Anda di halaman 1dari 3

MEKANISME KERJA

Mekanisme kerja dari Obat-obat sedatif hipnotik berbeda-beda berdasarkan


klasifikasiknya menjadi 3 kelompok, yakni:

1. Benzodiazepin
Efek farmakologi benzodiazepine merupakan akibat aksi gamma-
aminobutyric acid (GABA) sebagai neurotransmitter penghambat di otak.
Benzodiazepine tidak mengaktifkan reseptor GABA A melainkan
meningkatkan kepekaan reseptor GABA A terhadap neurotransmitter
penghambat sehingga kanal klorida terbuka dan terjadi hiperpolarisasi
sinaptik membran sel dan mendorong post sinaptik membran sel tidak dapat
dieksitasi. Hal ini menghasilkan efek anxiolisis, sedasi, amnesia retrograde,
potensiasi alkohol, antikonvulsi dan relaksasi otot skeletal.
Efek sedative timbul dari aktivasi reseptor GABA A sub unit alpha-1
yangmerupakan 60% dari reseptor GABA di otak (korteks serebral, korteks sereblum,
thalamus). Sementara efek anasiolitik timbul dari aktivasi GABA sub unit alpha 2
(Hipokampus dan amigdala).
2. Barbiturat
Barbiturat menyerang tempat ikatan tertentu pada reseptor
GABA A sehingga kanal klorida terbuka lebih lama yang membuat klorida
lebih banyak masuk sehingga menyebabkan hiperpolarisasi dan
pengurangan sensitivitas sel-sel GABA. Dimana barbturat merupakan
kelanjutan efek terapi. Disini, barbiturat adalah agonis dari GABA yang
bekerja mirip dengan GABA sehingga ketika terjadi hiperpolarisasi maka
tidak terjadi depolarisasi sehingga tidak terjadi potensial aksi dan terjadinya
anastesi.
3. Lain-lain
a. Propofol
Propol relative selektif dalam mengatur reseptor GABA dan
tampaknya tidak mengatur ligand-gate ion channel lainnya. Propofol
dianggap memiliki efek sedative hipnotik melalui interaksinya denghan
reseptor GABA. GABA adalah salah satu neurotransmitter penghambat di
SSP. Ketika reseptor GABA diaktivasi, penghantar klorida transmembran
meningkat dan menimbulkan hiperpolarisasi di membran sel post sinaps dan
menghambat fungsi neuron post sinaps. Interaksi propofol (termasuk
barbiturate dan etomidate) dengan reseptor komponen spesifik reseptor
GABA menurunkan neurotransmitter penghambat. Ikatan GABA
meningkatkan durasi pembukaan GABA yang teraktifasi melalui chloride
channel sehingga terjadi hiperpolarisasi dari membrane sel.
b. Ketamin
Ketamin bersifat non-kompetitif phenycyclidine di reseptor N-Methyl
D Aspartat (NMDA). Ketamin juga memiliki efek pada reseptor lain
termasuk reseptor opioid, reseptor muskarinik, reseptor monoaminergik,
kanal kalsium tipe L dan natrium sensitive voltase. Tidak seperti propofol
dan etomide, katamin memiliki efek lemah pada reseptor GABA. Mediasi
inflamasi juga dihasilkan local melalui penekanan pada ujung saraf yang
dapat mengaktifasi netrofil dan mempengaruhi aliran darah. Ketamin
mensupresi produksi netrofil sebagai mediator radang dan peningkatan
aliran darah. Hambatan langsung sekresi sitokin inilah yang menimbulkan
efek analgesia.
c. Dextromethorphan
Dekstometophan didalam tubuh di metabolisme pada hati. Obat ini
masuk kedalam tubuh melalui mulut dan diserap pada saluran gastrointestinal
sistem, lalu masuk ke hati melalui vena portal hepatica dan dengan bantuan
enzim sitokrom P- 450 yang akan mengubah dekstrometorfan menjadi
metabolit yang lebih aktif yaitu dekstorfan. Metabolit aktif ini diangkut
melalui darah ke pusat batuk dan diekskresikan pada urin dalam bentuk yang
tidak berubah.
d. Paraldehid
Paraldehyde adalah hipnotik dan obat penenang dengan efek antiepilepsi.
Kadang-kadang digunakan untuk mengontrol status epileptikus resisten terhadap
pengobatan konvensional. Obat ini dimetabolisme melalui  Hati (kira-kira 70-
80% dosis), menjadi asetaldehida, yang dioksidasi oleh aldehida dehidrogenase
menjadi asam asetat. Kemudian di eskresikan Kira-kira 30% sebagai obat yang
tidak berubah di udara kadaluwarsa melalui paru-paru; jumlah jejak melalui urin
tidak berubah.
e. Kloralhidrat
Kloralhidrat adalah obat penenang dan hipnotik dengan sifat yang mirip
dengan paraldehida dan barbiturat. Mekanisme kerjanya yang tepat tidak
diketahui, namun diyakini bahwa efek depresan SSP-nya disebabkan oleh
metabolit aktifnya, trikloroetanol. Obat ini dimetabolisme dengan cepat di hati,
eritrosit, serta jaringan lain oleh alkohol dehidrogenase menjadi metabolit aktif,
trikloroethanol. Selanjutnya dioksidasi di hati dan ginjal menjadi metabolit tidak
aktif yaitu asam trikloroasetat. Metabolit tidak aktif yaitu asam urokloralat
dibentuk dari trikloroetanol yang terkonjugasi dengan asam glukuronat.
Kemudian, diekskresikan melalui urin sebagai metabolit dan sebagai feses dengan
waktu paruh eliminasi: 8-10 jam (trichloroethanol); 67,2 jam (asam
trikloroasetat).
f. Etklorvinol
Secara oral diabsorbsi cepat (bekerja dalam waktu 50-30 menit), kadar
puncak dalam darah dicapai dalam 1-1,5 jam, dan didistribusi secara meluas.
Waktu paruh eliminasi 10-20 jam. Sekitar 90% obat dirusak di hati.
Etklorvinol dapat memacu metabolisme hati obat-obat seperti antikoagulan
oral. Reaksi hipersensitivitas meliputi urtikaria. Intoksikasi akut menyerupai
barbiturat.
g. Meprobamat
Obat ini digunakan jangka pendek untuk mengobati gejala kecemasan
dan kegugupan yang bekerja pada pusat-pusat otak tertentu untuk membantu
menenangkan sistem saraf pasien. Meprobamate adalah turunan karbamat
dengan hipnotis, anti-kecemasan, sedatif, antikonvulsan, dan beberapa sifat
relaksasi otot tidak langsung. Meskipun mekanisme pasti meprobamate sebagian
besar tidak diketahui, mekanisme ini tampaknya bertindak sebagai penekan pada
banyak tempat di sistem saraf pusat, kemungkinan besar melalui sistem
neurotransmitter GABAergik, termasuk sistem thalamus dan limbik.

Anda mungkin juga menyukai