Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Kelapa Sawit (Elais quinensis) merupakan komoditas yang penting karena kebutuhan
akan minyak goreng dan derivatnya di dalam negeri terus meningkat sejalan dengan
meningkatnya standar ekonomi masyarakat. Minyak kelapa sawit merupakan sumber devisa
negara yang sangat potensial karena tidak semua negara dapat memproduksinya. Kelapa sawit
hanya dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik pada kawasan beriklim tropis seperti di
Indonesia dan termasuk daerah Riau merupakan sangat potensial untuk tanaman kelapa sawit.

Dibukanya beberapa areal baru perkebunan kelapa sawit oleh Perusahan Perkebunan
Swasta Nasional (PBSN), Perkebunan Negara, dan Perkebunan Rakyat, membawa imflikasi
baru, mulai dari persediaan lahan, perbaikan infrastruktur , dampak lingkungan, sehingga
penyediaan sumber daya manusia.

Perkembangan kelapa sawit di Indonesia mulai berkembang pesat pada tahun 1969.
Pada saat itu luar areal perkebunan kelapa sawit adalah 119.500 ha dengan total produksi
minyak mentah (CPO dan KPO ) 189.000 ton per tahun. Diperkirakan produksi minyak sawit
Indonesia akan mencapai 9,9 juta ton pada tahun 2005. Tetapi disayangkan pertambahan luas
areal tidak dibarengi dengan peningkatan produktifitas yang optimal dan masih jauh dibawah
standar.

Kelapa sawit merupakan salah satu komoditas andalan Indonesia dimana saat ini
Indonesia menjadi negara penghasil kelapa sawit terbesar kedua setelah Malaysia. Dengan
melihat usaha-usaha yang dilakukan baik pemerintah maupun perusahaan swasta yang
melakukan ekstensifikasi pertanian. Indonesia diprediksi menjadi negara penghasil CPO
utama dunia tahun 2010. Habitat aslinya adalah daerah semak belukar. Sawit dapat tumbuh
dengan baik di daerah tropis. Tanaman ini tumbuh sempurna di ketinggian 0 – 500 m dari
permukaan laut dengan kelembaban 80% – 90%. Tingginya dapat mencapai 24 meter. Sawit
membutuhkan iklim dengan curah hujan stabil. 2000 – 2500 mm setahun, yaitu daerah yang
tidak tergenang air saat hujan dan tidak kekeringan saat kemarau. Pola curah hujan tahunan

1
mempengaruhi perilaku pembungaan dan produksi buah sawit. Minyak kelapa sawit dapat
diolah menjadi berbagai macam produk turunannya yang memiliki nilai tambah yang jauh
lebih tinggi. Guna mendukung pengembangan industri kelapa sawit dan produk-produk
turunannya, diperlukan integritas yang tinggi terutama antara daerah penghasil bahan baku,
industri pengolah dan daerah pemasaran. Industri minyak kelapa sawil merupakan industri
yang terpadu, dimana beberapa pemegang kepentingan saling berkait. Keterkaitan dibagi
dalam dua kelompok yaitu kelompok daerah penghasil bahan baku TBS dan daerah produsen
atau pemasar produk turunan minyak kelapa sawit.

1.2 RUMUSAN MASALAH

1.2.1 Bagaimana proses pengolahan kelapa sawit menjadi CPO ?

1.2.2 Apa sajakah mesin dan peralatan yang digunakan serta fungsinya dalam
pengolahan CPO ?

1.2.3 Apakah produk turunan dari minyak kelapa sawit ?

1.3 TUJUAN

Pembuatan makalah ini bertujuan untuk :

1. Mengetahui proses pengolahan kelapa sawit menjadi CPO dan produk lain sebagai
turunannya

2. Mengetahui prinsip kerja alat dan mesin yang digunakan dalam pengolahan kelapa
sawit

3. Memberi informasi kepada pembaca mengenai pengolahan kelapa sawit

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Proses Pengolahan Buah Kelapa Sawit Menjadi CPO

Tanaman kelapa sawit mulai berbuah setelah berumur 2,5 tahun dan proses pemasakan
buah berkisar 5 - 6 bulan setelah terjadinya penyerbukan. Buah kelapa sawit dapat dipanen
jika tanaman telah berumur 31 bulan, sedikitnya 60% buah telah matang panen, dari 5 pohon
kelapa sawit rata-rata terdapat 1 tandan buah matang panen. Ciri tandan buah matang panen
adalah sedikitnya ada 5 buah yang lepas/jatuh dari tandan yang beratnya kurang dari 10 kg
atau sedikitnya ada 10 buah yang lepas dari tandan yang beratnya 10 kg atau lebih.Hasil
terpenting dari tanaman kelapa sawit adalah minyak sawit yang dari ekstraksi daging buah
(pericarp). Hasil lain yang tidak kalah penting adalah minyak inti sawit atau kernel yang juga
diperoleh dengan cara ekstraksi.

Pertama tandan buah diletakkan di piringan Buah yang lepas di satukan dan
dipisahkan dari tandan. Kemudian tandan buah dibawa ke Tempat Pengumpulan Buah (TPH)
dengan truk tanpa ditunda. Di TPH tandan diatur berbaris 5 atau 10. Buah kelapa sawit harus
segera diangkut ke pabrik untuk segera diolah. Penyimpanan menyebabkan kadar asam lemak
bebas tinggi. Pengolahan dilakukan paling lambat 8 jam setelah panen.

Di pabrik buah akan direbus, dimasukkan ke mesin pelepas buah, dilumatkan didalam
digester, dipres dengan mesin untuk mengeluarkan minyak dan dimurnikan. Sisa pengepresan
berupa ampas dikeringkan untuk memisahkan biji dan sabut. Biji dikeringkan dan dipecahkan
agar inti (kernel) terpisah dari cangkangnya. Tahapan dari pengolahan buah kelapa sawit
adalah sebagai berikut:

PKS pada umumnya mengolah bahan baku berupa Tandan Buah Segar (TBS) menjadi
minyak kelapa sawit CPO (Crude Palm Oil) dan inti sawit (Kernel). Proses pengolahan kelapa
kelapa sawit sampai menjadi minyak sawit (CPO) terdiri dari beberapa tahapan yaitu:

3
1. Jembatan Timbang, sebagian besar sekarang menggunakan sel-sel beban, dimana
tekanan dikarenakan beban menyebabkan variasi pada sistem listrik yang diukur. Pada
Pabrik Kelapa Sawit jembatan timbang yang dipakai menggunakan sistem komputer
untuk meliputi berat. Prinsip kerja dari jembatan timbang yaitu truk yang melewati
jembatan timbang berhenti 5 menit, kemudian dicatat berat truk awal sebelum TBS
dibongkar dan sortir, kemudian setelah dibongkar truk kembali ditimbang, selisih
berat awal dan akhir adalah berat TBS yang diterima dipabrik.
2. Penyortiran, Kualitas buah yang diterima pabrik harus diperiksa tingkat
kematangannya. Jenis buah yang masuk ke PKS pada umumnya jenis Tenera dan jenis
Dura. Kriteria matang panen merupakan faktor penting dalam pemeriksaan kualitas
buah distasiun penerimaan TBS (Tandan Buah Segar). Pematangan buah
mempengaruhi terhadap rendamen minyak dan ALB (Asam Lemak Buah) yang dapat
dilihat pada tabel berikut :
Kematangan buah Rendamen minyak (%) Kadar ALB (%)
Buah mentah 14 – 18 1,6 – 2,8
Setengah matang 19 – 25 1,7 – 3,3
Buah matang 24 – 30 1,8 – 4,4
Buah lewat matang 28 – 31 3,8 – 6,1

Selanjutnya pengolahan dilakukan dengan mesin di dalam pabrik sebagai berikut :

1.Perebusan

Tandan buah segar setelah ditimbang kemudian dimasukkan ke dalam lori atau boiler
rebusan yang terbuat dari plat baja berlubang-lubang (cage) dan langsung dimasukkan ke
dalam sterilizer yaitu bejana perebusan yang menggunakan uap air yang bertekanan antara 2.2
sampai 3.0 Kg/cm2. Proses perebusan ini dimaksudkan untuk mematikan enzim-enzim yang
dapat menurunkan kuaiitas minyak. Disamping itu, juga dimaksudkan agar buah mudah lepas
dari tandannya dan memudahkan pemisahan cangkang dan inti dengan keluarnya air dari biji.
Proses ini biasanya berlangsung selama 90 menit dengan menggunakan uap air yang
berkekuatan antara 280 sampai 290 Kg/ton TBS. Dengan proses ini dapat dihasilkan
kondensat yang mengandung 0.5% minyak ikutan pada temperatur tinggi. Kondensat ini

4
kemudian dimasukkan ke dalam Fat Pit. Tandan buah yang sudah direbus dimasukan ke
dalam Threser dengan menggunakan Hoisting Crane.

2.Perontokan Buah dari Tandan

Pada tahapan ini, buah yang masih melekat pada tandannya akan dipisahkan dengan
menggunakan prinsip bantingan sehingga buah tersebut terlepas kemudian ditampung dan
dibawa oleh Fit Conveyor ke Digester. Tujuannya untuk memisahkan brondolan (fruilet) dari
tangkai tandan. Alat yang digunakan disebut thresher dengan drum berputar (rotari drum
thresher). Hasil stripping tidak selalu 100%, artinya masih ada brondolan yang melekat pada
tangkai tandan, hal ini yang disebut dengan USB (Unstripped Bunch). Untuk
mengatasi hal ini, maka dipakai sistem “Double Threshing”. Sisitem ini bekerja dengan cara
janjang kosong/EFB (Empty Fruit Bunch) dan USB yang keluar dari thresher pertama, tidak
langsung dibuang, tetapi masuk ke threser kedua yang selanjutnya EFB dibawa ketempat
pembakaran (incinerator) dan dimanfaatkan sebagai produk samping.

3. Pengolahan Minyak dari Daging Buah

Brondolan buah (buah lepas) yang dibawa oleh Fruit Conveyor dimasukkan ke dalam
Digester atau peralatan pengaduk. Di dalam alat ini dimaksudkan supaya buah terlepas dari
biji. Dalam proses pengadukan (Digester) ini digunakan uap air yang temperaturnya selalu
dijaga agar stabil antara 80° – 90°C. Setelah massa buah dari proses pengadukan selesai
kemudian dimasukkan ke dalam alat pengepresan (Scew Press) agar minyak keluar dari biji
dan fibre.Untuk proses pengepresan ini perlu tambahan panas sekitar 10% s/d 15% terhadap
kapasitas pengepresan. Dari pengepresan tersebut akan diperoleh minyak kasar dan ampas
serta biji.Sebelum minyak kasar tersebut ditampung pada Crude Oil Tank, harus dilakukan
pemisahan kandungan pasirnya pada Sand Trap yang kemudian dilakukan penyaringan
(Vibrating Screen). Sedangkan ampas dan biji yang masih mengandung minyak (oil sludge)
dikirim ke pemisahan ampas dan biji (Depericarper). Dalam proses penyaringan minyak kasar
tersebut perlu ditambahkan air panas untuk melancarkan penyaringan minyak tersebut.

5
Minyak kasar (Crude Oil) kemudian dipompakan ke dalam Decenter guna memisahkan Solid
dan Liquid. Pada fase cair yang berupa minyak, air dan masa janis ringan ditampung pada
Countnuous Settling Tank, minyak dialirkan ke oil tank dan pada fase berat (sludge) yang
terdiri dari air dan padatan terlarut ditampung ke dalam Sludge Tank yang kemudian dialirkan
ke Sludge Separator untuk memisahkan minyaknya.

4. Proses Pemurnian Minyak

Minyak dari oil tank kemudian dialirkan ke dalam Oil Purifer untuk memisahkan
kotoran/solid yang mengandung kadar air. Selanjutnya dialirkan ke Vacuum Drier untuk
memisahkan air sampai pada batas standard. Kemudian melalui Sarvo Balance, maka minyak
sawit dipompakan ke tangki timbun (Oil Storage Tank).

2.2 Mesin dan peralatan Pengolahan pada Pabrik Kelapa Sawit

2.2.1 Boiler
Dalam pabrik kelapa sawit Ketel uap (Boiler) merupakan jantung dari sebuah pabrik
kelapa sawit. Dimana, ketel uap ini lah yang menjadi sumber tenaga dan sumber uap yang
akan dipakai untuk mengolah kelapa sawit.
Ketel uap merupakan suatu alat konversi energi yang merubah Air menjadi Uap
dengan cara pemanasan dan panas yang dibutuhkan air untuk penguapan diperoleh dari
pembakaran bahan bakar pada ruang bakar ketel uap.
Uap (energi kalor) yang dihasilkan ketel uap dapat digunakan pada semua peralatan
yang membutuhkan uap di pabrik kelapa sawit, terutama turbin. Turbin disini adalah turbin
uap dimana sumber penggerak generatornya adalah uap yang dihasilkan dari ketel uap. selain
turbin alat lain di pabrik kelapa sawit yang membutuhkan uap seperti di sterilizer (Alat untuk
memasak TBS) dan distasiun pemurnian minyak (Klarifikasi). oleh karena itu kualitas uap
yang dihasilkan harus sesuai dengan kebutuhan yang ada dipabrik kelapa sawit tersebut.
karena jika tidak akan mengganggu proses pengolahan dipabrik kelapa sawit.
Boiler atau ketel uap yang digunakan di pabrik kelapa sawit biasanya adalah boiler
dengan kapasitas uap 20.000 Kg uap/jam dan dengan tekanan 20 kg/cm2. dimana dibutuhkan
2 unit boiler untuk pabrik kelapa sawit dengan kapasitas olah 45 ton TBS/jam.

6
Sebagian besar ketel uap yang digunakan pada pabrik kelapa sawit adalah ketel uap
yang menghasilkan uap superheated, dimana uap ini digunakan pertama kali untuk memutar
turbin sebagai pembangkit tenaga listrik kemudian sisa uap dari pembangkit tersebut
digunakan sebagai pemanasan TBS pada sterilizer.
Menurut jenisnya ketel uap terbagi menjadi 2 bagian yaitu : ketel pipa air dan ketel pipa api.
ketel yang digunakan pada pabrik kelapa sawit adalah ketel pipa air. maksudnya adalah air
berada didalam pipa dipanaskan oleh api yang berada diluar pipa air.
Untuk menghitung kapasitau uapa pada ketel uap yang dibutuhkan adalah dengan :
kebutuhan uap pada pabrik kelapa sawit adalah 0.6 ton uap/ton TBS
Jadi, untuk pabrik 45 ton membutuhkan boiler = 45 ton x 0.6 = 27 ton uap/jam. Maka dari itu
dibutuhkan 2 unit ketel uap dengan kapasita uap 20 ton uap/jam pada masing-masing ketel
uap. Biasanya bolier yang digunakan di pabrik kelapa sawit memiliki spesifikasi sebagai
berikut:

1. Kapasita Uap                                                 :  20 Ton/jam


2. Temperatur Uap                                            :  280 C
3. Tekanan Uap                                                  :  20 kg/cm2
4. Temperatur air umpan                                  :  90 C
5. Effisiensi Ketel Uap                                    :  75 %
6. Pemakaian bahan bakar                                :  75% serabut dan 25% cangkang.

2.2.2 Sterilizer
Tahap pengolahan TBS yang pertama adalah proses perebusan atau sterilisasi yang
dilakukan dalam bejana bertekanan (steriliser) dengan menggunakan uap air jenuh (saturated
steam). Penggunaan uap jenuh memungkinkan terjadinya proses hidrolisa/penguapan
terhadap air di dalam buah, jika menggunakan uap kering akan dapat menyebabkan kulit buah
hangus sehingga menghambat penguapan air dalam daging buah dan dapat juga mempersulit
proses pengempaan. Oleh karena itu, pengontrolan kualitas steam yang dijadikan sebagai
sumber panas perebusan menjadi sangat penting agar diperoleh hasil perebusan yang
sempurna. Proses perebusan TBS dilakukan dengan tujuan sebagai berikut :

7
1. Menghentikan aktifitas enzim lipase yang dapat menjadi katalisator dalam pembentukan
trigliserida dan kemudian memecahnya untuk menjadi Asam Lemak Bebas (ALB).
Aktivitas enzim akan berhenti jika diberikan suhu minimum 50oC, pada proses perebusan
temperatur di dalam steriliser mencapai 120oC dengan tekanan 2,8 bar.
2. Melepaskan buah dari spiklet melalui cara hidrolisa hemiselulosa dan pektin yang terdapat
di pangkal buah, dengan demikian akan mempermudahkan brondolan lepas dari tandannya
pada saat proses penebahan dan juga akan mempermudah proses ekstraksi pengutipan
minyak dan inti sawit.
3. Melunakkan daging buah sehingga mudah diaduk dan memudahkan pemisahan minyak dan
cake ketika dikempa.
4. Pengurangan kadar air dalam buah dan inti, sehingga memudahkan pemisahan partikel–
partikel minyak dari pericarp dan serat-serat dari biji selama pengadukan ataupun saat
proses pemisahan serat dengan biji serta pengeringan inti (dehidrasi) di dalam notten akan
mempermudah lepasnya (lekang) inti dari cangkang saat poses pemecahan biji.
5. Memecah emulsi di dalam pericarp dengan pemanasan yang mampu menyusup sampai ke
dalam daging buah sehingga memudahkan pemisahan minyak dan air pada CST.

2.2.3 Digester
Fungsi dari digester adalah : a) Untuk melepaskan daging buah dari nut (biji ) b)
Untuk melumatkan buah agar efisien dalam proses pengempaannya c) Untuk menaikkan
temperature buah d) Untuk melepaskan sel-sel minyak dari sel daging buah e) Untuk
mengalirkan sebagian minyak yang terbentuk di digester sehingga mengurangi volume
pengempaan . Digester merupakan sebuah tabung silinder vertical yang didalam nya dipasang
pisau-pisau pengaduk. Dalam digester terdapat beberapa tingkat pisau yang terikat pada poros
dan di gerakkan oleh motor listrik. Pisau bagian atas digunakan untuk mencacah/melumat
borondolan, dan pisau bagian bawah (Stirring arm bottom) digunakan untuk mendorong
massa keluar dari ketel adukan menuju screw press Untuk memudahkan
pencacahan/pelumatan diperlukan panas 90-95oC, yang menggunakan tekanan uap langsung
sebesar 3 kg/cm2. Faktor-Faktor yang mempengaruhi pengadukan, yaitu : a) Kematangan
buah yang direbus, jika buah mentah maka daging buah sulit dilepas dari nut dan sulit

8
dilumat. b) Volume digester minimal ¾ penuh c) Waktu pengadukan pada digester yang baik
adalah ±20 menit. d) Temperature yang terlalu rendah dapat mengakibatkan minyak sulit
dipress karena kekentalan minyak rendah.

2.2.4 Screw Press


Screw press adalah alat yang digunakan untuk memisahkan minyak kasar dari daging
buah dan biji. Alat ini terbuat dari sebuah tabung berlubang-lubang yang di dalamnya terdapat
dua buah screw yang pada ujungnya terdapat konus yang dapat maju mundur secara hidrolis.
Massa yang keluar dari ketel adukan melalui feed screw (sebagian minyak keluar) masuk ke
dalam main screw lalu ditampung dalam talang minyak oil gutter. Untuk mempermudah
pemisahan dan pengaliran minyak pada feed screw dilakukan injeksi uap pada digester dan
penambahan air panas pada temperatur 90-95oC. Ampas akan diolah untuk mendapatkan inti
(kernel). Pelumatan pada screw press memakai air pengencer yang berfungsi untuk
mempermudah pemerasan minyak pada fibre, hal ini dilakukan untuk menghindari terjadinya
pengentalan (emulsi). Hal – hal yang perlu diperhatikan dalam pengempaan : 1) Pada
pengempaan dilakukan injeksi uap dan air panas pada temperature 90-95oC. 2) Penekanan
harus dilakukan berangsur – angsur dari tekanan rendah ke tekanan tinggi ±40 bar. Tekanan
kempa yang terlalu tinggi menyebabkan : 1) Jumlah biji pecah bertambah 2) Jumlah serat –
serat halus yang terikut minyak bertambah sehingga mempersulit prosess selanjutnya.
Tekanan kempa yang rendah menyebabkan : 1) Cake basah, kerugian minyak pada ampas dan
biji tinggi. 2) Pemisahan biji dan ampas tidak sempurna. 3) Ampas menjadi basah, sehingga
tidak dapat digunakan sebagai bahan baku ketel uap. 4) Jumlah air pengencer, air pengencer
yang terlalu berlebihan dapat mempengaruhi kandungan air cake yang tinggi, sehingga
pemecahan cake akan lebih sulit pada CBC (Cake Breaker Conveyor) 5) Pemberian air
dilakukakn dengan cara menyiram cake dalam pressan dari atas bagian tengah atau di chute
screw press.

2.2.5 Saringan Bergetar (Vibrating Screen)


Saringan Bergetar digunakan untuk memisahkan benda-benda padat yang terikut
minyak kasar. Benda-benda yang berupa ampas yang disaring pada saringan ini dikembalikan
ke bottom cross conveyor untuk diproses kembali. Cairan minyak ditampung dalam tangki

9
minyak kasar (Crude Oil Tank / Bak RO). Saringan getar terdiri dari 2 tingkat saringan
dengan luas permukaan masing-masing 2 M2. Tingkat atas memakai kawat saringan mesh 30
sedangkan tingkat bawah memakai mesh 40. Untuk memudahkan penyaringan maka pada
waktu penyaringan masa minyak diencerkan dengan air panas yang bersuhu ± 60°C. Hal – hal
yang perlu diperhatikan : 1) Pengenceran dengan air diatur sehingga cairan dalam tangki
mempinyai perbandingan 1 bagian minyak dan 2 bagian lumpur ( sludge ). 2) Jumlah getaran
ayakan 1400 – 3000 getaran / menit.

2.2.6 Pengeringan Minyak (vacum dryer)


Vacum dryer adalah alat yang berfungsi untuk memisahkan air dari minyak dengan
cara penguapan dalam kondisi hampa udara. Hasil yang diharapkan dari proses ini adalah
minyak dengan kadar air 0,1 – 0,15% dan kadar kotoran 0,013 – 0,015%. Melalui tangki
apung (float tank) inilah yang mengatur jumlah minyak, pertama minyak dialirkan ke vacum
drayer. Minyak terhisap kedalam tabung melalui pemercikan (nozzle) karena adanya hampa
udara dan minyak terpencar kedalam tabung hampa. Uap air dari tabung hampa terhisap oleh
ejector 1, masuk kedalam kondensor 1, sisa uap kondensor 1 terhisap oleh ejector 2, masuk
kedalam kondensor 2, sisa uap terakhir dihisap oleh ejector 3 dan dibuang ke atmosper atau
udara. Air yang terbentuk dalam kondensor 1 dan 2 langsung dibuang. Minyak ditampung di
Tangki Minyak produksi (oil transfer tank )dan selanjutnya dipompakan ketangki timbun

2.3 Produk Turunan Kelapa Sawit

1. Produk turunan CPO.


Produk turunan CPO selain minyak goreng kelapa sawit, dapat dihasilkan margarine,
shortening, Vanaspati (Vegetable ghee), Ice creams, Bakery Fats, Instans Noodle, Sabun dan
Detergent, Cocoa Butter Extender, Chocolate dan Coatings, Specialty Fats, Dry Soap Mixes,
Sugar Confectionary, Biskuit Cream Fats, Filled Milk, Lubrication, Textiles Oils dan Bio
Diesel. Khusus untuk biodiesel, permintaan akan produk ini pada beberapa tahun mendatang
akan semakin meningkat, terutama dengan diterapkannya kebijaksanaan di beberapa negara
Eropa dan Jepang untuk menggunakan renewable energy.

10
2. Produk Turunan Minyak Inti Sawit
Produk turunan minyak inti sawit dapat dihasilkan Shortening, Cocoa Butter
Substitute, Specialty Fats, Ice Cream, Coffee Whitener/Cream, Sugar Confectionary, Biscuit
Cream Fats, Filled Mild, Imitation Cream, Sabun, Detergent, Shampoo dan Kosmetik.
3. Produk Turunan Oleochemicals kelapa sawit
Dari produk turunan minyak kelapa sawit dalam bentuk oleochemical dapat dihasilkan
Methyl Esters, Plastic, Textile Processing, Metal Processing, Lubricants, Emulsifiers,
Detergent, Glicerine, Cosmetic, Explosives, Pharmaceutical Products dan Food Protective
Coatings.
4. Produk Turunan dari Limbah Kelapa Sawit
Dalam produksi pengolahan kelapa sawit menjadi minyak kelapa sawit,tentunya melalui
berbagai proses industri skala besar. Pada proses industri pengolahan kelapa sawit
tersebut,selain menghasilkan minyak kelapa sawit nantinya juga akan dihasilkan berbagai
limbah buangan, baik itu yang berupa limbah cair ataupun limbah padat. Dalam
perkembangannya kedua jenis limbah kelapa sawit tersebut dapat dimanfaatkan menjadi  hasil
produksi sampingan kelapa sawit yang memiliki nilai ekonomis yang cukup menjanjikan.
4.1 Limbah cair kelapa sawit dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar alternatif berupa
biogas. Hal ini dikarenakan limbah cair kelapa sawit memiliki kandungan gas methan
dan karbon dioksida yang merupakan bahan baku utama pembuatan biogas. Potensi
produsi dari pemanfaatan  limbah cair kelapa sawit menjadi biogas ini sendiri
mencapai 1075 juta meter kubik. Jumlah ini setara dengan 516.000 ton gas LPG, 559
juta liter solar, 666.5 juta liter minyak tanah, dan 5052.5 MWh listrik. Selain itu
pembuatan biogas dari limbah minyak kelapa sawit memiliki beberapa keunggulan,
antara lain menghindari pencemaran limbah terhadap air tanah dan sungai, Transfer
Pricing karena penggunaan biogas berbahan baku limbah minyak kelapa sawit ini
akan menekan pokok produksi minyak kelapa sawit, memperoleh mekanisme
pembangunan yang baik dan bersih, dan dapat di bangun terintegrasi dengan pabrik
minyak kelapa sawit karena berfungsi sebagai pengolah limbah.
4.1 Limbah padat kelapa sawit terdiri dari tandan kosong kelapa sawit, serat, cangkang,
batang, dan pelepah. Dari berbagai limbah padat tersebut, hampir semuanya dapat

11
diolah kembali menjadi hasil produksi yang memiliki nilai ekonomis. Tandan kosong
kelapa sawit pada awalnya biasa digunakan sebagai kompos namun sejalan dengan
penelitian yang dilakukan, tandan kosong kelapa sawit dapat pula dimanfaatkan
menjadi bahan bakar generator listrik. Serat kelapa sawit dapat menjadi bahan
selulosa yang dapat diolah menjadi kertas. Cangkang kelapa sawit dapat diolah
menjadi beberapa produk yang bernilai ekonomis tinggi, yaitu karbon aktif, fenol,
asap cair, tepung tempurung dan briket arang. Batang kelapa sawit dapat
dimanfaatkan menjadi bahan bangunan dan furnitur,serta dapat menjadi sumber
biomassa. Pelepah kelapa sawit dapat digunakan sebagai pakan ternak yang memiliki
kandungan nutrisi yang baik.

5. Tabel Produk Turunan Kelapa sawit dan Mesin Pengolahnya


No Produk Mesin dan alat Kegunaan
.
1. Biodiesel Fermentor Sebagai tempat fermentasi minyak atau limbah
minyak kelapa sawit.
Untuk menyuling atau memurnikan biodiesel
Destilator dari bahan baku atau kotoran.
2. PKO (Pump Cake breaker Mengangkut biji yag masih tercampur dengan
kernel oil) conveyor ampas
Nut silo Menampung dan menurunkan kadar air biji
Nut grading Memisahkan biji berdasarkan ukuran yang sesuai
drum fraksi
Nut craker Memecah biji
Dry separator Memisaahkan debu dengan cangkang halus
Hydro cyclon Memisahkan cangkang dengan inti/kernel
Kernel drier Mengeringkan kernel
3. Pakan Crusher atau Penyacah pelepah kelapa sawit menjadi lebih
ternak hidrolyc mills halus
Mengaktivasi pakan ternak dengan
Fermentor mikroorganisme setelah ditambah molase
4. Buah kelapa Dodos / egrek Memotong /memanen buah kelapa sawit dari

12
sawit pohon
Kereta sorong Mengangkut buah kelapa sawit dari kebun
ketempat penimbangan

BAB III

13
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pembahasan dapat diambil kesimpulan bahwa proses pengolahan


kelapa sawit untuk dijadikan minyak kelapa sawit (CPO) melalui beberapa tahapan yaitu
penimbangan, sortasi, perebusan, pengepressan, pemurnian dan penyimpanan. Selain itu
minyak kelapa sawit juga dapat diolah menjadi produk turunan yang juga bernilai ekonomis
tinggi diantaranya sabun, PKO, pakan ternak, dan produk tekstil.

3.2 SARAN

Penanganan pasca panen buah kelapa sawit sebaiknya harus dilakukan dengan baik dengan
menghindari terjadinya kerusakan seperti benturan yang mengakibatkan buah sawit memar
karena hal ini dapat memacu kerja enzim dan reaksi pembentukan asam lemak bebas sehingga
nantinya akan mengurangi kualitas CPO yang dihasilkan.

DAFTAR PUSTAKA

14
Fauziyan, dkk. 2012. Kelapa Sawit. Jakarta : Penebar Swadaya

Pardamaen, Marulia. 2011. Sukses Membuka Kebun dan PKS. Jakarta : Penebar Swadaya

Pasaribu,N. 2004. Minyak Buah Kelapa Sawit. Medan : USU press

Susilawati. 1997. Pengolahan Minyak Kelapa Sawit.http://www.saskiani.blogspot.com


[diakses pada 16 November 2014]

Suryani. 2012. Produk Turunan Kelapa Sawit. http://www.ainira.blogspot.com [diakses pada


16 November 2014]

Syarel. 2012. Pengolahan CPO menjadi PKO.


http://syerelmediapembelajaran.wordpress.com/2012/08/15/tugas-alat-
-proses-pengolahan-crude-palm-oil-cpo/[diakses pada 16 November
2014]

15

Anda mungkin juga menyukai