Aku tidak pernah tau berapa lama hubungan ini akan bertahan. Berapa lama jarak
akan berpihak. Dan berapa lama cinta menjadi alasan kami masih bersatu. Yang jelas, aku
mencintainya lebih dari apapun. Aku menyayanginya lebih dari siapapun. Dan aku tidak
ingin kehilangannya.
Salah memang. Mencintai dan menyayangi seseorang secara berlebih. Tapi hanya
itu yang mampu kulakukan. Hanya kesetiaan yang mampu kusuguhkan. Hanya perhatian
yang mampu kuberikan. Dan terus membuat dia senyaman mungkin berada di sisiku yang
mampu kuusahakan.
aku belum begitu pandai dalam hal bersolek, sekedar memakai lipstik saja aku sudah
bersyukur.Itu pun belum terlalu mahir. Uangku tidak banyak. Tubuhku tidak sebagus
perempuan lain. Dan sikapku belum seanggun putri kerajaan. Tapi aku selalu mencoba
semaksimal mungkin untuk terlihat pantas di matanya. Entah karena ingin dipuji atau
karena ingin tatapannya hanya menjadi milikku seorang. Tatapan itu berhasil kumiliki
secara tunggal selama beberapa bulan.
Namun sayang, kini tatapan itu telah berpaling. Perempuan cantik dengan kulit
mulus nan sempurna serta pandai memakai make up telah mengambil tatapan itu dariku.
Dan disaat itu juga jarak telah mengkhianatiku. Jarak yang terlalu jauh membuat Liam sulit
menemuiku dan tergoyahkan keyakinannya. Sementara jarak yang dimiliki perempuan itu
sangat dekat sehingga membuat
Liam tidak membutuhkan waktu yang lama untuk menyukainya. Rasanya sakit,
setelah apa yang aku usahakan selama ini harus berakhir karena hadirnya berlian mewah
yang menarik hati Liam.
“Apa yang harus aku lakukan agar Liam berhenti menyakitiku?” “Apa salahku
sampai Liam tega menghancurkan semua yang sudah kami bangun dengan susah payah?”
Apa yang terjadi jika aku menyerah, akankah Liam menyadari kesalahannya dan
mengembalikan keadaan seperti semula? Semua itu terus menerus beradu dalam otakku
yang ukurannya tidak seberapa.
Sampai tiba suatu pagi, Liam membangunkan aku dari tidur dan mengucapkan
selamat pagi dengan manisnya. Aaahhh… aku tidak bisa berhenti jatuh cinta padanya.
Rasa sakit yang aku derita semalam seolah hilang terganti oleh rasa bahagia yang Liam
berikan pagi ini. Dia adalah satu-satunya orang yang mampu membuat aku jatuh cinta
berkali-kali dengan rasa cinta yang lebih besar dari sebelumnya. Dia membuatku tak
berhenti tersenyum sepanjang pagi. Dia juga membuatku tak berhenti bersyukur pada
Allah S.W.T atas nikmat dan kebahagiaan ini.
Siang harinya tubuhku terasa lelah, entah karena pekerjaan rumah yang aku kerjakan hari
ini terlalu berat atau mungkin karena pikiranku yang semalaman berpikir karena hal itu?
Entahlah. Aku pun terlelap dan mulai masuk ke dalam alam bawah sadarku. Beberapa jam
aku terlelap hingga suatu detik ada sesuatu yang membangunkan tidur siangku. Sesuatu
seperti suara peringatan ada pesan masuk. Setelah kulihat ternyata itu dari Liam. Aku
sangat terkejut ketika mendapati isi dari pesan teks tersebut. Beberapa kali aku
mengerjapkan mata, tidak percaya.
Dengan jelas tertulis bahwa Liam ingin mengakhiri hubungan antara aku dan dia
yang selama ini telah susah payah dipertahankan. Dengan teganya ia mengatakan ia ingin
mengakhiri hubungan ini karena ia telah menemukan perempuan lain yang menurutnya
lebih baik dariku. Demi dongeng baru.Ya! Perempuan itu yang lagi-lagi menggoyahkan
keyakinan Liam terhadap hubungan ini. Liam lebih memilih menghidupkan dongeng baru
daripada menjaga dongeng lama. Tragis. Aku hanya bisa menangis sejadi-jadinya.
Tubuhku menjadi berkali lipat lelahnya dari sebelum aku terlelap.
Langit menjadi saksi bagaimana aku luruh mengeluarkan isi hatiku yang selama ini
tertahan. Isak tangis terus terdengar menemani pergantian warna cakrawala tersebut. Mulai
dari warna jingga kebanggaannya, hingga redup berganti dengan warna kelam.Rasanya
terlalu sakit untuk diterjemahkan. Terlalu sulit untuk diungkapkan. Dan terlalu sukar untuk
dipahami. Hubungan ini benar-benar berakhir. Dongeng ini benar-benar hancur.
Ketegaranku selama ini sama sekali tidak membuahkan hasil. Aku kecewa. Aku marah.
Perasaanku saat itu hancur. Jiwaku benar-benar lemah. Ya, ini karena efek rasa sayang
yang berlebih yang kumiliki. Aku berharap ada keajaiban agar aku bisa kembali tersenyum
seperti sedia kala.
Detik demi detik berlalu. Sudah hampir larut dan aku terlelap lagi dengan keadaan yang
mengenaskan dengan mata sembab dipenuhi air mata serta tissue yang berceceran di mana-
mana. Tak lama aku terlelap, ada sesuatu yang membangunkan aku lagi. Kali ini sebuah
nada peringatan bahwa ada telephone masuk. Aahhh… ternyata dari Liam. Sedetik
kemudian tangisku berubah menjadi senyum. Dan berharap bahwa ini adalah sebuah
keajaiban yang membawa Liam kembali padaku.
Benar saja, keajaiban datang lebih cepat. Liam mengakui kesalahannya dan
meminta maaf padaku. Dalam hati aku berbicara “Oh Liam aku tidak pernah membenci
kamu. aku hanya benci pada diriku sendiri. Benci karena tidak bisa mengalahkan jarak.’
Hari ini benar-benar ajaib. Liam membangunkan aku tiga kali dalam hari yang sama. Yang
pertama membangunkan dengan kebahagiaan. Yang kedua membangunkan dengan
kehancuran. Dan yang ketiga membangunkan dengan mengatakan itu sebuah mimpi.
Aku tau dia telah menghancurkan kesempatan pertama yang kuberi. Kesempatan
yang mendatangkan kelimpahan. Dimana rasa percaya dan rasa sayang masih utuh. Tapi
aku mencoba untuk memberinya kesempatan kedua serta mencoba sekuat hati
mengembalikan rasa percaya dan rasa sayang itu kembali utuh seperti semula.
Aku tau sesuatu yang berawal tidak baik akan berakhir tidak baik juga. Semua itu
terbukti dengan lamanya hubungan Liam dan perempuan itu. Mereka bahkan tidak bisa
bertahan lebih lama karena terseret ego masing-masing. Menurutku itu bukan cinta,
mereka hanya terkecoh kesenangan sesaat. Tapi aku tidak peduli. Itu sudah bukan menjadi
urusanku.
Setelah itu, Liam kembali hadir kedalam hidupku. Dia mencoba menanyakan
kembali tentang dongeng kita. Tapi aku tidak bisa. Aku sudah yakin akan keputusanku.
Dan aku akan tetap pada pendirianku. Saat dia kembali, dia begitu manis seperti saat kita
masih bersama. Tapi sayang, itu tidak membuatku jatuh cinta lagi. Rasa kecewa yang aku
miliki terlalu besar bila dibanding rasa sayang yang pernah aku miliki untuknya.
Benar saja, suatu hari aku mendapati kenyataan yang begitu memilukan. Ternyata
sewaktu Liam menanyakan kembali dongeng kita. Dia telah lebih dulu mengambil
dongeng lama yang pernah ia ciptakan bersama seseorang. Bukan, bukan aku. Bukan juga
perempuan itu. Tapi perempuan lain yang pernah mengisi hati Liam sebelum aku.
Aku tak habis pikir, bagaimana mungkin ia bisa sebegitu manisnya dan kembali
menanyakan dongeng kita jika ia sudah mengambil dongeng lain? Bukankah itu
sepenuhnya salah? Jika ia benar-benar ingin menghidupkan kembali dongeng kita
seharusnya ia tidak mengambil dongeng lain. karena itu hanya akan memperburuk keadaan
dan menyakiti semua pihak.
Menyakiti aku, menyakiti dirinya sendiri dan juga menyakiti perempuan itu.
Tidakkah dia berpikir seperti itu?
Perjalanan ini sungguh menyita seluruh tenaga yang aku punya. Sudah entah berapa
kali aku merasa terseok selama beberapa waktu kebelakang dan merasa tak mempu
menghadapi hari esok. Semuanya terasa terlalu melelahkan hingga membuat aku susah
untuk fokus mengerjakan hal lain. Namun, sekarang semuanya telah selesai. Semua energi,
tenaga, dan tangis yang selalu menemani hari-hariku kini telat sirna. Diganti dengan
kebahagiaan yang aku yakin dapat kembali membuat hidupku terasa lebih ringan. Aku
sudah tidak peduli lagi dengan Liam, dan menolek mengetahui apa yang terjadi pada
hidupnya. Bukan, bukan karena tidak dewasa, tapi justru itu karena aku benar-benar
mereka sudah selesai dengan dirinya dan tidak ingin memounyai urusan apapun lagi.
Sudah cukup aku mengurusin kisah cinta yang sangat pelik dalam sangkala yang lumayan
lama. Kali ini, aku mengaku kalah.
Kalah karena tidak bisa mempertahankan hubunganku bersama orang yang sangat
aku sayangi. Juga kalah dari jarak yang seharusnya bisa aku pangkas. Tapi, tidak semua
hal yang bersangkutan dengan kekalahan itu tragis, kan? Walaupun aku kalah dari jarak,
aku dapat dengan bangga mendeklarasikan bahwa aku pun menang. Menang karena dapat
merebut kembali kebahagiaan yang selama ini aku lupa kalau akupun bisa merasakannya.
Terimakasih jarak, meskipun aku kalah karena kamu, setidaknya aku dapat kembali
merasakan apa itu bahagia.
Biografi Penulis
Nama: Ros yulyanti
Hobi : Berenang
Alasan saya membuat cerpen, kita bisa mengekspresikan perasaan kita secara
bebas. Dalam kehidupan sehari-hari kita pasti mengalami banyak hal yang
berhubungan dengan perasaan kita seperti jatuh cinta, sedih, senang, kecewa,
marah, bangga, takut, dan perasaan lainnya.