Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

AKHLAK KEPADA ALLAH SWT ; TAWAKKAL, SYUKUR,


DAN HAYA’

Disusun Oleh ;
Kelompok 3

1. Riani / 2120203888203021
2. Hikmah Fitria Amir / 2120203888203036

PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS


FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PAREPARE
2021
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT, karena atas rahmat dan kasih sayang Nya, sehingga Kami
dari Kelompok 3 dapat menyusun dan menyelesaikan tugas makalah Kami yang berjudul “
Akhlak Kepada Allah SWT ; Tawakkal, Syukur, dan Haya‟ “ dengan tepat waktu. Dan tak
lupa pula Kami mengirimkan shalawat serta salam kepada sang Revolusioner Islam yakni
Nabi Muhammad SAW yang menjadi pahlawan ummat manusia untuk mengenal dan
memeluk Islam sebagai agama terbaik sampai akhir zaman kelak.

Dan Kami juga mengucapkan terima kasih kepada Dosen Pengampu mata kuliah Ilmu
Akhlak karena telah memberikan Kami kesempatan untuk mempelajari materi terkait akhlak
kepada Allah SWT dengan cara tawakkal, syukur, dan haya‟ walaupun dengan cara
menyusun makalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Akhlak ini.

Dalam makalah yang Kami susun ini membahas mengenai bagaimana akhlak kepada
Allah SWT yang dilakukan dengan cara tawakkal, syukur, dan haya‟. Makalah ini tentunya
akan berisi pembahasan-pembahasan terkait judul yang menjadi topik yang akan Kita cari
tahu bahasannya.

Dan, dalam makalah ini jika ada kesalahan atau kekurangan informasi maka Kami
mohon maaf. Namun, Kami dari Kelompok 3 sangat berharap bahwa makalah yang telah
Kami susun ini dapat membantu para pembaca mendapat ilmu tambahan terkait bagaimana
akhlak kepada Allah SWT yang bisa Kita lakukan sebagai manusia biasa dengan cara
tawakkal, syukur, ataupun dengan haya‟.

Parepare, 11 Oktober 2021

Penyusun
DAFTAR ISI.....................................................................i
KATA PENGANTAR.....................................................ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..........................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................2
C. Tujuan Penulisan.......................................................................2

BAB II PEMBAHASAN
1. Akhlak Kepada Allah SWT ; Tawakkal, Syukur,
dan Haya‟...............................................................................3-8

BAB III PENUTUP


1. Kesimpulan..............................................................................9
2. Kritik dan Saran.......................................................................9

DAFTAR PUSTAKA............................................................10
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.
Akhlak merupakan bentuk jamak dari kata „Khuluk‟ yang berasal dari
Bahasa Arab yang berarti perangai, tingkah laku, atau tabiat.
Akhlak secara terminologi berarti tingkah laku seseorang yang didorong oleh
suatu keinginan secara sadar untuk melakukan suatu perbuatan yang baik.
Akhlak sendiri juga sering didefinisikan / digambarkan sebagai sesuatu yang
tidak nampak atau realistis, karena akhlak adalah sesuatu yang terdapat di lubuk
hati manusia yang muncul tanpa adanya motif tertentu.
Jadi, akhlak adalah sesuatu yang tidak nampak sehingga tidak dapat diukur baik
ataupun buruknya. Namun, walaupun akhlak tidak dapat dilihat secara realistis
dari seseorang, tapi Kita dapat melihat tingkah laku seseorang tersebut di
kehidupan sehari-harinya. Karena kalau memang akhlak nya baik maka akan baik
pula tingkah laku nya.
Akhlak adalah sesuatu yang hanya diketahui oleh pemilik akhlak itu sendiri
(Manusia) dengan sang pencipta Nya yakni Allah SWT. Jadi, ketika Kita melihat
seorang manusia melakukan perbuatan baik maka yang bisa Kita nilai dari itu
hanya perbuatannya saja yang tampak secara kasat mata. Sedangkan untuk
menilai akhlaknya Kita tidak bisa menembus sampai kesana. Karena, yang
mengetahui itu hanya seseorang itu dengan Allah SWT.
Contoh untuk mengetahu lebih jelas yang manakah disebut akhlak, sebagai
berikut ; Manusia A menyumbang ke masjid untuk kepentingan pembangunan
masjid tersebut. Namun, ternyata dibalik kegiatan menyumbang yang dilakukan
Manusia A tadi ternyata untuk mendapatkan pujian dari masyarakat sekitar dan
bukan karena Allah SWT niat dari kegiatan menyumbangnya.
Jadi, apakah akhlak Manusia A tadi baik atau buruk? Maka, jawabannya adalah
buruk. Walaupun perbuatannya yang tampak itu baik, namun akhlak yang ada
didalam dirinya itu tidak baik.
Setelah mengetahui apa itu akhlak, maka apakah Kita pernah mendengar
tentang akhlak kepada Allah SWT sebelumnya? Jika belum pernah, maka akan
Kita bahas pada pembahasan kali ini.

1
B. Rumusan Masalah.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka Kita dapat menyimpulkan bahwa
rumusan masalah yang sesuai untuk dibahas adalah sebagai berikut ;
1. Bagaimana akhlak kepada Allah SWT yang dilakukan dengan cara tawakkal,
syukur, dan haya‟ ?

C. Tujuan Penulisan.
Berdasarkan rumusan masalah yang ada, maka Kita dapat menyimpulkan
bahwa tujuan dari penulisan ini adalah untuk ;
1. Mengetahui dan mempelajari tentang bagaimana akhlak kepada Allah SWT
yang dilakukan dengan cara tawakkal, syukur, dan haya‟.

2
BAB II
PEMBAHASAN

1. Akhlak Kepada Allah SWT ; Tawakkal, Syukur, dan Haya’.


Akhlak adalah sesuatu yang tidak nampak dari seorang manusia karena itu
berasal dari hati nurani atau lubuk hati seseorang. Namun, karena akhlak tidak dapat
diukur suatu baik atau buruknya, maka yang dapat terlihat adalah perilaku-perilaku
yang muncul dari wujud implementasi akhlak tersebut walaupun tidak dijamin 100 %
keaslian apakah itu adalah wujud dari akhlaknya atau itu hanya perbuatan diluarnya
saja.
Akhlak juga dapat diartikan sebagai perilaku-perilaku yang dilakukan oleh
seseorang yang menampilkan bagaimana cara ia menjalani hidup. Sedangkan menurut
KBBI, akhlak adalah budi pekerti dan kelakuan.
Selain pengertian akhlak diatas, ada juga beberapa pengertian akhlak menurut para ahli,
diantaranya sebagai berikut ;
a. Rosihan Anwar, Akhlak adalah keadaan jiwa seseorang yang mendorong manusia
untuk berbuat tanpa melalui pertimbangan dan pilihan terlebih dahulu.
b. Anis Matta, Akhlak adalah nilai dan pemikiran yang telah menjadi sikap mental
yang mengakar dalam jiwa, kemudian tampak dalam bentuk tindakan dan perilaku
yang bersifat tetap, natural atau alamiah tanpa dibuat-buat, serta refleks.
c. Imam al-Ghazali, dalam kitabnya Ihya Ulum al din mengatakan bahwa akhlak
adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan bermacam-macam
perbuatan dengan gampang atau mudah tanpa memerlukan pemikiran dan
pertimbangan.
d. Ibrahim Anas, mengatakan akhlak ialah ilmu yang objeknya membahas nilai-nilai
yang berkaitan dengan perbuatan manusia, dapat disifatkan dengan baik dan
buruknya.
e. Ahmad Amin, mengatakan bahwa akhlak ialah kebiasaan baik dan buruk.

Dari pengertian-pengertian akhlak yang ada, semuanya saling melengkapi dan dari
sinilah Kita dapat melihat ciri yang terdapat dalam perbuatan akhlak, yakni ;

3
 Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang telah tertanam dalam jiwa
seseorang, sehingga telah menjadi kepribadiannya.
 Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan mudah dan
tanpa memikirkannya terlebih dahulu.
 Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang timbul dari dalam diri orang yang
mengerjakannya, tanpa ada paksaan atau tekanan dari luar.
 Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan sesungguhnya,
bukan main-main atau karena bersandiwara.
 Sejalan dengan ciri yang keempat, perbuatan akhlak (Khususnya akhlak
yang baik) adalah perbuatan yang dilakukan dengan ikhlas semata-mata
karena Allah SWT, bukan karena ingin dipuji orang atau karena ingin
mendapatkan suatu pujian.

Berdasarkan beberapa pengertian akhlak diatas, maka akhlak kepada Allah


SWT adalah sikap atau perbuatan yang seharusnya dilakukan oleh manusia
sebagai makhluk, karena Allah SWT – lah yang menciptakan manusia.

Akhlak kepada Allah SWT adalah sesuatu yang wajib dilakukan manusia sebagai wujud
rasa syukur atas nikmat yang telah Allah SWT berikan selama ini, berikut adalah firman
Allah SWT terkait nikmat Nya yang tak dapat dipungkiri sebagai bukti bahwa Kita harus
berakhlak baik kepada Allah SWT ;
“ Maka nikmat Tuhanmu yang manakah kamu dustakan? “(QS. Ar-Rahman (55) : 13).

Dari salah satu firman Allah SWT di QS. Ar-Rahman, maka Kita dapat melihat dan
mengetahui bahwa Kita sebagai manusia atau hamba-Nya seharusnya berakhlak baik kepada
Allah SWT dan bukannya sombong dengan mengatakan “ Ini hidup-hidup Saya, Saya yang
tahu mana yang terbaik untuk hidup Saya. Saya nggak butuh siapa-siapa selain diri Saya
sendiri, karena semuanya Saya yang menjalani tanpa ada yang bantuin Saya”. Perkataan atau
statement seperti ini sering muncul atau Kita dengar hampir di kebanyakan generasi millenial
sekarang yang kadang lupa atau sengaja mengingkari bahwa Dia bisa hidup sampai saat ini,
itu karena kasih sayang Allah SWT untuk memberikan kesempatan kepada Kita agar
senantiasa berbuat baik di kehidupan ini.

4
Maka dari itu, Kita seharusnya senantiasa berakhlak baik kepada Allah SWT. Dan
untuk berakhlak baik kepada Allah SWT, ada beberapa cara yang bisa Kita lakukan,
diantaranya dengan cara tawakkal, syukur, dan haya‟.

 Tawakkal.
Tawakkal atau tawakkul berarti mewakilkan atau menyerahkan.
Dalam Agama Islam, tawakkal berarti berserah diri sepenuhnya kepada
Allah dalam menghadapi atau menunggu hasil suatu pekerjaan, atau
menanti akibat dari suatu keadaan.
Selain itu, tawakkal memiliki beberapa tingkatan diantaranya adalah
sebagai berikut :
- Selemah-lemahnya derajat tawakkal adalah bahwa penyandaran
manusia kepada Tuhan seperti penyandaran kepada wakil dalam kasus
peradilan yang dihadapi. Dalam tingkatan ini, yang paling menonjol
adalah memandang bagaimana urusannya dapat segera selesai.
- Kondisi medium / pertengahan ; Tidak mengenal selain Allah dan tidak
berlindung kepada selain-Nya. Seperti ketergantungan BALITA
kepada ibunya. Dan ini merupakan derajat pertengahan tawakkal.
- Derajat tertinggi tawakkal adalah sebuah kondisi dimana seseorang
melihat dirinya 100 % bergantung kepada Allah SWT laksana seorang
mayat di hadapan orang yang memandikannya.

Lalu, apa hubungan tawakkal dengan akhlak kepada Allah SWT ?


Jadi, hubungan tawakkal dengan akhlak kepada Allah SWT sangat
berkaitan erat, karena tawakkal adalah suatu sikap yang menyerahkan
segala sesuatunya kepada Allah SWT dan akhlak adalah sesuatu
(Dalam hal perkara baik) yang harus ditujukan kepada Allah SWT.
Maka dari itu tawakkal dikategorikan sebagai salah satu cara akhlak
yang dapat dilakukan kepada Allah SWT karena tawakkal adalah
bentuk kepasrahan seorang hamba terhadap Tuhan-Nya yang
menjadikan bahwa akhlak manusia tersebut adalah baik kepada sang
pencipta.

5
 Syukur.
Syukur adalah sebuah kata yang berasal dari Bahasa Arab. Kata
syukur artinya berterima kasih. Jadi, kata syukur yang dimaksudkan adalah
berterima kasih kepada-Nya dengan cara mengingat atau menyebut nikmat
dan mengagungkan-Nya. Nikmat yang dimaksud artinya pemberian,
anugrah, enak, dan lezat. Menurut Imam Al-Qusyairi (dalam Widyastuti,
2014 : 17 ) mengatakan “ Hakikat syukur adalah pengakuan terhadap
nikmat yang telah diberikan Allah yang dibuktikan dengan ketundukan
kepada-Nya” . Menurut Imam al-Ghazali, syukur itu tersusun dari 3 hal,
yakni ;
- Ilmu, artinya menyadari bahwa kenikmatan yang diterimanya itu
semata-mata dari Allah SWT.
- Hal (Keadaan), artinya menyatakan kegembiraan karena memperoleh
kenikmatan.
- Amal (Perbuatan), artinya menunaikan sesuatu yang sudah pasti
menjadi tujuan serta yang dicintai oleh Allah SWT yang memberi
kenikmatan itu untuk dilaksanakan.

Imam al-Ghazali menjelaskan lagi bahwa cara bersyukur itu ada 4


komponen yang bisa dilakukan, antara lain ;
- Syukur dengan hati, artinya menyadari sepenuhnya bahwa nikmat yang
Kita peroleh, baik besar, kecil, banyak maupun sedikit semata-mata
karena anugrah dan kemurahan Allah SWT.
- Syukur dengan lisan, artinya ketika hati seseorang sangat yakin bahwa
segala nikmat yang ia peroleh bersumber dari Allah SWT, maka
dengan spontan ia akan mengucapkan “Alhamdulillah (Segala Puji
Bagi Allah).
- Syukur dengan perbuatan, artinya segala nikmat dan kebaikan yang
Kita terima harus dipergunakan di jalan yang diridhoi-Nya.
- Menjaga nikmat dari kerusakan, artinya ketika nikmat dan karunia
didapatkan, cobalah untuk dipergunakan dengan sebaik-baiknya.
Setelah itu usahakan untuk menjaga nikmat itu dari kerusakan. Seperti
Kita di anugrahi tubuh yang sehat, maka jagalah tubuh Kita agar tetap
sehat dan bugar.

6
Lalu, apa hubungan syukur dengan akhlak kepada Allah SWT ?
Jadi, hubungan syukur dengan akhlak kepada Allah SWT, yaitu sangat
erat kaitannya. Karena dari rasa syukur yang Kita lakukan baik dari
hati, lisan, dan perbuatan itu mencerminkan sebuah akhlak (Perkara
yang baik) kepada Allah SWT. Karena syukur adalah wujud terima
kasih Kita, maka akhlak kepada Allah dari rasa syukur itu sudah pasti
baik.

 Haya’.
Haya‟ atau malu, yaitu sikap menahan diri dari melakukan suatu
perbuatan atau meninggalkannya karena takut mendapat celaan atau
penghinaan dari perbuatan tersebut. Menurut Fadhulullah Al-Jailani, malu
adalah perbuatan yang menyelubungi seseorang lantaran khawatir kepada
sesuatu yang tercela atau sesuatu yang sejatinya buruk.
Dalam suatu hadist, Rasulullah SAW pernah menyebut bahwa malu adalah
sebagai bagian dari iman. Artinya, malu merupakan salah satu budi pekerti
yang dituntut oleh Islam untuk dimiliki oleh setiap pemeluknya.
Adapun HR.Bukhari No. 3483 menyatakan “ Rasulullah SAW bersabda,
„Jika engkau tidak malu, berbuatlah sesukamu‟ “.
Maka, jika Kita punya rasa malu, pasti Kita akan melakukan perbuatan-
perbuatan yang baik saja dan tidak akan melakukan suatu perbuatan sesuka
hati.
Sifat malu merupakan ciri khas akhlak orang beriman.
Ada tiga (3) macam rasa malu, diantaranya yaitu ;
- Malu kepada diri sendiri, artinya Kita malu jika amal shaleh kepada
Allah SWT dan kebaikan untuk ummat yang Kita lakukan adalah
sedikit dibandingkan orang lain.
- Malu kepada manusia, artinya Kita merasa malu jika dilihat oleh
sesama manusia melakukan perbuatan yang tercela.
- Malu kepada Allah SWT, artinya Kita malu untuk melakukan
kesalahan dan meninggalkan kewajiban selama meyakini Allah SWT
selalu mengawasi Kita. Malu kepada Allah adalah malu yang terbaik,
karena dari rasa malu ini maka malu kepada diri sendiri dan malu
kepada manusia juga akan terjaga.

7
Lalu, apa hubungan haya‟ atau malu dengan akhlak kepada Allah SWT ?
Jadi, hubungan haya‟ atau malu dengan akhlak kepada Allah SWT adalah dengan rasa
malu yang ada, maka manusia akan terhindar dari perbuatan-perbuatan tercela dan hanya
akan melakukan yang namanya kebaikan. Dari kebaikan itulah, gambaran akhlak (Perkara
yang baik) kepada Allah SWT sudah pasti ada. Karena, malu Kita hanya akan melakukan
perbuatan yang baik-baik saja, maka dari itu akhlak Kita juga akan selalu baik kepada
Allah SWT.

8
BAB III
PENUTUP

1. Kesimpulan.
Berdasarkan pembahasan mengenai akhlak kepada Allah SWT ; tawakkal, syukur,
dan haya‟ maka dapat disimpulkan bahwa akhlak itu adalah sesuatu yang tidak dapat
diukur baik atau buruknya, namun Kita hanya dapat melihat perbuatan yang tampak
secara kasat mata saja. Karena akhlak itu tidak dapat diukur baik atau buruknya, maka
dapat dikatakan bahwa perbuatan seseorang dikehidupannya adalah wujud dari akhlak
yang ada didalam hatinya. Kita bisa melihat dari cara nya menjalani hidupnya,
walaupun tidak sepenuhnya benar bahwa itu adalah wujud dari akhlaknya.
Selain itu, dalam akhlak kepada Allah SWT, ada beberapa cara yang dapat dilakukan
yaitu diantaranya bertawakkal (Berserah diri kepada Allah SWT), bersyukur (berterima
kasih kepada Allah SWT atas nikmat yang telah diberikan), serta mempunyai rasa malu
(Sebagai wujud untuk takut melakukan perbuatan tercela). Ketiga hal tersebut saling
berkaitan dengan akhlak. Karena ketika Kita menjalani 3 komponen tadi, maka akhlak
Kita kepada Allah SWT in syaa Allah juga baik.

2. Kritik dan Saran.


Saran Saya untuk semua orang, jangan sombong dengan apa yang Kamu miliki
sekarang karena semuanya hanya milik Allah SWT.
Kritik dan saran dapat pembaca sampaikan kepada penulis jika ada kesalahan
informasi maupun kata yang ada didalam makalah ini. Kami dari tim penyusun
berharap, kritik dan saran yang akan disampaikan oleh para pembaca adalah kritik dan
saran yang membangun. Sehingga penulis dapat menjadikan kritik dan saran itu sebagai
referensi pembelajaran untuk penulisan makalah berikutnya.

9
DAFTAR PUSTAKA

 Berdasarkan pemikiran Tim Penyusun.


 Wikipedia.
 https://etheses.iainkediri.ac.id
 https://jambidaily.com
 https://brainly.co.id.
 Lusiana Mustinda – https://news.detik.com
 https://www.islamuest.net
 http://web.ipb.ac.id
 Nashih Nashrullah – https://www.republika.co.id
 http://bintangcendekia.sch.id
 Rahma/Harbani – Detik News
 Rusman H Siregar – https://kalam.sindonews.com
 Al-Qur‟an (QS. Ar-Rahman (55) : 13

Anda mungkin juga menyukai