Anda di halaman 1dari 5

Judul : Ilusi yang nyata

Penulis : Ajeng Rosse Khasanah

Isi :

Ada banyak pertemuan-pertemuan dalam kehidupanku yang begitu terus aku ingat. Yang
akhirnya membuatku mengerti bagaimana memahami seseorang. Termasuk pertemuanku
dengan Satria salah satunya. Tuhan mempertemukan kita bukan sekedar hanya bertemu. Tapi
banyak sekali maksud dan tujuan dariNya.

Tahun pertama, Pertemuan yang singkat.

Saat itu disebuah lorong kelas

"Eh din, kita ke kantin yuk! " pintaku ke Dinda sahabatku.

"Ayok ayok put, eh put ada Satria tuh.!! " Seketika menoleh ke arah Satria.

"Ish kamu din, apaan sih " sambil tersenyum...

Tiba tiba satria datang menghampiriku..

"Put! " dengan senyum manisnya yg selalu membuatku terpana..

"Eh iya Satria, kamu manggil aku ya?? Ada apa nih?? "

sambil mengeluarkan sesuatu dari Tangannya...

" iyaa Putrii, nih kado buat kamu" Menyerahkan ke tanganku..

"Aku pergi dulu ya.. ", "Ehh bentar Sat, lohh ini kado apa?? " Ingin bertanya tapi Satria langsung
pergii begitu saja..

Saat itu adalah saat yang paling aku ingat dalam memoriku. Dalam kenangan2 masa
SMAku dulu. Salah satu memori Indah ya walaupun Satria sekarang aku tak tau bagaimana dan
dimana dia. Sampai saat ini masih bertanya-tanya mengapa dia memberiku sebuah kado yang
sangat misterius. Satria seorang yang berpawakan tinggi dengan wajah yang ganteng dan kulit
sawo matang. Seseorang yang cerdas karena sekolahku termasuk sekolah favorit di daerahku.
Dia banyak yang suka, apalagi teman kelasku. Waktu itu aku satu kelas dengannya di kelas XII
IPA. Tapi kita hanya sebatas teman kelas saja. Tak terlalu dekat, karena dia aktif di osis.
Sedangkan aku Putri seseorang yang tak terlalu tinggi, wajah biasa saja tapi alhamdulillah aku
berprestasi. Tak seperti Satria yg aktif di osis, aku hanya aktif di pmr dan teater.

Tahun kedua, Perjalanan memantaskan diri.


Kembali berjuang akan mimpi-mimpiku dulu. Salah satunya melanjutkan study yaitu kuliah.
Dulu aku selalu bermimpi untuk bisa kuliah diluar negri. Salah satu negara yang sangat diidam
idamkan aku adalah turkey. Entah mantra apa yang selalu terbenam dalam pikirku untuk bisa
berkuliah disana. Semasa SMA sekolah dulu aku dan sahabatku Dinda sama-sama ingin
berkuliah di Turkey. Mencari beasiswa-beasiswa yang bisa mengirimku ke turkey. Setiap pulang
sekolah suka sekali mengunjungi perpustakaan daerah untuk bisa membaca buku2 tentang
turkey. Sampai-sampai aku memiliki jadwal sendiri untuk belajar semua tentang turkey.
Perjalan itu tersimpan rapi dimemoriku. Sebuah perjalanan hebat ditemani sahabat-sahabat
yang menginspirasiku. Memang dalam sebuah perjalanan mencari jati diri tak lepas dari kerikil
kerikil batu yang tercecer sepanjang jalan. Jati diri menurutku adalah suatu pondasi hidup.
Pondasi untuk bisa berjalan dengan berbagai rasa dalam hidup. Menjadi pribadi yg hebat dan
bermanfaat itu salah satu motto hidupku.

Hidup memang penuh rasa, seperti senang, duka, menangis, tertawa, mengalir disetiap
perjalananku. Waktu itu ditengah rasa kebahagianku karena akhirnya aku diterima di
universitas impianku. Ada duka terselip yang sampai saat ini masih terbayang. Rasanya tak
kuasa ketika mengingat kedua rasa itu datang. Aku yg seharusnya bahagia, aku yang seharusnya
membahagiakan kedua orang tuaku, orang-orang disekitarku. Rasanya bahagia itu sangat fana,
terlihat tapi terasa tak ada. Aku kehilangan sosok yang selama ini aku banggakan. Sosok yang
selama ini aku hormati. Sosok pahlawan dihidupku selama ini. Yang selalu menguatkanku ketika
jatuh tak berdaya. Memelukku ketika sudah lelah menahan beban. Merangkulku ketika dunia
rasanya tak ada yang memihakku waktu itu. Ya, sosok itu adalah Ayahku. Ketika aku sedang
dalam perjalanan pulang. Sebenarnya waktu itu sudah berencana akan membuat beliau
tersenyum. Karena beliaulah aku bisa sampai saat ini. Tapi nyatanya ketika aku sampai rumah...

" Putri... " (bundaku dengan wajah tersenyum tapi air mata yg menetes menghampiriku
dan memelukku).

" bunda, ini sebenarnya ada apa bunda?! " (merasa sangat lemas karena banyak bendera
kuning didepan rumahku)

" Kak putri harus kuat ya! Ayah sudah pergi meninggalkan kita kak.. " (aku seakan diam
membisu, air mataku langsung menetes deras)

" Kak, kak putri harus sabar ya.. Bunda ada disini. " (memelukku sangat erat)

Rasanya aku tak berdaya, seakan semua beban dulu datang kembali waktu itu. Moment
tak terlupakan, menggenggam hadiah tapi rasanya kosong. Ayah memang sudah lama
mengidap penyakit jantung. Tapi ketika aku berangkat untuk daftar perkuliahan ayah masih
sehat. Masih bisa tersenyum dihadapanku, terlihat bahagia melihat anaknya akan melanjutkan
studinya.
Sampai akhirnya akupun memulai kembali perjalananku. Dengan berat hati aku berfikir
untuk memupuskan harapanku untuk bisa kuliah diluar negri. Karena aku adalah anak pertama.
Adikku 2, yang satu baru mau ke SMA dan yang satunya masih SD. Berat memang, apalagi ayah
adalah satu-satunya harapanku untuk bisa melanjutkan studyku. Dan berfikir untuk kerja
terlebih dahulu. Karena aku harus bantu bunda untuk membiayai kehidupan keluargaku.

Setelah kerja 1 tahun, mimpiku nyatanya masih saja berputar dikepalaku. Mimpi bisa
kuliah walaupun nantinya bukan seperti dulu yaitu diluar negri. Kali ini aku meminta izin ke
bundaku untuk bisa melanjutkan kuliahku disalah satu universitas didaerahku. Dan
alhamdulillah bunda mendukungku, walaupun aku mengambil kuliah sambil kerja. Tapi bunda
selalu memahami aku. Bunda selalu menyemangatiku, selalu memberi nasehat-nasehat tak
terduga. Waktu itu kembali teringat kado yang diberi oleh Satria. Kado itu isinya surat, tertulis

Dear Putri..

Ini aku Satria, kamu pasti sudah mengenalku..

Aku menulis ini karena aku hanya ingin kamu yg membacanya..

Aku hanya ingin mengungkapkan perasaanku padamu..

Jujur aku orangnya pemalu kalau hal-hal seperti ini..

Sudah lama aku mengagumimu..

Kamu adalah sosok yang selama ini aku fikirkan..

Tapi memang aku punya prinsip

jika suatu saat aku mencintai seseorang

Seseorng itu harus aku perjuangkan, walaupun dengan sembunyi..

Semoga suatu saat jika memang aku ditakdirkan untukmu..

Kita akan dipertemukan kembali, dengan waktu yang Indah..

Seringkali teringat kata2 Satria, membuatku tersenyum sendiri. Sampai akhirnya aku
dipertemukan di universitasku. Karena aku gap year jadi Satria adalah kaka tingkatku waktu itu.
Aku mengenalinya, waktu itu dia menjadi ketua Ospek. Tapi aku tak tau apakah dia
mengenaliku atau tidak. Dan ternyata setelah masa ospek itu selesai, Satria dengan wajah yg
semakin berkarisma itu menghampiriku.

Waktu itu ditaman


" Putri ya? " (menatap dan mencoba duduk disampingku)

" ooh iya saya putri, kamu satria bukan?? "

" wahh iya bener ternyata kamu putri, iya put ini aku satria. "

" udah lama gak ketemu ya put.. "

" hehe iya nih, aku kira kamu lupa denganku.. "

" ngga dong ya, aku masih ingat kamu kok. Ehe.. "

Sampai saat itu obrolanku dengan satria nyambung begitu saja. Walaupun sudah sangat lama
tak bertemu. Tapi rasanya kita sudah dekat dari dulu. Apa ini ya yg dinamakan waktu yg tepat.
Ah mungkin itu hanya pikirku saja. Waktu cepat berjalan sampai pada akhirnya satria lulus. Dan
kagetnya aku diundang dihari bahagianya waktu itu. Sampai disana ternyata ada keluarga Besar
Satria. Ya lumrah namanya juga wisudaan, tapi aku masih bertanya-tanya dalam hatiku. Kenapa
aku diundang?? Sedangkan aku cuma teman dia. Tak ada yang spesial menurutku. Tapi ketika
satria selesai proses wisuda dia menghampiriku. Dan mengenalkanku dengan keluarganya. Aku
masih bingung, ini pertanda apa bagiku. Setelah acara foto-foto selesai satria mengajakku
ngobrol berdua. Dan dia berkata

" putri apa kamu masih ingat dengan suratku?? "

" iya satria, masih ingat sampai saat ini"

" putri, sampai saat ini aku masih mengagumimu. Walaupun kita tak pernah bertemu. Tapi hati
ini terus yakin suatu saat kita akan dipertemukan. Aku memang bukan lelaki yang sempurna.
Bukan lelaki baik tapi aku akan berusaha menjadi baik. Aku sadar, kamu mungkin kaget kenapa
tiba2 aku mengundangmu dihari bahagiaku. Put aku mau mengajakmu Ta'aruf. Walaupun
sebelumnya kita berteman baik. Tapi dengan cara ini aku bisa mengenalmu dengan cara yang
lebih baik yaitu cara yg diridhoinya. " (Sambil tersenyum dan menatapku)

" Satria, terima kasih. Terima kasih telah mencintaiku dari dulu. Aku mau berta'aruf denganmu.
Aku tau, aku juga bukan wanita yg baik tapi aku juga akan belajar menjadi lebih baik. "
( tersenyum tapi tak berani menatapnya).

Saat itu mungkin Allah mengijabah doa2 satria dulu. Dipertemukan di waktu yang Indah.
Sampai akhirnya aku menikah dengan satria. Dan aku bisa membantu bundaku untuk
membiayai adik-adiku. Membuat mereka tersenyum bahagia. Dan janjiku ke ayah terpenuhi
yaitu membuat bunda tersenyum karena melihat anak2nya bahagia. Perjalanan memang tak
mudah, tapi kita yakin bahwa kita mampu. Termasuk bermimpi, bermimpi yang tinggi dan harus
yakin suatu saat kita bisa menggenggamnya dengan cara kita sendiri. Tak apa jatuh, tapi jangan
lupa untuk bangkit kembali. Fighting!!

Selesai

Bionarasi

Seorang gadis berhijab berusia 20 ditahun ini, bernama Ajeng Rosse Khasanah. Saat ini masih
tinggal bersama kedua orang tua. Berdomisili di Tegal, kalian bisa mengenalku lebih dekat via IG:
@Rossea13 dan dapat menemukan beberapa karya ku yang berupa kata-kata sederhana di IG:
@merawatrasa matur suwun.

Bermimpilah, sampai tinggi dan yakin suatu saat kita bisa menggenggamnya dengan versi kita
sendiri. Tak apa jatuh tapi jangan lupa untuk bangkit kembali!

http://ejournal.poltekkes-
smg.ac.id/ojs/index.php/keslingmas/search/search?query=Surveilans&authors=&title=&abstrac
t=&galleyFullText=&suppFiles=&dateFromMonth=&dateFromDay=&dateFromYear=&dateToM
onth=&dateToDay=&dateToYear=&dateToHour=23&dateToMinute=59&dateToSecond=59&dis
cipline=&subject=&type=&coverage=&indexTerms=

Anda mungkin juga menyukai