Anda di halaman 1dari 17

METODE PEMBELAJARAN SENI RUPA ANAK

TUGAS KELOMPOK

Disusun Sebagai Tugas Mata Kuliah Metode Pengembangan Pembelajaran Seni SD

Pengampu: Dr. Kamsidjo Budi Utomo, M.Pd.

oleh
KELOMPOK 5
Anna Ardiyani Musriyono (0103516099)
R. Gita Ardhy Nugraha (0103516101)
Muh Muhaimin (0103516102)
Ema Rahma Febriani (0103516103)
Dwi Setyowati (0103516106)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DASAR (PGSD)


PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2016
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI............................................................................................................1
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................2
Latar Belakang..................................................................................................2
Rumusan Masalah.............................................................................................3
Tujuan Penulisan Makalah................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................5
Metode Eskpresi Bebas.....................................................................................5
Metode Kerja Kelompok...................................................................................6
Metode Global..................................................................................................8
Metode Kerja Cipta...........................................................................................9
Metode Mencontoh.........................................................................................10
Metode Karya Wisata.....................................................................................11
Metode Demonstrasi.......................................................................................12
Metode Bimbingan..........................................................................................13
Metode Bermain..............................................................................................13
BAB III PENUTUP...............................................................................................15
Simpulan.........................................................................................................15
Saran...............................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................16

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sekolah sebagai lembaga pendidikan, sangat penting dalam proses
pembelajaran. Program di sekolah dilaksanakan secara teratur dan sistematis,
dengan sarana dan prasarana yang memadai serta peran guru sebagai pembimbing
akan menghasilkan pemahaman yang cepat bagi siswa. Meskipun, dalam
kenyataannya, banyak sarana dan prasarana yang masih kurang memadai terutama
di Sekolah Dasar. Keberhasilan tentunya juga sangat ditentukan oleh berbagai
faktor salah satunya harus ada keterkaitan antar komponen pembelajaran yaitu:
tujuan, metode, media, materi, dan evaluasi pembelajaran.
Dengan adanya pendidikan seni di Sekolah Dasar anak dapat
mengembangkan keterampilan berkarya serta cita rasa keindahan dan kemampuan
menghargai seni. Dalam kurikulum 2004, pendidikan seni di Sekolah Dasar
dilaksanakan melalui mata pelajaran Kerajinan Tangan dan Kesenian
(Kertangkes) mempunyai tujuan: (1) mengembangkan kemampuan dan
ketrampilan siswa melalui penelaahan jenis, sifat, fungsi, alat, bahan, proses dan
teknik dalam membuat berbagai produk teknologi serta seni yang berguna bagi
kehidupan manusia, (2) mengembangkan kemampuan intelektual, imajinatif,
ekspresi, kepekaan kreatif, keterampilan, dan mengapresiasi terhadap hasil karya
seni dan keterampilan dari berbagai wilayah Nusantara dan mancanegara, dan (3)
menumbuhkembangkan sikap profesional, kooperatif, toleransi, kepemimpinan,
kekaryaan, dan kewirausahaan.
Pendidikan seni, sebagai bagian dari mata pelajaran yang harus dikuasai
oleh siswa merupakan salah satu aspek yang harus diperhatikan untuk membentuk
manusia berkualitas, khususnya dalam menggambar merupakan pendekatan yang
ideal dengan tujuan merangsang daya imajinasi dan kreativitas dalam berfikir
serta membentuk jiwa melalui pengalaman emosi, imajinatif, dan ungkapan
kreatif. Dalam segi pendidikan, “Pendidikan seni merupakan bagian dari

2
komponen kurikulum sekolah karena kegiatan seni berorientasi pada proses dan
mengarah kepada creative thinking yang akan mencerdaskan anak didik”
(Tumurang, 2006: 9).
Dalam perkembangannya, anak akan bermain, mencoret, mencoreng, dan
berkomunikasi dengan teman-teman seusianya mengingat usia anak-anak
didominasi dengan waktu bermain. Menggambar merupakan salah satu kegiatan
yang disukai oleh siswa sekolah dasar yang cenderung memiliki karakter
imajinatif dan ekspresif dalam menuangkan ide dan kesukaannya ke dalam media
gambar. Sebagaimana dikemukakan oleh Dharmawan dalam Sumanto (2006:70)
bahwa: “menggambar adalah kegiatan pengungkapan emosi dan perasaan yang
timbul akibat pengalaman-pengalaman dari luar ke atas bidang gambar‟.
Pola perkembangan seni rupa pada masa kanak-kanak merupakan periode
berkembangnya kreativitas dan karakteristik mental anak Pada rentang usia enam
sampai sepuluh tahun merupakan masa keemasan dari ekspresi kreatifnya. Daya
kreatif dan fantasi yang kuat dihasilkan pada jenjang kelas 1 sampai kelas 3
Sekolah Dasar. Dalam hal ini, potensi kreativitas dan imajinasi anak dalam
kondisi puncak yang memungkinkan ekspresi kreatif dalam berkarya seni.
Namun, menggambar yang seharusnya menjadi media penyaluran kreasi
siswa belum dieksplorasi lebih dalam oleh guru. Hal tersebut mempengaruhi
kebiasaan-kebiasaan dalam menggambar yang justru akan mengekang kreativitas,
misalnya kebiasaan meniru objek gambar yang terdapat pada buku. Dampak
lanjutan tersebut adalah metode pembelajaran seni yang kurang tepat sehingga
aspek kebebasan berekspresi kreatif siswa yang seharusnya menjadi fokus utama
pembelajaran kurang diolah dengan baik.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diutarakan, maka dapat rumusan
masalah dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Metode apa saja yang dapat diterapkan dalam pembelajaran seni rupa untuk
siswa sekolah dasar?

3
2. Bagaimana penerapan metode pembelajaran seni rupa untuk siswa sekolah
dasar?

C. Tujuan Penulisan Makalah


Adapun tujuan dari penulisan makalah berdasarkan rumusan masalah yang
diutarakan adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui metode pembelajaran yang dapat diterapkan dalam
pembelajaran seni rupa untuk siswa sekolah dasar.
2. Mengetahui bagaimana penerapan metode pembelajaran seni rupa untuk
siswa sekolah dasar.

4
BAB II
PEMBAHASAN

METODE PEMBELAJARAN SENI RUPA ANAK


1. Metode Eskpresi Bebas
Metode ekspresi bebas (Prawira, 2004: 16) digunakan saat guru menghadapi
para siswa di sekolah lanjutan dan dapat juga digunakan oleh para calon seniman
yang sedang belajar pada guru
tersebut. Metode ekspresi bebas
memberikan keluasaan kepada siswa
untuk mengungkapkan perasaan dan
imajinasinya ke dalam penciptaan
karya seni. Dalam jenjang Gambar 1. Metode Ekspresi Bebas (sumber:
http://ratnahar.blogspot.co.id/2011_03_01_archi
pendidikan dasar, metode ini kadang- ve.html)

kadang disalah artikan menjadi “menggambar bebas”, atau “menggambar sesuka


hati”. Guru ada kalanya hanya mengintruksikan kepada siswa untuk melakukan
aktivitas tanpa arahan dan tuntunan. Akibat yang terjadi adalah unsur ekspresi
yang menjadi tuntutan dari metode ini terabaikan karena anak sering menyimpang
dari tuntutan menggambar ekspresi. Jika kondisi di atas dibiarkan begitu saja
maka dampak yang terjadi anak menjadi jenuh dan segan untuk mengikuti mata
pelajaran pendidikan seni rupa. Dalam menggunakan metode ekpresi bebas untuk
membelajarkan seni rupa pada siswa, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan,
seperti:
a. Tema
Tema merupakan isi ungkapan yang akan disampikan oleh siswa pada saat
mereka mendapatkan kesempatan untuk berkarya. Siswa diberikan kebebasan
dalam memilih tema guna menuangkan perasaan dan imajinasinya dalam karya
yang akan mereka buat. Tema yang cocok untuk siswa usia sekolah dasar adalah
tema yang bersumber dari kehidupan sehari-hari dan lingkungan di sekitar

5
mereka. Guru dapat melakukan pendampingan pada saat siswa akan memilih tema
untuk pembuatan karya seni yang akan dilakukan oleh siswa.
b. Media
Media adalah alat dan bahan yang dipilih dan digunakan siswa untuk
menuangkan ide dan imanjinasinya dalam rangka mewujudkan bentuk ungkapan
yang ingin mereka sampaikan. Penggunaan media tidak lepas dari prosedur dan
tekniknya. Masing-masing prosedur dan teknik dalam penggunaan media
mempunyai ciri khas dalam penerapannya di dalam ungkapan ekspresi seni rupa.
Misalnya, teknik pulasan cat air dengan goresan oil pastel dapat dilakukan oleh
siswa dalam mengembangkan teknik campuran penggunaan media. Dalam
praktektnya, guru sebaiknya memberikan kebebasan kepada siswa untuk memilih
media yang akan mereka gunakan untuk membuat sebuah karya. Jika seni rupa
yang akan diajarkan adalah menggambar, biarkan siswa membawa media sesuai
dengan kemampuan dan keinginan mereka masing-masing.
c. Gaya ungkapan
Gaya ungkapan sering dilupakan oleh guru dalam pendidikan seni rupa.
Gaya ungkapan siswa dalam menuangkan perasaan dan imajinasi mereka sangat
beragam. Contohnya dalam kegiatan menggambar, kebanyakan siswa
melakukannya dengan tidak spontan, bahkan terdapat keraguan dalam gambaran
mereka terutama pada siswa yang tidak mempunyai bakat pada seni rupa. Maka
dari itu, jika menemui siswa yang seperti ini, gaya ungkapan akan sulit untuk
diidentifikasi karena goresan-gorean yang siswa buat masih dalam tahap belajar.
Oleh karena itu, guru setidaknya memberikan kebebasan kepada siswa untuk
mengungkapkan ide dan perasaannya agar siswa tidak merasa tertekan.

2. Metode Kerja Kelompok


Metode kerja kelompok (Prawira, 2004: 21) merupakan salah satu metode
pengajaran seni rupa yang masih sering digunakan dalam pembelajaran seni rupa
di sekolah dasar. Metode ini melatih siswa untuk berinteraksi dengan anggota
kelompoknya guna mengakomodasi ide-ide yang muncul dari setiap anggota
kelompok. Ide-ide yang muncul dari setiap anggota kelompok akan dituangkan

6
dalam sebuah karya yang mewakili ide mereka. Kerja kelompok ini dimaksudkan
untuk membuat karya seni rupa yang mempunyai ukuran besar dan menciptakan
hubungan emosi antar siswa. Metode kerja kelompok terbagi dalam dua macam,
yaitu kerja paduan dan kerja kolektif.
a. Kerja paduan
Kerja paduan adalah salah satu macam dalam metode kerja kelompok yang
dilakukan dalam rangka untuk
menyempurnakan sketsa atau
rancangan kasar yang telah dibuat
oleh salah seorang siswa atau
beberapa siswa sebelumnya. Kerja
paduan biasanya dilakukan dalam
kegiatan menggambar. Gambar 2. Contoh Kerja Paduan dalam
Menggambar (sumber:
Penyempurnaan sketsa dapat
http://www.kompasiana.com/rifkidikompas/serun
dilakukan dengan menggunakan ya-kelas-inspirasi-anak-sd-di-mataso-sesi-
2_559153a2b17a617a048b4567)
bahan pewarna yang berbentuk
cair. Hal yang perlu diperhatikan dalam kerja paduan ini adalah bahwa bidang
yang akan digambar harus berukuran lebih besar dari yang biasanya, serta
memastikan siswa tidak kesulitan untuk menjangkau bagian tengah kertas untuk
menghindari terinjak dan diduduki siswa. Posisi kerja paduan sangat beragam.
Ada yang melakukannya dalam posisi duduk, jongkok, atau bahkan berdiri. Kerja
paduan memungkinkan siswa untuk berlatih kekompakan dan kerjasama dalam
menyelesaikan karya mereka.
b. Kerja kolektif
Kerja kolektif adalah salah satu macam metode kerja kelompok dalam seni
rupa melukis atau menggambar yang dilakukan secara bersama-sama oleh
sekelompok siswa. Kerja kolektif dilakukan dengan membuat sketa gambar pada
ukuran kertas yang besar dan kemudian dibagi menjadi beberapa bagian sesuai
dengan jumlah anggota kelompok. Anggota kelompok akan mendapatkan bagian
kecil dari sketsa untuk diwarnai. Setelah selesai, bagian-bagian gambar akan
disatukan kembali guna membentuk satu gambar utuh. Kerja kolektif menuntut

7
kerjasama yang baik diantara
anggota kelompok guna
memadukan komposisiwarna pada
karya yang akan dihasilkan. Kerja
kolektif dapat dilakukan juga pada
seni rupa yang lain, seperti
memahat atau membuat patung.
Pembedanya, proses penyelesaian Gambar 3. Contoh Kerja Kolektif (sumber:
https://daerah.sindonews.com/read/910738/22/ra
dilakukan secara bergilir setelah tusan-pelajar-kulon-progo-cat-pot-bunga-
setiap kelompok menyelesaikan 1413117570)

bagiannya masing-masing.

3. Metode Global
Metode global (Prawira, 2004: 25) dalam kegiatan menggambar merupakan
metode yang biasa digunakan pada tahap awal menggambar bentuk. Tujuan utama
penggunaan metode ini ialah agar para siswa
dapat menangkap bentuk keseluruhan dari
bentuk model yang disediakan. Secara
psikologis bentuk global mendahului
penampakan bagian-bagian dari suatu benda
yang diamati seseorang. Begitu juga ditinjau
dari segi perkembangan siswa, pada saat siswa
dapat melihat sesuatu, maka bentuk umum yang
Gambar 4. Metode Global
lebih dahulu dapat ditangkap oleh para siswa. dalam Menggambar (sumber:
http://tempolagu.blogspot.co.id/2
Beberapa hal yang perlu diperhatikan guru
015/10/belajar-menggambar-
dalam melakukan pembelajaran seni rupa bentuk-dengan-obyek.html)

dengan menggunakan metode global adalah sebagai berikut:


a. Model
Model merupakan suatu benda atau beberapa benda yang disediakan untuk
diamati, dan digambar secara mirip. Benda model diletakkan di tempat stretegis
agar mudah diamati oleh semua siswa. Model yang akan digambar oleh siswa

8
haruslah dipilih benda yang sederhana bentuknya sebagai tahap awal. Jika sudah
dikuasai, benda model itu bisa ditingkatkan dengan model benda yang lebih
kompleks (rumit).
b. Teknik penggambaran
Teknik penggambaran dapat dikerjakan dengan teknik siluet. Teknik siluet
bisa menghasilkan gambar yang positif dan negatif. Siluet positif ialah siluet yang
dibuat dengan cairan warna yang gelap warnanya dan menghasilkan gambar
berwarna gelap pula. Gambar akan mirip seperti gambar bayangan lepas di
dinding. Teknik siluet negatif mempunyai cara berkebalikan dengan cara siluet
positif. Langkah pertama dilakukan dengan memulaskan kuas cairan berwarna
membentuk sebuah lengkungan yang cukup besar ukurannya jika dibandingkan
dengan kertas atau bidang gambarnya. Lengkungan itu secara berangsur-angsur
diperkecil ukurannya sambil mengarahkan menuju bentuk keseluruhan sesuai
dengan model yang disediakan.

4. Metode Kerja Cipta


Metode kerja cipta menurut Jefferson (dalam Cahyono: 2011) dapat
diterapkan dalam kegiatan menggambar dekorasi, mendisain benda-benda
kerajinan, menggambar reklame
dan sebagainya. Dalam
pelaksanaannya sebaiknya siswa
ditunjang oleh keterampilan-
keterampilan dasar dan menengah,
karena keterampilan mencipta
merupakan tingkat keterampilan Gambar 5. Metode Kerja Cipta (sumber:
lanjut yang matang (complex http://www.solopos.com/2014/09/17/foto-
jambore-seni-rupa-anak-2014-kembangkan-
adaptive skill). Langkah-langkah cipta-rasa-dan-karsa-anak-537094)

kegiatan metode kerja cipta sebagai berikut:


a. Guru memberikan pengarahan yang berfokus pada kedudukan konsep dalam
proses kelahiran suatu karya.

9
b. Siswa mencoba menuangkan suatu konsep pada disain gambar dekorasi,
reklame atau barang-barang kerajinan yang akan dibuat.
c. Selam proses percobaan berjalan, guru menganjurkan agar sumbang saran
antarsiswa terjadi.
d. Guru memberi saran, petunjuk dan pengarahan mengenai konsep yang
dikemukakannya serta memberi petunjuk dan jalan bagi para siswa yang
mengalami hambatan.
e. Selama proses kerja mencipta berlangsung, keterampilan-keterampilan dasar
dan menengah sudah harus betul-betul dikuasai sehingga proses kerja
mencipta tidak terdapat hambatan.

5. Metode Mencontoh
Pamadhi (2012: 204), menyatakan bahwa metode mencontoh atau
menirukan berbeda dengan metode mengkopi karena dalam metode ini siswa
dituntut untuk melakukan kegiatan yang meliputi: penggayaan, percobaan, dengan
contoh yang ada. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan metode
mencontoh (Tarjo, 2004: 139), diantaranya:
a. Metode mencontoh baik digunakan apabila ditujukan untuk latihan dasar
keterampilan fisik, memperoleh bentuk yang sama walaupun ukurannya
diperbesar atau diperkecil, memproduksi benda tradisional.
b. Memahami proporsi dan anatomi yang tepat dari benda yang akan ditiru.
c. Kegiatan mencontoh harus memiliki makna bagi proses belajar siswa.
d. Mencontoh tidak dijadikan kebiasaan.
e. Untuk memberikan daya tarik kepada siswa, model yang akan ditiru
sebaiknya dipilih sendiri oleh siswa.
f. Seyogyanya secara berangsur-angsur apa yang dilakukan oleh siswa
berubah dari membuat duplikasi tepat menjadi modifikasi model yang
dicontoh.

10
6. Metode Karya Wisata
Metode karya wisata membantu dalam pembelajaran apresiasi seni. Sabri
(2007) dalam bukunya mengemukakan bahwa dalam tahap persiapan diperlukan
tindakan-tindakan:
a. Memperhitungkan jumlah
siswa yang akan berkarya
wisata.
b. Mempersiapkan perlengkapan
belajar yang diperlukan dalam
mempelajari obyek.
c. Memberi penjelasan tentang
Gambar 6. Metode Karya Wisata (sumber:
cara membuat atau menyusun http://senirupasmadasolo.blogspot.co.id/2013/01
/hakekat-pendidikan-seni-rupa-di-sma.html)
laporan.
d. Memperhitungkan keadaan iklim, musim, dan cuaca.
e. Menjelaskan secara global keadaan obyek yang dikunjungi.
f. Membentuk kelompok-kelompok/regu-regu siswa dan menentukan tugas
kegiatan untuk masing-masing kelompok
Adapun dalam pelaksanaannya siswa perlu:
a. Memperhatikan tata tertib selama berada di lokasi.
b. Melakukan observasi sesuai dengan tugas yang telah diberikan.
c. Memperhatikan semua obyek, mencatat dengan cermat semua keterangan
dari juru penerang.
d. Memperoleh penjelasan sebaik-baiknya mengenai obyek yang diamati.
e. Berani bertanya
Untuk tindak lanjutnya dapat dilakukan:
a. Melengkapi catatan di kelas.
b. Menyusun bahan-bahan yang diperoleh dari tempat obyek, baik berupa
benda asli, tiruan, gambar, catatan, atau laporan sebagai dokumentasi di
kelas (display).

11
7. Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi adalah suatu penyajian pembelajaran yang dipersiapkan
secara teliti untuk mempertontonkan sebuah tindakan disertai dengan ilustrasi dan
pernyataan lisan maupun peragaan.
(Darmawang. dkk, 2008: 119).
Metode demonstrasi baik digunakan
untuk mendapatkan gambaran yang
lebih jelas tentang hal-hal yang
berhubungan dengan proses
mengatur sesuatu, proses membuat
sesuatu, proses bekerja sesuatu, Gambar 7. Metode Demonstrasi (sumber:
membandingkan suatu cara dengan http://vovworld.vn/id-ID/Reportase-
Foto/Demonstrasi-barang-kerajinan-tradisional-
cara lain, dan untuk mengetahui dalam-Pekan-Raya-ke11-Desa-Kerajinan-
Vietnam-tahun-2015/394449.vov)
atau melihat kebenaran sesuatu.
Dengan metode demonstrasi, proses penerimaan siswa terhadap pelajaran akan
lebih berkesan secara mendalam. Langkah-langkah merencanakan atau
mempersiapkan metode demonstrasi adalah sebagai berikut.
a. Rumuskan dengan jelas kecakapan atau keterampilan apa yang diharapkan
dicapai oleh siswa sesudah demonstrasi dilakukan.
b. Pertimbangkan dengan sungguh-sungguh, apakah metode itu wajar
dipergunakan, dan apakah itu merupakan metode yang paling efektif untuk
mencapai tujuan yang dirumuskan.
c. Apakah jumlah siswa memungkinkan untuk diadakan demonstrasi dengan
jelas?
d. Menetapkan garis-garis besar langkah-langkah yang akan digunakan.
e. Memperhitungkan waktu yang dibutuhkan.
f. Selama demonstrasi berlangsung, pastikan keterangan-keterangan dapat
didengar jelas oleh siswa.
g. Menetapkan rencana untuk menilai kemajuan siswa

12
8. Metode Bimbingan
Menurut Dikdat Pendidikan Seni Rupa, dalam metode bimbingan, guru
menjelaskan cara/teknik sesuai dengan pengalamanya dan menguraikan langkah-
langkah pelaksanaan yang baku.
Sasaran utama pembelajaran
dengan metode bimbingan adalah
penguasaan teknis merancang,
pengetahuan warna, teknik melukis,
membuat huruf, menggambar,
pengetahuan perspektif. Seperti
diungkapkan di atas bahwa sasaran
Gambar 8. Metode Bimbingan (sumber:
pembelajaran dengan menggunakan https://sumsel.kemenag.go.id/foto/176464/dua-
siswi-mts-negeri-sukarami-saat-menunjukkan)
metode bimbingan ini biasanya
penguasaan teknik. Hal ini kurang mendukung dalam pembelajaran seni rupa di
SD yang sasarannya adalah pengembangan diri anak baik kreativitas, sensitivitas,
maupun imajinasinya.
Metode bimbingan akan bermanfaat jika guru hanya memberikan bantuan
terbatas dalam bentuk saran, peragaan atau cara lain dalam menjelaskan suatu
informasi jika dibutuhkan siswa. Guru yang kreatif akan selalu mengantisipasi
setiap kebutuhan siswa-siswanya sekaligus guru siap membantu hal-hal tertentu
dan titik-titik yang paling efektif. Jika hal ini dilakukan dengan tepat akan
memotivasi siswa dalam berkarya seni rupa.

9. Metode Bermain
Moeslichatoen dalam (Astria, N., Made Sulastri, M. P., & Magta, M, 2015)
menyatakan bahwa “metode bermain merupakan kegiatan yang dapat membantu
mengembangkan kreativitas dan fisik motorik anak, yaitu melakukan kegiatan
yang mengandung kelenturan seperti: menggambar, menyusun, dan melukis
dengan jari (finger painting). Finger painting (melukis dengan jari) merupakan
salah satu kegiatan teknik melukis dengan mengoleskan cat pada kertas basah
menggunakan jari jemari yang dapat dilakukan anak untuk menuangkan

13
imajinasinya melalui lukisan yang
dibuat dengan jari jemari anak, dalam
kegiatan ini dapat melatih motorik
halus dan kreativitas yang dimiliki
anak (Salin, dalam Yanti, 2014).
Pamadhi dalam (Astria, N.,
Made Sulastri, M. P., & Magta, M,
Gambar 9. Metode Bermain Finger
2015) menyatakan bahwa manfaat Painting (sumber:
http://www.helpmykidlearn.ie/activities/0-
melukis dengan jari antara lain (1) 2/detail/finger-painting)
sebagai media untuk mencurahkan
perasaan, (2) sebagai alat bercerita (bahasa visual/bentuk), (3) berfungsi sebagai
alat bermain, (4) dapat melatih ingatan, (5) melukis dapat melatih berpikir
komprehensif (menyeluruh), (6) dapat melatih keseimbangan, (7) dapat melatih
kreativitas, dan (8) mengembangkan rasa kesetiakawanan yang tinggi dan dapat
melatih koordinasi antara mata dan tangan dan (9) dapat meluweskan jari jemari
anak.

14
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Metode pembelajaran yang dapat diterapkan dalam pembelajaran seni rupa
untuk siswa sekolah dasar antara lain: (1) metode ekpresi bebas, (2) metode kerja
kelompok, (3) metode global, (4) metode kerja cipta, (5) metode mencontoh, (6)
metode karya wisata, (7) metode demonstrasi, (8) metode bimbingan, dan (9)
metode bermain. Masing-masing metode dapat diterapkan dalam pembelajaran
seni rupa di sekolah dasar sesuai dengan materi yang akan disampaikan. Dalam
penerapannya, guru sebaiknya mempertimbangkan keefektifan, efektivitas, dan
jumlah siswa sebelum memilih dari salah satu metode pembelajaran seni rupa
yang ada guna mendapatkan proses pembelajaran yang bermakna bagi siswa.

B. Saran
Bagi pemakalah selanjutnya, diharapkan dapat memaparkan metode
pembelajaran dalam seni rupa untuk siswa sekolah dasar yang mempertimbangkan
pendekatan saintifik sesuai dengan Kurikulum 2013. Selain itu, pemakalah
selanjutnya diharapkan untuk memaparkan langkah-langkah metode pembelajaran
seni rupa dengan lebih terperinci.

15
DAFTAR PUSTAKA

Prawira, Nanang Ganda. 2004. Pendekatan dan Metode Pembelajaran Seni Rupa.
Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia
Cahyono, Fajar. 2011. “Peningkatan Kemampuan Berkarya Seni Grafis Cetak
Tinggi Teknik Hardboardcut Melalui Pendekatan Ekspresif-Kreatif Siswa
Kelas VIIIA SMP Negeri 25 Malang”. Artikel. Malang: Universitas Negeri
Malang
Sabri, A. 2007. Strategi Belajar Mengajar & Micro Teaching. Ciputat: Quantum
Teaching
Pamadhi, Hajar. 2012. Pendidikan Seni. Yogyakarta: UNY Press
Tarjo, Enday. 2004. Strategi Belajar Mengajar Seni Rupa. Bandung: Universitas
Pendidikan Indonesia
Darmawang, dkk. 2008. Strategi Pembelajaran Kejuruan. Makassar: Badan
Penerbit UNM
Sumanto. 2006. Pengembangan Kreativitas Seni Rupa Anak SD. Jakarta:
Depdiknas
Tumurang, H. J. 2006. Pembelajaran Kreativitas Seni Anak Sekolah Dasar.
Jakarta: Depdiknas
“Pendidikan Seni Rupa Anak”. Diktat Pendidikan Seni Rupa. Yogyakarta:
Universitas Negeri Yogyakarta
Astria, N., Made Sulastri, M. P., & Magta, M. 2015. “Penerapan Metode Bermain
Melalui Kegiatan Finger Painting untuk Meningkatkan Kemampuan
Motorik Halus”. Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 3(1).
Yanti, N. N. I., & Setyowati, S. (2014). Meningkatkan Kreativitas Anak
Menggunakan Finger Painting Pada Kelompok A TK Fatayat II “10
November” Mojokerto. PAUD Teratai, 3(1).

16

Anda mungkin juga menyukai