Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH FARMASETIKA II

“PIROGENITAS”

OLEH :
AYU KURNIA KEMALA SARI
1411011017

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2016
Kata Pengantar
Alhamdullilah makalah yang saya buat ini merupakan tugas dari mata kuliah farmasetika

II. Dalam makalah ini saya menjelaskan tentang pirogenitas secara umum terlebih dahulu, agar

dapat mudah memahaminya

Pada makalah ini disertakan daftar pustaka yang dapat diacu, dengan harapan kalau

pembaca memerlukan bahasan yang lebih luas dapat merujuk pada pustaka rujukan tersebut.

Mudah – mudahan makalah ini dapat bermanfaat dan masukan serta saran – saran dari

pembaca akan diterima dengan senang hati.

Penyusun
BAB 1
Pendahuluan
A. Latar Belakang

Demam merupakan regulasi panas pada suatu tingkat suhu yang lebih tinggi dan
berhubungan dengan peningkatan tolak ukur hipotalamus (Ernst Mutschler, 1991). Demam
paling sering dijumpai di Indonesia, diperkirakan angka kejadian jauh lebih tinggi,
mengingat banyaknya kejadian infeksi (Soeroso, 1989). Demam berhubungan dengan banyak
penyebab baik patologis maupun nonpatologis namun menyertai hampir semua infeksi,
terjadi dalam waktu singkat, meskipun dalam beberapa kasus dapat berlangsung lebih lama.
Bahan-bahan bakteri dan virus dapat menyebabkan demam yang disebut demam pirogen
eksogen (Ernst Mutschler, 1991); (Braunwald, et al., 2005). Suhu tubuh normal berkisar
antara 35,9-37,3ºC dengan variasi berbeda (Houssay, 1955).
Sejak zaman purbakala, demam telah dikenal sebagai tanda utama penyakit,tetapi
pengertian tentang patofisiologi demam tergolong relatif masih baru. Substansiyang dapat
menimbulkan demam disebut pirogen. Ada dua macam pirogen, yaitu pirogen endogen yang
dibentuk oleh sel-sel tubuh sebagai respons terhadap stimulusdari luar (misal: toksin), dan
pirogen eksogen yang berasal dari luar tubuh.
Pada1948, dr. Paul Beeson menemukan bahwa demam timbul karena adanya produk sel
peradangan hospes yang merupakan pirogen endogen. Belakangan ini, terbukti bahwa fagosit
mononuklear merupakan sumber utama pirogen endogen dan bahwa bermacam-macam
produk sel mononuklear dapat menjadi mediator timbulnyademam.Dewasa ini diduga bahwa
pirogen adalah suatu protein yang identik denganinterleukin-1. Di dalam hipotalamus zat ini
merangsang penglepasan asam arakidonatserta mengakibatkan peningkatan sintesis
Prostaglandin E2 yang langsung dapatmenyebabkan suatu pireks.
Dalam tekhnologi sediaan steril, keberadaan pirogen di dalam sediaan sangatlah
diharamkan karena akan membahayakan kesehatan pasien. Untuk itu perlu dipelajari hal-hal
yang berkaitan dengan pirogen agar kita memahami berbahanya pirogen bagi kesehatan.
Pada makalah ini akan di bahas mengenai pirogen dan hal-hal penting untuk mengetahui
keberadaannya serta cara-cara menghindari dan cara-cara menghilangkan pirogen.
B. Rumusan masalah

1. Apa itu pirogen ?

2. Apa sifat-sifat pirogen ?

3. Apa saja sumber-sumber pirogen ?

4. Bagaimana cara-cara pencegahan pirogen ?

5. Apa saja uji-uji untuk mengetahui adanya pirogen ?

6. Bagaimana cara menghilangkan pirogen

C. Tujuan Penulisan Makalah

1. Untuk mengetahui apa itu pyrogen,sifat pirogen dan sumber-sumber kontaminan pirogen

2. Untuk mengetahui cara-cara pencegahan, penghilangan, dan uji-uji ppirogen

D. Manfaat Penulisan Makalah

Diharapkan makalah ini dapat memberikan informasi tentang pirogen dan menambah

wawasan kita tentang bagaimana menanggulangi pirogen terutama dalam suatu sediaan

farmasi steril.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Pirogen

Pirogen adalah produk metabolisme mikroorganisme umumnya berasal dari bakteri,


kapang serta virus, yang terdiri dari lemak yang berhubungan dengan suatu molekul pembawa n
polisakarida dan peptida. Pirogen eksogen yang berasal dari luar tubuh apabila diinjeksikan
kedalam tubuh manusia atau hewan dapat menyebabkan kenaikan suhu tubuh (1,3).

Pirogen berasal dari kata pyro yang artinya keadaan yang berhubungan dengan panas,
dan kata gen yang artinya membentuk atau menghasilkan .Pirogen adalah suatu produk
mikroorganisme, terutama dari bakteri gram negatif (Teztee,2009)
Pirogen dapat masuk ke dalam suatu sediaan dalam bentuk mikroorganisme hidup atau
mati. Air/larutan/sediaan injeksi yang mengandung pirogen yang digunakan pada proses
pembuatan dapat menjadi sumber kontaminasi. Apabila pirogen masuk kedalam tubuh akan
menjadi benda asing dan sesuai dengan teori kekebalan akan terjadi respon imun antara lain
berupa demam.

Proses terjadinya demam dimulai dari terpaparnya tubuh manusia atau hewan terhadap
pirogen (benda asing) sehingga menstimulasi tubuh untuk melindungi tubuh dengan cara
membentuk kekebalan melawan benda asing (pirogen). Pirogen akan sangat berbahaya bila
cairan injeksi dalam jumlah besar, misalnya bila pirogen ini dalam larutan infus yang diberi
secara intra vena, karena tidak saja menyebabkan kenaikan suhu / demam tetapi dapat berakibat
fatal / kematian.

B. Sifat-Sifat Pirogen

Pirogen adalah senyawa dengan berat molekul tinggi yang dinyatakan sebagai
senyawa lipopolisakarida yang diproduksi oleh kira-kira 5-10% massa total bakteri. Pirogen
ini merupakan senyawa yang jika masuk ke aliran darah akan mempengaruhi suhu tubuh
dan biasanya menghasilkan demam. Pengobatan demam yang disebabkan oleh pirogen
sangat sulit dan pada beberapa kasus dapat menyebabkan kematian. Pirogen berasal dari
kelompok senyawa yang luas, meliputi endotoksin (LPS). Endotoksin adalah suatu molekul
yang berasal dari membran luar bakteri gram negatif.Organisme gram negatif membawa 3-4
juta LPS pada permukaannya yang meliputi 75% permukaan membran luar (Sudjadi,2008)
Pirogen merupakan substansi yang mampu menyebabkan demam terutama dari bakteri
gram negatif yang terdiri atas suatu senyawa kompleks lipopilisakarida. Pada saat ini
endotoksin diketahui merupakan pirogen yang paling kuat, namun kehadiran pirogen lain
dalam suatu sediaan perlu diperhitungkan; karena manusia tidak hanya respon terhadap
endotoksin tetapi juga pirogen yang lain (Suwandi. 1988)
Sifat-sifat pirogen:
1. Termostabil, sehingga hanya dapat dihilangkan dengan pemanasan pada suhu 650 derajat
C selama 1 menit
2. Larut dalam air
3. Tidak dipengaruhi oleh bakterisida biasa
4. Tidak menguap
5. Berat Molekul (BM) antara 15.000-4.000000 dan
6. Ukuran umumnya 1-50 millimikron

Secara garis besar dikelompokkan menjadi 2 golongan, yaitu pirogen endogen dan
eksogen.
1. Pirogen endogen
Pada intinya, semua pirogen endogen adalah sitokin, molekul yang merupakan bagian
dari sistem kekebalan tubuh. Mereka diproduksi oleh sel-sel kekebalan tubuh diaktifkan
dan menyebabkan peningkatan titik thermoregulatory set di hipotalamus. Pirogen
endogen utama interleukin 1 (α dan β), [20] interleukin 6 (IL-6). Pirogen endogen kecil
termasuk interleukin-8, tumor necrosis factor-β, makrofag inflamasi protein-α dan
makrofag inflamasi protein-β serta interferon-α, interferon-β, dan interferon-γ. [20]
Tumor necrosis factor-α juga bertindak sebagai pirogen a. Hal ini dimediasi oleh
interleukin 1 (IL-1) release. [21]
Faktor-faktor sitokin ini dilepaskan ke dalam sirkulasi umum, di mana mereka bermigrasi
ke organ circumventricular otak karena penyerapan lebih mudah disebabkan oleh
berkurangnya aksi filtrasi penghalang darah-otak di sana. Faktor sitokin kemudian
mengikat dengan reseptor endotel pada dinding pembuluh, atau berinteraksi dengan sel-
sel mikroglia lokal. Ketika faktor-faktor sitokin mengikat, jalur asam arakidonat
kemudian diaktifkan.
2. Pirogen Eksogen
Salah satu model untuk mekanisme demam yang disebabkan oleh pirogen eksogen
meliputi LPS, yang merupakan komponen dinding sel bakteri gram negatif. Sebuah
protein kekebalan yang disebut protein lipopolisakarida mengikat (LBP) mengikat LPS.
LBP-LPS kompleks maka berikatan dengan reseptor CD14 dari makrofag dekatnya.
Hasil ini mengikat dalam sintesis dan pelepasan berbagai faktor endogen sitokin, seperti
interleukin 1 (IL-1), interleukin 6 (IL-6), dan tumor necrosis factor-alpha. Dengan kata
lain, faktor-faktor eksogen menyebabkan pelepasan faktor endogen, yang, pada
gilirannya, mengaktifkan jalur asam arakidonat (Walter F. 2003; 1300).

C. Sumber-sumber Pirogen

Pirogen dapat masuk dalam sediaan dalam arti berupa mikroorganisme hidup/mati.
Mungkin sumber terbesar dari berbagai kontaminasi adalah air yang digunakan pada proses
pembuatn. Walaupun destilasi yang tepat akan menyediakan air bebas pirogen, kondisi
penyimpanannya harus tidak dapat dimasuki oleh mikroorganisme dan pertumbuhannya
dicegah.
Sumber potensial yang lain dari kontaminasi adalah perlengkapan. Bahan-bahan
pirogenik melekat kuat pada gelas atau permukaan lain. Residu dari larutan dalam peralatan
yang digunakan sering terjadi menjadi kultur bakteriyang terkontaminasi pirogenik.
Walaupun peralatan yang sudah dicuci dibiarkan di udara dapat mengandung nutrisi yang
nyata untuk pertumbuhan mikroorganisme karena pengeringan tidak menghancurkan
pirogen, pirogen dapat tinggal dalam peralatan selama jangka panjang. Pencucian yang baik
akan menurunkan dan pemanasan kering akan mencegah kontaminasi peralatan yang cocok
untuk digunakan bahan terlarut dapat menjadi sumber nitrogen. Bahan terlarut dapat
mengkristal/mengendap dari larutan berair yang mengandung kontaminasi pirogenik. Pada
proses ini, pirogen dapat didihalangi melalui lapisan partikel. Dalam beberapa kasus, bahan
terlarut dapat dimurnikan dengan rekristalisasi dan pencucian pengendapan atau cara lai
untuk penghilangan pirogen. Proses pembuatan harus diperhatikan sekali dansecepat
mungkin untuk meminimalkan kontaminasi. Tidak ada produk yang seharusnya disiapkan
dengan proses yang lengkap dalam satu hari kerja termasuk sterilisasi (RPS 18th : 1550).
Sumber-sumber pirogen adalah sebagai berikut :
1. Scoville’s : 196
Pada prinsipnya sumber pirogen adalah air destilat yang terlalu
terkontaminasi oleh bakteri yang tahan udara yang tumbuh dan
menghasilkan endotoksin. Sebagai tambahan, pirogen dapat dibawa ke
destilat pada proses destilasi. Sumber lain dari pirogen adalah air yang
melekat pada permukaan dalam wadah atau botol labu, yang dipakai
dalam penyiapan larutan. Zat terlarut seperti dekstrosa dan NaCl juga
dapat dapat mengandung pirogen.
2. RPS 18th : 1550
Pirogen dapat masuk kedalam sediaan melalui beberapa cara
berupa mikroorganisme hidup atau mati. Mungkinsumber potensial
terbesar dari berbagai kontaminasi adalah air yang digunakan dalam
proses. Walaupun destilasi yang tepat akan menyediakan air bebas
pirogen, kondisi penyimpanan harus tidak dapat dimasuki oleh
mikroorganisme dan pertumbuhannya dicegah. Sumber potensial yang
lain dari kontaminasi adalah perlengkapan. Bahan-bahan pirogen
melekat kuat pada gelas dan permukaan lain. Residu larutan dalam
peralatan yang digunakan sering menjadi media kultur bakteri dengan
kontaminasi pirogenik. Walaupun peralatan yang sudah dicuci
dibiarkan basah dan dibiarkan diudara dapat mengandung nutrisi yang
nyata untuk pertumbuhan mikroorganisme karena pengeringan tidak
menghancurkan pirogen, pirogen dapat tinggal dalam peralatan dalam
jangka panjang. Pencucian akan mengurangi kontaminasi dan
pemanasan kering akan mencegah kontaminasi peralatan yang cocok
untuk digunakan. Bahan terlarut dapat menjadi sumber pirogen. Bahan
terlarut dapat mengkristal atau mengendap dari larutan berair yang
mengandung kontaminasi pirogenik. Pada proses ini, pirogen dapat
dihalangi melalui lapisan partikel. Dalam beberapa kasus, bahan
terlarut dapat dimurnikan dengan rekristalisasi dan pencucian
pengendapan atau cara lain untuk penghilangan pirogen.
3. SDF : 46
Kebanyakan sumber utama dari pirogen adalah air yang digunakan
untuk membuat larutan. Walaupun air itu sendiri medium kultur yang
buruk, kontaminasi dapat terjadi melalui mikroorganisme yang
membuat udara dan debu. Seperti yang telah didiskusikan, inilah
alasan satu-satunya digunakan dalam sediaan adalah air untuk injeksi.
Jika destilasi digunakan untuk menyiapkan air untuk injeksi, masih
perlu dirancang dan digunakan dengan lebih baik. Pirogen dipindahkan
dari air dengan destilasi, pirogen tidak menguap. Destilasi bebas
pirogen dikumpulkan dalam wadah steril dan bebas pirogen. Jika
wadah tidak bebas pirogen, pirogen dalam wadah akan dilarutkan
dalam air, hal ini yang menyebabkan pirogenik. Jika wadah tidak steril,
mikroorganisme dapat tumbuh dan memproduksi pirogen,
menghasilkan larutan pirogenik. API, ketika dikumpulkan dalam wadah
bebas pirogen dan steril, harus digunakan kurang dari 24 jam untuk
sediaan produk parenteral yang disterilakan pada perode ini. Jika air
untuk injeksi disimpan untuk waktu yang lebih panjang, air untuk
injeksi dapat disimpan dalam wadah bebas pirogen dan steril pada
suhu 5o atau 30o, suyhu dimana mikroorganisme tidak akan tumbuh,
kemungkinan menghilangkan pirogen. Pilihan lain adalah sterilisasi air
untuk injeksi, dengan demikian mempertahankan stabilitas sampai
waktu penggunaaan.

D. Pencegahan Terhadap Pirogen

Dalam pembuatan sediaan, perlu dilakukan pencegahan agar tidak terdapat pirogen yang

terkandung utamanya pada sediaan steril. Berikut adalah cara pencegahan pirogen :

a.Scoville’s : 196-197
Ada beberapa langkah yang dapat diambil untuk mencegah pemasukan dan peningkatan

pirogen dalam cairan parenteral. Hal paling penting adalah dengan tepat merancang dan

pengoperasian penyulingan, dicocokkan untuk mencegah tetesan dari air mendidih

kedalam destilat. Destilat harus dikumpulkan dalam wadah yang telah dibilas dengan air

destilat segar. Perlakuan untuk menghilagkan tetesan-tetesan air yang terakumulasi yang

dapat mengandung pirogen atau untuk menghilangkan bahan pirogenik yang dapat

mengering dan melekat pada bagian dalam permukaan wadah.Usaha perlindungan

menghindarkan kontaminasi destilat oleh bakteri tahan udara harus dilatih. Air destilasi

harus terlindung selama penggumpalan dan harus digunakan sesegera mungkin setelah

didestilasi untuk mencegah perkembangbiakan bakteri yang mungkin ada. Larutan

seharusnya disaring, dikemas, disegel, dan disterilkan dengan secepat mungkin.

b. Scoville’s : 194

Jauh lebih baik mencegah pembentukan pirogen daripada mengusahakan pemindahan

atau penghancurannya. Namun, pirogen dapat dihilangkan dengan adsorbsi pada

penyaring asbestos aktif atau pada arang aktif. Kedua metode ini digunakan, khususnya

bila diperkirakan bahwa bahan kimia terkontaminasi dengan pirogen. Metode penyaring

asbes aktif terdiri dari sediaan larutan yang dilewatkan melalui penyaring asbes kompresi

dari serum seitz no 3 pirogen diabsorbsi pada permukaan dari asbes dan oleh karena itu

pirogen dihilangkan dari larutan. Juga telah disebutkan bahwa pirogen dapat dihilangkan
dengan filtrasi melewati alat penyaring yang lain. Arang aktif juga menghilangkan

pirogen dari larutan dengan absorbsi. Larutan dikocok dengan 0,1 % arang aktif serbuk

halus selama 5-10 menit. Arang dibiarkan mengendap dan cairan supernatan

didekantasiatau arang dapat dihilangkan dengan penyaringan kertas saring yang keras

karena serbuk halus arang sulit dihilangkan dengan kertas saring. Hudson menyarankan

sistem penyaringan menggunakan kombinasi pasir murni, kertas saring dan penyaring

gelas sinter. Arang yang tergranulasi tidak efektif menghilangkan pirogen.

E. Uji-uji Pirogen

Untuk mendukung fakta bahwa larutan parenteral, perangkat serta untuk administrasi
mereka, bebas dari jumlah kontaminan berbahaya dari pyrogenic, Sampel diambil dari setiap
batch produksi dikenakan tes resmi untuk pirogen. Tes ini adalah tes biologis menggunakan
kelinci sebagai hewan uji, karena kelinci sangat sensitif terhadap pirogen. (SDF, 1974 : 48)
Uji pirogen menggunakan kelinci sehat yang telah dijaga dalam keadaan lingkunagan dan
makanan yang tepat sebelum dilakukan uji. Temperature normal atau temperature control
diukur untuk tiap hewan yang akan digunakan. Temperatur ini digunakan sebagai dasar
penentuan setiap kenaikan temperature yang ditimbulakan akibat dari penyuntikan larutan
yang akan diuji. Kelinci-kelinci yang digunakan temperaturnya tidak boleh berbeda lebih dari
1o, satu dengan yang lainnya, dan temperature tubuh tersebut diperkirakan tidak akan
meningkat. Ringkasan prosedur uji tersebut adalah sebagai berikut : (Ansel, 1989: 419)
Jadikanlah alat suntik, jarum dan alat gelas bebas pirogen dengan cara memanaskan pada
temperature 250oC selama tidak kurang dari 30 menit atau dengan cara lain yang sesuai.
Hangatkan produk yang akan diuji sampai temperature 37oC ± 2oC. (Ansel, 1989: 419)
Suntikkan produk yang akan diuji pada vena telinga setiap kelinci sebanyak 10 ml per kg
berat badan, selesaikan tiap suntikan dalam waktu 10 menit dihitung dari awal pemberian.
Catat temperature pada 1,2, dan 3 jam sesudah penyuntikan. Bila masing-masing kelinci
tidak ada ynag temperaturnya meningkat 0,6oC atau lebih dari temperature control masing-
masing, dan jika hasil penjumlahan kenaikan temperature dari 3 kelinci tidak lebih dari
1,4oC. Maka zat yang diuji memenuhi persyaratan bebas pirogen. Jika kelinci-kelinci
menunjukkan kenaikan temperature 0,6oC atau lebih atau hasil penjumlahan kenaikan
temperature 3 kelinci lebih dari 1,4oC, ulangi dengan menggunakan 5 kelinci lain. Jika tidak
lebih dari 3 dari 8 kelinci, masing-masing menunjukkan kenaikan temperature 0,6 oC atau
lebih dan jumlah kenaikan temperature 8 kelinci tidak lebih dari 3,7 oC, maka larutan
memenuhi ppersyaratan bebas pirogen. (Ansel. 1989: 419)
Baru-baru ini telah ditemui bahwa ekstrak sel darah ketam sepatu kuda (Limulus
polyphemus) mengandung system enzim dan protein yang menggumpal bila ada liposakarida
dalam jumlah kecil. Penemuan ini, merangsang perkembanga uji Limulus amebocyte lysate
(LAL) untuk mengetahui adanya pirogen dalam kerja penelitian dan pengawasan selama
proses berlangsung. Usulan-usulan untuk uji produk akhir obat dengan LAL sedang
dipertimbangkan oleh FDA. (Ansel, 1989: 419)
Uji LAL adalah metode spesifik untuk bakteri endotoksin, hanya untuk pirogen yang
signifikan pada kebanyakan pabrik farmasetikal dan peralatan medis. Test didasarkan pada
mekanisme primitive penggumpalan darah dari kepiting seperti Kuda Amerika (Limulus
polyphemus). Berberapa enzim diletakkan pada sel darah amoeba kepiting yang dipicuh oleh
endotoksin perpanjangan koagulasi enzimatik yang di akhiri dengan produksi di gel
protenose. (Pharmaceutical Practice, 1990)
Test harus dihindarkan dari kontaminasi antimikroba sebelum dihindarkan, test ini
penting untuk memastikan bahwa tidak ada factor campuran dalam sediaan, peralatan tidak
menyerap endotoksin (seperti pada beberapa plastic) dan sensitifitas dari lisat diketahui.
(Pharmaceutical Practice, 1990)
Reagen test LAL disediakan dengan lyopilisasi sel di mubasit limulus. Volume setara
reagen LAL dan larutan test (0,1 mikron per masing-masing)dicampurkan dalam gelas tube
test elipirogenasi. Tube diinkubasikan pada suhu 37 oC selama 1 jam, setelah test wadah
dibaca. Tube diambil dari incubator dan diubah. Bekuan oleh yang rusak mengandung energy
padatan merupakan factor dari test positif. Ketika digunakan pada bagian ini bekuan gel uji
awalnya, melewati test kegagalan dibatasi dan reagen sensitive LAL. (Pharmaceutical
Practice, 1990)
Test LAL tambahan test ini dapat digunakan dalam laboratorium farmaseutikal. Test ini
spesifik untuk endotoksin gram negative, dimana test pirogen kelinci sensitive untuk semua
pirogen endotoksin dan sumber lain disbanding gram negative. (Pharmaceutical Practice,
1990).

F. Cara menghilangkan Pirogen

1. PTM : 139

Pirogen dapat dipindahkan dari suatu larutan melalui destilasi dan ini merupakan metode

paling tua untuk memperoleh air bebas progen, dasar untuk memperoleh atau

memproduksi parenteral volume besar bebas pirogen dalam skala besar. Ultrafiltrasi

sampai 100 KD adalah alat yang efektif dari penyaringan endotoksin yang mempunyai

BM kira-kira 20 KD tetapi pada kenyataannya ukuran agregat paling kurang 1000 KD.

Osmosa balik juga efektif memindahkan partikel samapai 1 nm, meliputi endotoksin.

Disisi lain, norit aktif, serat asbes dan polipropilen atau politeffiber atau permukaan,

seluruhnya efektif menyerap pirogen, utamanya melalui interaksi hidrofobik. Pirogen

atau endotoksin yang diadsorbsi dalam permukaan lebih sulit untuk di pindahkan.

Permukaan elestomerik seperti pada segel dan penutup tidak dapat dipanaskan. Pirogen

disini disyaratkan untuk dipindahkan melalui pembilasan dengan air apirogenik. Banyak

permukaan logam atau gelas dapat diolah secara kimia, kebanyakan bahan pengoksidasi

seperti peroxid atau permanganat menjadi efektif. Sterilisasi panas kering tidak efektif,

tekanan pada 20 psig disyaratkan selama paling kurang 5 jam untuk menghancurkan

kebanyakan endotoksin. Metode depirogenisasi ini di pilih untuk permukaan adalah

panas kering pada suhu sekitar 160-250oC paling kurang 30 menit kondisi yang baik yang

telah diset. Pengolah ini mengasumsikan bahwa peralatan pada bagian permukaan dapat

dipanaskan, dan tentu saja sangat sedikit produk yang dapat diolah dengan cara ini. Wdah

gelas, setelah pencucian dengan air untuk injeksi, dikeringkan dan dipanaskan di bawah
kondisi aliran laminar pada oven berkesinambungan suhu 250 oC atau lebih tinggi.

Kondisi ini meliputi kombinasi pengeringan, oksidasi dan pembakaran untuk

menghancurkan bahan pirogen.

2. SDF : 46-47

Pirogen dipindahkan dari air dengan destilasi, pirogen tidak menguap. Destilasi bebas

pirogen dikumpulkan dalam wadah steril dan bebas pirogen. Air untuk injeksi, ketika

dikumpulkan dalam wadah bebas pirogen dan steril, harus digunakan kurang dari 24 jam

untuk sediaan produk parenteral yang disterilkan pada periode ini. Jika air untuk injeksi

disimpan untuk waktu lebih panjang, air untuk injeksi dapat disimpan dalam wadah bebas

pirogen dan steril pada suhu 5-80oC suhu dimana mikroorganisme tidak akan tumbuh,

kemungkinan menghilangkan pirogen. Pirogen dapat dihilangkan dari wadah logam dan

gelas melalui panas kering. Ketika metode tidak praktis untuk ukutan wadah atau bukan

metode pilihan untuk alat-alat pada panas kering, pirogen dapat dihilangkan melalui

pembilasan wadah dengan baik dengan air untuk injeksi bebas pirogen, pirogen larut air,

dipindahkan melalui pembilasan yang diulang.

3. RPS 18th : 1850

Pirogen dapat dihancurkan melalui pemanasan pada temperatur tinggi. Prosedur yang

direkombinasikan untuk depirogenasi gelas dan peralatan adalah pemanasan pada suhu

250oC selama 45 menit. Telah dilaporkan bahwa 650 o selama 1 menit atau selama 4 jam

diharapkan dapat menghancurkan pirogen. Hal itu dipastikan bahwa pencucian yang teliti

dengan deterjen akan menjadikan wadah gelas bebas pirogen jika dilindungi selama

proses produksi dan penyimpanan dari kontaminasi pirogen berat. Putaran autoklaf biasa

tidak bisa melakukan hal ini. Pemanasan dengan alkali kuat dan atau larutan oksidasi
akan menghancurkan pirogen. Suatu metode yang digunakan untuk memindahkan

pirogen dari larutan adalah adsobsi dalam bahan adsortif. Namun, karena fenomena

adsorbsi juga dapat menyebabkan pemindahan selektif dari bahan kimia dari larutan dan

filtrat dapat dikontaminasi dengan bahan, metode ini dibatasi penggunaannya.

Kesimpulan :

1. Cara yang dapat diambil untuk mencegah pemasukan dan peningkatan pirogen dalam

cairan parenteral adalah dengan tepat merancancang dan pengopersaian penyulingan.

2. Air destilasi harus terlindung selama pengumpulan dan harus digunakan segera mungkin

setelah destilasi untuk mencegah perkembangbiakan bakteri yang mungkin ada,

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Dari pembahasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa :


1. Pirogen adalah merupakan substansi yang mampu menyebabkan demam dan sering
mencemari sediaan farmasi.
2. Jenis-jenis pirogen :
a. Pirogen endogen
b. Pirogen eksogen
3. Sumber-sumber pirogen :
a. Air
b. Wadah dan alat
c. Zat kimia terlarut
4. Uji-uji pirogen :
a. Rabbit test ( dengan menggunakan kelinci sebagai hewan coba)
b. LAL (Limulus amebocyte lysate) : pengujian dengan menggunakan reagen.
c. Pengujian dengan kuantitatif dan kualitatif
5. Cara-cara menghilangkan pirogen :
a. Pembilasan
b. Destilasi
c. Ultrafiltrasi
d. Osmosa bolak balik
e. Karbon aktif
B. Saran
Disarankan pada farmasis untuk berhati-hati dalam memformulasi dan membuat sediaan
steril sehingga dapat meminimalisir keberadaan pirogen yang dapat membahayakan
kesehatan pasien.

DAFTAR PUSTAKA

Ansel, Howard C. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Jakarta : Penerbit UI Press.

Aulton, Michael. 1990. Pharmaceutical Practice. London : Oritic Livingston.

Ganong, W.F. 2002. Pengaturan Sentral Fungsi Visera. Dalam : Widjajakusumah M.D., Editor.
Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 20. Jakarta: EGC.

Gennaro,A.R,et al. 1990. Remingons Pharmaceutical Science 18th Edition. Pensylvania:Marck


publishing company.

Nelwan, R.H.H., 2006. Demam: Tipe dan Pendekatan. Dalam: Sudoyo, A.W., Setiyohadi, B.,
Alwi, I., Simadibrata M., dan Setiati, S., Editor. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi
Keempat. Jilid Ketiga. Jakarta: Pusat Penerbit Departemen Ilmu Penyakit Dalam.
Sudjadi.2008. Bioteknologi kesehatan. Yogyakarta: penerbit kanisius(anggota IKAPI).

Suwandi. 1988. Uji Pirogenitas dengan Kelinci dan Limulus Amebocyt Lysate. Cermin Dunia
Kedokteran no.52.

Turco, Salvatore dan Robert E. 1974. Sterile Dosage Forms. London : Published in Great
Britain by Henry Kimpton Publishers.

Walter F., PhD. Boron. 2003. Medical Physiology: A Cellular And Molecular Approaoch.
Elsevier/Saunders. p. 1300. ISBN 1-4160-2328-3.

Teztee.2009.http://widanindri.blogspot.com/2009/05/pyrogen-pyrogen 200c.html (diakses


tanggal 1 maret 2014)

Anda mungkin juga menyukai