Hasil Penelitian (Rev-3) - Andi Oki Mesrawati 04020170362
Hasil Penelitian (Rev-3) - Andi Oki Mesrawati 04020170362
HASIL PENELITIAN
Oleh:
FAKULTAS HUKUM
2021
i
ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Nomor: 24/Pdt.sus-PHI/2020/PN.Mks)
NIM : 04020170362
Telah diperiksa dan memenuhi syarat untuk diajukan dalam ujian seminar hasil.
Disetujui oleh,
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui,
…………
ii
iii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
iii
iv
BAB IV PEMBAHASAN
………………………………………………………………….……….. 45
3. Putusan ...……………………………………………………………. 52
………………………………………………………………….……….. 62
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan … ………………………………………………………….. 65
iv
v
BAB I
PENDAHULUAN
Republik Indonesia yaitu melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah dari
Indonesia serta kesejahteraan umum dan ketentuan Pasal 27 ayat (2) UUD 1945
bahwa tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak
mempunyai peranan dan kedudukan yang sangat penting sebagai pelaku dan
tujuan pembangunan.
Molenaar arbeidsrechts adalah bagian dari hukum yang berlaku yang pada
pokoknya mengatur hubungan antara buruh dengan majikan, antara buruh dengan
1
Maimun, Hukum Ketenagakerjaan Suatu Pengantar, Cetakan Kedua, Edisi Kedua, Penerbit
Pradnya Paramaita, Jakarta, 2007, hlm 4.
2
Ibid
3
Asri Wijayanti, Hukum Ketenagakerjaan Pasca Reformasi, Cetakan Keenam, Sinar Grafika,
Jakarta, 2016, hlm. 2.
4
Iman Soepomo, Pengantar Hukum Perburuhan, Cetakan Ketujuh, Penerbit Djambatan, Jakarta,
1985, hlm. 1
v
arbeidsrechts sebagai sesuatu yang melimputi hukum yang berkenaan dengan
hubungan kerja, dimana pekerjaan itu dilakukan di bawah pimpinan dan dengan
keadaan penghidupan yang langsung bersangkut paut dengan hubungan kerja itu.5
perburuhan adalah suatu himpunan peraturan, baik tertulis maupun tidak tertulis
yang berkenaan dengan kejadian dimana seseorang bekerja pada orang lain
Pengertian pekerja/buruh adalah setiap orang yang bekerja dengan menerima upah
atau imbalan dalam bentuk lainnya.8 Tenaga kerja yaitu setiap orang yang mampu
menjalankan perusahaan, baik milik sendiri maupun bukan.10 Secara umum istilah
pengusaha adalah orang yang melakukan suatu usaha. Pengusaha sebagai pemberi
5
Ibid, hlm. 2.
6
Ibid, hlm. 3.
7
Maimun, Op.Cit., hlm. 11.
8
Pasal 1 ayat (3) Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan
9
Ibid
10
Ibid, hlm. 25.
11
Ibid, hlm. 26.
2
berdasarkan perjanjian kerja yang mempunyai unsur pekerjaan, upah, dan perintah
Pasal 1 ayat (15).12 Menurut Iman Soepomo hubungan kerja adalah hubungan
antara buruh dan majikan, terjadi setelah diadakan perjanjian oleh buruh dengan
dijelaskan bahwa hubungan kerja terjadi setelah adanya perjanjian kerja antara
perintah.
Perjanjian kerja yang diatur dalam KUHPer 1313 adalah suatu perbuatan
dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau
lebih lainnya. Dari pengertian tentang perjanjian kerja dapat disimpulkan bahwa
kedudukan antara para pihak yang mengadakan perjanjian adalah sama dan
seimbang.14 Dimana syarat sah suatu perjanjian yang diatur dalam Pasal 1320
KUHPer dan Pasal 1338 menyebutkan semua perjanjian yang dibuat secara sah
tidak dapat ditarik kembali selain dengan sepakat kedua belah pihak, atau karena
perjanjian harus dilaksanakan dengan itikad baik. Dalam perjajian dikenal adanya
asas kebebasan berkontrak yaitu para pihak bebas untuk mengadakan perjanjian
12
Maimun, Op.Cit., hlm. 41.
13
Ibid
14
Djumadji, Hukum Perburuhan Perjanjian Kerja, Cetakan Keempat, Edisi Kedua, Penerbit Raja
Grafindo Persada, Jakarta 2012, hlm. 9.
3
yang dikehendakinya, tidak terikat pada bentuk tertentu. Namun kebebasan itu ada
pembatasnya.15
Hubungan Kerja adalah pengakhiran hubungan kerja karena suatu hal tertentu
hubungan kerja yang terjadi di badan usaha yang berbadan hukum atau tidak, milik
orang perseorangan, milik persekutuan atau milik badan hukum, baik milik swasta
maupun milik negara, maupun usaha-usaha sosial dan usaha- usaha lain yang
mempunyai pengurus dan mempekerjakan orang lain dengan membayar upah atau
15
R. Joni Bambang, Hukum Ketenagakerjaan, Penerbit Pustaka Setia, Bandung, 2013, hlm. 101.
16
Pasal 1 ayat (25) Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan.
17
Imam Soepomo, Hukum Perburuhan Bidang Pelaksanaan Hubungan Kerja, Penerbit
Djambatan, Jakarta, 1983, hlm. 115-116.
4
disepakati/diperjanjikan sebelumnya juga dapat terjadi karena adanya perselisihan
PHK karena berakhirnya waktu yang telah ditetapkan dalam perjanjian tidak
saat berakhirnya hubungan kerja, sehingga kedua belah pihak telah mempersiakan
diri.19 Berbeda dengan PHK yang terjadi karena pemutusan yang terjadi karena
adanya perselisihan, keadaan ini membawa dampak terhadap kedua belah pihak
hubungan kerja.
18
Zain al Asikin, et.al., Dasar-Dasar Hukum Perburuhan, Penerbit Raja Grafindo Persada,
Jakarta, 2012, hlm. 173.
19
Ibid, hlm. 174.
20
Ibid
5
memutuskan hubungan kerja dengan pekerja/buruh setelah memperoleh
adalah kegiatan-kegiatab yang positif yang dapat menghindari PHK, antara lain
pengaturan
a. PHK demi hukum terjadi karena alasan batas waktu yang disepakati telah
b. PHK oleh buruh dapat terjadi apabila buruh mengundurkan diri atau telah
peraturan.
21
Ibid
6
c. PHK oleh majikan dapat terjadi karena alasan apabila buruh tidak lulus
usaha, atau apabila buruh melakukan kesalahan. Kesalahan buruh ada dua
macam, yaitu kesalahan ringan diatur dala Pasal 18 ayat (1) Permenaker N0.
Per- 4/Men/1986 dan kesalahan berat diatur dalam Pasal 158 UU No. 13
Pasal 161 ayat (1) dijelaskan bahwa dalam hal pekerja/buruh melakukan
pertama, kedua, dan ketiga secara berturut-turut. Surat peringatan yang diberikan
berlaku paling lama 6 bulan kecuali ditetapkan lain dalam perjanjian kerja,
22
JJ. H. Bruggink alih Bahasa Arief Sidarta, Refleksi Tentang Hukum, Citra Aditya Bakti,
Bandung, 1996, hlm. 157.
7
yang dibutuhkan oleh pekerja sebelum ia menjalani hubungan kerja
b. Bidang hubungan kerja adalah masa yang dibutuhkan oleh pekerja sejak ia
bata waktu tertentu atau tanpa batas waktu yang disebut dengan pekerja
tetap
kesehatannya.
Kerja.
hak dasar pekerja/buruh ketika aktif bekerja maupun sedang terjadi perselisihan
tanpa diskriminasi apapun sehingga menjamin rasa aman, tenteram, serta tidak
manusia dituntut untuk bekerja, baik pekerjaan yang diusahakan sendiri maupun
bekerja pada orang lain. Pekerjaan yang dilakukan sendiri adalah bekerja atas
usaha modal dan tanggung jawab sendiri, sedangkan bekerja pada orang lain
8
adalah bekerja dengan bergantungan pada orang lain yang memberikan perintah
karena ia harus tunduk dan patuh pada orang yang telah memberikan pekerjaan
tersebut.23
melakukan upaya administrative atau upaya perdata. Upaya hukum melalui upaya
dengan penguasaha sebagai pihak yang terikat dalam hubungan kerja.24 Apabila
kekuatan hukum namun jika perundingan tidak mencapai kesepakatan maka dapat
minta ajuran ke dinas tenaga kerja setempat. Sedangkan upaya hukum secara
menjatuhkan PHK karena efisiensi tidak dapat dibenarkan. Secara perdata, pekerja
dapat menjatuhkan gugat ganti rugi ke Pengadilan Negeri berdasarkan Pasal 1365
BW. Upaya hukum bagi pekerja yang mengalami perselisihan hubungan industrial
hubungan industrial.
24/Pdt.sus-PHI/2020/PN.Mks).
23
Zainal Asikin, dasar-dasar hukum perburuhan, penerbit raja grafindo persada, Jakarta, 1997, hlm
94.
24
Asri Wijayanti, Op.Cit., hlm. 175.
9
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas, maka rumusan masalah dari penelitian ini adalah
sebagai berikut:
10
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
Indonesia
PHI/2020/PN.Mks.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat sebagai berikut:
2. Secara praktis :
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Hubungan Kerja
Hubungan kerja adalah suatu hubungan hukum yang dilakukan oleh minimal
dua subjek hukum mengenai suatu pekerjaan yang dilakukan antara seorang
pekerja/buruh dengan seorang pengusaha yang lahir dari perjanjian kerja yang
mempunyai unsur pekerjaan, upah, dan perintah. Tanpa adanya satu unsur tersebut
maka tidak ada hubungan kerja. Hubungan kerja antara pekerja/buruh dan
buruh dan majikan yang terjadi setelah diadakan perjanjian oleh buruh dengan
25
Asri Wijayanti, Op.Cit, hlm. 36
26
Maimun, Op.Cit, hlm. 41
27
Hartono dan Judiantoro, Segi Hukum Penyelesaian Perselisihan Perburuhan, Penerbit Raja
Wali Pers, Jakarta,1992, hlm. 10
12
c. Tjepi F. Aloewir mengemukakan bahwa pengertian hubungan kerja adalah
hubungan yang terjalin antara pengusaha dan pekerja yang timbul dari
perjanjian yang diadakan untuk jaka waktu tertentu maupun tidak tertentu.28
antara pengusaha dengan pekerja yang timbul dari perjanjian kerja yang
(merupakan titik tolak adanya suatu hubungan kerja) kewajiban buruh (melakukan
pemberi kerja yang memuat syarat-syarat kerja, hak dan kewajiban para pihak.
Dalam BW/KUHPer Pasal 1601 a Perjanjian kerja adalah suatu perjanjian dimana
pihak yang satu yaitu pekerja/buruh mengikatkan dirinya untuk bekerja pada pihak
yang lain yaitu pengusaha untuk waktu tertentu dengan menerima upah. Menurut
Iman Soepomo perjanjian kerja adalah suatu perjanjian dimana pihak kesatu, buruh,
28
Tjepi F. Aloewic, naskah akademis tentang pemutusan hubungan kerja dan
penyelesaian perselisihan industrial, Jakarta, BPHN, 1996, hlm. 32.
29
Sendjun H. Manulang, Pokok-Pokok Hukum Ketenagakerjaan Di Indonesia, Cetakan Kedua,
Penerbit Rineka Cipta, Jakarta, 1995, hlm. 63
30
Ibid., hlm. 66
13
mengikatkan diri untuk bekerja dengan menerima uah pada pihak lainnya, majikan
yang mengikatkan diri untuk mengerjakan buruh itu dengan membayar upah.31
ketertiban umum.34
31
Iman Soepomo, Loc.Cit., hlm. 57
32
Subekti, Aneka Perjanjian, Cetakan Kedua, Penerbit Alumi, Bandung, 1977, hlm. 63
33
R. Goenawan Oetomo, Pengantar Hukum Perburuhan & Hukum Perburuhan Di Indonesia,
Penerbit Grhadhika Binangkit Press, Jakarta, 2004, hlm. 38
34
Asri Wijayanti, Loc.Cit. hlm. 36
14
berkewajiban untuk memberikan perintah-perintah yang berkaitan
bersifat subordinasi.
c) Adanya upah tertentu (loan) yang menjadi imbalan atas pekerjaan yang
yang ditentukan atau untuk waktu yang tidak tertentu atau selama-
lamanya.35
sahnya suatu perjanjian yang diatur dalam Pasal 1320 KUHPer dan Pasal
1338 menyebutkan semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai
undang- Undang bagi merka yang membuatnya. Suatu perjanjian tidak dapat
ditarik kembali selain dengan sepakat kedua belah pihak, atau karena alasan-
alasan yang oleh undang-undang dinyatakan cukup untuk itu. Suatu perjanjian
35
Ibid., hlm. 37
36
Ibid., hlm. 42
15
harus dilaksanakan dengan itikad baik. Bentuk perjanjian kerja adalah bebas,
dimana perjanjian kerja dapat dibuat secara tertulis atau lisan, namun
Dimana harus dibuat secara tertulis untuk melindungi salah satu pihak
apabila ada tuntutan dari pihak lain setelah selesainya perjanjian kerja.37
percobaan karena jika ada masa percobaan maka perjanjian tersebut bata
demi hukum. Perjanjian kerja untuk waktu tertentu hanya dibuat menurut
jenis, sifat dan kegiatan pekerjaan akan selesai dalam waktu tertentu, jadi
37
Maimun, Op.Cit., hlm. 44.
16
kesepakatan kerja untuk waktu tertentu tidak berakhir.38
hubungan kerja yang bersifat tetap. Dibuat secara tertulis atau lisan dan
untuk waktu tidak tertentu biasanya ada masa percobaan (selama tiga
dan upah tersebut tidak boleh rendah dari upah minimun yang berlaku.39
Dalam satu perusahaan hanya dapat dibuat satu PKB yang berlaku bagi
38
Ibid., hlm. 45
39
R. Joni Bambang S., Loc.Cit. hlm. 116
40
R. Joni Bambang S., Op.Cit., hlm. 188
17
musyawarah antara para pihak yang berunding. Apabila musyawarah tidak
PPHI. Dalam PKB dibuat secara tertulis dengan huruf latin dan menggunakan
Bahasa Indonesia. PKB dibuat untuk jangka waktu paling lama 2 tahun dan
yang memuat ketentuan tentang syara-syarat kerja serta tata tertib perusahaan.
Dimana peraturan perusahaan hanya dibuat secara sepihak oleh majikan yang
ketenagakerjaan, maka masalah tersebut dapat dilihat dari berbagai factor dan
41
Maimun, Op.Cit., hlm. 135
42
Zainal Asikin, et.al., Op.Cit., hlm. 77-78
18
ketenagakerja adalah soal pemutusan hubungan kerja.
pengusaha lazim dikenal dengan istilah PHK, yang dapat terjadi karena
karena itu pihak yang terlibat dalam hubungan industrial baik pengusaha,
43
Ibid., hlm. 173
44
Lalu Husni, Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, Penerbit Raja Grafindo Persada,
Jakarta, 2006, hlm. 195
45
Asri Wijayanti., Op.Cit., hlm. 158
19
antara pekerja/buruh dengan pengusaha yang disebabkan karena suatu
surat untuk keperluan lamaran dan foto copy, juga pekerja/buruh kehilangan
melakukan PHK karena alasan tertentu dan PHK hanya dapat dilakukan
setelah ada penetapan dari lembaga PPHI dengan resiko batal demi hukum.
industrial.
46
Zainal Asikin, et.al., Op.Cit., hlm. 173-174
20
Dalam teori Hukum Perburuhan terdapat 4 jenis pemutusan hubungan
kerja, yaitu:
Meskipun PHK itu terjadi dengan sendirinya namun para pihak dapat
47
Soebekti, Hukum Perjanjian, Cetakan Ketujuh, Penerbit Inter Masa, Jakarta, 1984, hlm. 19
48
Wiwoho soedjono, Hukum Pengantar perjanjian kerja, Cetakan Kesatu, penerbit
Bina Aksara, Jakarta, 1983, hlm. 20
21
pihak pengusaha pada setiap saat yang dikehendakinya karena dalam
masa percobaan tidak perlu izin dari penjabat yang berwenang. Namun
dalam prakteknya PHK oleh buruh jarang terjadi karena mencari pekerjaan
kerja.50
49
Koesparmono Irsan dan Armansyah, Hukum Tenaga Kerja Suatu Pengantar, Penerbit Erlangga,
Jakarta, 2016, hlm. 111.
50
Aloysius Uwiyono, et.al., Asas-Asas Hukum Perburuhan, Cetakan Kedua, Edisi Kesatu,
Penerbit Raja Grafindo, Jakarta, 2014, hlm. 138
22
dikarenakan sengketa antara buruh dan majikan yang berlanjut ke
pekerja/buruh.52
Apabila segala upaya telah dilakukan tetapi PHK tetap tidak dapat
hubungan industrial.53
diajukan. Selama putusan oleh Lembaga PPHI belum ditetapkan maka baik
51
Asri Wijayanti, Loc.Cit. hlm. 167
52
Maimun, Op.Cit., hlm. 99.
53
Pasal 151 ayat (1), (2), dan (3) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan.
23
kewajibannya.
dapat atau tidak pesangon, besar kecilnya pesangon serta hak-hak, dan
pekerja.
hubungan kerja dengan tenaga kerja setelah mendapat izin dari Panitia
54
Lalu Husi, Dasar-Dasar Hukum Perburuhan, Penerbit Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2000,
hlm. 127-130
24
berlaku untuk penyelesaian perselisihan hubungan industrial. Dalam
hak P4D atau P4P memberikan izin, maka dapat ditetapkan pula
iv. Jumlah masa kerja dari setiap tenaga kerja yang dimintakan
pada:
25
melakukan kesalahan berat.
Perundang-undangan.
55
Zainal Asikin, et.al., Op.Cit., hlm. 186-187
26
upaya harus mengusahakan agar jangan terjadi pemutusan hubungan kerja.
Pasal 1 ayat (2) Jika segala upaya telah dilakukan namun pemutusan
hubungan kerja tidak dapat dihindari, maka pemutusan hubungan kerja wajib
anggota serikat pekerja serikat buruh. ayat (3) dalam hal perundingan
27
waktu tertentu untuk pertama kali angka (b). pekerja/buruh mencapai usia
diatur mengenai tata cara pemutusan hubungan kerja serta dasar-dasar yang
28
yang jangka waktu pnyembuhnnya belum dapat dipastikan.
Jika pemutusan hubungan kerja dengan alasan yang dijelaskan diatas maka
pekerja/buruh.
pribadi buruh.
Pada dasarnya cara terjadi PHK ada 4 macam yaitu PHK demi hukum,
PHK oleh buruh, PHK oleh majikan dan PHK atas dasar putusan pengadilan.
apabila:
56
Iman Soepomo, Op.Cit., hlm. 78.
29
penyelesaian perselisihan hubungan industrial yang telah
sebagai berikut:
30
selama 3 bulan berturut-turut atau lebih
d. Tidak melakukan kewajiban yang tela dijanjikan kepada
pekerja/buruh
e. Memberikan pekerjaan yang membahayakan jiwa, keselamatan,
kesehantan, dan kesusilaan pekerja/buruh, sedangkan pekerjaan
tersebut tidak dicantumkan pada perjanjian kerja.
yakni:
dari buruh yang dibagi menjadi 2 macam, yakni kesalahan berat dan
kesalahan ringan.
Kesalahan berat terdapat diatur dalam Pasal 158 ayat (1), yaitu:
31
a. Melakukan penipuan, pencurian, atau penggelapan barang dan/atau
uang milik perusahaan.
b. Memberikan keterangan palsu atau yang dipalsukan sehingga
perusahaan
c. Mabuk, meminum minuman keras yang memabukkan, memakai
dan/atau mengedarkan narkotika, psikotropika, dan zat adiktif
lainnya di lingkungan kerja.
d. Melakukan perbuatan asusila atau perjudian di lingkungan kerja
e. Menyerang, menganiaya, mengancam, atau mengintimidasi teman
sekerja atau pengusaha di lingkungan kerja.Membujuk teman sekerja
atau pengusaha untuk melakukan perbuatan yang bertentangan
dengan peraturan perundang-undang.
f. Dengan ceroboh atau sengaja merusak atau membiarkan dalam
keadaan bahaya barang millik perusahaanyang menimbulkan
kerugian bagi perusahaan.
g. Dengan ceroboh atau sengaja membiarkan teman sekerja atau
pengusaha dalam keadaan bahaya di tempat kerja
h. Membongkar atau membocorkan rahasia perusahaan yang
seharusnya dirahasiakan kecuali untuk kepetingan neagara.
i. Melakukan perbuatan lainnya dilingkungan perusahaan yang
diancam pidana penjara 5 (lima) tahun atau lebih.
Dimana dalam Pasal (2) kesalahan berat harus didukungan dengan
buktiberupa:
a. Pekerja/buruh tertangkap tangan
b. Ada pengakuan dari pekerja/buruh yang bersangkutan
c. Bukti lain berupa laporan kejadian yang dibuat oleh pihak yang
berwenang diperusahaan yang bersangkutan dan didukung oleh sekurang-
kurangan 2 (dua) orang saksi.
Dalam pasal (3) dan (4) pekerja/buruh yang diputus hubungan kerjanya dapat
Dari Pasal 158 ayat (2) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang
32
disalahgunakan oleh pengusaha. Dimana 3 bukti menjadi syarat adanya kesalahan
berat yang dilakukan oleh pekerja yang bersifat alternatif bukan kumulatif.
Sedangkan kesalahan ringan diatur dalam Pasal 18 ayat (1) Permenaker No.
Per-4/Men/1986, yaitu:
kepadanya.
yang ada.
bermasalah (pengusaha atau pekerja/buruh) yang disertai alasan yang menjadi dasar
33
perselisihan kepentingan, perselihan hubungan kerja, dan perselisihan antar
a. Perselisihan hak karena tidak dipenuhinya hak, dimana hal ini timbul
karena perbedaan pelaksanaan atau perbedaan penafsiran terhadap
ketentuan UU, PK, PP atau PKB
b. Perselisihan kepentingan karena tidak adanya kesesuaian pendapat
mengenai pembuatan dan/atau perubahan syarat-syarat kerja dalam
PK,PP, atau PKB.
c. Perselisihan PHK apabila tidak adanya kesesuaian pendapat mengenai
pengakhiran hubungan kerja yang dilakukan salah satu pihak.
d. Perselisihan antara serikat pekerja/serikat buruh dalam suatu perusahaan
karena tidak adanya kesusaian paham mengenai keanggotaan, pelaksanaan
hak dan kewajiban keserikatan.57
mufakat yang harus diselesaikan paling lama 30 hari sejak tanggal dimulainya
perundingan. Jika dalam jangka 30 hari salah satu pihak menolak untuk berunding
57
R. Joni Bambang, Op.Cit., hlm. 309-310
34
penyelesaian perselisihan hak, perselisihan kepentingan, perselisihan PHK, dan
musyawarah ditengahi oleh seorang atau lebih mediator yang netral. Dalam waktu
58
Koesparmono Irsan, Op.Cit., hlm. 126-127
35
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004 Tentang Penyelesaian Perselisihan
seorang atau lbih konsiliator yang netral. Jika proses konsiliasi tidak
pengadilan hubungan.
pada hari kerja kedelapan harus sudah melakukan sidang konsiliasi pertama.
Dimana konsiliator dapat memanggil saksi atau saksi ahli untuk hadir dalam
perjanjian Bersama yang ditandatangani oleh para pihak dan disaksikan oleh
36
dalam waktu selambat-lambatnya 10 hari kerja setelah menerima
anjuran tertulis
d. Pihak yang tidak memberikan pendapatnya sebagaimana dimaksud
pada huruf c dianggap menolak anjuran tertulis
e. Dalam hal para pihak menyetujui anjuran tertulis sebagaimana
dimaksud pada huruf a dalam waktu selambat-lambatnya 3 hari
kerja sejak anjuran tertulis disetujui, konsiliator harus sudah selesai
membantu para pihak membuat perjanjian Bersama untuk kemudian
didaftar dipengadilan hubungan industrial pada pengadilan negeri di
wilayah pihak-pihak mengadakan perjanjian Bersama untuk
mendapatkan akta bukti pendaftaran.
umum yang didasarkan pada perjanjian arbitrase yang dibuat secara tertulis
hanya dalam satu perusahaan. PPHI melalui arbiter dilakukan atas dasar
37
Tentang Ketenagakerja Pasal 151 ayat (2), (3) jo Pasal 155 ayat (1) dan Pasal
Dalam ketentuan pasal 151 ayat (1) dan (2) Undang-Undang Nomor 13
penyelesaian hubungan industrial akan batal demi hukum (Pasal 155 ayat 1)
melaksanakan segala kewajiban (Pasal 155 ayat (2). Dalam Pasal 15 ayat (3)
pekerja/buruh harus tetap bekerja dan pengusaha tetap harus membayar upah
berupa tindakan skorsing kepada pekera/buruh yang sedang dalam prose PHK
pekerja/buruh.
38
Undang Nomor 2 Tahun 2004 Tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan
penghargaan dan uang penggantian hak yang dimana diatur dalam Pasal 156,
asal 160 sampai dengan Pasan 169 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003
diberikan.
dengan peraturan yang berlaku. Dalam perjanjian kerja harus memuat tentang
hak-hak dan kewajiban yang disepakati oleh para pihak yang bersangkutan.
waktu tertentu (PKWT) dan perjanjian kerja untuk waktu tidak tertentu
(PKWTT).
39
Dimana dalam perjanjian kerja terdapat perjanjian kerja Bersama yang
kerja, hak dan kewajiban kedua belah pihak. Sedangkan peraturan perusahaan
adalah ketentuan tentang syarat kerja serta tata tertib yang dibuat oleh
perusahaan.
bahwa masalah ketenagakerjaan dapat dilihat dari berbagai faktor dan makna.
kedua belah pihak. Namun bila pemutusan hubungan kerja yang dilakukan
permasalahan.
40
perundingan tetap tidak menghasilkan persetujuan maka Pengusaha baru
oleh pengusaha dan pekerja/buruh atau serikat buruh secara musyawarah untuk
41
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
penelitian hukum doktrinal.59 Penelitian ini dilakukan dengan cara mengkaji atau
Jenis data dari penelitian ini adalah data sekunder. Data yang dimaksud terdiri
dari bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, dan bahan hukum tersier.
b. KUH Perdata
Yaitu bahan yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer dan
59
Said Sampara, Metode Penelitian Hukum, (Kretakupa Print, Makassar), 2017, hlm 44.
42
3. Bahan Hukum Tersier
Yaitu bahan yang memberikan informasi tentang bahan hukum primer dan bahan
hukum sekunder.
1. Studi Pustaka
hukum yang berasal dari berbagai sumber dan dipublikasikan secara luas serta
untuk memperoleh data sekunder yaitu dengan cara membaca dan mengutip
2. Studi Dokumen
Studi dokumen yaitu pengkajian informasi tertulis mengenai hukum yang tidak
dipublikasikan secara umum tetapi boleh diketahui oleh pihak tertentu. Studi
Nomor 24/Pdt.sus-PHI/2020/PN.Mks.
43
BAB IV
hubungan kerja (PHK) adalah pengakhiran hubungan kerja karena satu hal tertentu
pengusaha.
Mengenai PHK itu sendiri secara khusus juga diatur dalam undang-undang nomor
Nomor 12 tahun 1964 tentang pemutusan hubungan kerja di perusahaan swasta dan
pelaksanaan kedua undang- undang tersebut masih tetap berlaku sepanjang tidak
pemutusan hubungan kerja yang terjadi di badan usaha yang berbadan hukum atau
tidak, milik orang perseorangan, milik persekutuan atau milik badan hukum, baik
milik swasta maupun milik Negara, maupun usaha- usaha sosial dan usaha-usaha
lain yang memiliki pengurus dan memperkerjakan orang lain dengan membayar
44
UU ketenagakerjaan 2003 pun mengatur tata cara pelaksanaan PHK sehingga ada
acuan yang dapat digunakan oleh pekerja untuk mencermati keputusan PHK yang
Industrial (LPPHI).
Selama masa menunggu keputusan dari LPPH baik pengusaha maupun pekerja
pemutusan hubungan kerja tetap menerima upah beserta hak-hak lainya yang biasa
diterima.
PHK hanya akan dikeluarkan jika dalam perundingan antara pengusaha dan pekerja
mengalami kegagalan.
1. Duduk Perkara
2016 sampal dengan 30 Juli 2020 Tergugat adalah sebuah perusahaan besar yang
bergerak di bidang Penjualan dan distribusi Ban Kendaraan yang ada di Kota
Makassar PenggugatadalahburuhyangbekerjapadaTergugatdanmenerimaupah
45
setiap bulannya dan terkahir dibayarkan pada Juni 2020 dengan upah sebesar Rp.
4.750.000,- (empat juta tujuh ratus lima puluh ribu rupiah). awalnya Penggugat
SURYA (Tergugat).
bekerja pada Tergugat yang bermasalah dengan komputernya, dan sudah puluhan
masalah computer yang di perbaiki dan tanpa bayaran. Bahwa Pimpinan Tergugat
Tergugat dan ternyata ditemukan masalah yakni terjangkit Virus dan menyebabkan
46
sevice yakni computer pertama yang sering dipakai Penggugat dan juga computer
yang ada di PT. TIFUNINDO RAYA. Bahwa karena situasi tersebut, kemudian
karena tidak adanya computer yang biasa dipakai oleh Penggugat maka Penggugat
meminjam computer admin yang lain yaitu milik karyawan ibu Kurnia. Bahwa
selain meminjam computer milik ibu kurnia, Pengugat juga meminjam computer
admin yang lain juga yakni computer milik Juliana, untuk melakukan print.
MAKMUR, hasilnya adalah terdapat 42 Virus dan dilakukanlah recovery data dan
sebagian data data dapat dikembalikan namun ada database yang rusak dan tidak
pada hari yang sama, Penggugat kembali ke perusahaan Tergugat, namun pada saat
kesalahan yang fatal karena merusak computer Tergugat. Bahwa atas tuduhan
Tergugat tersebut Penggugat merasa tidak melakukan apa- apa karena pada saat
yang selalu dilakukan yakni mengimput segala jenis transaksi manual kedalam
47
dengan nomor : 002/CS-HR/VII/2020 tentang Surat Pernyataan Pemutusan
Bahwa atas surat tersebut, Tergugat menawarkan 1 (satu) kali gaji kepada
Penggugat, namun Penggugat menolah hal tersebut dan memilih untuk mengajukan
keberatan atas tindakan tidak manusiawi yang dilakukan oleh Tergugat tersebut.
karena merasa tidak bersalah dan tentunya melanggar ketentuan Pasal 161 ayat (1)
Perundingan III namun tidak membuahkan hasil. dan hasil Perundingan tersebut,
48
II. Agar pimpinan pimpinan perusahaan CV. CAHAYA SURYA memanggil
III. Agar pekerja Sdr. Wellington Dumalang dapat menerima surat panggilan
SURYA.
IV. Agar baik Pimpinan perusahaan CV. CAHAYA SURYA maupun pekerja
Pihak Tergugat dan ajuran Dinas Ketenagakerjaan Pemerintah Kota Makassar tidak
2020 kepada Pihak Tergugat namun oleh Pihak Tergugat tidak menunjukkan itikad
baik guna menyelesaikan perkara ini, yang kemudian langkah selanjutnya yaitu
karena tindakan Tergugat telah menunjukkan itikad yang kurang baik “habis manis
karena Tergugat tidak pernah sama sekali mau menghargai jerih payah dan kucuran
dan martabat yang harus diganti. karena sekalipun Penggugat dikembalikan bekerja
maka sudah pasti akan terjadi diharmonis hubungan pekerja antara Penggugat dan
Tergugat. Selain itu, Tergugat telah melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK)
49
sepihak kepada Penggugat, maka dan tidak sesuai dengan ketentuan Pasal 151 ayat
Pesangon 2 x ketentuan Pasal 156 ayat (2), Uang Penghargaan Masa kerja 1 x
ketentuan Pasal 156 ayat (3) dan Uang Penggantian Hak sesual dengan dengan
ketentuan Pasal 156 ayat (4) UU Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
serta upah selama proses Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) seusai dengan SEMA
Kerja (PHK) secara resmi, maka sesuai dengan ketentuan Pasal 155 ayat (2) dan (3)
2011 terkait dengan upah proses maka isi amar putusan adalah MENGHUKUM
50
waktu dalam proses PHI sebagaimana dimaksud dalam Undang Undang No. 2
atas hal tersebut maka perhitungan uang pesangon, perhitungan uang penghargaan
masa kerja, uang penggantian hak dan upah proses PHK terhadap perkara a quo
kewajibannya kepada Penggugat, maka sesuai dengan ketentuan Pasal 277 HIR,
maka dimohon kepada Majelis Hakim yang mulia untuk meletakkan Sita Jaminan
(CB) atas barang bergerak maupun tidak bergerak rnilik Tergugat yaitu:
a. (satu) unit Kendaraan Mitsubishi Fuso Plat Nomor : DD 8400 SY atas nama
b. (satu) unit Kendaraan Daihaitsu Gran Max Jenis Pick Up Warna Biru
Yang dimohonkan dalam Putusan Sela sementara Perkara ini berjalan dalam proses
atau diperiksa.
Karena Penggugat memiliki alasan hukum dan memiliki bukti yang sempurna,
untuk itu wajar dan beralasan hukum apabila Penggugat meminta kepada Ketua
Pengadilan Negeri Makassar cq. Majelis Hakim yang memeriksa dan mengadili
perkara ini untuk menyatakan putusan yang dapat dilaksanakan Iebih dahulu
2. Tuntutan Penggugat
51
Berdasarkan uraian posita gugatan di atas, maka dengan ini Penggugat memohon
perkenaan Majelis Hakim yang mulia agar kiranya berkenan untuk menjatuhkan
1. MengabulkangugatanPenggugatuntukseluruhnya.;
hak-hak lainnya.
5. Menyatakan sah dan berharga sita jaminan terhadap harta benda milik
- 1 (satu) unit Kendaraan Dahaitsu Gran Max Jenis Pick Up Warna Biru
7. MenghukumTergugatuntukmembayarbiayaperkara.;
Atau apabila Majelis Hakim berpendapat lain agar dapat memberikan putusan yang
52
3. Putusan
berikut;
tuntutan pembayaran uang pesangon dan hak-hak lainnya, menurut Majelis Hakim
undangan yang berlaku, Majelis Hakim terlebih dahulu akan memeriksa prosedur
Menimbang, bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 151 ayat (3) Jo. Pasal 155 ayat (1)
penetapan tersebut maka pemutusan hubungan kerja yang dilakukan batal demi
hukum;
Menimbang, bahwa berdasarkan bukti P-1 yang isinya menerangkan hal yang sama
dengan bukti T-3 yaitu tentang surat Pernyataan Pemutusan Hubungan Kerja
terhadap Welington Dumalang (in casu Penggugat) tertanggal 30 Juli 2020, artinya
53
kerja terhadap Penggugat faktanya sampai dengan diperiksanya perkara ini, belum
ada Putusan Pengadilan Hubungan Industrial yang memutus hubungan kerja antara
Penggugat dengan Tergugat, dengan mengacu pada ketentuan Pasal 151 ayat (3)
Jo. Pasal 155 ayat (1) Undang- undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang
1 dan T-3 batal demi hukum dengan demikian terbukti benar bahwa pemutusan
hubungan kerja yang dilakukan Tergugat tidak berdasar hukum sehingga terhadap
Menimbang, bahwa berdasarkan bukti P-1 dan bukti T-3, Tergugat melakukan
admin kan tor secara menyelu ruh, terhadap alasan pemutusan hubungan kerja
Penggugat;
54
Pasal 9 ayat (2)
“ PHK dengan alasan mendesak, PHK dapat dilakukan tanpa adanya surat
karyawan :
Huruf o :
latar belakang pendidikannya adalah S1 (Ilmu Komputer), demikian pula pada dalil
karyawan lain yang computernya bermasalah dan sudah puluhan computer yang
diperbaiki. Dalil gugatan ini dikuatkan pula oleh saksi saksi Penggugat yaitu
karena saksi tahu kalau Penggugat itu sarjana ilmu computer. Berdasarkan
55
Penggugat pada nomor 5 serta keterangan saksi ASRUL dan BEATRIX L, Majelis
mengenai komputerisasi;
pada system data base, saksi sedang off kerja dan yang masuk kerja hanya
Penggugat, oleh karena computer yang digunakan Penggugat rusak maka ketika itu
Penggugat menggunakan computer yang digunakan oleh saksi. Sebelum saksi off
kerja semua computer dalam keadaan baik kecuali computer Penggugat. Namun
ketika saksi masuk kerja semua computer yang ada di ruang kerja saksi rusak dan
datanya hilang dan computer yang digunakan saksi itu adalah server data atau pusat
penyimpanan data untuk semua data computer, saksi Kurnia Sehuddin kemudian
diberikan oleh ASRUL dan Beatrix L keduanya adalah saksi dari Penggugat serta
keterangan yang diberikan oleh Kurnia Sehuddin dan Felicia Juliana Theoswin
keduanya adalah saksi dari Tergugat serta fakta persidangan tentang latar belakang
computer yang digunakannya saat itu adalah computer kerja yang digunakan saksi
Kurnia Sehuddin yang merupakan server atau data base dari semua computer yang
56
ada, Penggugat seharusnya lebih berhati-hati dan teliti ketika akan
Menimbang, bahwa berdasarkan keterangan dari saksi Kurnia Sehuddin dan saski
pada system data base terjadi pada saat Penggugat menggunakan computer saksi
Kurnia Sehuddin, sedangkan computer tersebut adalah server atau pusat data untuk
semua kompeter yang ada sehingga semua computer lainnya pun mengalami
kerusakan atau kehilangan data pula. Menurut keterangan saksi Tergugat yaitu
ROY IRWAN DESAN, karena kerusakan pada system data base itu, semua system
kerja dilakukan secara manual dan hal itu berlangsung kurang lebih antara 4 sampai
5 bulan lamanya. Oleh karena kerusakan system data base terjadi pada saat
Penggugat yang menggunakan computer dan pada saat itu hanya Penggugat yang
bekerja di ruangan maka menurut Majelis Hakim kerusakan terjadi karena sebab
kelalaian Penggugat dan hal tersebut menurut ketentuan Pasal 9 ayat (2) huruf e dan
ayat (6) huruf o Peraturan Perusahaan CV. Cahaya Surya adalah kesalahan berat
dan dapat dikenakan sanksi pemutusan hubungan kerja atau dengan kata lain
penghargaan masa kerja, uang penggantian hak serta pembayaran upah proses
selama 6 (enam) bulan terhitung sejak diputus hubungan kerjanya, namun oleh
57
karena telah dipertimbangkan sebelumnya bahwa pemutusan hubungan kerja yang
dilakukan oleh Tergugat batal demi hukum, sedangkan untuk memeriksa dan
jelas tentang putusnya hubungan kerja antara kedua pihak, dan untuk memberikan
kepastian hukum terhadap telah putusnya hubungan kerja antara Penggugat dengan
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) memperoleh uang uang pesangon sebesar 1
(satu) ketentuan Pasal 156 ayat (2), uang penghargaan masa kerja sebesar 1 (satu)
kali ketentuan psal 156 ayat (3) dan uang penggantian hak sesuai ketentuan Pasal
Sedangkan mengenai upah proses, Majelis Hakim mengacu pada ketentuan SEMA
September 2011 terkait dengan upah proses maka isi amar putusan adalah
58
BULAN. Kelebihan waktu dalam proses PHI sebagaimana dimaksud dalam
Menmbang, bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 161 ayat (3) Undang- undang
2015 tersebut di atas, maka terhadap tuntutan Penggugat pada nomor 4 dapat
dikabulkan menjadi :
lainnya .
perkara ini tidak ada penetapan yang meletakkan sita jaminan terhadap harta benda
milik Tergugat maka tuntutan menyatakan sah dan berharga sita jaminan terhadap
harta benda milik Tergugat yaitu baik bergerak maupun tidak bergerak yaitu 1
(satu) unit kendaraan Mitsgubshi Fuso plat Nomor DD 8400 SY atas nama CV.
Cahaya Surya dan 1 (satu) unit kendaraan Daihatsu Gran Max Pick Up warna biru
nomor plat DD 8664 OV atas nama Shioel Chandra, tidak dapat dikabulkan dan
harus ditolak ;
dan mengesampingkan bukti-bukti lainnya, telah cukup alasan bagi Majelis Hakim
59
Menimbang, bahwa oleh karena gugatan Penggugat dinyatakan dapat didikabulkan
untuk sebahagian, maka Tergugat sebagai pihak yang kalah dalam perkara ini
dihukum untuk membayar biaya perkara, namun karena nilai gugatan dalam
perkara ini di bawah Rp. 150.000.000,- (seratus lima puluh juta rupiah) maka
kepada negara yang sampai saat ini diperkirakan sebesar Rp. ; 190.000 ,-
MENGADILI :
Dalam Eksepsi :
1. MengabulkanGugatanPenggugatuntuksebagian.
60
hukum sejak putusan dibacakan.
hak lainnya.
kepada Negara sebesar Rp. 190.000,- (seratus semblian puluh ribu rupiah);
61
C. Analisis Terhadap PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA TANPA
PHI/2020/PN.Mks.
penyelasaian mediasi.
PHK sepihak yang dilakukan Pimpinan CV. Cahaya Surya terhadap Penggugat
Surat Peringatan (SP) dalam tenggang waktu 6 (enam) bulan secara terus
menerus
tentang Ketenagakerjaan;
62
sebagaimana ditentukan dalam Pasal 151 ayat (3) Undang-Undang R.I.
Dalam hal ini sesuai dengan kasus PHK sepihak yang dilakukan Pimpinan CV.
Pengugat yang telah melaporkan penanganan pengaduan atas PHK sepihak kepada
Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Sulawesi Selatan untuk melakukan
2004 yang menyatakan “Dalam hal Anjuran tertulis sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 13 ayat (2) huruf a ditolak oleh salah satu pihak atau para pihak, maka para
Dalam buku hukum perjanjian karangan Prof. Subekti, dalam bab VI mengenai
saat dan tempat lahirnya perjanjian, tentang materi adanya persesuaian paham dan
pada detik tercapainya kesepakatan atau persetujuan anatara kedua belah pihak
mengenai halhal yang pokok dari apa yang menjadi obyek perjanjian. Sepakat itu
adalah persesuaian paham dan kehendak antara dua pihak. Dalam lingkup yang
63
kecil dan spesifik persesuaian kehendak itu dapat dinyatakan dengan tegas secara
harus dinyatakan secara tegas melalui lisan dan juga tidak menjadikan jaminan
dinyatakan secara langsung oleh kedua belah pihak. Yang terpenting dalam hal ini
bukan lagi terhadap pernyataan kehendak, tetapi juga dari apa yang dinyatakan oleh
seseorang, sebab pernyataan inilah yang dapat dipakai sebagai pegangan untuk
orang lain. Sepakat yang diperlukan untuk melahirkan suatu perjanjian dianggap
telah tercapai, apabila pernyataan yang dikeluarkan oleh suatu pihak diterima oleh
pihak lain, dengan kata lain pernyataan/kehendak yang dikeluarkan oleh suatu
tersebut bertentangan dengan ketentuan Pasal 151 ayat (1) dan (2) UUK yang pada
untuk membayarkan hak- hak pekerja menurut ketentuan Pasal 163 ayat (2) UUK
kali sesuai ketentuan Pasal 156 ayat (2), Uang Penghargaan Masa Kerja 1 (satu)
kali ketentuan Pasal 156 ayat (3) dan Uang Penggantian Hak sesuai ketentuan Pasal
64
Maka sudah sepantasnya penggugat mendaptkan hak-haknya yang telah diatur
dalam UUK.
65
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hubungan Industrial.
66
B. Saran
pengawasannya.
67
DAFTAR PUSTAKA
Buku-Buku
Paramaita.
Grafika.
Persada.
Persada.
Persada.
Jakarta: Djambatan.
Indonesia.
68
Manulang, S. H. (1995). Pokok-Pokok Hukum Ketenagakerjaan Di Indonesia.
Grafindo Persada.
Irsan, K., & Armansyah. (2016). Hukum Tenaga Kerja Suatu Pengantar. Jakarta:
Erlangga.
Persada.
Persada.
Grafindo Persada.
Grafindo Persada.
69
Peraturan Perundang-Undangan.
Hubungan Industrial
70