Anda di halaman 1dari 28

MUQADDIMAH

َّ ‫ول َر ِاِج َؾ ْف ِو َر ٍ ّة َسا ِمؽ ِ ۞ ُم َح َّمدُ ْج ُن امْ َج َز ِر ِّى‬


‫امشا ِف ِـي‬ ُ ‫) ً َ ُل‬1(
Akan berkata seseorang yang mengharap ampunan dari Allaah ‫ ﷻ‬Rabb
yang Maha Mendengar: Syamsuddin Abul Khair Muhammad bin Muhammad bin
Muhammad bin ‘Ali bin Yuusuf Al-Jazariy Ad-Dimasyqi Asy-Syaafi’i.

‫اّلِل ۞ ؿَ ََّل ه َ ِخ ِِّ ِو َو ُم ْط َع َفا ُه‬


ُ َّ ‫) امْ َح ْمدُ ِ َّ ِّلِل َو َض ََّّل‬2(
Segala puji bagi Allaah ‫ ﷻ‬dan shalawat (rahmat) dari Allaah ‫ ﷻ‬atas nabi-
Nya dan manusia pilihan-Nya,

ْ َ ‫) ُم َح َّم ٍد َوب ِ ِل َو‬3(


‫َص ِح ِو ۞ َو ُم ْل ِرئِ امْ ُل ْرب ٓ ِن َم ْؽ ُم ِح ِ ّح ِو‬
Yaitu Rasuulullaah Muhammad bin Abdullaah juga seluruh keluarga dan
para sahabatnya, serta para Muqriil Quran dan para pecintanya.

‫) َوت َ ْـدُ ا َّن َى َٰػ ِذ ِه ُملَ ِّد َم ْو ۞ ِفي َا ؿَ ََّل كَ ِارئِ ِو َب ْن ً َ ْـلَ َم ْو‬4(
Kemudian setelah itu, sesungguhnya kitab ini merupakan
Muqaddimah
ّ
(pendahuluan) yang berisi mengenai apa-apa yang wajib dipelajari oleh para
pembaca Al-Quran.

‫امُّشو ِع َب َّو ًل َب ْن ً َ ْـلَ ُموا‬


ُ ‫) ا ْذ َو ِاح ٌة ؿَلَْيْ ِم ُم َحّتَّ ُ ۞ كَ ْد َل ر‬5(
Maka wajib secara mutlak bagi para pembaca Al-Quran, sebelum mereka
ّ
mulai membaca Al-Quran, hendaklah terlebih dahulu memahami,

ِ ‫امط َف‬
ِ ‫اث ۞ ِم ََلْ ِف ُؼوا ِتبَفْ َط ِح انل رغ‬
‫َاث‬ ِ ‫) َمخ َِار َح امْ ُح ُر‬6(
ِ ّ ‫وف َو‬
Tempat-tempat keluarnya huruf hijaiyah serta sifat-sifat yang
mengiringinya, agar mereka bisa mengucapkan huruf demi huruf tersebut dengan
bahasa yang paling fasih.

َ ِ ‫) ُم َح ّ ِر ِري امخَّ ْج ِوً ِد َوامْ َم َوا ِك ِف ۞ َو َما َّ ِاّلي ُر‬7(


‫س ِي اَم َ َطا ِح ِف‬
Menguasai dan mampu menerapkan kaidah-kaidah tajwid juga kaidah-
kaidah waqaf (cara berhenti dan memulai membaca Al-Quran) dengan baik dan
benar, serta memahami apa-apa yang tertulis pada mushaf-mushaf ‘Utsmani,

‫ىَا‬: ‫ك َم ْل ُعوعٍ َو َم ْو ُضولٍ ِبِ َا ۞ َو َتَ ِء ُبهْثَ َٰ ى م َ ْم حَ ُك ْن حُ ْكذَ ْة تِػ‬


ّ ِ ُ ‫) ِم ْن‬8(
Yaitu dari mulai mengenai dua kata yang tertulis disambung atau dipisah,
juga mengenai penulisan huruf Ta ta’nits (huruf Ta yang digunakan untuk
menunjukkan perempuan/ feminin) yang tidak ditulis dengan Ta marbuthah
(yakni Ta yang berbentuk seperti huruf Ha dengan dua titik di atasnya), padahal
biasanya Ta ta’nits ditulis dengan Ta marbuthah bukan Ta maftuhah (Ta asli).

Matan Al Jazariy|Daurah Mudarrisah 1


MAKHARIJUL HURUF

‫َُّش ۞ ؿَ ََّل َّ ِاّلي َ ْْخخَ ُار ُه َم ِن ا ْتذَ َ ْر‬ ِ ‫) … َمخ َِار ُح امْ ُح ُر‬9(
ْ َ ‫وف َس ْح َـ َة ؾ‬
Tempat-tempat keluar huruf hijaiyah itu berjumlah 17 (tujuh belas)
tempat untuk 29 (dua puluh sembilan) huruf, berdasarkan pendapat yang terpilih
dari para Ulama Ahli Qiraah. Ini merupakan pendapat yang dipilih oleh Al-Imam
Ibnul Jazariy.

‫ َو ِِه ۞ ُح ُر ُوف َم ٍّد ِنلْي ََوا ِء ثَنَْتَ ِ يي‬،‫ َب ِم ٌف َو ُب ْتذَاىَا‬:‫) … ِنلْ َج ْو ِف‬11(
Maka pada rongga yang mencakup rongga tenggorokan hingga rongga
mulut, terdapat Alif dan saudari-saudarinya yakni huruf-huruf mad (Wawu mad
dan Ya mad) yang berhenti seiring dengan berhentinya nafas.

‫ فَ َـ ْ ٌْي َحا ُء‬: ‫ َ َْه ٌز ىَا ُء ۞ َو ِم ْن َو َس ِع ِو‬:‫) … ُ َُّث ِ َل ْك َى امْ َحلْ ِق‬11(
Kemudian pada tenggorokan yang paling jauh dari rongga mulut, tepatnya
pada pangkal pita suara (laring), keluar dua huruf: ‫ ء‬dan ‫ي‬. Kemudian pada
tenggorokan bagian tengah, yakni pada katup epiglotis (lisaanul mizmaar) keluar
huruf ‫ ع‬dan ‫ح‬,

‫ ُ َُّث ا ْم ََك ُف‬،‫ ۞ َب ْك َى ان ِلّ َس ِان فَ ْو ُق‬:‫ وامْلَ ُاف‬،‫ غَ ْ ٌْي خَا ُؤىَا‬:‫) … َبدَْنَ ُه‬11(
Pada tenggorokan yang paling dekat dengan rongga mulut, keluar huruf ‫غ‬
dan ‫خ‬, tepatnya merupakan persentuhan antara bagian belakang lidah (jadzrul
lisaan) dengan ujung uvula, yakni daging yang tersambung dengan langit-langit
dan merupakan persimpangan antara rongga mulut dengan rongga hidung, dekat
dengan orofaring (faring bagian tengah).
Adapun huruf ‫ ق‬keluar dari pangkal lidah yang bersentuhan dengan langit-
langit atas, yakni langit-langit yang lunak.
Kemudian huruf ‫…ك‬

‫ ِم ْن َحافَ ِذ ِو ا ْذ َو ِم ََا‬:‫امش ُْي ََي ۞ َوامضَّ ا ُد‬


ّ ِ ‫ فَجِ ُي‬:ُ‫ َو َامو ْسط‬،‫) … َب ْس َف ُل‬13(
ّ
Tempat keluarnya di bawah huruf ‫ق‬, yakni persentuhan antara pangkal
lidah dengan langit-langit yang keras dan yang lunak sekaligus, sedikit di bawah
tempat keluarnya huruf ‫ق‬.
Pada tengah lidah keluar huruf ‫ ج‬bila disentuhkan ke langit-langit, serta
keluar huruf ‫ ش‬dan ‫ ي‬bila digerakkan mendekati langit-langit.
Huruf ‫ ض‬keluar dari sisi lidah yang memanjang dari pangkal lidah hingga
ke ujung lidah, saat bersentuhan dengan…

‫ َبدَْنَ ىَا ِم ُم ْاَتَ َاىَا‬:‫س َب ْو ًُ ْماَاىَا ۞ َو َّامَ ُم‬ َ ْ ‫) … َال‬14(


َ َ ٌْ‫ْض َاس ِم ْن َب‬
Gigi geraham, baik yang sebelah kiri ataupun sebelah kanan, bahkan bisa
juga kedua sisi lidah disentuhkan dengan gigi geraham yang kiri dan yang kanan
sekaligus.

Matan Al Jazariy|Daurah Mudarrisah 2


Huruf ‫ ل‬keluar dari ujung sisi lidah yang merupakan akhir dari tempat
keluarnya huruf ‫ ض‬di sebelah kiri melingkar hingga sebelah kanan, melalui akhir
dari ujung sisi lidah pada bagian depan (kepala lidah). Disentuhkan dengan
langit-langit yang dekat dengan gusi gigi seri atas.

‫ ًُدَ ا ِهَ ِو ِم َؼيْ ٍر َب ْد َخلُوا‬:‫ ِم ْن َظ َرِف ِو َ َْت ُت ْاح َـلُوا ۞ َو َّامرا‬:‫ون‬


ُ ‫) … َوامار‬15(
Dan huruf ‫ ن‬keluar dari ujung lidah yang bersentuhan dengan langit-langit
di bawah tempat keluarnya huruf ‫ل‬, lebih dekat ke gusi gigi seri atas.
Adapun huruf ‫ ر‬keluar dekat dengan tempat keluarnya huruf ‫ن‬, namun
sedikit masuk ke punggung lidah, yakni bagian ujung lidah yang dekat dengan
tengah lidah.

َّ ‫ و‬،‫ ِمنْ ُو َو ِم ْن ۞ ؿُلْ ََا امثَّاَ َاَي‬: َ‫امعا ُء َوادلَّ ُال َوَت‬
‫ ُم ْس خَ ِك ْن‬:‫امط ِف ُي‬ َّ ‫) … َو‬16(
Huruf ‫ط‬, ‫د‬, dan ‫ ت‬keluar dari bagian ujung lidah yang bersentuhan dengan
bagian belakang gigi seri atas. Huruf-huruf Shafir (yakni ‫ص‬, ‫ز‬, dan ‫ )س‬keluar bila
ujung lidah tegak/ sejajar…

‫ ِنلْ ُـلْ ََا‬:‫امؼا ُء َوا َّّل ُال َو َث‬


َّ ‫امس ْف ََّل ۞ َو‬
‫) … ِم ْن ُو َو ِم ْن فَ ْو ِق امثَّاَ َاَي ر‬17(
Dan mendekat ke atas gigi seri bawah. Adapun huruf ‫ظ‬, ‫ر‬, dan ‫ ث‬lebih tinggi
lagi,

ِ ْ ‫ ۞ فَامْ َفا َم َؽ ْاظر ِاف امثَّاَ َاَي امْ ُم‬:‫امش َف ْو‬


‫ُّشفَ ْو‬ َّ ‫ َو ِم ْن ت َ ْع ِن‬:‫) … ِم ْن َظ ْرفَْيْ ِ َما‬18(
Yakni keluar dari persentuhan ujung lidah dengan ujung gigi seri atas. Dan
dari perut bibir bawah yang bersentuhan dengan ujung gigi seri atas keluar huruf
‫ف‬.

‫ امْ َو ُاو ََب ٌء ِم ُي ۞ َو ُغاَّ ٌة َمخْ َر ُ َُجا امْ َخُ ُْشو ُم‬:‫) … ِن َّلش َفذَ ْ ِْي‬19(
Dari dua bibir keluar huruf ‫و‬, ‫ب‬, dan ‫م‬. Sedangkan huruf-huruf Ghunnah
(suara dengung pada ‫ ن‬dan ‫ )م‬tempat keluarnya adalah rongga hidung.

Matan Al Jazariy|Daurah Mudarrisah 3


SIFATHUL HURUF

ِّ ‫ َو‬،‫ َ ُْج ٌر َو ِرت ٌْو ُم ْس خَ ِف ْل ۞ ُمنْفَ ِذ ٌح ُم ْط َمخَ ٌة‬:‫) ِض َفاُتُ َا‬11(


‫امض َّد كُ ْل‬
Sifat-sifat huruf itu di antaranya: Jahr (jelas/ tertahannya udara),
Rakhawah (mengalirnya suara), Istifal (merendahnya lidah), Infitah (terbukanya
lidah dengan langit-langit), dan Ishmat (lebih sulit keluar). Mereka merupakan
sifat-sifat yang memiliki lawan. Adapun lawan-lawannya adalah:

ْ َ ‫) َميْ ُم ُوسيَا (فَ َحث َّ ُو‬11(


)‫َش ٌص َسكَ َت) ۞ َش ِدًدُ ىَا مَ ْفغُ (بَ ِخدْ كَطٍ جَ َك ْت‬
Sifat Hams (mengalirnya udara) yang merupakan lawan dari sifat Jahr
huruf- hurufnya terkumpul pada kalimat “ َ‫ص َس َكت‬ ٌ ‫”فَ َحثًُّ ش َْخ‬, yakni huruf ‫ف‬, ‫ح‬, ‫ث‬,‫ي‬, ‫ش‬, ‫خ‬,
‫ص‬, ‫س‬, ‫ك‬, dan ‫ت‬.
Sifat Syiddah (kuat/ tertahannya suara), yang merupakan lawan dari sifat
Rakhawah, huruf-hurufnya “‫َت‬ْ ‫”أَ ِجذْ قَطٍ تَك‬, yakni ‫ء‬, ‫ج‬, ‫د‬, ‫ق‬, ‫ط‬, ‫ب‬, ‫ك‬, dan ‫ت‬.

ْ َ ‫ (ت َُّص ضَ ْغطٍ ِكغْ) َح‬:‫امش ِدً ِد ( ِم ْن ُ َُع ْر) ۞ َو َس ْح ُؽ ؿُلْ ٍو‬


‫ص‬ َّ ‫) َوت َ ْ َْي ِر ْت ٍو َو‬11(
Dan di antara sifat Rakhawah dan Syiddah ada sifat pertengahan
(bayniyah/ tawassuth), yang huruf-hurufnya terkumpul dalam “‫” ِل ْه ُع َم ْر‬, yakni ‫ل‬, ‫ن‬,
‫ع‬, ‫م‬, dan ‫ر‬.
Dan ada tujuh huruf yang lidah tegang dan terangkat saat
mengucapkannya (Isti’la, lawan dari Istifal), terangkum dalam “ ‫ض ْغطٍ قِ ْع‬ َ ‫ص‬َّ ‫” ُخ‬,
yakni ‫خ‬, ‫ص‬, ‫ض‬, ‫غ‬, ‫ط‬, ‫ق‬, dan ‫ظ‬.

‫ امْ ُح ُر ُوف امْ ُم ْذمَ َل ْو‬:‫ ُم ْع َحلَ ْو ۞ َوفَ َّر ِم ْن مُ ِ ّة‬:‫) َو َضا ُد ضَ ا ٌد َظا ُء َػا ٌء‬13(
Huruf ‫ص‬, ‫ض‬, ‫ط‬, dan ‫ ظ‬merupakan huruf-huruf yang memiliki sifat Ithbaq,
yakni lidah terangkat sangat tinggi hingga seolah-olah menempel langit-langit
dan tidak menyisakan ruang antara lidah dengan langit-langit, merupakan lawan
dari sifat Infitah.
Dan “ ِ ّ‫”فَ َّر ِم ْه لُة‬, yakni huruf ‫ف‬, ‫ر‬, ‫م‬, ‫ن‬, ‫ل‬, dan ‫ ب‬merupakan huruf-huruf yang
lebih mudah dan cepat dikeluarkan (Idzlaq) dibandingkan selainnya (Ishmat),
disebabkan dekatnya dengan ujung lidah.

‫ َوان ِلّ ُْي‬،‫ كُ ْع ُة َخ ٍّد‬:‫ َضا ٌد َو َز ٌاى ِس ُْي ۞ كَلْلَ َ ٌل‬:‫) َض ِف ُيىَا‬14(
Juga ada huruf-huruf yang tidak memiliki lawan, di antaranya sifat Shafir
(huruf yang berdesis), yakni huruf ‫ص‬, ‫ز‬, dan ‫س‬. Huruf-huruf yang memiliki sifat
Qalqalah “ ّ‫ " قُ ْطةُ َج ٍذ‬yakni huruf ‫ق‬, ‫ط‬, ‫ب‬, ‫ج‬, ‫د‬.
Dan huruf yang memiliki sifat Liin (lembut)…

ّ ِ ُ ‫ َو ِال ْ ِْن َر ُاف‬،‫ َواهْ َفذَ َحا ۞ كَ ْدلَيُ َما‬،‫) َوا ٌو َو ََي ٌء ُس ِكّنَا‬15(
‫َص َحا‬
Yaitu huruf ‫ و‬dan ‫ ي‬bila keduanya dalam keadaan sukun dan huruf
sebelumnya berharakat fathah.
Dan sifat Inhiraf (menyimpangnya makhraj) dibenarkan…

Matan Al Jazariy|Daurah Mudarrisah 4


ّ ِ :‫) ِي َّامَ ِم َو َّامرا َو ِت َخ ْك ِرٍ ٍر ُح ِـ ْل ۞ َو ِنلخَّ َف ِ ّش‬16(
‫امش ُْي ضَ ا ًدا ْاس خَ ِع ْل‬
Pada huruf ‫ ل‬dan ‫ ر‬saja. Huruf ‫ ل‬makhrajnya menyimpang ke makhrajnya ‫ن‬
saat mengucapkan ‫ ل‬tebal dan huruf ‫ ر‬menyimpang ke makhrajnya ‫ ل‬saat
mengucapkan ‫ ر‬tipis. Lalu huruf ‫ ر‬juga memiliki sifat Takrir (getaran yang
berulang).
Huruf ‫ ش‬memiliki sifat Tafasysyi (udara yang berhembus deras di dalam
mulut). Sedangkan huruf ‫ ض‬memiliki sifat Istithaalah, yakni memanjangnya
makhraj ‫ ض‬dari sisi ujung lidah hingga ujung sisi lidah pada makhraj ‫ل‬.

Matan Al Jazariy|Daurah Mudarrisah 5


TAJWIDUL QUR’AN

‫) َو ْ َالخ ُْذ َِبمخَّ ْج ِوً ِد َح ْ ٌّت َل ِز ُم ۞ َم ْن مَ ْم ُ ََج ْو ِد امْ ُل َرب ٓ َن ب ٓ ِ ُُث‬17(


Dan mengamalkan tajwid hukumnya wajib secara mutlak. Siapa saja orang
yang sengaja tidak mengamalkan tajwid saat membaca Al- Quran, maka ia
berdosa.

ََ ‫) ِ َله َّ ُو ِت ِو ْالمَ َٰػ ُو َب ْن َز َل ۞ َو َى َٰػ َك َذا ِمنْ ُو امَ َْاَا َو َض‬18(


Karena
ّ
bersama dengan tajwid Allah menurunkanAl-Quran dan cara
ّ
membacanya. Serta bersama dengan tajwid pula Al-Quran dan cara membacanya
sampai kepada kita.

‫) َوى َُو َبًْضً ا ِحلْ ََ ُة ام ِخّ ََ َو ِت ۞ َو ِزًاَ ُة ْ َالدَا ِء َوامْ ِل َر َاء ِت‬19(
Dan tajwid juga merupakan penghias bacaan Al-Quran. Bacaan Al-Quran
menjadi indah karena tajwid, bukan sekedar karena indahnya suara atau
langgam. Baik itu saat tilawah (tadarrus/ wiridan), adaa (talaqqi/ mengambil
bacaan dari guru), ataupun qiraah, yakni membaca secara umum. Artinya, Al-
Quran mesti dihiasi dengan tajwid dalam keadaan apapun.

ِ ‫) َوى َُو ا ْؾ َعا ُء امْ ُح ُر‬31(


‫وف َحلَّيَا ۞ ِم ْن ِض َف ٍة مَيَا َو ُمس خَ َحلَّيَا‬
Tajwid adalah memberikan setiap huruf hak, berupa sifat-sifatnya dan juga
ّ
mustahaknya.

‫ك َوا ِح ٍد ِ َل ْض ِ ِِل ۞ َوانل َّ ْفغُ ِي ه َِؼ ِي ِه َ َِكث ِ ِِْل‬


ِّ ُ ‫) َو َر رد‬31(
Tajwid juga artinya adalah mengembalikan setiap huruf ke makhraj
asalnya. Yakni tidak mengucapkan huruf hijaiyah sembarangan bukan dari
tempat keluar yang sebenarnya.
Serta konsisten dalam membaca lafazh-lafazh yang sama hukumnya, tidak
membeda-bedakan satu sama lainnya (dalam sekali baca). Misalnya kita
membaca mad wajib dengan 5 (lima) harakat pada satu ayat, maka bila bertemu
dengan mad wajib di ayat yang lain, kita harus membacanya 5 (lima) harakat,
dengan hitungan yang sama. Begitu pula pada hukum-hukum tajwid yang lain.

‫) ُم َ ِكّ ًَ ِم ْن غَ ْ ِي َما حَ َكر ِف ۞ َِبنل ر ْع ِف ِي امار ْع ِق ت ََِ ثَ َـ رس ِف‬31(


Tajwid juga bermakna membaca Al-Quran dengan sempurna, baik dari sisi
makhraj, sifat, dan hukum-hukumnya tanpa berlebih-lebihan, seperti orang yang
mengucapkan Hamzah terlalu ditekan sehingga mirip orang yang muntah, atau
mengucapkan mad yang dua harakat menjadi empat hingga enam harakat. Jadi
usaha kita adalah mengerahkan kemampuan sekuat tenaga hingga tercapai
kesempurnaan bacaan, bukan untuk melebihi kapasitas dari apa yang
disyari’atkan. Lalu mengalirkan bacaan dengan pengucapan yang lembut tanpa
serampangan, yakni dengan mudah dan ringan saat mengucapkannya, namun

Matan Al Jazariy|Daurah Mudarrisah 6


tetap memenuhi kadar ketentuan yang telah ditetapkan. Bukan mengucapkannya
sembarangan dan asal-asalan semau kita.

‫) َومَُْ َس تَُْنَ ُو َوت َ ْ َْي حَ ْر ِن ِو ۞ ا َّل ِر ََيضَ ُة ا ْم ِرئٍ ِت َف ِكّ ِو‬33(


ّ
Dan tidak ada yang membedakan antara orang yang mengamalkan tajwid
dengan orang yang meninggalkannya, kecuali latihan terus menerus secara
konsisten dengan lisannya. Artinya, seseorang yang mempelajari tajwid tidak
akan mendapatkan apa-apa. Ia tidak akan berbeda dengan orang yang tidak
mempelajari tajwid kecuali bila ia rajin melatih ilmu yang dipelajarinya dengan
konsisten dan diiringi dengan kesabaran.

Matan Al Jazariy|Daurah Mudarrisah 7


TAFKHIIM DAN TARQIIQ

‫) … فَ َرِكّلَ ْن ُم ْس خَ ِف ًَ ِم ْن َب ْح ُر ِف … َو َحا ِذ َر ْن ثَ ْف ِخ َي مَ ْفغِ ْ َال ِم ِف‬34(


Dan tarqiq-kanlah (tipiskan) suara pada huruf-huruf Istifal, karena kondisi
asal mereka adalah tipis (kecuali Alif, Lam, dan Ra). Serta berhati-hatilah jangan
sampai men- tafkhim-kan )menebalkan) lafazh Alif bila sebelumnya huruf-huruf
tarqiq.

‫ ِ َّ ِّلِل مَاَا‬:‫) … َنيَ ْم ِز َبمْ َح ْمدُ َبؾُو ُذ ا ْى ِدَنَ … َب َّ َّلِل ُ َُّث َل َم‬35(
Juga berhati-hatilah jangan sampai menebalkan huruf
ّ Hamzah, seperti
pada kata “ ُ‫” َبم َح ْمد‬, “‫” َبؾُوذ‬, “‫”ا ْىد َن‬, dan kata “‫ّلِل‬
ْ ُ ِ َ َّ ‫” َب‬. Kemudian berhati-hatilah jangan
ّ ِ َّ ِ ”, “‫”مَاَا‬,
sampai menebalkan huruf Lam pada kata “‫ّلِل‬

‫ َمخْ َم َط ٍة َو ِم ْن َم َر ْض‬:‫امظ … َوا َِم ِي ِم ْن‬ ِ َّ ‫) … َومْ ََخَلَ َّع ْف َو ؿَ ََّل‬36(


ْ ‫اّلِل َو َل‬
Juga kata “‫” َومْ ََ َخلَ َّع ْف‬,’’‫ّلِل‬
ِ َّ ‫” ؿَ ََّل ا‬, dan pada kata “‫امظ‬
ْ ‫” َو َل‬. Juga berhati-hatilah jangan
sampai menebalkan huruf Mim, seperti pada kata “‫” َم ْخ َم َط ٍة‬, dan “‫” ِم ْن َم َر ْض‬,

‫امش َّد ِت َوامْ َجيْ ِر َّ ِاّلي‬


ّ ِ ‫ ِت ِذي … َو ْاح ِر ْص ؿَ ََّل‬،‫ ِبِ ِ ْم‬،‫ جَ ْر ٍق ََب ِظ ٍل‬:‫) … َو ََب َء‬37(
Juga berhati-hatilah jangan sampai menebalkan huruf Ba, seperti pada kata
“‫”جَ ْر ٍق‬, “‫” ََب ِظ ٍل‬, “‫”ِبِ ِ ْم‬, dan “‫” ِت ِذي‬. Lalu jagalah baik-baik sifat Syiddah dan Jahr yang ada
pada…

‫ امْ َف ْج ِر‬،‫ َو َح ّ ِج‬،‫ ْاحذُث َّْت‬،‫امط ْ ِر … َورتْ َو ٍت‬


َّ ‫) … ِفْيَا َو ِي امْجِ ِي َن ُح ِ ّة‬38(
َّ ”, “‫” َرتْ َو ٍت‬, “‫”ا ْح ُذث َّْت‬, “‫” َح ّ ِج‬, dan
ّ ِ ‫” ُح‬, “‫امط ْ ِر‬
Huruf Ba dan Huruf Jim, seperti kalimat “ ‫ة‬
“‫”امْ َف ْج ِر‬. Maksudnya jangan sampai menjadikan huruf Ba menjadi huruf yang
Rakhawah atau Hams, begitu pula huruf Jim, jangan sampai menyerupai huruf
“C”.

‫) … َوت َ َّ َ َِْن ُملَلْلَ ًَ ا ْن َس َكنَا … َوا ْن ٍَ ُك ْن ِي امْ َو ْك ِف ََك َن َبتَُْنَا‬39(


ّ
Dan jelaskanlah sifat Qalqalah ّ bila hurufnya berada pada posisi sukun, dan
bila berada di akhir kalimat (waqaf), maka Qalqalah-nya mesti lebih jelas lagi.

‫ ٌ َْس ُلوا‬،‫ ٌ َْس ُعوا‬،‫ ُم ْس َخ ِل ِي‬:‫ … َو ِس َْي‬،‫ امْ َح رق‬،‫ بَ َح ْع ُت‬،‫ َح ْط َح َص‬:‫) … َو َح َاء‬41(
Dan juga berhati-hatilah jangan sampai menebalkan huruf ‫ح‬, seperti pada
kata “‫” َح ْط َح َص‬, “‫” َب َح ْع ُت‬, “‫”امْ َح رق‬. Begitu pun pada huruf Sin, jangan sampai
menebalkannya, seperti pada kata “‫” ُم ْس َخ ِل ِي‬, “‫”ٌ َْس ُعوا‬, dan “‫”ٌ َْس ُلوا‬

Matan Al Jazariy|Daurah Mudarrisah 8


HURUF RAA

ِ ْ ‫س ْث … َن َذاكَ ت َ ْـدَ ْام َك‬


‫س َح ِْ ُر َسكَنَ ْت‬ َ ِ ‫(… َو َر ِكّ ِق َّامر َاء ا َذا َما ُن‬41)
Dan tipiskanlah suara huruf ‫ ر‬bila berharakat kasrah. Begitu pula tipiskan
ّ
huruf ‫ ر‬bila berada pada posisi sukun dan huruf sebelumnya kasrah (atau ‫)ي‬.

َ ْ ‫(…ا ْن م َّ ْم حَ ُك ْن ِم ْن كَ ْد ِل َح ْر ِف ْاس ِخ ْـ ََ … َب ْو ََكه َِت ْام َك‬42)


ََ ‫س ُت مَُ َْس ْت َب ْض‬
Huruf ‫ ر‬yang berada pada posisi sukun dan sebelumnya kasrah (atau ‫ )ي‬itu
ّ
dibaca tipis bila huruf ‫ر‬-nya tidak berada sebelum huruf Isti’la. Adapun bila
setelah huruf ‫ر‬-nya adalah huruf Isti’la, maka ‫ ر‬dibaca tebal.
Begitu pun bila setelah huruf ‫ر‬-nya bukan huruf Isti’la, namun kasrah yang
ada sebelum huruf ‫ ر‬sukunnya bukanlah kasrah asli, melainkan kasrah ‘aridh
(palsu) atau Hamzah washal, maka ‫ ر‬dibaca tebal bukan tipis.

ٍ ْ ‫ ِف ْر ٍق ِم َك‬:‫(… َوامْ ُخ ْل ُف ِي‬43)


‫س ًُو َخدُ … َو َبت ِْف حَ ْك ِر ًٍرا ا َذا جُشَ َّد ُد‬
ّ
Dan para Ulama berbeda pendapat pada kata “‫ ” ِفر ٍق‬bila dibaca bersambung ْ
(washal). Apakah ia dibaca tebal atau tipis. Karena walaupun di sana setelah
huruf ‫ر‬- nya terdapat huruf Isti’la (Qaf), namun huruf Isti’la tersebut berada pada
posisi kasrah, dimana ia berada pada derajat tafkhim yang sangat lemah.
Dan sembunyikanlah sifat takrir pada huruf ‫ ر‬saat ia ditasydidkan. Jadi
mengucapkan huruf ‫ ر‬yang bertasydid bukanlah dengan memperbanyak
getarannya seperti menahan huruf “R” dalam bahasa Indonesia, melainkan
dengan menyembunyikan getarannya.

Matan Al Jazariy|Daurah Mudarrisah 9


HURUF LAAM, HURUF ITHBAQ, DAN ISTI’LA
‫َن‬
ِ َّ ُ‫َض َن َـ ْحد‬
‫اّلِل‬ ِ ْ ‫( … َوفَ ِّخم َّامَ َم ِم ِن‬44)
ِ َّ ‫اس‬
ٍ َ ‫اّلِل … َؾ ْن فَ ْذ ٍح ْاو‬
ِ َّ ”, bila sebelum lafazh
Dan tebalkanlah suara huruf Lam pada lafazh “‫اّلِل‬
tersebut terdapat huruf yang berharakat fathah atau dhammah, seperti pada kata
ِ َّ ُ‫” َؾ ْحد‬. Adapun bila sebelumnya berharakat kasrah, maka huruf Lam dibaca tipis.
“‫اّلِل‬

‫ كَا َل َوامْ َـ َطا‬:‫( … َو َح ْر َف ا ِل ْس ِخ ْـ ََ ِء فَ ِّخ ِم َوات ُْط َطا … ا ِل ْظ َح َاق َب ْك َوى َ ْْن ُو‬45)
Dan huruf-huruf Isti’la, tebalkanlah suaranya, karena kondisi asal mereka
adalah tebal (tafkhim), lebih khusus lagi adalah huruf-huruf Ithbaq, maka mereka
mesti lebih tebal lagi dan lebih kuat daripada huruf Isti’la yang bukan Ithbaq,
contohnya seperti pada kata “‫( ”كَا َل‬huruf Isti’la yang bukan Ithbaq) dan “‫” َؾ َطا‬
(huruf Ithbaq).

ْ ‫عت َواخلُلْ ُف ِتاَ ْخلُ ر‬


‫لُّك َوكَ ْؽ‬ ُ ‫ بَ َح‬:‫(… َوت َ ِ ّ ِْي ْال ْظ َح َاق ِم ْن‬46)
َ ‫ َم ْؽ … ث َ َس‬،‫عت‬
Bila huruf-huruf Ithbaq bertemu dengan huruf-huruf Infitah,
ّ maka
jelaskanlah ketebalan sifat Ithbaq-nya, seperti pada kata “‫عت‬ ُ ‫ ” َب َح‬dan “‫عت‬
َ ‫”ث ََس‬.
Adapun pada kata “‫لُّك‬ ْ ‫ ” َ َْنلُ ر‬maka terdapat perbedaan pendapat dimana sebagian
Ulama membawakan riwayat dengan membacanya “‫ُّك‬ ْ ‫ ” َ َْنلُ ر‬dan sebagian lagi
ْ ‫” َ َْنلُ ر‬.
membacanya “‫لُّك‬

Matan Al Jazariy|Daurah Mudarrisah 10


BEBERAPA PERINGATAN

‫وة َم ْؽ ضَ لَلْاَا‬
ِ ُ‫ون ِي َح َـلْاَا … َبهْ َـ ْم َت َوامْ َمغْض‬
ِ ‫امس ُك‬
‫( … َو ْاح ِر ْص ؿَ ََّل ر‬47)
Dan jaga baik-baik kejelasan huruf dan kesempurnaan sifat-sifatnya saat
sukun, seperti pada kata “‫” َح َـلْاَا‬, “‫” َبهْ َـ ْم َت‬, “‫وة‬
ِ ُ‫”امْ َمغْض‬, dan “‫”ضَ لَلْ َاا‬.

‫ َم ْح ُذ ًورا َؾ ََس … ت َْو َف ْاش ِد َدا ِى ِو ِت َم ْح ُؼ ًورا َؾ َى‬:‫( … َو َخ ِلّ ِص اهْ ِفذَ َاخ‬48)
Lalu sempurnakanlah kejelasan sifat Infitah pada kata “ ‫ورا‬ ً ‫ ” َم ْح ُذ‬dan “‫” َؾ ََس‬,
khawatirnya akan menyerupai kata “‫ ” َم ْح ُؼور ًا‬dan “‫” َؾ َى‬. Maknanya, perjelas
perbedaan antara huruf ‫ ر‬dengan ‫ ظ‬dan huruf ‫ س‬dengan ‫ص‬, juga huruf- huruf lain
yang mirip agar maksud dan kandungan Al-Quran tidak berubah.

‫ُّش ِن ُ ُّْك َوثَ َخ َو ََّّف ِف ْذاَ َخا‬


ْ ِ َ‫( … َو َرا ِع ِش َّد ًت ِج ََك ٍف َو ِت َخا … ن‬49)
Dan peliharalah baik-baik sifat Syiddah yang terdapat pada huruf ‫ ك‬dan ‫ت‬.
Jangan sampai Hams pada keduanya terlalu mendominasi sehingga
menghilangkan sifat Syiddah pada keduanya. Sebagaimana dalam kalimat “‫ُّك‬ ْ ُ ‫ِش ِن‬
ْ ِ ”,
jangan dibaca “Syirkhikhum”, “‫ ”ثَخَ َو ََّّف‬jangan dibaca “Cacawaffa”, dan “ ‫ ” ِف ْذاَخَا‬jangan
dibaca “Ficnaca”.

Matan Al Jazariy|Daurah Mudarrisah 11


PERMASALAHAN MUTAMATSILAIN, MUTAJANISAIN,
MUTAQARIBAIN, DAN MUTABAA’IDAIN

‫( … َو َب َّو َ ْل ِمث ٍْل َو ِخنْ ٍس ا ْن َس َك ْن … َبد ِ ِْْغ َن ُلل َّر ِ ّة َوتَل َّل َو َب ِج ْن‬50)
Dan apabila ada dua huruf yang sama, atau sama makhrajnya namun beda
ّ
sifatnya bertemu, dimana huruf yang pertama berada pada posisi sukun dan yang
kedua berharakat, maka idgham-kanlah, yakni huruf pertama melebur kepada
huruf yang kedua, seperti pada kata “‫ ”كُل َّر ِ ّة‬yang dibaca “‫ ”كُ َّر ِ ّة‬dan “‫ ”تَل َّل‬yang
dibaca “ََّ َ ‫”ت‬. Namun, izh-har-kanlah, maksudnya perjelas bunyi dari kedua huruf
tersebut…

‫ فَامْخَلَ ْم‬،‫وة‬
َ ُ‫ َل حُ ِز ْغ كُل‬،‫كُ ْل ه َ َـ ْم … َس ِ ّح ْح ُو‬:‫ كَامُوا َو ُ ْه َو‬:‫( … ِي ً َ ْو ِم َم ْؽ‬51)
Bila huruf yang pertamanya adalah huruf Mad, seperti pada kata “‫” ِي ً َ ْو ِم‬
tidak dibaca “‫” ِفَِّ ْو ِم‬, juga kata “‫ ”كَامُوا َو ُ ْه‬tidak dibaca “‫”كَامُ َّو ُ ْه‬. Begitu pun bila terjadi
pertemuan antara huruf ‫ ل‬dalam sebuah fi’il (kata kerja) dengan kata yang awal
hurufnya berdekatan makhrajnya seperti pada kata “‫ ”كُ ْل ه َ َـ ْم‬tidak dibaca “‫”كُن َّ َـ ْم‬.
Perjelas juga suara kedua huruf yang berdekatan makhrajnya bila bertemu,
seperti huruf ‫ ح‬dan ‫ ي‬pada kata “‫ ” َس ِحّ ْح ُو‬tidak dibaca “‫” َس ِ ّح رو‬. Juga huruf ‫ غ‬dan ‫ق‬
seperti pada kata “‫وة‬ َ ُ‫ ” َل حُ ِز ْغ كُل‬tidak dibaca “‫وة‬
َ ُ‫” َل حُ ِزق ُكل‬. Begitu pula bila huruf Lam
yang terdapat pada kata kerja dalam satu kata, mesti dibaca jelas, seperti pada
kata “‫ ” ِامْ َخلَ ْم‬tidak dibaca “‫” ِاث َّلَ ْم‬

Matan Al Jazariy|Daurah Mudarrisah 12


HURUF DHAD DAN HURUF ZHA

َّ ‫ َِب ْس خِ َع َ ٍاَل َو َم ْخ َر ِح … َم ِ ّ ّْي ِم َن‬:‫( … َوامضَّ ا َد‬52)


‫ َو ُ رُكيَا ََتِي‬،‫امؼا ِء‬
Dan huruf Dhad dengan sifat Istithalah-nya bedakanlah dengan huruf Zha
dalam mengucapkan keduanya. Karena sebagian pembaca Al-Quran tidak bisa
membedakan keduanya. Bahkan, karena sulitnya mengucapkan huruf Dhad,
begitu banyak orang yang menggantinya –selain dengan huruf Zha- juga kadang
menggantinya dengan Zay, Dal, atau Shad yang tercampur dengan Zay. Begitu
pula huruf Zha, mesti jelas jangan sampai tercampur dengan suara selain huruf
Zha, seperti Dzal, Zay, atau selainnya. Dan seluruh huruf Zha dalam Al-Quran
terdapat pada kalimat berikut:

ِ‫امؼيْ ِر ؾ ُْؼ ُم امْ ِح ْفغِ … َبًْ ِلغْ َو َبه ِْؼ ْر َؾ ْؼ َم َػيْ ِر انل َّ ْفغ‬
‫امؼ ْـ ِن ِػ رل ر‬
َّ :‫( … ِي‬53)
Pada kata (‫امؼ ْـ ِن‬ َّ ) artinya rihlah/ berjalan, terdapat pada satu tempat yakni
QS. An-Nahl 16:80. Pada kata (‫امؼ رل‬ ِّ ) artinya nau ngan, terdapat pada 22 tempat, di
antaranya QS. Al-Baqarah 2:57. Kata (‫امؼيْػ ِر‬ ‫ ) ر‬artinya zhuhur (siang hari), terdapat
pada 2 tempat, di antaranya Qs. An-Nuur 24:58 [‫امؼي َِي ِت‬ َّ ‫ون ِز ََاجَ ُُّك ِ ّم َن‬
َ ‫] َو ِح َْي ث َضَ ُـ‬. Kata (‫)امُ ُـ ْؼ ُم‬
artinya besar/ dahsyat. Terdapat pada 103 tempat, di antaranya QS. Al-Baqarah,
2:7 [‫اة َؾ ِؼ ٌي‬ ٌ ‫] َومَيُ ْم ؿَ َذ‬. Kata (‫غ‬ ِ ‫ )امْ ِح ْفػ‬artinya menjaga, terdapat pada 42 tempat, salah
satunya QS. Al-Baqarah, 2: 238 [‫اث‬ ِ ‫امطل َ َو‬
َّ ‫] َحا ِف ُؼوا ؿَ ََّل‬.
Kata (‫غ‬ ْ ‫ ) َبًْ ِلػ‬artinya bangun/ terjaga. Terdapat pada satu tempat yakni QS.
Al-Kahfi 18:18 [‫اػا‬ ً َ‫] َو َ َْت َس ُبُ ُ ْم َبًْل‬. Kata (‫ )الٕهؼار‬artinya penangguhan, terdapat pada 20
tempat, di antaranya QS. Al-Baqarah 2:162 [‫ون‬ َ ‫]فَ ََ ُ َْخفَّ ُف َؾْنْ ُ ُم امْ َـ َذ ُاة َو َل ُ ْه ًُ َاؼ ُر‬. Kata (‫) ام َـ ْؼ ِم‬
artinya tulang, terdapat pada 15 tempat, di antaranya QS. Al-Baqarah, 2: 259 [ ‫َوا ُهؼ ْر‬
ُ ِ ‫]ا ََل امْ ِـ َؼا ِم َن َْ َف ه‬. Kata (‫ ) َّامؼيْػ ِر‬artinya punggung, terdapat pada 16 tempat, salah
‫ُنِشىَا‬
ّ
satunya QS. Al-Baqarah, 2: 101 [‫ون‬ َ ‫] َو َر َاء ُػي ُِور ِ ْه ََكََّنَّ ُ ْم َل ً َ ْـل َ ُم‬. Kata (ِ‫ )انلَّـ ْفػغ‬artinya lafazh
(ucapan), terdapat pada satu tempat yakni QS. Qaaf, 50:18 [ ٍ‫] َّما ًَلْ ِفغُ ِمن كَ ْول‬

‫(… َػا ِى ْر مَ َؼى ُش َو ِاظ َن ْػؼـ ٍم َػلَ َما … ا ْغلُغْ َػ ََ َم ُػ ْف ٍر اهْخَ ِؼ ْر َػ َما‬54)
Kata (‫ ) َػا ِى َر‬artinya zhahir (fisik), terdapat pada banyak tempat dalam Al-
Quran, salah satunya QS. Al-An’aam, 6: 111 [‫] َو َذ ُروا َػا ِى َر ْال ْ ُِث َو ََب ِظاَ ُو‬. Kata (‫ )م َ َؼػى‬artinya
ّ
api yang menyala-nyala, terdapat pada 2 tempat, salah satunya QS. Al-Ma’arij, 71:
15 [‫] َ َّّلَك ۖ اَّنَّ َا مَ َؼى‬. Kata (‫ ) ُش َػو ُاظ‬nyala/ kobaran, terdapat pada satu tempat yakni QS. Ar-
ّ ٌ ‫]ٍُ ْر َس ُل ؿَل َ َْ ُكَا ُش َو‬. Kata (‫ ) َن ْػؼـ ٍم‬artinya menahan, terdapat pada 6
Rahman, 55:35 [‫اظ‬
tempat, salah satunya QS. Ali ‘Imran, 3:134 [‫غ‬ َ َْ َ‫] َوامْ ََك ِػ ِم َْي امْغ‬. Kata (‫ ) رامؼمل‬artinya zhalim,
terdapat pada 288 tempat, di antaranya QS. Al-Baqarah, 2: 35 [ َ‫َو َل ث َ ْل َر ََب ىَـ ِذ ِه امشَّ َج َر َت فَذَ ُكوَن‬
‫] ِم َن َّامؼا ِم ِم َْي‬.

Matan Al Jazariy|Daurah Mudarrisah 13


Kata (‫ )امغلغ‬artinya kasar/ keras, terdapat pada 13 tempat, di antaranya QS.
Ali ‘Imran, 3: 159 [‫غ‬ َ ‫] َوم َ ْو ُن‬. Kata (‫) َّامؼ ََم‬, artinya kegelapan, terdapat pada 26
َ َ‫ات فَ ًّؼا غَ ِل‬
tempat, di antaranya QS. Al-Baqarah, 2: 17 [‫ون‬ ُ ِ ‫اث َّل ًُ ْح‬
َ ‫ص‬ ٍ ‫] َوحَ َر َنيُ ْم ِي ُػلُ َم‬. Kata (‫ ) ُػ ْفر‬artinya
kuku/ cakar, terdapat pada satu tempat, yakni QS. Al-An’am, 6: 146 [ ‫ٍن ىَا ُدوا‬ َ ‫َوؿَ ََّل َّ ِاّل‬
‫ك ِذي ُػ ُف ٍر‬
َّ ُ ‫] َح َّر ْمنَا‬. Kata [‫ ]الٕهخؼار‬artinya menanti/ menunggu, terdapat pada 26 tempat,
di antaranya QS. AL-Baqarah, 2: 210 [‫ون ا َّل َبن ًَبِ ِحْيَ ُ ُم انلَّـ ُو‬
َ ‫]ى َْل ً َ ُاؼر‬. Kata (ٔ‫ ) َّامؼ َمب‬artinya haus,
ّ ُ
terdapat pada 3 tempat, di antaranya QS. At-Tawbah, 9:120 [‫ة‬ ٌ ‫] َل ًُ ِطَُبُ ُ ْم َػ َمبٌ َو َل ه ََط‬.

.‫ َػ َّل اماَّ ْح ِل ُزت ُْر ٍف َس َوا‬،‫ َو ِؾغْ ِس َوى … ِؾ ِض َْي‬،‫ َػاًّا نَ َْ َف َخا‬،‫( … َب ْػ َف َر‬55)
َّ ) artinya kemenangan, terdapat pada satu tempat, yakni QS. Al-
Kata (‫امؼ َفر‬
Fath, 48: 24 [‫] ِمن ت َ ْـ ِد َب ْن َب ْػ َف َرُ ُْك ؿَلَْيْ ِ ْم‬. Kata (‫امؼن‬
َّ ), artinya prasangka (bagaimana pun
bentuknya dalam Al-Quran), terdapat pada 69 tempat, di antaranya, QS. Al-
Ahzaab, 33:10 [ َ‫امؼ ُاوَن‬ ‫ون َِبنلَّـ ِو ر‬ َ ‫] َوث َُؼار‬. Kata (‫ ) َاموؾْغ‬artinya nasihat, terdapat pada 24
tempat, di antaranya QS. Al-Baqarah, 2: 66 [‫ْي‬ َ ‫ ] َو َم ْو ِؾ َؼ ًة ِنّلْ ُمخَّ ِل‬kecuali kata (‫) ِؾ ِض ْْي‬. QS. Al-
Hijr, 15: 91 Dibaca dengan “‫”ض‬.
Kata (‫) َػ َّل‬, artinya menjadi, terdapat pada 9 tempat, di antaranya pada An-
Nahl (58) dan Az-Zukhruuf (17) [‫ُج ُو ُم ْس َودًّا َوى َُو َن ِؼ ٌي‬ ُ ْ ‫] َػ َّل َو‬,

‫ َػل َّ ْت ُش َـ َرا ه ََؼ رل‬،‫ َو ِج ُرو ٍم َػلروا … ََكمْ ِح ْج ِر‬،‫ َػلْ ُ ّْت‬،‫( … َو َػلْ َت‬56)
Dan juga pada bentuk-bentuk berikut: Kata (‫ـت‬ ْ َّ ‫ ) َػـل‬pada QS. Thaaha (97)
[‫ت ؿَل َ َْ ِو ؿَا ِن ًفا‬
َ ْ‫] َػل‬. Kata (‫ ) َػلْـ ُذـ ْم‬pada QS. Al-Waaqi’ah (65) [‫ُون‬ َ ‫]فَ َؼلْ ُ ّْت ث َ َفكَّي‬. Dan pada QS. Ar-
Ruum (51)dengan bentuk (‫ون‬ َ ‫ ]م َّ َؼلروا ِمن ت َ ْـ ِد ِه ٍَ ْك ُف ُر‬juga pada QS. Al-Hijr (14) [‫ون‬ َ ‫]فَ َؼلروا ِفِ ِو ً َ ْـ ُر ُح‬.
Dan dengan bentuk (‫ ) َػلَّت‬pada QS. Asy-Syu’ara (4) [‫ْي‬ َ ‫ ]فَ َؼل َّ ْت َب ْؾ َااكُيُ ْم مَيَا خ َِاض ِـ‬dan bentuk
(‫ )ه ََؼ رل‬pada ayat (71) [ ‫ْي‬ َ ‫]فَنَ َؼ رل مَيَا ؿَا ِن ِف‬

‫ َو َ َِجَ َؽ اماَّ َؼ ِر‬،‫ َم ْح ُؼ ًورا َم َؽ امْ ُم ْح َخ ِؼ ِر … َو ُن ْا َت فَ ًّؼا‬،‫( …ً َ ْؼلَلْ َن‬57)


Dan dengan bentuk (‫ػن‬ َ ْ‫ )ً َ ْؼلَل‬pada QS. Asy-Syuura (33) [‫]فََِ ْؼلَلْ َن َر َوا ِندَ ؿَ ََّل َػيْ ِر ِه‬
Kata (‫ )امْ َح ْؼر‬artinya terhalang, terdapat pada satu tempat, yakni QS. Al-Isra,
17:20 [‫ورا‬ ً ‫] َو َما ََك َن َؾ َعا ُء َ ِرت ّ َم َم ْح ُؼ‬. Kata (‫)اَم ُ ْحخَ ِؼ ِر‬, artinya pohon dan duri-duri kering yang
dijadikan kandang binatang, terdapat pada satu tempat, yakni QS. Al-Qamar (31)
[‫]فَ ََكهُوا َني َِش ِي امْ ُم ْحخَ ِؼ ِر‬. Kata [‫ت فَ ًّؼا‬ َ ‫ ] ُن ْا‬terdapat pada Ali ‘Imran (159) [‫] َوم َ ْو ُن ْا َت فَ ًّؼا غَ ِلَغَ امْ َللْ ِة‬.
Dan seluruh kata (‫ )اماَّ َؼ ِر‬yang artinya menyaksikan, terdapat pada 86 tempat, di
antaranya QS. Al-Baqarah, 2:50 [‫ون‬ َ ‫] َو َب ْغ َر ْكنَا ب َل ِف ْر َؾ ْو َن َو َب ُ ْهّت ث َُاؼ ُر‬

Matan Al Jazariy|Daurah Mudarrisah 14


َ ِ َ‫ْض ْه … َوامْغَ َْغُ َل َّامر ْؿدُ َوىُو ٌد ك‬
‫اِص ْه‬ َ ِ َ‫ َو ُب َوَل َن‬،‫ ى َْل‬،‫( …ا َّل ت َِوًْ ٌل‬58)
Kecuali pada: “Waylun” (QS. Al-Muthaffifiin) [‫َْض َت اماَّ ِـ ْي‬
ّ
َ ْ ‫]ه‬,“Hal” (QS. Al-
Insaan)[‫ورا‬ ً ‫ُس‬ُ ُ ‫َْض ًت َو‬
َ ْ ‫اه ه‬ْ ُ َّ‫] َومَل‬. Dan awal pada kata (‫ْض ٌت‬
َ ِ َّ‫ )َن‬dalam QS. Al-Qiyaamah [ ‫ُو ُحو ٌه ً َ ْو َم ِئ ٍذ‬
‫ْض ٌت ا ََل َر ِ ّ َِبا َنَ ِػ َر ٌت‬
َ ِ َّ‫]َن‬, semuanya dibaca dengan “‫”ض‬.
ّ
Kata (‫غ‬ ُ ‫ )امْغَ ِْػ‬artinya marah/ dengki, terdapat pada 11 tempat, salah satunya
QS. Ali ‘Imran, 3:119 [‫ُّك الاَنمل ِم َن امغَغ‬ ُ ُ َْ َ ‫ ] َؾضر و ْا ؿَل‬selain pada: QS. Ar-Ra’du (8) [ ‫َو َما ث َ ِغ َُظ‬
‫ ] ْ َال ْر َحا ُم‬dan QS. Huud (44) [‫] َو ِغ ََظ امْ َما ُء‬. Maka keduanya dibaca dengan “‫”ض‬.

‫امع َـا ِم … َو ِي ضَ ِاْيٍ امْ ِخ ََ ُف َسا ِمي‬


َّ ‫( َوامْ َحغر َل امْ َح رظ ؿَ ََّل‬59)
Dan semua al-hazhzhu (‫غ‬ ‫ )امْ َحػ ر‬yang artinya balasan, terdapat pada 7 tempat,
salah satunya QS. Ali ‘Imraan, 3: 176 [‫اّلِل َب َّل َ َْج َـ َل مَيُ ْم َح ًّؼا ِي ْال ٓ ِت َر ِت‬
ُ َّ ُ‫]ٍُ ِرًد‬. Semuanya dengan
Zha kecuali jika disandingkan dengan (‫)ب َّمع َـا ِم‬, yakni pada kalimat berikut: [ ‫ون‬ َ ‫َو َل ََتَاضر‬
ِ‫ ]ؿَ ََّل َظ َـا ِم امْ ِم ْس ِكْي‬QS. Al-Fajr ayat 18, Al-Haaqqah 34, dan Al-Maa’uun 3, semuanya
dengan ‫ض‬.
Dan pada kata (‫ )تِضَ ِنـ ِْ ٍػن‬pada QS. At-Takwir terjadi perbedaan pendapat di
antara para Qurra’ (ahli tajwid), apakah dengan Dhad atau Zha

َّ ‫ ً َ َـ رظ‬، َ‫ … َبهْلَ َظ َػي َْرك‬:‫ َوا ْن ث َََكَ َِا امْ َح ََ ُان َل ِز ُم‬... (60)
‫امؼا ِم ُم‬
Dan jika keduanya (‫ ض‬dan ‫ )ظ‬bertemu, maka ّ wajib membaca keduanya
dengan jelas (izhhar), seperti: ( َ‫ ) َبهْلَ َظ َػي َْرك‬dan (‫امؼا ِم ُم‬
َّ ‫)ً َ َـ رظ‬

‫ّتو … َو َض ِّف ىَا ِحدَا ُىي ُْم ؿَلَْيْ ِ ُمو‬


ُ ُ ْ‫ َواضْ ُع َّر َم ْؽ َو َؾ ْؼ َت َم ْؽ َبفَض‬... (61)
Begitu juga wajib dibaca dengan jelas) pada pertemuan ‫ ض‬dan ‫ ط‬seperti:
kata (‫) َواضْ ُع َّػر‬. ‫ ظ‬dengan ‫ ت‬seperti: (‫ ) َو َؾ ْؼ َت‬dan ‫ ض‬dengan ‫ ت‬seperti: (‫) َبفَضْ ـ ُذ ُـم‬. Dan
perjelas juga huruf ‫ ي‬seperti pada lafadz (‫ ) حِ َداىُػيُـم‬dan (‫)ؿَلَـ ِْػي ُِـم‬.

Matan Al Jazariy|Daurah Mudarrisah 15


HUKUM NUN DAN MIM BERTASYDID SERTA HUKUM MIM
SUKUN

‫ َو َب ْت ِف َ ْْي‬،‫ُون َو ِم ْن … ِم ٍي ا َذا َما ُش ِّددَا‬


ٍ ‫و َب ْػيِ ِر ْام ُغاَّ َة ِم ْن ه‬... (62)
ّ
Dan jelaskanlah sifat ghunnah yang ada pada huruf Nun dan Mim saat
keduanya bertasydid, karena pada saat keduanya berada pada posisi tasydid,
maka mereka berada pada tingkatan ghunnah yang paling sempurna. Lalu,
samarkanlah (ikhfa-kan).

‫امْ ِم َي ا ْن ج َ ْس ُك ْن ِت ُغاَّ ٍة َ َدلى … ََب ٍء ؿَ ََّل امْ ُمخْ خَ ِار ِم ْن َبى ِْل ْا َلدَا‬... (63)
Huruf Mim yang sukun disertai ghunnah saat berhadapan dengan huruf Ba,
ّ
menurut pendapat yang terpilih di kalangan para Ulama Ahli Qiraah.

‫ َو َب ْػي َِرَّنْ َا ِؾ ْادَ ََب ِِق ْا َل ْح ُر ِف … َوا ْح َذ ْر َ َدلى َوا ٍو َوفَا بَ ْن َ َْتخَ ِفي‬... (64)
Kemudian jelaskanlah Mim sukun saat berhadapan dengan sisa hurufnya
(selain Ba dan Mim), serta berhati-hatilah jangan sampai menyamarkan suara
Mim sukun saat berhadapan dengan Wawu dan Fa karena dekat dan kesamaan
makhrajnya.

Matan Al Jazariy|Daurah Mudarrisah 16


HUKUM NUN SUKUN DAN TANWIN

‫ ا ْت َفا‬،‫ َوكَلْ ٌة‬،‫ ِنا ْدغَا ٌم‬،‫ … ا ْػي ٌَار‬:‫ُون ًُلْ َفى‬
ٍ ‫( … َو ُح ْ ُُّك ثَ ْا ِو ٍٍن َوه‬65)
ّ ّ
Dan hukum Tanwin dan Nun sukun itu ada empat, yakni izh-har (dibaca
jelas huruf Nun-nya), idgham (huruf Nun melebur ke huruf setelahnya), qalb
(huruf Nun berubah ke huruf Mim), dan ikhfa (huruf Nun disamarkan dan lidah
sudah bersiap-siap mengucapkan huruf setelahnya).

‫ َواد ِ َِّْغ … ِي َّامَ ِم َو َّامرا َل ِت ُغاَّ ٍة مَ ِز ْم‬،‫( … فَ ِـ ْادَ َح ْر ِف امْ َحلْ ِق َب ْػي ِْر‬66)
Dan bila Nun sukun bertemu dengan huruf-huruf halq, yakni huruf-huruf
yang keluar dari makhraj al-halq (‫ء‬, ‫ي‬, ‫ع‬, ‫ح‬, ‫غ‬, dan ‫)خ‬, maka jelaskanlah huruf Nun-
nya. Lalu idgham-kanlah bila Nun sukun bertemu dengan huruf ‫ ل‬dan ‫ر‬, yakni
suara huruf Nun dianggap tidak ada dan langsung dibaca huruf ‫ ل‬dan ‫ ر‬dengan
bertasydid serta wajib tanpa menyisakan ghunnah saat membacanya. Ini
merupakan bacaan pada riwayat Imam Hafsh jalur Syathibiyyah.

‫ ًُو ِم ُن … ا َّل ِج ِ ْك َم ٍة نَدُ هْ ََا َؾ ْا َوه ُو‬:‫( … َو َبد ِ َِْغ ْن ِت ُغاَّ ٍة ِي‬67)
ّ
Dan idgham-kanlah huruf Nun sukun dengan disertai sifat ghunnah saat
membacanya bila bertemu dengan huruf “ ُ‫ُومه‬ ِ ‫ي( ”ي‬, ‫و‬, ‫م‬, dan ‫)ن‬. Kecuali bila
pertemuan kedua huruf tersebut berada pada satu kata, seperti kata “ ‫ ”دُو َيا‬dan
yang semisalnya, sepert “‫ان‬ َ ِ‫”ق‬, “‫ان‬
ٌ ‫ىو‬ ٌ ‫ىو‬ ِ ”, dan “‫”تُى َٰيَ ٌه‬. Semuanya mesti dibaca dengan
َ ‫ص‬
jelas (disebut dengan istilah izh-har muthlaq).

ِ ‫ َن َذا … ِل ْت َفا َ َدلى ََب ِِق امْ ُح ُر‬،‫( … َوامْلَلْ ُة ِؾ ْادَ امْ َحا ِت ُغاَّ ٍة‬68)
‫وف ُب ِخ َذا‬
Dan ubahlah huruf Nun menjadi huruf Mim (Qalb) saat bertemu dengan
huruf ‫ ب‬disertai ghunnah saat membacanya. Lalu ikhfa-kan (samarkanlah) huruf
Nun saat bertemu dengan sisa huruf selain izh-har, idgham, dan qalb.

Matan Al Jazariy|Daurah Mudarrisah 17


MAD DAN QASHR

ٌ ْ َ‫ َوى َْو َوك‬،‫( …وامْ َم رد َل ِز ٌم َو َو ِاح ٌة َب َى … َو َخائِ ٌز‬69)


‫ص زَخَذَا‬
Dan hukum mad itu lazim (mesti dipanjangkan hingga enam harakat),
wajib (harus dipanjangkan lebih dari dua harakat), dan jaiz (boleh dipanjangkan
lebih dari dua harakat, boleh dibaca dua harakat saja). Hukum mad (membaca
lebih dari dua harakat) dan qashr (membacanya hanya dua harakat saja) itu
keduanya ada di dalam Al-Quran.

ْ‫ ا ْن َخ َاء ت َ ْـدَ َح ْر ِف َمدْ … َسا ِن ُن َحامَ ْ ِْي َو َِب رمعولِ ًُ َمد‬:‫( … فَ ََ ِز ٌم‬70)
Mad lazim terjadi bila setelah huruf mad (Alif, Ya mad, dan Wawu mad)
ّ
terdapat sukun asli, baik di tengah kalimat (dibaca washal) ataupun di akhir
kalimat (dibaca waqaf). Cara membacanya adalah memanjangkan mad dengan
thuul (enam harakat).

‫ ا ْٕن َخ َاء كَ ْد َل َ َْه َز ِت … ُمذَّ ِط ًَ ا ْن ُ َِج َـا ِج ِ ْك َم ِة‬:‫( … َو َو ِاح ٌة‬71)


Mad
ّ
wajib yaitu apabila huruf mad berada sebelum Hamzah,
dimana
Hamzah tersebut berada pada satu kata dengan huruf mad. Maka mad mesti
dipanjangkan lebih dari dua harakat.

ََ ‫ون َو ْك ًفا ُم ْس َج‬ ‫ ّا َذا َب َى ُمنْ َف ِط ََ … َب ْو َؾ َر َض ر‬:‫( … َو َخائِ ٌز‬72)


ُ ‫امس ُك‬
Mad jaiz yaitu apabila ada Hamzah setelah huruf mad, dimana Hamzah
tersebut berada pada kata yang berbeda (terpisah) dengan huruf mad. Juga mad
dihukumi jaiz apabila setelah huruf mad terdapat sukun ‘aridh di akhir kalimat,
yakni huruf hidup yang disukunkan. Maka, mad boleh dipanjangkan lebih dari
dua harakat.

Matan Al Jazariy|Daurah Mudarrisah 18


WAQAF DAN IBTIDA’

ِ ‫وف … َلتُ َّد ِم ْن َم ْـ ِرفَ ِة امْ ُو ُك‬


‫وف‬ ِ ‫( … َوت َ ْـدَ َ َْت ِوً ِدكَ ِنلْ ُح ُر‬73)
Dan setelah engkau memahami kaidah-kaidah dan praktik dalam tajwidul
huruf (bab makhraj sampai mad). Maka selanjutnya engkau mesti memahami
kaidah-kaidah waqaf (tata cara berhenti) dalam membaca Al-Quran, karena
kesempurnaan membaca Al-Quran adalah “tajwiidul huruuf wa ma’rifatul
wuquuf”.

‫ َتَ ٌم َو ََك ٍف َو َح َس ْن‬:‫ْه ثُ ْل َس ُم ا َذ ْن … زَ ََزَ ًة‬


َ ْ ‫ َو‬،‫( … َوا ْل ِت ِخدَ ا ِء‬74)
ّ
Dan juga memahami tata cara ibtida` (memulai bacaan) dalam membaca
Al-Quran. Hukum waqaf dan ibtida terbagi menjadi tiga: taam (sempurna), kaaf
(cukup), dan hasan (baik).

‫ْه ِم َما َ ََّت فَا ْٕن م َّ ْم ًُو َخ ِد … ثَ َـل رقٌ َب ْو ََك َن َم ْـ ًن فَاتْخَ ِدى‬
َ ْ ‫( … َو‬75)
Dan apabila engkau berhenti pada kata yang susunan kalimatnya telah
sempurna. Baik itu: tidak ada hubungan lafazh dan makna dengan kata
setelahnya atau terdapat hubungan makna dengan kata setelahnya namun tidak
terdapat hubungan lafazh, maka mulailah bacaan (ibtida`) dari kata setelahnya.

‫ فَامْ َح َس ْن‬،‫ فَا ْمنَ َـ ْن … ا َّل ُر ُؤ َس ْالٓىِ َح ِّو ْز‬:‫ َومَ ْفؼ ًا‬،‫ فَا ْم ََك َِّف‬،‫( …فَامخَّا ُم‬76)
ّ
Berhenti pada kata yang tidak memiliki hubungan lafazh dan makna
dengan kata setelahnya disebut waqaf taam. Sedangkan berhenti pada kata yang
memiliki hubungan makna namun tidak memiliki hubungan lafazh dengan kata
setelahnya disebut waqaf kaaf.
Adapun bila engkau berhenti pada kata yang memiliki hubungan lafazh dan
makna, maka janganlah engkau ibtida` pada kata setelahnya. Kecuali bila engkau
berhenti di akhir ayat, walaupun masih memiliki hubungan lafazh dan makna
dengan ayat setelahnya, namun engkau boleh langsung ibtida` pada awal ayat,
tanpa mengulangi kata yang ada pada akhir ayat sebelumnya. Karena berhenti
pada setiap akhir ayat merupakan kebaikan (waqaf hasan).

‫( … َوغَ ْ ُي َما َ ََّت كَد ٌَِح َو َ ُل … َاموكَ ُف ُمضْ ُع ًّرا َوًُ ْحدَ ا كَ ْد َ ُِل‬77)
Apabila engkau berhenti pada kata yang belum sempurna lafazh atau
maknanya dengan sengaja, maka itu adalah waqaf qabih, yakni cara berhenti yang
buruk. Kecuali bila berhenti karena darurat, seperti kehabisan nafas atau bersin,
maka hal tersebut diperbolehkan. Lalu, engkau memilih beberapa kata
sebelumnya untuk ibtida` agar tidak merusak makna, sehingga maksud dan
tujuan ayat tersebut tercapai.

Matan Al Jazariy|Daurah Mudarrisah 19


‫( … َومَ َُس ِي امْ ُل ْرب ٓ ِن ِم ْن َو ْك ٍف َو َح ْة … َو َل َح َرا ٌم غَ ْ َي َم َ ُال َسخَ ْة‬78)
Dan permasalahan waqaf dan ibtida’ dalam Al-Quran ini tidak ada yang
hukumnya wajib atau haram selama tidak ada sebabnya. Bila ada sebab
sebagaimana yang telah dijelaskan, yakni berkaitan dengan hubungan lafazh dan
makna, lalu mengakibatkan makna ayat berubah, maka hukumnya bisa jatuh
menjadi makruh, haram, atau bahkan kufur.

Matan Al Jazariy|Daurah Mudarrisah 20


AL MAQTHU’ WAL MAWSHUL

‫( … َوا ْؾ ِر ْف ِم َم ْل ُعو ٍع َو َم ْو ُضولٍ َوَتَ … ِي ُم ْط َح ِف ْال َما ِم ِفيَا كَدْ َب َى‬79)


ّ
Dan ketahuilah permasalahan maqthu’ (dua kata yang ditulis terpisah) dan
maushul (dua kata yang ditulis bersambung), serta permasalahan penulisan
huruf Ta, apakah ditulis dengan Ta marbuthah atau ditulis dengan Ta maftuhah
pada mushaf Imam (Utsmani). Karena pengetahuan terhadap penulisan ini erat
kaitannya dengan persoalan waqaf dan ibtida`. Khususnya saat waqaf dan ibtida`
yang darurat atau waqaf dan ibtida` ikhtibariy (sebagai bentuk ujian dan
pengajaran).

‫ َب ْن َّل … َم ْؽ َملْ َجبَ َو َل ا َ َل ا َّل‬:‫اث‬


ٍ ‫ُّش َ ُِك َم‬
ِ ْ ‫( …فَا ْك َع ْؽ ت َـ‬80)
Pisahkan
ّ ّ
pada sepuluh kalimat penulisan (‫ ) ٔبن‬dan (‫)ل‬, yakni saat
berhadapan dengan “َ‫( ” َملْ َجب‬At-Taubah 118), “‫( ” َو َل ا َ َل‬Huud 14),
ّ
ِ ْ ُ ‫ ج‬،‫ُُّش ْن َن‬
‫ ثَ ْـلُوا ؿَ ََّل‬،‫ ًَدْ ُخلَ ْن‬، ْ‫ُّشك‬ ِ ْ ٌ … ‫ َل‬،‫ َث ِِن ىُو َد‬،‫( … َوثَ ْـ ُحدُ وا ََي ِس َْي‬81)
Juga bila (‫ ) ٔبن‬dan (‫ )ل‬berhadapan dengan “‫ ”ث َ ْـ ُحدُ وا‬pada surat Yasin (ayat 61) &
Hud (ayat 16), “‫ُُّش ْن َن‬ ِ ْ ٌ ‫( ” َل‬Mumtahanah 11), “ ْ‫ُّشك‬
ِ ْ ُ ‫( ”ج‬Al-Hajj 16), “yadkhulan” (Al-
Qalam 14), “‫( ”ث َ ْـلُوا ؿَ ََّل‬Ad-Dukhaan 19),

َ ‫ … َِب َّمر ْؿ ِد َوامْ َم ْف ُذ‬:‫ َل َبكُو َل ان َّما‬،‫( … َب ْن َّل ً َ ُلومُوا‬82)


‫وخ ِض ْل َو َؾن َّما‬
ّ
Juga bila (‫ ) ٔبن‬dan (‫ )ل‬berhadapan “‫( ” َّل ً ُلومُوا‬Al-A’raaf 169) dan “‫( ” َل َبكُو َل‬Al-
َ
A’raaf 115). Dan pisahkan juga kata (‫ )إن‬dan (‫ )ما‬pada surat Ar-Ra’du (ayat 41),
dan bila difathahkan Hamzahnya maka sambungkanlah, yakni kata (‫ ) ٔبم‬dan (‫)ما‬.
Dan juga pisahkanlah kata (‫ )ؾن‬dan (‫)ما‬

‫( …َّنُ ُوا ا ْك َع ُـوا ِمن َّما ِج ُرو ٍم َوام ِن ّ َسا … ُخلْ ُف امْ ُماَا ِف ِل َْي بَم َّم ْن َب َّس َسا‬83)
Sebelum kata “‫( ”َّنُ ُوا‬Al-A’raaf 166). Dan pisahkanlah (‫ )من‬dan (‫ )ما‬pada QS.
Ar-Ruum (28) & An-Nisaa (25). Sedangkan pada QS. Al-Munafiqun 10 para Ulama
berbeda pendapat apakah penulisan (‫ )من‬dan (‫ )ما‬disambung atau dipisah. Dan
pisahkanlah (‫ ) ٔبم‬dan (‫ )من‬sebelum “‫( ” َب َّس َسا‬QS. At-Taubah 109),

َ ‫ َو ِذتْ ٍح َح ِْ ُر َما … َو َبن م َّ ِم امْ َم ْف ُذ‬،‫ ام ِن ّ َسا‬،‫( …فُ ّ ِطلَ ِت‬84)


ُ ْ ‫وخ َن‬
:‫س ا َّن َما‬
ّ
Juga pisahkanlah (‫ ) ٔبم‬dan (‫ )من‬pada surat Fushshilat 40, An-Nisa 109, dan
surat yang menceritakan penyembelihan (dzibhin), yakni QS. Ash-Shaaffat 11.
Dan pisahkan juga (‫ )حِر‬dan (‫ )ما‬pada semua tempat di dalam Al-Quran, dengan
kesepakatan para Ulama. Juga pisahkanlah (‫ ) ٔبن‬dan (‫ )مل‬pada semua tempat di
dalam Al-Quran, dengan kesepakatan para Ulama.

Matan Al Jazariy|Daurah Mudarrisah 21


Dan pisahkanlah (‫ )إن‬dan (‫ )ما‬pada

‫ُون َم َـا … َو ُخلْ ُف َالهْفَالِ َو َ ْْن ٍل َوكَ َـا‬ َ ‫( …ا َلهْ َـا َم َوامْ َم ْف ُذ‬85)
َ ‫ ًَدْ ؾ‬:‫وخ‬
Surat Al-An’aam 134, dan terjadi perbedaan pendapat pada Surat An-Nahl.
Dan pisahkanlah (‫ ) ٔب ّن‬dan (‫ )ما‬pada sebelum kata “‫ُون‬
َ ‫( ”ًَدْ ؾ‬QS. Al-Hajj 62 &
Luqman 30). Serta terjadi perbedaan pendapat pada Surat Al-Anfaal (28 & 41),
dimana dalam riwayat dari Imam Hafsh disambung.

‫ َو َامو ْض َل ِض ْف‬،‫ َوا ْت ُذ ِل ْف … ُر ردوا َن َذا كُ ْل ِتئْ َس َما‬،‫ك َما َسبَم ُخ ُمو ُه‬
ِّ ُ :‫( … َو‬86)
Dan pisahkanlah (‫ )ك‬dan (‫ )ما‬pada sebelum kata “‫( ” َسبَم ُخ ُمو ُه‬QS. Ibrahim 34).
Serta terjadi perbedaan pendapat pada sebelum kata “‫( ” ُر ردوا‬QS. An-Nisaa 91),
dimana dalam riwayat Hafs dipisah penulisannya.
Juga (terjadi perbedaan pendapat) pada penulisan (‫ )ئب‬dan (‫ ) َصـَا‬pada ‫ئسم‬
َ ‫كُ ْل ِت‬
(Al-Baqarah 93) dan sambungkan (‫ )ئب‬dan (‫) َصـَا‬

‫ ً َ ْحلُو َم َـا‬،‫ ْاش َتَ َ ْت‬،‫ َبفَضْ ُ ُّت‬،‫وح‬


ِ ‫ … ُب‬:‫( … َخلَ ْف ُذ ُم ِو ِِن َو ْاش َ ََت ْوا ِي َما ْك َع َـا‬87)
Sebelum “‫( ” َخل َ ْف ُذ ُم ِوىن‬Al-A’raaf 151) dan “‫( ” َو ْاش َ ََت ْوا‬Al-Baqarah 90). Lalu
pisahkanlah (‫ )ي‬dan (‫ )ما‬sebelum “‫وح‬ ِ ‫( ” ُب‬Al-An’aam 145), “‫( ” َبفَضْ ُ ُّت‬An- Nuur 14),
“‫( ” ْاش َتَ َ ْت‬Al-Anbiya 111), setelah “‫( ” ِم ََ ْحلُ َو ُُك‬Al-Maaidah 48 & Al- An’aam 165), dan
juga…

ََ ‫ َوغَ ْ َي ِذي ِض‬،‫ ُش َـ َرا‬،‫ ِ َّلَك … ث ْ َِْنً ُل‬،‫ ُرو ٌم‬،‫ َوكَ َـ ْت‬،‫( … َث ِِن فَ َـلْ َن‬88)
Sebelum “‫ ”فَ َـلْ َن‬yang kedua (Al-Baqarah 240), Al-Waqiah (61), Ruum (28),
dua tempat pada ‫( ث ْ َِْنًل‬Az-Zumar 3 & 46), dan Syu’ara (146). Sedangkan selainnya
disambungkan.

‫امش َـ َرا ْ َال ْح َز ِاة َوام ِن ّ َسا ُو ِض ْف‬


‫( … فَبًَْاَ َما ََكماَّ ْح ِل ِض ْل َو ُمخْ َخ ِل ْف … ِي ر‬89)
Dan sambungkanlah (‫ ) ٔبٍن‬dan (‫ )ما‬pada (‫ فَبًَْاَ َما‬Al-Baqarah 115) & An-Nahl
(76), dan para Ulama berbeda pendapat apakah penulisannya disambung atau
dipisah pada Asy-Syu’ara (91), Al-Ahzaab (61), & An-Nisaa (78).

‫( … َو ِض ْل فَام َّ ْم ىُو َد َبم َّ ْن َّ َّْن َـ ََ … َ َّْن َم َؽ َن َْ ََ َ َْت َ هزُوا ثَبِ َس ْوا ؿَ ََّل‬90)
Dansambungkanlah (‫ )إن‬dan (‫ )مل‬pada (‫ ) فَامَّـم‬Surat Huud (14). Juga
ّ
ّ
َ ‫( ” َّ َّْن َـ‬Al-Kahfi 48) & “‫( ” َ َّْن َم َؽ‬Al-
sambungkanlah (‫ ) ٔبن‬dan (‫ )من‬sebelum kata “َ
Qiyaamah 3).
Dan sambungkanlah (‫ )يك‬dan (‫ )ل‬sebelum kata “‫( ” َ َْت َ هزُوا‬Aali Imran 154) & “ ‫ثَبِ َس ْوا‬
‫( ”ؿَ ََّل‬Al-Hadid 23),

Matan Al Jazariy|Daurah Mudarrisah 22


‫ ؿَلَ َْ َم َح َر ٌح َوكَ ْع ُـي ُْم … َؾن َّمن ٌَشَ ا ُء َمن ث ََو ََّل ً َ ْو َم ُ ْه‬،‫( … َح رج‬91)
Juga pada surat Al-Hajj (5), dan sebelum “‫( ”ؿَل َ َْ َم َح َر ٌح‬Al-Ahzab 50).
Dan pisahkanlah (‫ )ؾن‬dan (‫ )من‬sebelum kata “‫( ”ٌَشَ ا ُء‬An-Nuur 43) & pada “ ‫َمن‬
‫( ”ث ََو ََّل‬An-Najm 29). Dan juga pisahkanlah kata (‫ )ًوم‬dan (‫)ه‬.

ََ ‫( …و َمالِ ى ََذا َو َّ ِاّل ٍَن َى َٰػ ُؤ َل … َ َِت َْي ِي ْال َما ِم ِض ْل َو ُو ِ ّى‬92)
ّ
Dan pisahkanlah (‫ ) َمــال‬dengan kata setelahnya bila kata tersebut “‫( ” َى َذا‬Al-
َ ‫( ” َّاّل‬Al-Ma’arij 36), dan “‫( ” َى َٰػ ُؤ َل‬An-Nisaa 78).
Kahfi 49 & Al-Furqan 7), “‫ٍن‬
Dan kata (‫ )لث‬dan (‫ )حْي‬dalam (mushaf) Imam terdapat keraguan apakah
disambungan (atau dipisahkan). Adapun pendapat terpilih dalam riwayat Imam
Hafsh: dipisahkan.

ْ ُ ُ‫ُوه َو ََكم‬
‫ َل ثَ ْف ِط ِل‬،‫ َو ََي‬،‫ َوىَا‬،‫ ا ْل‬:‫وه ِض ِل … نَ َذا ِم َن‬ ُ ُ ‫( … َو َو َهز‬93)
Dan sambungkanlah kata (‫ ) َو َزهُػوا‬dan (‫) ُىـم‬, juga sambungkan kata (‫ ) َنـامُػو‬dan
(‫)ى ُـ ْم‬. Cara menyambungkannya adalah dengan menghilangkan Alif setelah Wawu
jamak.
Begitu pula jangan pernah pisahkan penulisan (‫ ال‬ta’rif) dengan kata
setelahnya (baik itu Qamariyyah atau Syamsiyyah). Sama halnya dengan ( ‫ ًَـا‬nida)
dan (‫ ىـا‬tanbih) dengan kata setelahnya

Matan Al Jazariy|Daurah Mudarrisah 23


HURUF TA

‫( … َو َر ْ َْح ُت رامزت ُْر ِف َِبمخَّا َزجَ َر ْه … َالؾ َْر ِاف ُرو ٍم ىُو ٍد ََك ِف امْ َحلَ َر ْه‬94)
Dan kata “‫َت‬َ ‫ ” َر ْْح‬pada QS. Az-Zukhruuf (32) ditulis dengan Ta Maftuhah.
Begitu juga pada QS. Al-A’raaf (56), Ruum (51), Huud (73), Kaaf (Maryam: 1), dan
Al-Baqarah (218).

ٌ ‫ َب ِخ َي‬:‫( … ِه ْـ َمَتُ َا زَ ََ ُج َ ْْن ٍل ا ْج َر َ ْه … َم ًـا‬95)


‫ َ ْه‬:‫اث ُؾ ُلو ُد امث َِّان‬
ّ
Juga kata “‫ ” ِهـم َت‬padanya (Al-Baqarah 231) ditulis dengan Ta maftuhah, tiga
َْ
pada An-Nahl (71, 83, 114), dua pada akhir Ibrahim (18 & 34), pada ‘Uqud (Al-
Maaidah 11) sebelum kata “‫ ” َ ْه‬yang kedua, sedangkan sebelum “‫ ” َ ْه‬yang pertama
ditulis dengan Ta marbuthah.

‫ ِبِ َا َوامار ِور‬:‫ ََك رمع ِور … َ ُِع َر َان مَ ْـاَ َت‬،‫ ُ َُّث فَا ِظ ٌر‬،‫( … مُ ْل َم ُان‬96)
Juga kata “‫ ” ِه ْـ َم َت‬pada Luqman (31) ditulis dengan Ta maftuhah, kemudian
Faathir (3), juga Ath-Thuur (29), dan Aali ‘Imraan (113). Kemudian kata ‫م َ ْـ َا َت‬
padanya (Aali ‘Imraan (61)) ditulis dengan Ta maftuhah juga pada An-Nuur (7).

‫ ِتلَدْ َ ِص ْؽ ُ َْخ ْص‬:‫ ًُ ُوس َف ِ ُْع َر َان امْلَ َط ْص … َ َْت ِر ُي َم ْـ ِطَُ ْت‬:‫( … َوا ْم َر َب ٌث‬97)
Dan kata “‫ ” ِا ْم َر َب َث‬pada QS. Yuusuf (31 & 51), Aali ‘Imraan (35), Al-Qashash
(9), dan At-Tahriim (10 & 11) ditulis dengan Ta maftuhah. Begitu pun kata “‫” َم ْـ ِطَُت‬
yang terdapat pada Qad Sami’ (Al-Mujaadalah (8 & 9).

‫ فَا ِظ ِر … ُ ًّّلَك َو َالهْفَالِ َو َح ْر َف غَاف ِر‬:‫ ادلر ِخ ِان ُسن َّ ْت‬:‫( … ََش ََر َث‬98)
Kata “‫ ” ََش ََر َث‬pada QS. Ad-Dukhaan (43 & 44) ditulis dengan Ta maftuhah.
Bagitu pun kata “‫ ” ُسن َّ َت‬pada QS. Faathir (43), dan Al-Anfaal (38) serta Ghaafir (85).

‫ َو َ ُِك َم ْت‬،‫ َواتْن َ ْت‬،‫ ت َ ِلَِّ ْت‬،‫ ِي َوكَ َـ ْت … ِف ْع َر ْث‬:‫( …كُ َّر ُث ؿَ ْ ٍْي َحن َّ ٌت‬99)
Kata “‫ ”كُ َّر ُث‬bila bersandingan dengan ‘ain (QS. Al-Qashash 9), kata “‫”ح ََه َّت‬
pada surat Al-Waaqi’ah (89), kata “‫ ” ِف ْع َرث‬pada Ar-Ruum 31, “‫ ”ت َ ِلَِّ ْت‬pada Huud 86,
dan “‫ ” ِاتْن َ ْت‬pada At-Tahriim 11 dan kata “‫…” َ ُِك َم ْت‬

‫ َِبمخَّا ِء ُؾ ِر ْف‬:‫ك َما ا ْت ُذ ِل ْف … َ َْج ًـا َوفَ ْر ًدا ِفِ ِو‬


‫( … َب ْو َسطَ ا َلؾ َْر ِاف َو ُ ر‬100)
Pada pertengahan Al-A’raaf (137). Serta semua kata yang diperselisihkan
oleh para Ulama Qurra mengenai mufrad atau jamaknya, maka ditulis dengan Ta’
Maftuhah.

Matan Al Jazariy|Daurah Mudarrisah 24


HAMZAH WASHAL

‫( … َواتْدَ ُب ِبِ َ ْم ِز امْ َو ْض ِل ِم ْن ِف ْـ ٍل تِضَ ْ ّم … ا ْٕن ََك َن َث ِم ٌر ِم َن امْ ِف ْـ ِل ًُضَ ْ ّم‬101)


Dan bacalah Hamzah washal pada fi’il (kata kerja) dengan dhammah, Bila
huruf ketiga pada fi’il tersebut berharakat dhammah.

:‫سىَا َو َِّف‬ ِ ْ ‫س ُه َحا َل ْام َك‬


َ ْ َ‫س َوامْ َف ْذ ِح َو َِّف … َال ْ َصا ِء غَ ْ َي َّامَ ِم ن‬ ْ ِ ‫( … َوا ْن‬102)
Dan bacalah Hamzah washal dengan kasrah bila huruf ketiganya
berharakat kasrah atau fathah.
Juga bacalah Hamzah washal dengan kasrah apabila berada pada awal kata
benda yang tidak didahului Lam ta’rif (Alif Lam), karena pada Alif Lam, Hamzah
washal selalu dibaca fathah.

ٍ ْ ‫ َو‬،‫( …ا ْج ٍن َم َؽ اتْاَ ِة ا ْم ِرى ٍء َوازْاَ ْ ِْي … َوا ْم َر َب ٍت‬103)


‫ َم َؽ ازْاَد َ ْ ِْي‬،‫اس‬
Contoh kata benda yang tidak didahului Lam ta’rif adalah ibnin, ibnati,
imriin, itsnaini, imraatin, ismin, dan itsnataini. Semua Hamzah washal yang
berada pada awal kata-kata tersebut dibaca dengan kasrah, bila kita ingin
memulai bacaan darinya.

Matan Al Jazariy|Daurah Mudarrisah 25


WAQAF PADA AKHIR KATA

‫ك امْ َح َر َن ْو … ا َّل ا َذا ُر ْم َت فَ َد ْـ ُظ َح َر َن ْو‬


ِّ ُ ‫( … َو َحا ِذ ِر امْ َو ْك َف ِج‬104)
ّ ّ
Dan berhati-hatilah jangan sampai engkau membaca huruf yang berada di
akhir kalimat saat waqaf dengan harakat yang sempurna. Kecuali bila engkau
membacanya dengan raum, yakni membaca huruf dengan sebagian harakatnya
saja, para Ulama mengatakan: sepertiga harakat. Maksudnya membaca huruf
terakhir dengan membunyikan sebagian harakatnya saja.

ّ ْ ِ ‫( …ا َّل ِت َف ْذ ٍح َب ْو ِتاَ ْط ٍة َو َب‬105)


ّ ْ َ ‫ش … ا َشا َر ًت َِبمضَّ ّ ِم ِي َرفْؽ ٍ َو‬
‫َض‬
ّ
Namun membaca dengan raum itu tidak bisa dilakukan bila harakat pada
ّ
akhir hurufnya fathah atau nashab. Jadi, raum hanya bisa dilakukan bila harakat
pada akhir hurufnya kasrah atau dhammah
Selain raum, berhenti pada akhir kalimat juga bisa dilakukan dengan cara
isymam. Yakni memberikan isyarat dengan kedua bibir sebagaimana kita
mengucapkan dhammah (memonyongkan kedua bibir tanpa suara). Dan Isymam
hanya bisa dilakukan bila harakat pada huruf terakhirnya rafa’ atau dhammah.

Matan Al Jazariy|Daurah Mudarrisah 26


KHATIMAH

‫( … َوكَدْ ثَلَ ََّّض ه َْؼ ِم َى "امْ ُملَ ِّد َم ْو" … ِم ِ ّن ِملَ ِارئِ ام ُل َرب ٓ ِن ثَ ْل ِد َم ْو‬106)
Telah tuntas nazhamku : Al-Muqaddimah. Sebagai hidangan yang aku
sajikan kepada segenap para pembaca Al-Quran.

ْ‫( … َبتْ ََاُتُ َا كَ ٌاف َو َز ٌاى ِي امْ َـدَ ْد … َم ْن ُ ُْي ِس ِن امخَّ ْج ِوًدَ ً َ ْؼ َف ْر َِب َّمر َشد‬107)
(Bait-baitnya berjumlah Qaf (seratus) dan Zay (tujuh). Siapa saja yang
membaguskan bacaan Al-Quran dengan tajwid, merekalah orang-orang yang
mendapatkan petunjuk dan keuntungan yang besar.)

‫امس ََ ُم‬ َّ ‫( … َوامْ َح ْمدُ ِ َّ ِّلِل مَيَا ِتذَا ُم … ُ َُّث‬108)


َّ ‫امط ََ ُت ت َ ْـدُ َو‬
Segala puji bagi Allaah ‫ ﷻ‬atas terselesaikannya bait-bait ini, kemudian
shalawat teriring salam,

ْ َ ‫( …ؿَ ََّل اماَّ ِ ِ ّب امْ ُم ْط َع َفى َوب ِ ِل … َو‬119)


‫َص ِح ِو وَتَ ِتؽ ِ ِمنْ َو ِ ِال‬
(Atas Nabi Muhammad Al-Mushthafa ‫ ﷺ‬dan keluarganya. Juga kepada para
Sahabatnya, serta orang-orang yang mengikuti sunnah dan manhajnya.) Aamiin.

Matan Al Jazariy|Daurah Mudarrisah 27

Anda mungkin juga menyukai