Anda di halaman 1dari 12

TASK 1

DASAR ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

KELOMPOK 3

AMELIA PUTRI 70200121080


AULIA KHARISMA INSANI 70200121076
DIRA MUTIARA SARDI 70200121075
FIRDHA DARMAYANTI 70200121071
MUTIA LUTFIA 70200121070
SUCI RAHMI 70200121074

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PRODI KESEHATAN MASYARAKAT
2021
TUGAS 1

1. Buatlah resume mengenai sejarah singkat Kesehatan Masyarakat di dunia hingga di Indonesia
2. Cari tahu mengenai organisasi Profesi kesmas! Jelaskan!

JAWABAN

1. Membuat Resume
Judul : Sejarah Singkat Kesehatan Masyarakat di dunia hingga di Indonesia

Sejarah Perkembangan Kesehatan Masyarakat


Perkembangan Kesehatan Masyarakat tidak terlepas dari sejarah Kesehatan Masyarakat (Public Health),
yaitu tidak terlepas dari dua tokoh mitologi Yunani Asclepius atau Aesculapius dan Higea. Aesculapius
adalah seorang dokter pertama, yang tampan dan pandai telah melakukanpengobatan bahkan bedah
dengan prosedur yang baik. Sedangkan Higea adalah asistennya yang cantik dan melakukan pencegahan
penyakit dan mengajarkan kepada masyarakat untuk hidup bersi, melaksanakan hidup seimbang,
kebersihan diri menghindari dari makanan dan minuman yang kotor dan beracun, makan makanan yang
bergizi dan cukup istirahat.
Pada akhirnya kedua orang ini akhirnya menjadi suami istri. Mengabungkan dua aliran kesehatan yang
berbeda tapi tidak saling bertentangan, saling behubungan satu sama lain. Aliran Aesculapius cenderung
menunggu terjadinya penyakit atau setelah sakit yaitu melalui Pengobatan atau Kuratif. Sedangkan aliran
Higea cenderung melakukan pencegahan penyakit (preventif) serta upaya-upaya peningkatan (promosi)
kesehatan. Mitologi tersebut menjadi inspirasi bagi embrio Ilmu Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat.

1. Periode Perkembangan Ilmu Kesehatan


a. Periode Sebelum Ilmu Pengetahuan (Pre Scientific Period)
Sejarah kebudayaan peradaban masyarakat kuno yang berpusat di Babylonia, Mesir, Yunani dan Roma
(The Pre-Cristion Period). Pada saat itu pemerintah kota telah melakukan upaya-upaya pemberantasan
penyakit. Sebagai bukti ditemukandokumen-dokumen tentang peraturan-peraturan tertulis yang
mengatur tentang pembuangan air limbah (drainase), pengaturan air minum, pembuangan sampah, dsb.
(Hanlon, 1964). Dari hasil penemuan arkeologi pada saat itu telah dibangun WC Umum (Public Latrine) dan
sumber air minum sendiri namun untuk alasan ’estetika’, bukan untuk alasan kesehatan.
Pada kerajaan Romawi Kuno, peraturan-peraturan yang dibuat bedasarakan alasan kesehatan. Dalam
hal itu pegawai-pegawai kerajaan ditugaskan untuk melakukan supervisi ke lapangan ke tempat-tempat air
minum (Public Bar), warung makan, tempat-tempat prostitusi, dsb. (Notoadmodjo, 2005).
b. Abad Pertama sampai Abad Ketujuh.
Pada masa ini berbagai penyakit menyerang penduduk. Di berbagai tempat terjadi endemik atau
wabah penyakit. Bahkan begitu banyaknya penyakit menular dan, oleh karena itu kesehatan masyarakat
makin dirasakan pentingnya (Halon, 1964). Penyakit kolera menjalar dari Inggriske Afrika, kemudian ke Asia
(khususnya Asia Barat dan Asia Timur) dan akhirnya sampai ke Asia Selatan. Pada Abad ke 7 India menjadi
pusat endemik kolera. Selain kolera penyakit lepra menyebar dari Mesir ke Asia Kecil dan Eropa melalui
emigran. Upaya-upaya yang dilakukan adalah perbaikan lingkungan yaitu higiene dan sanitasi,
pengusahaan air minum yang bersih, pembuangan sampah, ventilasi rumah telah menjadi bagian
kehidupan masyarakat waktu itu (Notoadmodjo, 2005).
c. Abad ke-13 sampai abad ke-17.
Pada masa ini kejadian endemik Pes yang paling dasyat terjadi di China dan India, diperkirkan 13 juta
orang meninggal. Catatan lain di India, Mesir dan Gaza 13.000 orang meninggal setiap harinya, atau
selamah wabah tersebut jumlah kematian mencapai 60 juta orang. Pertistiwa tersebut dikenal
dengan ’The Black Death’. Pada abad tersebut Kolera juga menjadi masalah di beberapa tempat. Tahun
1603 terjadi kematian 1 diantara 6 orang karena penyakit menular. Tahun1965 meningkat menjadi 1
diantara 5 orang. Tahun 1759 tercatat penyakit-penyakit lain yang mewabah diantaranya Dipteri, Tifus, dan
Disentri.

2. Periode Ilmu Pengetahuan (Scientific Period).


a. Abad ke-18 sampai permulaan abad ke-19 (kebangkitan Ilmu Pengetahuan.
Penyakit-penyakit yang muncul bukan saja dilihat sebagai fenomena biologis yang sempit, tetapi
merupakan suatu masalah yang komplek. Pada masa ini juga ditemukan berbagai macam vaksin dan bahan
disinvektans.Vaksin Cacar oleh Luis Pasteur, Asam Carbolic untuk sterilisasai ruangan operasi ditemukan
oleh Joseph Lister, Ether untuk Anestesi oleh Williem Marton, dsb.
Tahun 1832 di Inggris terjadi epidemic Kolera. Parlemen Inggris menugaskan Edmin Chadwich, seorang
pakar sosial untuk memimpin penyelidikan penyakit tersebut. Atas laporanya tersebut Parlemen Inggris
mengeluarkan UU tentang upaya-upaya peningkatan kesehatan penduduk, termasuk sanitasi lingkungan
dan tempat kerja, pabrik, dsb. John Simon diangkat oleh pemerintah Inggris untuk menangani masalah
kesehatan.
Pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20 mulai dikembangkan pendidikan tenaga kesehatan. Tahun
1883 Sekolah Tinggi Kedolteran didirikan oleh John Hopkins di Baltimore AS, dengan salah satu
departemennya adalah Departemen Kesehatan Masyarakat. Tahun 1908 sekolah kedokteran mulai
menyebar di Eropa, Kanada, dsb. Dari segi pelayanan masyarakat, pada tahun 1855 untuk pertamakalinya
pemerintah AS membentuk Departemen Kesehatan yang merupakan peningkatan dari Departemen
Kesehatahn Kota yang sudah terbentuk sebelumnya. Tahun 1972 dibentuk Asosiasi Kesehatan Masyarakat
Amerika (American Public Health Association) (Notoamodjo, 2005).

3. Perkembahangan Kesehatan Masyarakat di Indonesia.


1. Masa Pra Kemerdekaan.
Pada tahun 1807 Gubernur Jendral Daendels melakukan pelatihan praktik persalinan pada para
dukun bayi. Pada tahun 1851 didirikan sekolah dokter Jawa di Batavia yaitu STOVIA. Tahun 1888 di Bandung
didirikan Pusat Laboratorium Kedokteran yang selanjutnya menjadi Lembaga Eykman sekarang. Pada Tahun
1913 didirikan Sekolah Dokter Belanda yaitu NIAS di Surabaya. Tahun 1922 terjadi wabah Pes, sehingga
tahun 1933-1935 diadakan pemberantasan Pes dengan DDT dan vaksinasi massal.
Hasil penyelidikan Hydric, petugas kesehatan pemerintah waktu itu, penyebab kesakitan dan
kematian yang terjadi di Banyumas adalah kondisi sanitasi, lingkungan dan perilaku penduduk yang sangat
buruk. Hydric kemudian mengembangankan percontohan dan propaganda kesehatan.

2. Masa Era Kemerdekaan.


a. Pra Reformasi.
1). Masa Orde Lama.
Pada tahun 1951 konsep bandung Plan diperkenalkan oleh dr. Y. Leimena dan dr. Patah, yaitu
konsep pelayanan yang menggabungkan antara pelayanan kuratif dan preventif. Tahun 1956 didirikanlah
proyek Bekasi oleh dr. Y. Sulianti di Lemah Abang, yaitu model pelayanan kesehatan pedesaan dan pusat
pelatihan tenaga. Kemudian didirikan Health Centre (HC) di 8 lokasi, yaitu di Indrapura (Sumut), Bojong Loa
(Jabar), Salaman (Jateng), Mojosari (Jatim), Kesiman (Bali), Metro (Lampung), DIY dan Kalimatan Selatan.
Pada tanggal 12 November 1962 Presiden Soekarno mencanangkan program pemberantasan malaria dan
pada tanggal tersebut menjadi Hari Kesehatan Nasional (HKN).
2). Masa Orde Baru.
Konsep Bandung Plan terus dikembangkan, tahun 1967 diadakan seminar
konsep Puskesmas. Pada tahun 1968 konsep Puskesmas ditetapkan dalam Rapat Kerja Kesehatan Nasional
dengan disepakatinya bentuk Puskesmas yaitu Tipe A, B & C. Kegiatan Puskesmas saat itu dikenal dengan
istilah ’Basic’. Ada Basic 7, Basic 13 Health Service yaitu : KIA, KB, Gizi Mas., Kesling, P3M, PKM, BP, PHN,
UKS, UHG, UKJ, Lab, Pencatatan dan Pelaporan. Pada tahun 1969, Tipe Puskesmas menjadi A & B. Pada
tahun 1977 Indonesia ikut menandatangi kesepakatan Visi : ”Health For All By The Year 2000”, di Alma Ata,
negara bekas Federasi Uni Soviet, pengembangan dari konsep ” Primary Health Care”. Tahun 1979
Puskesmas tidak ada pen’Tipe’an, dan dikembangkan piranti manajerial Perencanaan dan penilaian
Puskesmas yaitu ’ Micro Planning’ dan Stratifikasi Puskesmas. Pada tahun 1984 dikembangkan Posyandu,
yaitu pemngembangan dari pos penimbangan dan karang gizi. Posyandu dengan 5 programnya yaitu, KIA,
KB, Gizi, Penangulangan Diare dan Imunisasi dengan 5 Mejanya (Notoadmodjo, 2005). Pada waktu-waktu
selanjutnya Posyandu bukan saja untuk pelayanan Balita tetpai juga untuk pelayanan ibu hamil.
Bahkanpada waktu-waktu tertentu untuk promosi dan distribusi Vit.A, Fe, Garam Yodium, dan suplemen
gizi lainnya. Bahkan Posyandun saat ini juga menjadi andalah kegiatan penggerakan masyarakat (mobilisasi
sosial) seperti PIN, Campak, Vit A, dsb.
b. Pra Reformasi.
Waktu terus bergulir, tahun 1997 Indonesia mengalami krisis ekonomi. Kemiskinan meningkat,
kemampuan daya beli masyarakat rendah, menyebabkan akses ke pelayanan kesehatan renda, kemudian
dikembangkan program kesehatan untuk masyarakat miskin yaitu, JPS-BK. Tahun 1998 Indonesia
mengalami reformasi berbagai bidang termasuk pemerintahan dan menjadi negara dermokrasi. Tahun
2001 otonomi daerah mulai dilaksanakan, sehingga dilapangan program-prorgam kesehatan bernunasa
desentralisasi dan sebagai konsekuensi negara demokrasi, program-program kesehatan juga banyak yang
bernuasa ’politis’. Tahun 2003 JPS-BK kemudian penjadi PKPS-BBM Bidang Kesehatan, tahun 2005 berubah
lagi menjadi Askeskin. Pada saat itu juga dikembangkan Visi Indonesia Sehat Tahun 2010 dengan Paradigma
Sehat. Puskesmas dan Posyandu masih tetap eksis, bahkan Posyandu menjadi andalan ujung tombak
’mobilisasai sosial’ bidang kesehatan. Dalam era otonomi dan demokrasi menuntut akutanbilitas dan
kemitraan, sehingga berkembang LSM-LSM baik bidang kesehatan, maupun bukan untuk menuntut
akutanbilitas tersebut dalam berbagai bentuk partisipasi. Sebagai ’partnersship’ LSM-LSM tersebut
program kesehatan yang bertanggung jawab adalah Promosi Kesehatan. Promosi Kesehatan harus menjadi
ujung tombak mewakili program kesehatan secara keseluruhan, baik sebagai pemasaran-sosial Visi
Indonesia Sehat 2010 untuk merubah paradigma (Paradigma Sehat)petugas kesehatan dan masyarakat.
Tugas lain promosi kesehatan melakukan advokasi, komunikasi kesehatan dan mobilisasi sosial, baik kepada
pihak legislatif, eksekutif maupun masyarakat itu sendiri. Terutama melalui kemitraan dengan LSM-LSM
tersebut. Dengan kata lain pada era otonomi/desentralisasi saat ini sektor kesehatan harus diperjuangkan
juga secara politik karena sebenarnya saat ini bidang kesehatan disebut juga sebagai era ’Political Health’,
maka peranan promosi kesehatan sangat menonjol dalam ikut mengakomodasi upaya tersebut dengan
berbagai strategi.
Secara universal perkembangan Kesehatan Masyarakat dibagi menjadi 5 era, dengan dasar pembagian 5
unsur, yaitu unsur jangkuan dengan filosofi yang dianut dengan titik berat pelayanan, unsur
penyelnggaraan pendidikan dan penelitian pengembangan, seperti pada Tabel 1.1 berikut dibawah ini.

Tabel 1.1 : Era Perkembangan Kesehatan Masyarakat

Empirical Clinical Public


Basic Political
Unsur Health Science Health
Science Era Science Era
Pengemban Era Era (1900- Science Era
(1850-1900) > 1900
gan < 1850 1950) (1950-1900)
Masyarakat
Gejala-
Titik Berat Bakteri & Pasien Masyarakat/ dan
Gejala
Pelayanan Penyakit (Penderita) penduduk Lingkungan
Penyakit
Kesehatan
Kelinik &
balai
Polikinilk/
Mengikut Kesehatan
Cara Balai RS
i petunjuk Masyarakat
Penyelanggar Diagnosa Pengobatan Pendidikan
secara dan
aan Laboratorium sebagai dan daerah
mutlak dari masyakrakjat
Pendidikan tempat lokasi praktik
pengajar sebagai
praktik
tempat
praktik
Selain
pengembang
an Iptek
Pengemban
Kedokteran
gan
dan masy,
Penelitian masyarakat
Pengalam Pengemban Pengemban juga
dan dan dengan
an Empiris gan gan Iptek dikembangan
Pengembanga pengembanga
(historical) Laboratorium Kedokteran kan bidang
n n tolok ukur
ilmu yang lain
dan kreteria-
seperti
kreteria
ekonomi,
sosial dan
politik.
2.5 Perkembangan Promosi Kesehatan di Indonesia.

Perkembangan Promosi Kesehatan tidak terlepas dari perkembangan sejarah Kesehatan Masyarakat di
Indonesia dan dipengaruhi juga oleh perkembangan Promosi Kesehatan International, yaitu secara
seremonial di Indonesia di mulai program Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa (PKMD) pada tahun
1975, dan tingkat Internasional Deklarasi Alma Ata tahun 1978 tentang Primary Health Care (Departemen
Kesehatan, 1994). Kegiatan Primary Helath Care tersebut sebagai tonggak sejarah cika-lbakal Promosi
Kesehatan.
Khusus konvesi yang membahas tentang Promosi Kesehatan di mulai dari Konvesi Promosi Kesehatan di
Ottawa, Kanada dengan melahirkan The Ottawa Charter tahun 1986 sampai Konvesi Promosi Kesehatan
yang dilaksanakan di Jakarta tahun 1997 dengan melahirkan The Jakrata Declaration. Selanjutnya
perkembangan Promosi Kesehatan di Indonesia adalah seperti berikut dibawah ini.
a. Sebelum Tahun 1965 (sebelum sampai awal kemerdekaan).
Pada saat itu istilahnya adalah Pendidikan Kesehatan. Dalam program-program kesehatan Pendidikan
Kesehatan hanya sebagai pelengkap pelayanan kesehatan, terutama pada saat terjadi keadaab kritis seperti
wabah penyaki, bencana, dsb. Sasarannya perseorangan (individu), dengan sasaran program lebih kepada
perubahan pengetahuan seseorang.
b. Periode Tahun 1965-1975.
Pada priode ini mulai perhatiannya kepada masyarakat. Saat itu juga dimulainya peningkatan profesional
tenaga melalui program Health Educational Service (HES). Tetapi intervensi program masih banyak yang
bersifat individual walau sudah mulai aktif ke masyarakat. Sasaran program adalah perubahan pengetahuan
masyarakat tentang kesehatan.
c. Periode Tahun 1975-1985.
Istilahnya mulai berubah menjadi Penyuluh Kesehatan. Di Tingkat Departemen Kesehatan ada
Diterektorat PKM. PKMD menjadi andalan program sebagai pendekatan Community Development. Saat itu
program UKS di SD diperkenalkannya Dokter Kecil. Sudah mulai aktif membina dan mem- berdayakan
masyarakat. Saat itulah Posyandu lahir sebagai pusat pemberdayaan dan mobilisasi masyarakat. Sasaran
program adalah perubahan perilaku masyarakat tentang kesehatan. Misi dipengaruhi oleh Deklarasai Alma
Ata.
d. Periode Tahun 1985-1995.
Dibentuklah Direktoral Peran Serta Masyarakat (PSM), yang diberi tugas memberdayakan masyarakat.
Sirektoral PMK berubah menjadi Pusat PKM, yang tugasnya penyebaran informasi, komunikasi, kampanye
dan pemasaran sosial bidang kesehatan. Saat itu pula PKMD menjadi Posyandu. Tujuan dari PKM dan PSM
saat itu adalah perubahan perilaku. Pandangan (Visi) mulai dipengaruhi oleh ’Ottawa Charter’ tentang
Promosi Kesehatan.
e. Periode Tahun 1995-Sekarang.
Istilah PKM menjadi Promosi Kesehatan. Bukan saja pemberdayaan kearah mobilisasi massa yang menjadi
tujuan, tetapi juga kemitraan dan politik kesehatan (termasuk advokasi). Sehingga sasaran Promosi
Kesehatan bukan saja perubahan perilaku tetapi perubahan kebijakan atau perubahan menuju perubahan
sistem atau faktor lingkungan kesehatan.Pada Tahun 1997 diadakan konvensi internasional Promosi
Kesehatan dengan tema ”Health Promotion Towards The 21’st Century, Indonesian Policy for The Future”
dengan melahirkan ‘The Jakarta Declaration’.

2. Organisasi Profesi Kesehatan Masyarakat


1. IAKMI
IAKMI adalah singkatan dari Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (The Indonesian
Public Health Association/ IPHA), suatu organisasi profesi yang bersifat independen dan
multidisipliner untuk kepentingan kesehatan masyarakat, berasaskan Pancasila dan
berdasarkan UUD 1945. IAKMI didirikan pada tahun 1971 berdasarkan Akta No. 65 tanggal 27
April 1971 yang dibuat di hadapan Sjahrim Abdulmanan, Wakil Notaris di Jakarta, yang
Anggaran Dasarnya kemudian diubah dengan Akta No. 56 tanggal 27 April 1982 yang dibuat
di hadapan Ny. Subagio Reksodipuro, Sarjana Hukum, Notaris di Jakarta. Berdasarkan pada
Keputusan Kongres XI IAKMI telah disetujui Anggaran Dasar IAKMI, yang kemudian
dituangkan dalam Akta Pernyataan Keputusan Kongres No. 7 tanggal 10 Desember 2012 yang
dibuat di hadapan Haji Syarif Siangan Tanudjaja, Sarjana Hukum, Notaris di Bekasi, Akta mana
kemudian disahkan oleh Kementerian Hukum dan HAM dengan Keputusan Menteri Hukum
dan HAM No. AHU-113.AH.01.07 Tahun 2013 tanggal 18 Juni 2013, yang menjadikan IAKMI
secara resmi menjadi badan hukum.
IAKMI memiliki visi untuk menjadi organisasi profesi bertaraf dunia dalam mencapai derajat
kesehatan bangsa setinggi-tingginya. Misi dari IAKMI adalah:

1. Menjaga nilai-nilai budi luhur dalam mengamalkan etika profesi;


2. Meningkatkan kapasitas dan kepentingan anggota;
3. Menata pengelolaan organisasi di pusat dan daerah;
4. Melaksanakan kemitraan yang luas dan berdaya guna;
5. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan bidang kesehatan masyarakat;
6. Berupaya meningkatan derajat kesehatan tanpa memandang perbedaan sosial, agama, suku
bangsa dan batas wilayah;
7. Mengembangkan kemitraan strategis dengan pemerintah dalam upaya mencapai derajat
kesehatan yang setinggi-tingginya.

Kekuasaan tertinggi organisasi adalah Kongres Nasional setiap tiga tahun sekali. Kongres Nasional
terakhir pada tahun 2019 berlangsung di Denpasar, Bali bermitra dengan Badan Litbangkes RI
yang dihadiri 1.000 peserta. Pengurus Pusat IAKMI berkedudukan di ibu kota Republik Indonesia,
Pengurus Daerah di ibukota provinsi dan Pengurus Cabang di kabupaten/kota. Jumlah anggota
IAKMI yang terdaftar hingga awal Februari 2020 sebanyak 36.000 orang dari seluruh Indonesia.

Pada tahun 1981 IAKMI menjadi anggota World Federation of Public Health Associations (WFPHA)
yang beranggotakan 80 organisasi profesi Kesmas di seluruh dunia dengan kantor pusat di
Genewa.

Tahun 2010 Projek Health Professional Education Quality (HPEQ) yang dibiayai oleh World Bank
menetapkan untuk memperluas cakupannya dengan melibatkan 3 profesi tambahan dari semula
4 profesi, yaitu Kedokteran, Kedokteran Gigi, Keperawatan, dan Kebidanan. Ketiga profesi
tersebut adalah Farmasi, Gizi dan Kesehatan Masyarakat. Pada saat itu IAKMI dan Asosiasi
Pendidikan Tinggi Kesehatan Masyarakat Indonesia (AIPTKMI) dilibatkan sebagai organisasi
profesi dan asosiasi institusi pendidikan tinggi di Bidang Kesehatan Masyarakat. Sebelum
melaksanakan berbagai kegiatan dengan difasilitasi oleh Projek HPEQ, terlebih dahulu dilakukan
pengkajian atas situasi Pendidikan Tinggi Kesehatan Masyarakat di Indonesia. Ditemukan bahwa
Program-program Studi S-1 Kesehatan Masyarakat yang diselenggarakan tidak terstandar,
kurikulum berbeda-beda, kegiatan belajar mengajar tidak terstandar, dan tentu saja kualitas
lulusannya tidak terstandar. Temuan inilah yang membulatkan tekad IAKMI dan AIPTKMI untuk
mengembangkan berbagai hal yang akan dapat menjamin kualitas proses Pendidikan S-1
Kesehatan Masyarakat dan kualitas hasil Pendidikan S-1 Kesehatan Masyarakat.

Dengan keterlibatan pada Proyek HPEQ itulah IAKMI dan AIPTKMI telah berhasil melakukan hal-
hal sebagai berikut:

1. Mengembangkan Naskah Akademik Pendidikan Kesehatan Masyarakat Indonesia (tahun 2012),


yang antara lain berisi tentang (1) rumusan standar kompetensi Ahli Kesehatan Masyarakat dan
(2) konsep pengembangan Pendidikan Tinggi Kesehatan Masyarakat untuk menghasilkan keahlian
pada level 6, 7, 8 dan 9.
2. Mengembangkan Naskah Akademik Uji Kompetensi SKM Indonesia (tahun 2014). Untuk pertama
kalinya menyelenggarakan Try Out Uji Kompetensi SKM Indonesia (tahun 2014).

Sejak tahun 2014, Tenaga Kesehatan Masyarakat telah menjadi anggota resmi Majelis Tenaga
Kesehatan Indonesia (MTKI) berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor
107/Menkes/SK/IV/2014 dan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor
HK.02.02/Menkes/110/2016 tentang Keanggotaan Majelis Tenaga Kesehatan Indonesia. Dalam
hal keanggotaan MTKI ini, Tenaga Kesehatan Masyarakat diwakili oleh dr. Agustin Kusumayati,
M.Sc., Ph.D yang merupakan utusan resmi dari Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia
(IAKMI).

Sejak tahun 2014, MTKI telah menerbitkan Surat Tanda Registrasi (STR) Ahli Kesehatan
Masyarakat yang difasilitasi oleh PP IAKMI bersama 34 Pengurus Daerah IAKMI sebagai
perwakilan organisasi profesi Kesehatan Masyarakat di MTKP se-Indonesia. Hingga tanggal 26
September 2019 telah diterbitkan 68.208 STR Ahli Kesehatan Masyarakat. Lalu, sejak tahun 2015,
terdapat lulusan Pendidikan Tinggi Kesehatan Masyarakat yang memiliki STR Ahli Kesehatan
Masyarakat yang terlibat menjadi Tenaga Kesehatan pada Program Nusantara Sehat. Sebagai
organisasi profesi Kesehatan Masyarakat, IAKMI diminta secara resmi oleh Badan PPSDM
Kesehatan Kemenkes RI untuk melakukan proses seleksi, pendalaman materi kompetensi, dan
pemberian sertifikat ber-SKP kepada peserta program Nusantara Sehat. Pada setiap rangkaian
peringatan Hari Kesehatan Nasional, IAKMI menjadi mitra Kementerian Kesehatan dalam proses
seleksi dan penganugerahan Tenaga Kesehatan Masyarakat Teladan Tingkat Nasional.
2. PERSAKMI

Perhimpunan Sarjana dan Profesional Kesehatan Masyarakat Indonesia (The Indonesian Public
Health Union /IPHU), berbadan hukum sebagaimana Akte Notaris : No. 3 Tanggal 29 Oktober
2009 dibuat oleh Notaris Soewondo Rahardjo, SH, serta mendapat pengesahan dari Keputusan
Menteri Hukum dan HAM RI Nomor: AHU-07.AH.01.06 Tahun 2010, tertanggal 25 Januari 2010.
Organisasi ini didirikan di Kota Makasar pada tanggal 21 Mei 1998 dengan nama Persatuan
Sarjana Kesehatan Masyarakat Indonesia (PERSAKMI), kemudian berganti nama menjadi
Perhimpunan Sarjana Kesehatan Masyarakat Indonesia (PERSAKMI) pada tanggal 8 Agustus 2009
di Semarang dan berkembang seiring dengan perkembangan Undang-Undang No 36 tahun 2014
tentang Tenaga Kesehatan, menjadi Perhimpunan Sarjana dan Profesional Kesehatan Masyarakat
Indonesia (PERSAKMI) pada tanggal 7 September 2017 di Padang untuk jangka waktu yang tidak
ditentukan. Kantor Pimpinan Organisasi tingkat Pusat berkedudukan dimana ketua umum
pengurus pusat berada (Makassar) dan mempunyai kantor di ibu kota Negara (Pondok Jaya III no
5B Pela Mampang Jakarta Selatan)

Persakmi sebagai Organisasi Profesi Tenaga Kesehatan Masyarakat


Bahwa berdasarkan hasil Musyawarah Nasional Persakmi ke 5 yang telah diselenggarakan pada
tanggal 5-7 September 2017, di kota Padang – Sumatera Barat, menetapkan bahwa Persakmi
(Perhimpunan Sarjana dan Profesional Kesehatan Masyarakat Indonesia) sebagai organisasi yang
menghimpun para Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM) dan Profesional Kesehatan Masyarakat
(sebagai produk pendidikan profesi kesmas level 7).

Persakmi sebagai organisasi profesi tenaga kesehatan masyarakat (SKM dan Profesional
Kesehatan Masyarakat), dengan mempertimbangkan anggota yang homogen dan merupakan
seminat dan seprofesi, yang ditandai dengan kesamaan mayoritas kurikulum pendidikannya. Hal
ini selaras dengan UU 36/2014 tentang Tenaga Kesehatan, pasal 1 ayat 16, bahwa “Organisasi
profesi adalah wadah untuk berhimpun tenaga kesehatan yang seprofesi”.

Persakmi memiliki visi baru yaitu “Menjadi organisasi profesi kesehatan masyarakat penggerak
utama pembangunan kesehatan masyarakat Indonesia” dengan tujuan “Terlaksananya organisasi
profesi yang mandiri, dan profesional sebagai wadah untuk meningkatkan serta mengembangkan
pengetahuan dan ketrampilan, martabat maupun etika profesi para anggotanya”. Visi dan tujuan
Persakmi sejalan dengan amanat UU 36/2014 tentang Tenaga Kesehatan, pasal 50 ayat 1, yang
menyatakan bahwa “Tenaga kesehatan harus membentuk organisasi profesi sebagai wadah
untuk meningkatkan dan/atau mengembangkan pengetahuan dan ketrampilan, martabat dan
etika profesi tenaga kesehatan”.
Persakmi mempunyai kelengkapan dengan kolegium tenaga kesehatan masyarakat. Keberadaan
Kolegium Tenaga Kesehatan Masyarakat Indonesia merupakan badan otonom Persakmi yang
berfungsi mengembangkan cabang disiplin ilmu dan standar pendidikan kesehatan masyarakat.
Kolegium Tenaga Kesehatan Masyarakat Indonesia di bawah naungan Persakmi berupa himpunan
seminat tenaga kesehatan masyarakat dalam suatu bidang dan area tertentu, dimana Sarjana
Kesehatan Masyarakat dan professional kesehatan masyarakat berada. Keberadaan kolegium
tenaga kesehatan ini, seiring dengan amanat UU 36/2014 tentang Tenaga Kesehatan, pasal 51
ayat 1, 2 dan 3, yang intinya menyatakan bahwa untuk mengembangkan cabang displin ilmu dan
standar pendidikan tenaga kesehatan, organisasi profesi dapat membentuk kolegium masing-
masing tenaga kesehatan.

Kami laporkan juga, saat ini kepengurusan Persakmi di tingkat propinsi (pengurus daerah) telah
tersebar di 32 propinsi di Indonesia, sementara 2 propinsi sisanya dalam tahap proses
pembentukan. Kami targetkan dalam waktu 1 tahun pasca Munas Persakmi, kepengurusan
Persakmi di tingkat propinsi sudah tersebar di seluruh Indonesia .

Anda mungkin juga menyukai