Anda di halaman 1dari 3

LATAR BELAKANG

Pada 1961, Inggris merencanakan pembentukan Negara Federasi Malaysia, yang terbentuk dari
persekutuan Tanah Melayu,Singapura Sarawak, Brunei, dan Sabah.

Rencana tersebut ditentang oleh Presiden Soekarno, Beliau berpendapat bahwa Inggris akan
menambah kontrol di daerah Sarawak yang dimana daerah tersebut dekat dengan Indonesia dan
nantinya akan mengacam kemerdekaan Indonesia.

Filipina juga menentang rencana tersebut. Filipina mengklaim wilayah Sabah, karena wilayah tersebut
memiliki hubungan sejarah dengan Filipina melalui Kesultanan Sulu.

PERKEMBANGAN MASALAH

Pada 31 Mei 1963, Presiden Soekarno bertemu dengan Perdana Menteri Malaysia Tuanku Abdul
Rahman di Tokyo, Jepang. Pertemuan tersebut kemudian berlanjut lewat Konferensi Tingkat Menteri
Luar Negeri di Manila, Filipina pada 7 sampai 11 Juni 1963.

Melalui pertemuan tersebut, Filipina dan Indonesia resmi menyetujui untuk menerima pembentukan
Negara Federasi Malaysia.

Namun, pada 16 September, Malaysia justru melihat pembentukan federasi ini nantinya akan
memberikan masalah dalam negeri.

Presiden Soekarno pun melihat tindakan Malaysia ini menjadi sebuah bentuk pelanggaran dan sebagai
bukti kolonialisme dan imperialisme Inggris.

Pada 9 Juli 1963, Malaysia melanggar naskah yang ada sebelumnya, yaitu Perdana Menteri Malaysia
Tuanku Abdul Rahman menandatangani pembentukan Negara Federasi Malaysia dimana seharusnya
pembentukan tersebut dilakukan pada 31 Agustus 1963. Pelanggaran ini dibahas pada pertemuan
puncak konferensi tingkat tinggi di Manila pada pertengahan Juli 1963.

Negara Federasi Malaysia resmi dibentuk pada 16 September 1963. Brunei menolak bergabung dan
Singapura keluar di kemudian hari.

17 September 1963, muncul aksi unjuk rasa warga Malaysia di Kuala Lumpur. Kemudian Presiden
Soekarno melancarkan konfrontasi terhadap Malaysia dengan serangan pasukan militer tidak resmi
Indonesia. Dengan adanya hal tersebut, kemarahan demonstran makin memuncak. Kemarahan
demonstran Malaysia ini juga menyulut emosi dari Presiden Soekarno, beliau melancarkan gerakan
Ganyang Malaysia dengan memproklamasikan pidato yang berisi:

Kalau kita lapar itu biasa

Kalau kita malu itu djuga biasa

Namun kalau kita lapar atau malu itu karena Malaysia, kurang adjar!
Kerahkan pasukan ke Kalimantan, kita hadjar tjetjunguk Malayan itu!

Pukul dan sikat djangan sampai tanah dan udara kita diindjak-indjak oleh Malaysian keparat itu

Doakan aku, aku bakal berangkat ke medan djuang sebagai patriot Bangsa, sebagai martir Bangsa dan
sebagai peluru Bangsa yang enggan diindjak-indjak harga dirinja

Serukan serukan keseluruh pelosok negeri bahwa kita akan bersatu untuk melawan kehinaan ini kita
akan membalas perlakuan ini dan kita tundjukkan bahwa kita masih memiliki gigi dan tulang jang kuat
dan kita djuga masih memiliki martabat

Yoo...ayoo... kita... Ganjang...

Ganjang... Malaysia

Ganjang... Malaysia

Bulatkan tekad

Semangat kita badja

Peluru kita banjak

Njawa kita banjak

Bila perlu satu-satu!

pada 20 Januari 1964, Menteri Luar Negeri Indonesia, Soebandrio mengumumkan bahwa Indonesia
mengambil sikap bermusuhan terhadap Malaysia. Setelah itu Pada 12 April 1964, pasukan militer tidak
resmi Indonesia mulai memasuki Sarawak dan Sabah untuk menyebar propaganda dan melaksanakan
penyerangan dan sabotase. Di bulan Mei, dibentuk Komando Siaga yang bertugas untuk mengoordinasi
kegiatan perang terhadap Malaysia (Operasi Dwikora).

Di bulan Agustus, 16 agen bersenjata Indonesia ditangkap di Johor. Pada 17 Agustus pasukan terjun
payung mendarat di pantai barat daya Johor dan mencoba membentuk pasukan gerilya. Pada 2
September 1964 pasukan terjun payung didaratkan di Labis, Johor. Pada 29 Oktober, 52 tentara
mendarat di Pontian di perbatasan Johor-Malaka dan membunuh pasukan Resimen Askar Melayu DiRaja
dan Selandia Baru dan menumpas juga Pasukan Gerak Umum Kepolisian Kerajaan Malaysia.
pada 20 Januari 1965 PBB menerima Malaysia sebagai anggota tidak tetap, lantaran Soekarno merasa
tidak puas terhadap PBB, maka dari itu Soekarno menarik Indoneisa dari keanggotaan PBB.

Pada Januari 1965, Australia mengirimkan pasukan ke Kalimantan. Pasukan Australia menurunkan 3
Resimen Kerajaan Australia dan Resimen Australian Special Air Service. Unit tersebut masuk secara
rahasia yang dikenal dengan operasi claret.

Pada pertengahan 1965, Indonesia mulai menggunakan pasukan resminya. Pada 28 Juni, mereka
menyeberangi perbatasan masuk ke timur Pulau Sebatik dekat Tawau, Sabah. Pada 1 Juli hingga 8
September 1965, militer Indonesia melabrak dan mengepung pangkalan angkatan laut malaysia di
Semporna. Peristiwa ini dikenal dengan "Pengepungan 68 Hari" oleh warga Malaysia.

AKHIR PERMASALAHAN

Menjelang akhir tahun 1965, gejolak politik dan ekonomi di Indonesia semakin kacau. Puncaknya ketika
terjadi Gerakan 30 September atau G30SPKI

Terjadinya G30S membuat Soekarno lengser dan digantikan Soeharto. Semangat perlawanan terhadap
Malaysia pun runtuh bersamaan dengan kekuatan Soekarno.

Permasalahan konfrontasi Indonesia-Malaysia pun resmi berakhir setelah tercapainya Persetujuan


Bangkok. Persetujuan Bangkok ditandangani oleh:

Menteri Luar Negeri Indonesia Adam Malik,

Wakil Perdana Menteri Malaysia Tun Abdul Razak,

Menteri Luar Negeri Filipina Narciso Ramos,

Menteri Luar Negeri Singapura S. Rajaratnam,

Menteri Luar Negeri Thailand Thanat Khoman.

Melalui persetujuan ini kedua negara juga sepakat untuk segera memulihkan hubungan diplomatik dan
menghentikan konflik.

Pada 28 September 1966, Indonesia kembali menjadi anggota PBB yang diikuti dengan semakin eratnya
hubungan Indonesia-Malaysia.

Anda mungkin juga menyukai