …
A. Panjang lebar dan luas
B. Kecepatan, percepatan dan gaya
C. Kuat arus, suhu dan usaha
D. Massa, waktu, dan percepatan
E. Intensitas cahaya, banyaknya mol dan volume
15. “ Setelah diukur dengan lebih teliti, ternyata besarnya adalah 3.75 Amper “.
Besaran yang disebutkan pada kalimat tersebut adalah . . .
A. Tegangan listrik
B. Arus listrik
C. Intensitas cahaya
D. Massa
E. Jumlah zat
5
B. PENGUKURAN
Beberapa jenis alat ukur yaitu seperti dituliskan dalam tabel berikut
Besaran Alat ukur
Meteran, mistar, jangka sorong,
Panjang
mikrometer skrup.
Massa Timbangan, neraca
Waktu Jam, stopwatch
Kuat arus listrik Amperemeter
Suhu Termometer
Tegangan listrik Voltmeter
Hambatan listrik Ohmmeter
Volume Gelas ukur
Gaya Dinamometer
Massa jenis zat cair Higrometer
Dan lain-lain Dan lain-lain
2. Pengukuran Panjang
a. Menggunakan Mistar
Nilai skala terkecil yang dimiliki oleh mistar adalah 1 mm dan skala
utamanya adalah 1 cm
3. Pengukuran Massa
a. neraca pegas
b. neraca Tuas
7
c. Pengukuran Waktu
a. Jam
b. Stopwatch
8
Latihan Soal Pengukuran
1. besarnya nilai skala terkecil mikrometer sekrup adalah . . .
A. 0,01 cm
B. 0,01 mm
C. 0,1 cm
D. 0,1 mm
E. 0,1 dm
A. 3.95 mm
B. 3.45 mm
C. 3.50 mm
D. 2.95 mm
E. 2.45 mm
4. Alat ukur panjang berikut yang memiliki ketelitian paling tinggi adalah . . .
A. Mistar
B. Jangka sorong
C. Mikrometer sekrup
D. Meteran
E. Rol meter
Bila neraca dalam keadaan setimbang, maka besar massa batu B adalah ...
A. 24,00 kg
B. 20,004 kg
C. 20,04 kg
D. 20,0004 kg
E. 60 kg
A. 62,0 mm
B. 62,1 mm
C. 63,0 mm
D. 63, 3 mm
E. 63, 5 mm
10
E. Panjang
11. Alat yang dapat yang digunakan untuk mengukur volume batu adalah …
A. jangka sorong
B. mistar ukur
C. gelas ukur
D. gelas pancuran
E. jangka sorong
C. MENGUKUR
1. Angka Penting
Yaitu semua angka yang digunakan untuk menyatakan hasil pengukuran, baik
angka pasti maupun angka taksiran
12
Contoh :
3,25 x 4,005 = …
3,25 = mengandung 3 angka penting
4,009 = mengandung 4 angka penting
Hasil menurut hitungan = 16.27925
Karena hasilnya hanya diperbolehkan mengandung 3
angka penting (jumlah angka penting yang paling
sedikit), sehingga hasilnya menurut aturan angka
penting seharusnya = 16.3
a. Kesalahan kalibrasi
Yaitu kesalahan dalam pengukuran yang disebabkan karena
pembagian skala alat ukur yang tidak tepat. Hal ini dapat terjadi akibat
keadaan alat ukut itu sendiri yang sudah tidak baik akibat pengaruh
usia, suhu, kelembaban, atau hal lainnya.
d. Kesalahan Paralaks
yaitu kesalahan dalam pengukuran akibat pandangan
(penglihatan) si pengukur tidak pada posisi yang tepat
13
3. Pengolahan Data Hasil Pengukuran
Secara lengkap, data hasil pengukuran dituliskan dalam bentuk :
( x ± ∆x )
Dengan x sebagai data hasil perhitungan dan ∆x adalah nilai ketelitiannya
a. Data tunggal
Data tunggal yaitu data yang diperoleh dari satu kali
pengukuran. Nilai x hasil pengukuran tersebut merupakan nilai yang
1
dihasilkan dari pengukuran, sedangkan nilai ∆x adalah × nilai skala
2
terkecil alat ukur yang digunakan.
b. Data berulang
Data berulang yaitu data yang diperoleh dari hasil pengukuran
yang dilakukan secara berulang-ulang. Nilai x dari hasil pengukuran
tersebut merupakan nilai rata-rata, sedangkan nilai ∆x dihitung dengan
rumus:
N ⋅ ∑ x 2 − (∑ x )
2
1
∆x =
N N −1
No X X2
1
2
3
4
N=4 Σx Σx2
14
2. Hasil pengukuran panjang dan
lebar suatu pelat adalah 11,25 m
dan 4,6 m. Menurut aturan angka
penting luas lantai adalah…
A. 51,75 m²
B. 51,8 m²
C. 51,7 m²
D. 52,0 m²
E. 52 m²
7. Kesalahan titik nol yaitu kesalahan pengukuran akibat keadaan alat yang
pada posisi awal, skalanya tidak tepat menunjuk ke titik nol. Kesalahan ini
dapat diantisipasi dengan cara . . .
A. deviasi
B. Kalibrasi alat
C. Membersihkan alat
15
D. Memindahkan posisi alat
E. Mangubah arah pandang
10. 2 mm + 4000 µm = . . . . . . m
16
BAB 2
USAHA DAN ENERGI
Standar Kompetensi:
1. Menerapkan konsep usaha, daya dan energi
Kompetensi Dasar:
2. Menguasai Konsep Usaha, Daya Dan Energi
3. Menguasai Hukum Kekekalan Energi
4. Menghitung Usaha, Daya Dan Energi
W = Usaha (joule)
W = F ⋅s F = gaya (Newton)
s = perpindahan (m)
Daya atau tenaga (power) adalah usaha yang dilakukan atau energi yang
berubah tiap satuan waktu.
W P = Daya (watt)
p=
t t = waktu (sekon)
Atau
F ⋅s
p=
t
6m
besar usaha yang dilakukan untuk
menarik kotak adalah . . . joule
a. 15 joule
b. 30 joule
c. 30 3 joule
d. 90 joule
e. 90 3 joule
18
e. 150 joule
a. 9 joule
b. 12 joule
c. 18 joule
d. 54 joule
e. 72 joule
B. ENERGI
Energi adalah kemampuan untuk melakukan usaha
1. Energi Potensial
Energi potensial adalah energi yang dimiliki oleh suatu objek akibat
keadaannya atau kedudukannya
Ep = m ⋅ g ⋅ h
Ep = energi potensial (joule)
m = massa benda (kg)
2. Energi Kinetik
Energi kinetik adalah energi yang dimiliki suatu g = percepatan grafitasi
benda karena geraknya. (m/s2)
h = ketinggian benda
1
Ek = ⋅ m ⋅ v2
2 Ek = energi kinetic (joule)
v = kecepatan gerak benda
3. Energi Mekanik
Energi mekanik adalah jumlah energi potensial dan energi kinetik
Em = Ep + Ek
1
Em = m ⋅ g ⋅ h + m ⋅ v2
2
19
4. Hubungan Energi Dengan Usaha
Usaha merupakan perubahan besar suatu bentuk energi.
W = ∆Ep
W = Ep 2 − Ep1
∆Ep = perubahan energi potensial (joule)
∆Ek = perubahan energi kinetik (joule)
W = m ⋅ g ⋅ (h2 − h1 ) Ek1 = energi kinetik awal (joule)
Ek 2 = energi kinetik akhir (joule)
b. Usaha Adalah Perubahan Energi Kinetik Ep1 = energi potensial awal (joule)
Ep 2 = energi potensial akhir (joule)
W = ∆Ek
W = Ek 2 − Ek1
W =
1
2
(
⋅ m ⋅ v 2 − v1
2 2
)
LATIHAN ENERGI
1. Sepeda massanya 40 kg melaju
dengan kecepatan 4 m/s. Agar
kecepatannya bertambah menjadi 10
m/s, diperlukan usaha sebesar . . . .
a. 160 joule
b. 240 joule
c. 400 joule
d. 720 joule
e. 1600 joule
20
a. 24 joule
b. 48 joule
c. 96000 joule
d. 98000 joule
e. 112000 joule
21
C. HUKUM KEKEKALAN ENERGI MEKANIK
Besarnya energi mekanik yang dimiliki oleh suatu benda selalu sama. Atau
dapat dituliskan:
Em1 = Em2
1 1
m ⋅ g ⋅ h1 + m ⋅ v1 = m ⋅ g ⋅ h2 + m ⋅ v 2
2 2
2 2
m = masa benda (kg)
g = percepatan grafitasi (kg m / s2)
h1 = ketinggian benda 1 (m)
v1 = kecepatan gerak benda 1 (m/s)
h2 = ketinggian benda 2 (m)
v2 = kecepatan gerak benda 2 (m/s)
22
3. Sebuah benda massanya 100 gram
meluncur pada lintasan menanjak
seperti pada gambar hingga berhenti
23
d. 2.4 m
e. 3.2 m
a. 5 m/s
b. 18 m/s
c. 18 2 m/s
d. 20 m/s
e. 22 m/s
24
BAB 3
SIFAT MEKANIK BAHAN
Standar Kompetensi:
• Menginterpretasikan sifat mekanik bahan
Kompetensi Dasar:
• Menguasai Konsep Elastisitas Bahan
• Menguasai Hukum Hooke
• Menentukan Kekuatan Bahan
A. HUKUM HOOKE
1. Gaya Pegas
Menurut Hooke, besarnya pertambahan panjang (∆x) sebuah pegas sebanding dengan
besarnya gaya yang bekerja pada pegas itu (F).
2. Konstanta Pegas
Tiap pegas memiliki koefisien elastisitas pegas (konstanta pegas) yang berbeda-beda.
Besarnya konstanta pegas tersebut dipengaruhi oleh jenis bahan pegas.
F
k=
∆x
3. Susunan Pegas
a. Susunan Seri
k1
1 1 1 1
= + + + ...
k2 kp k1 k 2 k 3
25
b. Susunan Paralel
k1 k2 k3 Kp = k1 + k 2 + k 3 + ...
1 1
Ep = F ⋅ ∆x Ep = ⋅ k ⋅ ∆x 2
2 2
atau
26
C. 4.00 joule
D. 7.68 joule
E. 8.00 joule
27
9. Suatu pegas meregang hingga energi potensialnya 200
joule. Jika pegas tersebut kemudian ditarik hingga
energi potensialnya 320 joule, besarnya usaha yang
dikerahkan untuk menarik pegas tersebut adalah . . . .
A. 215 joule
B. 120 joule
C. 340 joule
D. 540 joule
E. 72000 joule
10. .
Ka Kb
Kc
28
13. Sekantung buah digantung pada suatu benda pegas,
ternyata benda pegas tersebut bertambah panjang
sebesar 3 cm. Jika besar konstanta pegas benda tersebut
2000 N/m, berat sekarung beras tersebut adalah . . . .
A. 10 N
B. 50 N
C. 60 N
D. 70 N
E. 100 N
15. F (N)
52
4 ∆l (cm)
29
B. ELASTISITAS
Elastisitas adalah kemampuan benda untuk dapat kembali ke bentuk semula ketika gaya
yang bekerja padanya dihilangkan
1. Stress (tegangan)
Stress yaitu besarnya gaya tarik atau gaya dorong yang diberikan tiap satuan luas
penampang benda.
F
Stress =
A
2. Strain (regangan)
Strain adalah perbandingan antara perubahan panjang dengan panjang semula
∆x
Strain =
x0
LATIHAN ELASTISITAS
1. Modulus elastisitas atau modulus Young adalah ukuran kekuatan suatu bahan, yang
besarnya merupakan . . . .
a. perbandingan antara tegangan dengan regangan
b. perbandingan anrara regangan dengan tegangan
c. perbandingan antara perubahan panjang bahan dengan panjang benda sebelum
diberi perlakuan
d. perbandingan antara gaya dengan luas penampang bahan
e. perbandingan antara luas penampang bahan dengan gaya
30
3. Suatu benda luas penampangnya 2 cm2, panjangnya
4 m dan modulus elastisitasnya 6 × 1011 N/m2. Jika
ditarik dengan gaya 100 N hitunglah pertambahan
panjang benda tersebut!
a. 4.0 × 10-6 m
b. 3.0 × 10-5 m
c. 2.5 × 10-5 m
d. 2.0 × 10-4 m
e. 2.5 × 10-4 m
31
8. .
k1
Jika K1 = 200 N/m, K2
= 300 N/m, K3 = 400
N/m, dan K4 = 500 N/m,
besar konstanta pegas
k2 gabungan pegas
disamping adalah …
k3
k4
9.
32
10. .
Ka Kb
F
Diketahui besar Ka = 3500 N/m dan
besar Kb = 5500 N/m. hitunglah:
a. Konstanta pegas
gabungannya
b. Pertambahan panjang pegas
setelah di tarik dengan gaya F
sebesar 90 N
33
BAB 4
GETARAN, GELOMBANG, DAN BUNYI
Standar Kompetensi:
Menerapkan getaran, gelombang, dan bunyi
Kompetensi dasar:
1. Menguasai hukum getaran, gelombang, dan bunyi
2. Membedakan getaran, gelombang, dan bunyi
3. Menghitung getaran, gelombang, dan bunyi
A. GETARAN
1. Definisi Getaran
Getaran adalah gerak bolak-balik suatu objek di sekitar titik setimbang. Getaran dapat
terjadi pada benda pegas yang bergetar, benda yang berayun-ayun, benda yang naik turun di
permukaan air, dan lain-lain.
Secara umum, besarnya periode (T) dan frekuensi (f) getaran yaitu:
t dan n
T= f =
n t
1 dan 1
f = T=
T f
2. Gaya Pemulih
Suatu benda dapat bergetar atau berayun disebabkan karena adanya suatu gaya. Gaya
tersebut dinamakan gaya pemulih. Gaya pemulih menyebabkan suatu benda yang bergerak,
gerakannya menjadi melambat, kemudian bergerak berbalik arah.
34
1. Getaran harmonis
Getaran harmonis adalah gerak getaran yang membentuk pola yang berulang-ulang
secara terus menerus tanpa henti.
Jika sebuah benda pegas diberi beban dengan massa m, kemudian direntangkan
(ditarik) terhadap posisi setimbangnya, lalu dilepaskan. Maka akan terjadi gerakan
naik turuk (bolak-balik) pada beban. Gerakan bolak-balik ini bisa disebut juga sebagai
osilasi atau getaran.
Getaran tersebut dapat terjadi akibat adanya gaya pemulih yang besarnya yaitu:
F = gaya pemulih (N)
F = −k ⋅ x k = konstanta gaya pemulih (N/m)
x = jarak dari pusat setimbang (m)
Tanda ( - ) menyatakan arah gaya yang selalu menuju ke pusat getaran
Pada suatu saat getaran beban pada pegas akan stabil, gerakannya murni hanya dalam
arah vertikal (sumbu Y), dan gerakan tersebut teratur dan terus-menerus. Dalam keadaan
ini benda (beban) tersebut dikatakan bergerak secara harmonis. Pada keadaan ini berlaku:
m
T = 2π
k
T : periode (s)
f : frekuensi (Hz)
k : konstanta pegas (N/m)
1 k m : massa benda (kg)
f =
2π m
35
b. Getaran harmonis pada bandul
Getaran pada bandul tersebut terjadi akibat adanya gaya pemulih yang besarnya
sebagai berikut:
F = mg ⋅ Sinθ
Saat gerak ayunan bandul tersebut sudah stabil dalam arah yang tetap dan terus-
menerus, dapat dikatakan bahwa bandul tersebut telah berayun secara harmonis. Pada
keadaan ini berlaku:
l
T = 2π
g T : periode (s)
f : frekuensi (Hz)
l : panjang tali bandul (m)
1 g g : percepatan grafitasi (m/s2)
f =
2π l
36
LATIHAN GETARAN
3. Gerak bolak-balik melalui suatu titik yang sama dan berulang-ulang dengan pola
yang sama dinamakan . . .
a. frekuensi
b. getaran
c. periode
d. gelombang
e. amplitudo
5. Sebuah bandul berayun dengan pola seperti pada gambar di samping. Jika
bandul mulai berayun dari A, maka urutan satu getaran atau satu ayunan yang
benar adalah . . .
A C
B
37
a. A–B–C–B–A
b. A–B–C–B–C
c. A–B–C–B–A
d. A–C–B–C–A
e. A–B–A–C–A
38
B. GELOMBANG
Gelombang adalah getaran yang merambat.
1. Jenis Gelombang
a. berdasarkan arah getarnya, gelombang dibagi menjadi:
1) Gelombang transfersal
Gelombang transfersal adalah gelombang yang arah getarnya tegak
lurus dengan arah rambat.
39
2. Persamaan Gelombang
a. Besaran-Besaran Pada Gelombang
besaran-besaran yang perlu diketahui dari suatu gelombang yang
merambat yaitu:
• simpangan : jarak suatu getar gelombang dari titik setimbangnya
• amplitudo : simpang terbesar gelombang
• frekuensi : jumlah gelombang tiap detik
• amplitudo : waktu untuk suatu gelombang merambat sejauh satu
gelombang.
• Cepat rambat gelombang : kecepatan merambat gelombang
• Kecepatan sudut : besarnya perubahan sudut suatu gelombang tiap satuan
waktu
Y = A ⋅ Sin(ω ⋅ t ± k ⋅ x )
2 ⋅π 2 ⋅π λ
ω = 2 ⋅π ⋅ f ω= k= v=λ⋅ f v=
T λ T
t x x
Y = A ⋅ Sin 2π ± Y = A ⋅ Sin 2π ⋅ f t ±
T λ v
atau
Y : simpangan gelombang
A : amplitudo atau simpangan maksimum gelombang
ω : kecepatan sudut gelombang
t : waktu
k : bilangan gelombang
x : perpindahan gelombang
± : jika bernilai +, artinya gelombang merambat ke kiri
Jika bernilai -, artinya gelombang merambat ke kanan
v : kecepatan rambat gelombang
f : frekuensi getaran gelombang
T : periode gelombang
λ : panjang gelombang
40
LATIHAN GELOMBANG
41
c. 50 m/s
d. 50.5 m/s
e. 75 m/s
a. Periode gelombang
b. Panjang gelombang
c. Amplitude gelombang
d. Frekuensi gelombang
42
C. BUNYI
1. Effek Doppler
Effek Doppler adalah peristiwa berubahnya harga frekwensi bunyi yang diterima oleh
pendengar (P) dari frekwensi suatu sumbner bunyi (S) apabila terjadi gerakan relatif
antara P dan S.
v ± vP
fP = . fS
v ± vS
2. Intensitas Bunyi.
Yang dimaksud dengan intensitas bunyi ialah : Besar energi bunyi tiap satuan waktu tiap
satuan luas yang datang tegak lurus.
Dapat dirumuskan sebagai :
P p
I= I=
A 4π ⋅ r 2
atau
I = Intensitas bunyi dalam watt/m2 atau watt/cm2
A = Luas bidang bola dalam m2 atau cm2
R = Jarak dari sumber bunyi (m)
P = Daya bunyi dalam J/det atau watt.
I
TI = log
I0
43
TI : taraf intensitas bunyi dalam (dB )
I : intensitas bunyi.
Io : intensitas ambang pendengaran = 10-12 watt/m2
n
TI 2 = TI1 + 10 ⋅ log 2
n1
TI1 = taraf intensitas bunyi n1 buah sumber bunyi (dB)
n1 = jumlah sumber bunyi pertama
TI2 = taraf intensitas bunyi n2 buah sumber bunyi (dB)
n2 = jumlah sumber bunyi kedua
r
TI 2 = TI1 + 10 ⋅ log 1
r2
TI1 = taraf intensitas bunyi pada jarak r1 dari sumber bunyi (dB)
r1 = jarak pertama dari sumber bunyi
TI2 = taraf intensitas bunyi pada jarak r2 dari sumber bunyi (dB)
r2 = jarak kedua dari sumber bunyi
44
LATIHAN BUNYI
1. Ari berada pada jarak 10 m dari suatu
sumber bunyi. Saat itu intensitas
bunyi yang didengar Ari adalah 10-10
watt/m2. Jika Ari berpindah sejauh 5
meter mendekati sumber bunyi maka
intensitas bunyi yang didengar oleh
Ari menjadi sebesar . . .
2. Sebuah mesin menghasilkan bunyi
dengan intensitas sebesar 10-10
watt/m2. Jika intensitas ambang
pendengaran 10-12 watt/m2, besarnya
taraf intensitas bunyi tersebut adalah
...
3. Taraf intensitas sebuah mesin adalah
60 dB. Jika terdapat 100 buah mesin,
maka taraf intensitas seluruh mesin
tersebut adalah . . .
4. Danu berada pada jarak 10 m dari
suatu sumber bunyi saat mendengan
suatu bunyi dengan taraf intensitas
sebesar 100 dB. Jika danu berpindah
menjauhi sumber bunyi dan berdiri
pada jarak 100 m dari sumber bunyi,
taraf intensitas bunyi yang didengar
danu saat itu adalah . . .
5. Sebuah mobil membunyikan sirine
dengan frekuensi sebesar 600 Hz.
mobil tersebut bergerak mendekati
andi dengan kecepatan 12 m/s. jika
andi diam dan kecepatan suara di
udara 340 m/s. frekuensi suara yang
didengar andi adalah . . .
6. Ivan berlari dengan laju 6 m/s menuju
sebuah mesin yang bersuara dengan
frekuensi sebesar 400 Hz. Jika cepat
rambat bunyi di udara 300 m/s, besar
frekuensi bunyi yang didengar Ivan
adalah . . .
7. Ina berdiri pada jarak 10 m dari suatu
sumber bunyi. Jika daya sumber
bunyi tersebut 44000 watt, intensitas
bunyi yang didengar Ina adalah . . .
45
BAB 5
OPTIK
STANDAR KOMPETENSI
Menerapkan konsep optik
KOMPETENSI DASAR
Membedakan konsep cermin dan lensa
Menggunakan hukum pemantulan dan pembiasan cahaya
Menggunakan cermin dan lensa
A. OPTIKA GEOMETRI
1. PEMANTULAN
Cahaya selalu dipantulkan oleh benda. Kita dapat melihat suatu benda akibat
adanya pantulan cahaya dari benda tersebut yang tertangkap oleh indra penglihatan
kita.
a. Hukum Pemantulan Cahaya
Pemantulan cahaya dibedakan 2 macam yaitu :
1). Pemantulan teratur (Speculer reflection)
Yaitu : pemantulan cahaya dalam satu arah.
Contoh : pemantulan pada kertas lapis dari perak, aluminium atau dari
baja.
2). Pemantulan baur (diffuse reflection)
Yaitu : pemantulan cahaya ke segala arah.
Contoh : pemantulan kertas putih tanpa lapis.
*Cermin datar terpendek yang diperlukan untuk dapat melihat seluruh bayangan
benda adalah : SETENGAH dari TINGGI benda itu.
Untuk dua buah cermin yang saling membentuk sudut satu dengan yang lainya,
jumlah bayangan yang terjadi dari sebuah benda yang diletakkan diantaranya
adalah :
46
360
n= −1
α
1). Berkas sinar sejajar sumbu utama dipantulkan seolah-olah berasal dari
fokus (f).
2). Berkas sinar yang menuju titik pusat kelengkungan cermin ( R )
dipantulkan seolah berasal dari titik itu juga.
1 1 1 R s ` h'
= + f = M= =
f s s` 2 s h
47
Gambar Jalannya Sinar Dan Penomoran Ruang.
2. PEMBIASAN CAHAYA
a. Hukum Snelius
Hukum snelius yaitu mengenai pembiasan pada bidang batas antara dua buah
ruang yang memiliki indek bias yang berbeda. Misalnya udara dan air seperti
gambar berikut:
48
Sinar datang dari udara (memiliki indek bias N1) menuju air (memiliki indek bias
N2) dan membentuk sudut terhadap bidang normal sebesar i (sudut datang), sinar
tersebut kemudian dibelokan hingga membentuk sudut terhadap bidang normal
sebesar r (sudut bias). Pada pembiasan sinar tersebut berlaku:
N1 ⋅ Sin(i ) = N 2 ⋅ Sin(r )
b. Indeks Bias
a. Index bias mutlak ( atau biasa disebut “ index bias saja). Adalah
perbandingan antara kecepatan cahaya di ruang hampa atau di udara ( c)
dengan kecepatan cahaya di dalam bahan (v).
λu
nb =
c nb =
v λb
Nb : indeks bias
v : kecepatan cahaya di dalam bahan.
λu : panjang gelombanga cahaya di udara
λb : panjang gelombang cahaya saant di dalam bahan
v2 λ n1
n 21 = = 2 n21 =
v1 λ1 n2
49
B. PEMBIASAN PADA LENSA
1. JENIS-JENIS LENSA
• Lensa Konvergen / lensa positip, yang terdiri dari : plan konvek, bikonvek, dan
konvek-konkaf.
• Lensa Divergen / lensa negatip, yang terdiri dari : plano konkaf, bikonkaf dan
konkafkonveks.
• Sinar yang sejaar dengan sumbu utam dibiaskan melalui titik api kedua.
• Sinar yang melalui titik api pertama akan di biaskan sejajar sumbu utama.
• Sinar yang datang melalui pusat optik lensa tidak dibiaskan tetapi diteruskan.
50
3. SINAR-SINAR ISTIMEWA PADA LENSA CEKUNG (LENSA NEGATIF)
• Sinar yang sejajar dengan sumbu utama dibiaskan seolah-olah berasal dari titik
api pertama.
• Sinar yang menuju titik api kedua dibiaskan sejajar sumbu utama.
• Sinar yang datang melalui pusat optik lensa tidak dibiaskan tetapi diteruskan.
Baik pada lensa cembung maupun pada lensa cekung berlaku persamaan lensa berikut:
1 1 1 s` h'
= + m= =
f s s` s h
51
C. ALAT-ALAT OPTIK
a. Mata
Bagian-Bagian Mata:
52
Cacat Pada Mata.
Mata dinyatakan cacat biasanya karena :
- Berkurangnya daya akomodasi mata.
- Kelainan bentuk bola mata.
1). Mata Normal (Emetropi).
Pada mata normal, Dalam keadaan istirahat (tidak berakomodasi) maka
bayangan jatuh tepat pada retina. Titik dekat mata normal adalah 25 cm
dan titik jauhnya adalah tak berhingga.
Supaya dapat melihat seperti orang normal maka penderita miopi perlu
menggunakan kacamata berlensa negatif (lensa cekung).
Supaya dapat melihat seperti normal, maka penderita rabun dekat perlu
menggunakan kaca mata lensa positip (lensa cembung).
53
4). Presbiopi.
Presbiopi adalah kelainan mata pada yang biasa diderita oleh orang tua, hal
ini disebabkan :
- Daya akomodasi mata berkurang.
- Dapat ditolong dengan kacamata lensa rangkap.
b. Kacamata.
Kacamata pada dasanya sebuah lensa yang dipakai untuk mengatasi cacat mata,
supaya diperoleh bayangan yang tepat dan jelas di retina.
Ada 2 macam :
a. Kacamata lensa positip (lensa cembung).
b. Kacamata lensa negatip (lensa cekung).
Bayangan yang dibentuk oleh kacamata selalu maya. (dalam persamaan lensa, s’
bernilai negatif).
c. Lup
Lup merupakan alat optik yang paling sederhana, yaitu hanya mempergunakan
sebuah lensa cembung (positip).
Saat menggunakan Lup, benda berada pada antara mata dan benda.
Bayangan yang dihasilkan oleh Lup: Maya, Diperbesar, Tegak.
Fungsi lup adalah untuk meliihat-benda kecil sehingga tampak lebih besar dan
lebih jelas.
54
Saat mata tak berakomodasi.
Saat mata tak berakomodasi, lukisan pembentukan bayangan oleh lup yaitu:
sd
M =
f
s` sd
M = x D = -s` + d.
s D
d. Mikroskop
Mikroskop adalah alat optik yang terdiri dari dua buah lensa yaitu : Lensa positif
(obyektif) dan lensa positip (okuler) yang dipisahkan dengan jarak tertentu (d).
Fungsi dari mikroskop adalah: Mengamati benda-benda renik agar tampak lebih
besar dan jelas. Sifat bayangan akhir yang dihasilkan mikroskop : maya,
diperbesar, terbalik.
55
Bayangan jatuh tepat pada fokus okuler, sehingga bayangan yang di bentuk oleh
lensa okuler di jauh tak terhingga. Berlaku:
s`ob sn
S ok = f ok d = S `ob + f ok M ob = M ok =
sob f ok
s`ob sn
M = M ob ⋅ M ok M= .
sob f ok
s`ob Sn
S 'o k = S n d = S `ob + Sok M ob = M ok = +1
sob f ok
s`ob sn
M = M ob ⋅ M ok M= . + 1
sob f ok
56
e. TEROPONG
Teropong adalah alat optik yang dipakai untuk melihat benda-benda jauh agar
kelihatan lebih dekat dan jelas.
57
SOAL-SOAL LATIHAN
1. Pernyataan di bawah ini yang tidak benar mengenai sifat bayangan dalam
sebuah cermin datar adalah . . .
A. jarak bayangan di belakang cermin sama dengan jarak benda di depan cermin
B. warna bayangan sama dengan ukuran benda
C. ukuran bayangan sama dengan ukuran benda
D. bayangan adalah maya
E. bayangan adalah terbalik
2. Berdasarkan pengertian maya dan nyata suatu bayangan dalam optika, maka
dapat dinyatakan bahwa:
1). bayangan pada layang bioskop adalah bayangan nyata
2). bayangan yang dibentuk lensa mata adalah bayangan maya
3). bayangan yang kita lihat melalui teropong adalah bayangan maya
4). bayangan yang dibentuk cermin datar adalah bayangan maya
Pernyataan yang benar adalah . . .
A. 1, 2, dan 3
B. 1 dan 3
C. 2 dan 4
D. 4 saja
E. Semua benar
58
6. Sebuah benda berada pada jarak 15 cm di muka lensa negatif dengan fokus 10
cm. Bayangan yang terbentuk :
1. berada di belakang lensa
2. terbalik
3. nyata
4. diperkecil
Pernyataan-pernyataan yang benar yaitu . . .
A. 1, 2, dan 3
B. 1 dan 3
C. 2 dan 4
D. 4 saja
E. Semua benar
8. Sifat dan kedudukan bayangan yang dihasilkan oleh lensa objektif sebuah
teropong bintang adalah . . .
A. nyata, terbalik, dan tepat di fokus lensa objektif
B. nyata, tegak, dan tepat di fokus lensa objektif
C. nyata, tegak, dan tepat di fokus lensa okuler
D. maya, terbalik, dan tepat di fokus lensa okuler
E. maya, terbalik, dan tepat di fokus lensa objektif
59
11. 12 cm di depan sebuah cermin cembung yang
jarak fokusnya – 9 cm terdapat sebuah benda.
Jarak bayangan benda bersebut adalah . . .
A. 7/36 cm
B. 9/12 cm
C. – 7/36 cm
D. – 36/7 cm
E. 12/9 cm
16. Sinar yang datang sejajar sumbu utama pada cermin cekung akan . . . .
A. dipantulkan sejajar sumbu utama
B. dipantulkan melalui titik focus
C. dibiaskan sejajar sumbu utama
D. dipantulkan melalui pusat jari-jari cermin
E. dibiaskan melalui titik focus
60
17. Sebuah benda terletak 20 cm di depan sebuah
lensa berjarak focus 4 cm. jarak bayangan yang
terbentuk oleh lensa tersebut adalah . . .
A. 4 cm
B. 5 cm
C. 6 cm
D. 7 cm
E. 8 cm
Benda
bayangan
R F F R
A. cermin cekung
B. cermin cembung
C. lensa cekung
D. lensa cembung
E. lensa positif
21. Pernyataan di bawah ini yang tidak benar mengenai sifat bayangan dalam
sebuah cermin datar adalah . . .
A. jarak bayangan di belakang cermin sama dengan jarak benda di depan
cermin
B. warna bayangan sama dengan ukuran benda
C. ukuran bayangan sama dengan ukuran benda
D. bayangan adalah maya
61
E. bayangan adalah terbalik
22. Berdasarkan pengertian maya dan nyata suatu bayangan dalam optika, maka
dapat dinyatakan bahwa:
1. bayangan pada layang bioskop adalah bayangan nyata
2. bayangan yang dibentuk lensa mata adalah bayangan maya
3. bayangan yang kita lihat melalui teropong adalah bayangan maya
4. bayangan yang dibentuk cermin datar adalah bayangan maya
Pernyataan yang benar adalah . . .
A. 1, 2, dan 3
B. 1 dan 3
C. 2 dan 4
D. 4 saja
E. Semua benar
26. Sebuah benda berada pada jarak 15 cm di muka lensa negatif dengan fokus 10
cm. Bayangan yang terbentuk :
1. berada di belakang lensa
2. terbalik
3. nyata
4. diperkecil
Pernyataan-pernyataan yang benar yaitu . . .
62
A. 1, 2, dan 3
B. 1 dan 3
C. 2 dan 4
D. 4 saja
E. Semua benar
28. Sifat dan kedudukan bayangan yang dihasilkan oleh lensa objektif sebuah
teropong bintang adalah . . .
A. nyata, terbalik, dan tepat di fokus lensa objektif
B. nyata, tegak, dan tepat di fokus lensa objektif
C. nyata, tegak, dan tepat di fokus lensa okuler
D. maya, terbalik, dan tepat di fokus lensa okuler
E. maya, terbalik, dan tepat di fokus lensa objektif
64
BAB 6
SUHU DAN KALOR
Standar Kompetensi:
Menerapkan konsep suhu dan kalor
Kompetensi Dasar:
1. Menguasai konsep suhu dan kalor
2. Menguasai pengaruh kalor terhadap zat
3. Mengukur suhu dan kalor
4. Menghitung kalor
A. SUHU
Suhu adalah derajat panas suatu zat. Suhu dapat dirasakan sebagai panas,
dingin, atau hangat.
1. Skala Termometer
Suhu diukur dengan menggunakan termometer. Terdapat 4 macam jenis
skala termometer, yaitu: Celcius, Reamur, Fahrenheit, dan Kelvin.
o o o o
100 80 212 373 Titik didih air
o o o o
0 0 32 273 Titik beku air
65
o
100 Tdx
Maka berlaku:
Tc Tx Tx − Tbx Tc − 0
=
Tdx − Tbx 100 − 0
o
0 Tbx
Celsius Termometer X
TC T T − 32 TK − 273
= R = F =
100 80 180 100
66
LATIHAN SUHU
67
B. KALOR
Kalor adalah suatu bentuk energi yang dapat berpindah dari zat yang suhunya
tinggi ke zat yang suhunya lebih rendah
Kalor Jenis adalah kalor yang diperlukan untuk menaikan suhu 1 satuan massa
suatu zat sebesar 1°C atau 1 K
Kapasitas Kalor adalah kalor yang diperlukan untuk menaikan suhu suatu zat
sebesar 1°C atau 1°K
C = m⋅c
ketika suatu zat mengalami kenaikan atau penurunan suhu sebesar ∆t ºC, maka
zat tersebut menerima atau melepaskan kalor sebesar :
Q = m ⋅ c ⋅ ∆t
68
C. PERUBAHAN WUJUD.
Terdapat 3 jenis wujud, yaitu : Padat, Cair, dan Gas
Kalor Laten (L)
Kalor laten suatu zat ialah kalor yang dibutuhkan untuk merubah wujud zat
tersebut wujud yang lain pada suhu dan tekanan yang tetap.
Jika kalor laten = L, maka untuk merubah wujud suatu zat bermassa m
seluruhnya menjadi wujud yang lain diperlukan kalor sebesar :
Q=m.L
Dimana :
Q : kalor (kalori atau joule)
m : massa (gram atau kg)
L : kalor laten (kal/g atau Joule/kg)
• Kalor lebur ialah kalor laten pada perubahan wujud padat menjadi cair
pada titik leburnya.
• Kalor beku ialah kalor laten pada perubahan wujud cair menjadi padat
pada titik bekunya.
• Kalor didih (kalor uap) ialah kalor laten pada perubahan wujud cair menjadi
uap pada titik didihnya.
Dibawah ini gambar diagram perubahan wujud air (H2O) dari fase padat, cair
dan gas yang pada prinsipnya proses ini juga dijumpai pada lain-lain zat.
69
LATIHAN KALOR DAN PERUBAHAN WUJUD
6. untuk menentukan kapasitas kalor suatu zat, kita membutuh kan informasi …
a. massa dan volume
b. kalor jenis dan massa
c. kalor jenis dan volume
d. volume dan massa jenis
e. massa jenis dan kalor jenis
70
7. berapa kalor yang dibutuhkan untuk
mendidihkan 1 kg air yang suhunya
30°C … ( kalor jenis air 4200 J/kg°C)
a. 290.000 J
b. 294.000 J
c. 295.000 J
d. 300.000 J
e. 310.000 J
D. PEMUAIAN
Pemuaian panjang.
Bila suatu batang pada suatu suhu tertentu panjangnya Lo, jika suhunya
dinaikkan sebesar ∆t, maka batang tersebut akan bertambah panjang sebesar ∆L
yang dapat dirumuskan sebagai berikut :
∆L = Lo . α . ∆t
Jika suatu benda panjangnya pada suhu t0ºC adalah L0. Koefisien muai panjang =
α, kemudian dipanaskan sehingga suhunya menjadi t1ºC maka panjang benda
tersebut akan bertambah sebesar:
∆L = L0.α.(t1 – t0)
Lt = Lo (1 + α ∆t)
∆A = Ao . β ∆t dan
At = Ao (1 + β ∆t) ∆t = t1 – t0
Pemuaian Volume
Bila suatu benda berdimensi tiga (mempunyai volume) mula-mula volumenya Vo
pada suhu to, dipanaskan sampai t1 ºC, volumenya akan menjadi Vt, dan
pertambahan volumenya adalah :
∆V = Vo . γ ∆T
dan
VT = Vo (1 + γ ∆T) ∆T = T1 – T0
Pada Gas
P1 ⋅ V1 P2 ⋅ V2
=
T1 T2
72
Anomaly Air
Tidak semua zat mengikuti hukum pemuaian, misalnya air. Di dalam interval
suhu 0ºC- 4ºC air akan menyusut saat dipanaskan dan memuai saat didinginkan,
tetapi setelah melewati 4º C, air akan kembali normal, yaitu memuai bila
dipanaskan dan menyusut bila didinginkan. Keadaan ini disebut ANOMALI AIR.
LATIHAN PEMUAIAN
73
c. Sangat besar
d. Lebih besar dari logam A
e. Sangat kecil
E. AZAS BLACK
Jika 2 macam zat pada tekanan yang sama, suhunya berbeda jika dicampur maka
zat yang bersuhu tinggi akan melepaskan kalor, sedangkan zat yang bersuhu lebih rendah
akan menyerap kalor.
Qserap = Qlepas
F. PERPINDAHAN KALOR
74
1. Konduksi.
Pada peristiwa konduksi, perpindahan panas yang terjadi tidak disertai dengan
perpindahan partikel zat.
Banyaknya kalor yang merambat tiap satuan waktu yang dialami oleh suatu batang yang
panjangnya L, luas penampangnya A, dan perbedaan suhu antara ujung-ujungnya ∆t,
adalah :
k ⋅ A ⋅ ∆T
H=
L
k adalah koefisien konduksi panas bahan dan besarnya tergantung dari jenis bahan.
Semakin besar nilai k suatu bahan, semakin baik sifat konduktifitas bahan tersebut.
2. Konveksi.
Pada peristiwa konveksi, perpindahan panas yang terjadi disertai dengan perpindahan
partikel. Besarnya Kalor yang merambat tiap satuan waktu adalah :
H = h . A . ∆t
h = koefisien konveksi
3. Radiasi.
Radiasi adalah peristiwa perpindahan kalor tanpa melalui medium atau zat. gelombang
elektromagnetik. Energi panas tersebut dipancarkan dengan kecepatan yang sama dengan
gelombang-gelombang elektromagnetik lain di ruang hampa (3 x 108 m/det)
Banyaknya panas yang dipancarkan per satuan waktu menurut Stefan Boltzman adalah :
W=e.τ.T4
Dengan:
W = Intensitas radiasi yang dipancarkan per satuan luas (J/m2.det atau watt/m2)
e = Koefisien emisivitas (Daya pancaran) permukaan
τ = Konstanta umum = 5,672 x 10 –8 watt / m2 k4
T = Suhu mutlak benda (K)
75
LATIHAN AZAS BLACK DAN PERPINDAHAN KALOR
2. berikut ini contoh gejala yang terjadi akibat perpindahan kalor secara
konduksi, kecuali …
a. mesin mobil terasa panas
b. permukaan gelas berisi air panas menjadi panas
c. pada siang hari udara terasa panas
d. komponen elektronik menjadi panas
e. setrika menjadi panas
76
a. 40 °C
b. 50 °C
c. 60 °C
d. 70 °C
e. 80 °C
8. berikut adalah hal yang dapat terjadi pada suatu zat akibat perpindahan kalor,
kecuali …
a. volume zat bertambah
b. volume zat berkurang
c. wujud zat berubah
d. suhu zat berkurang
e. massa zat berkurang
9. kita merasa hangat pada saat malam hari di sekitar api unggun. Hal tersebut
akibat perpindahan kalor dengan cara …..
a. konduksi
b. konveksi
c. radiasi
d. melalui udara
e. melalui api
77
10. perbandingan laju energi kalor yang
dipancarkan oleh sebuah benda yang
dipanaskan pada suhu 4000 °K dan
2000 °K adalah …
a. 16 : 1
b. 8 : 1
c. 4 : 1
d. 2 : 1
e. 1 : 1
78