Anda di halaman 1dari 18

Modul Riset Pemasaran

PERTEMUAN 10:

METODE SURVAI

A. TUJUAN PEMBELAJARAN

Pada bab ini akan dijelaskan mengenai metode survai, diharapkan mahasiswa

mampu:

1.1. Mengetahui pengertian survai dan langkah-langkah survai

1.2. Mengetahui tipe-tipe survai

1.3. Mengetahui teknik wawancara

B. URAIAN MATERI

Tujuan Pembelajaran 1.1:

Pengertian dan Langkah-Langkah Survai

Penelitian survei merupakan suatu teknik pengumpulan informasi yang

dilakukan dengan cara menyusun daftar pertanyaan yang diajukan pada responden

dalam berbentuk sample dari sebuah populasi. Dalam penelitian survei, peneliti

meneliti karakteristik atau hubungan sebab akibat antar variabel tanpa adanya

intervensi peneliti.

Langkah- langkah Survai

Terdapat enam langkah dasar dalam melakukan sebuah penelitian survei, yakni:

1. Langkah pertama, yaitu dengan membentuk hipotesis awal, menentukan

jenis survei yang akan dilakukan akankah melalui surel (e-mail),

S1 Manajemen Universitas Pamulang


1
Modul Riset Pemasaran

wawancara (interview), atau telepon, membuat pertanyaan-pertanyaan,

menentukan kategori dari responden, dan menentukan setting penelitian.

2. Langkah kedua, yaitu merencanakan cara untuk merekam data dan

melakukan pengujian awal terhadap instrumen survei.

3. Langkah ketiga, yaitu menentukan target populasi responden yang akan di

survei, membuat kerangka sampel survei, menentukan besarnya sampel,

dan memilih sampel.

4. Langkah keempat, yaitu menentukan lokasi responden, melakukan

wawancara (interview), dan mengumpulkan data.

5. Langkah kelima, yaitu memasukkan data ke komputer, mengecek ulang

data yang telah dimasukkan, dan membuat analisis statistik data.

6. Langkah keenam, yaitu menjelaskan metode yang digunakan dan

menjabarkan hasil penemuan untuk mendapatkan kritik, serta melakukan

evaluasi.

Tujuan Pembelajaran 1.2:

Tipe-Tipe Survai

Terdapat 3 jenis penelitian survei dengan berbagai kelebihan dan

kelemahannya masing-masing.

1. Melalui surat (mail-questionare) merupakan cara untuk menguji tanggapan

responden melalui pengiriman kuesioner via pos. Kelebihan dari mail-

questionare adalah hemat biaya, hemat waktu, responden bisa memilih

waktu yang tepat baginya untuk mengisi kuesioner, ada jaminan

kerahasiaan (anonymity) yang lebih besar, keseragaman kata (tidak

S1 Manajemen Universitas Pamulang


2
Modul Riset Pemasaran

dibacakan lagi), tidak ada bias pewawancara, serta banyak responden yang

dapat dicapai (dibandigkan dengan pengiriman pewawancara ke banyak

tempat). Sedangakan, kekurangannya adalah tidak fleksibel, terdapat

kecenderungan rendahnya tanggapan (response rate), hanya perilaku

verbal yang tercatat, idak ada kendali atas lingkungan (ribut, diganggu),

tidak ada kendali atas urutan pertanyaan, bisa menyebabkan pertanyaan-

pertanyaan yang tidak terjawab, tidak bisa merekam jawaban secara

spontan, kesulitan untuk membedakan antara tidak menjawab (non-

response) dengan salah alamat, tidak ada kendali atas waktu

pengembalian, tidak dapat menggunakan format yang kompleks, dan bisa

mendapatkan sample yang bias.

2. Metode wawancara tatap muka (face-to-face interview) merupakan cara

untuk menguji tanggapan responden dengan bertemu muka atau

berhadapan langsung. Kelebihan dari penelitian face-to-face interview

adalah fleksibilitas, tingkat respon (response rate) yang baik,

memungkinkan pencatatan perilaku non verbal, kendali atas lingkungan

waktu menjawab, kemampuan untuk mengikuti urutan pertanyaan dan

pencatatan jawaban seecara spontan, responden tidak bisa curang dan

harus menjawab sendiri, terjaminnya kelengkapan jawaban dan pertanyaan

yang dijawab, adanya kendali atas waktu menjawab pertanyaan, serta

dapat digunakan untuk kuesioner yang kompleks. Sedangkan,

kelemhannnya adalah biayanya yang mahal, waktu yang dibutuhkan untuk

bertanya dan untuk berkunjung ke lokasi, bias pewawancara, tidak ada

kesempatan bagi responden untuk mengecek fakta, mengganggu

S1 Manajemen Universitas Pamulang


3
Modul Riset Pemasaran

responden, kurang menjamin kerahasiaan, kurangnya keseragaman

pertanyaan, serta kurang bisa diandalkan untuk mencapai banyak

responden.

3. Wawancara telepon (telephone interview) merupakan cara menguji

tanggapan respondenvia telepon. Kelebihan dari telephone interview

adalah tingkat respon (Respon rate) lebih tinggi dari mail atau self

administered. memnungkinkan untuk menjangkau geografis yang luas/

jauh, waktu lebih singkat, dapat mengontrol tahapan pengisian kuesioner,

dapat melakukan pertanyaan lanjutan probing, dan memungkinkan untuk

format pertanyaan yang lebih kompleks. Sedangkan, kekurangannya

adalah biaya tinggi, panjang wawancara terbatas, terbatas untuk responden

yang memiliki telepon, mengurangi anonimitas, memungkinkan bias

pewawancara, sulit untuk pertanyaan terbuka, membutuhkan bantuan

visual, serta hanya dapat mencatat hal-hal tertentu dari latar belakang suara

atau intonasi suara.

Tujuan Pembelajaran 1.2:

Teknik Wawancara

Dalam menjalankan setiap kegiatan bisnis, para pelaku yang ada di

dalamnya tentunya akan senantiasa berhadapan dengan pelaku lainnya. Salah satu

bentuk dari interaksi tersebut adalah dalam bentuk wawancara. Sejak saat pertama

seseorang akan memasuki dunia kerja, sampai saat pensiun, ia akan terlibat dalam

berbagai wawancara bisnis. Misalnya, pada saat melamar pekerjaan, wawancara

biasanya merupakan salah satu langkah dalam proses seleksi Pada kegiatan

S1 Manajemen Universitas Pamulang


4
Modul Riset Pemasaran

pemasaran, bagian riset akan mencari informasi mengenai pelanggan dan

kepuasannya, pada saat seseorang akan mengundurkan diri dari pekerjaan

biasanya juga akan menghadapi wawancara, dan berbagai wawancara di bidang

lainnya untuk membantu memecahkan masalah dalam bisnis. Dengan demikian

wawancara merupakan bagian yang penting dalam komunikasi bisnis.

Dalam pokok bahasan ini akan dijelaskan mengenai pengertian

wawancara, jenis-jenis wawancara dalam bisnis, struktur wawancara, dan teknik

wawancara. Wawancara pekerjaan (job interview) akan dibahas secara khusus

pada akhir pokok bahasan ini.

Pengertian Wawancara

Wawancara menurut Dwyer (2003:474), merupakan alat untuk

mengumpulkan informasi atau pertukaran informasi. Wawancara, merupakan

percakapan yang terencana dengan tujuan tertentu, yang melibatkan dua orang.

Bahkan, menurut bovee dan Thill (1983:415), setiap dua orang bertemu untuk

mendiskusikan suatu masalah, berarti mereka terlibat dalam suatu wawancara.

Suatu wawancara melibatkan pewawancara (interviewer) dan orang yang

diwawancarai (interviewee). Agar wawancara dapat berhasil baik, infornasi harus

mengalir dengan baik diantara mereka. Oleh karena itu ketrampilan dan

pemahaman mengenai proses wawancara menjadi penting bagi keduanya.

Wawancara, berbeda dengan percakapan biasa. Karakteristik yang

membedakannya adalah sebagai berikut:

Lebih mempunyai tujuan dari percakapan biasa (more purposeful). Karena

tujuan ini telah ditetapkan lebih dahulu, maka wawancara cenderung lebih formal

S1 Manajemen Universitas Pamulang


5
Modul Riset Pemasaran

Wawancara adalah percakapan yang lebih terstruktur (more structured).

Pembicaraan biasa seringkali tidak mempunyai struktur, tetapi wawancara

mempunyai tahap-tahap yang tersusun

Wawancara lebih ditekankan untuk mendapatkan informasi (more

information oriented). Apapun tujuan spesifiknya, dalam wawancara tersebut

biasanya terjadi pertukaran informasi. Pelaksanaan wawancara terutama

melibatkan bentuk komunikasi verbal secara lisan, baik mendengar maupun

berbicara, serta komunikasi nonverbal.

Jenis-jenis Wawancara Dalam Bisnis

Wawancara yang ditemukan dalam bisnis dapat dikelompokkan menjadi

wawancara yang didominasi oleh pertukaran informasi, dan wawancara yang

didominasi oleh pertukaran perasaan.

Wawancara yang Didominasi oleh Pertukaran Informasi

Semua jenis wawancara sebenarnya tidak hanya melibatkan pertukanan informasi

tetapi juga melibatkan emosi. Contoh-contoh wawancara yang akan dijelaskan

berikut ini adalah wawancara yang lebih didominasi oleh pertukaran informasi.

1. Wawancara pekerjaan (job interview)

Dalam wawancara pekerjaan, pelamar ingin mempelajari mengenai posisi

yang ditawarkan perusahaan dan mengenai perusahaannya. Di sisi lain

pewawancara ingin mempelajari mengenai kemampuan dan pengalaman

pelamar. Kedua belah pihak di sini berkeinginan untuk memberikan kesan

yang baik.

2. Wawancara informasi (information interview)

S1 Manajemen Universitas Pamulang


6
Modul Riset Pemasaran

Dalam wawancara informasi, pewawancara berusaha mencari fakta atau data

untuk pengambilan keputusan atau untuk memahami suatu masalah.

Informasinya kebanyakan mengalir satu arah, dimana pewawancara

memberikan serangkaian pertanyaan yang harus dijawab oleh pihak lain.

Dalam hal ini keterampilan mendengan menjadi sangat dominan. Contoh

wawancara ini misalnya: reporter yang mencari berita, konsultan yang

berusaha mengenali sikap karyawan perusahaan yang menjadi kliennya, dan

sebagainya.

3. Wawancara yang bersifat membujuk (persuasive interview)

Pewawancara dalam wawancara yang bersifat membujuk akan menjelaskan

kepada pihak lainnya mengenai ide, produk, atau, jasa, dan menjelaskan

mengapa pihak lainnya tersebut perlu melakukan apa yang

direkomendasikannya. Wawancara seperti ini seringkali terjadi dalam

penjualan. Misalnya pewawancara mendiskusikan dengan calon pembeli

mengenai keb utuhan pembeli, dan menjelaskan bagaimana produknya dapat

memenuhi kebutuhan pembeli tersebut.

4. Wawancara bagi karyawan yang mengundurkan diri (exit interview)

Pada wawancara yang dilakukan kepada karyawan yang akan mengundurkan

diri dari perusahaan, pewawancara mencoba untuk memahami alasan mengapa

karyawan tersebut akan pindah atau keluar dari pekerjannya. Orang yang akan

meninggalkan perusahaan biasanya dapat memberikan pandangan yang lebih

jujur mengenai kelebihan dan kelemahan perusahaan.

S1 Manajemen Universitas Pamulang


7
Modul Riset Pemasaran

Wawancara yang Didominasi oleh Pertukaran Perasaan

Berikut ini adalah contoh dari wawancara yang didominasi oleh pertukaran

perasaan (exchange of feeling).

1. Wawancara evaluasi (evaluation interview)

Sebagai tindak lanjut atau bagian dari proses penilaian kinerja, atasan

langsung dari pegawai akan memberikan umpan balik mengenai kinerjanya.

Atasan dapat melakukan tanya jawab dengan pegawai tersebut mengenai

pencapaiannya dan langkah-langkah perbaikan yang diperlukan untuk kinerja

yang lebih baik.

2. Wawancara pemberian nasihat (counseling interview)

Wawancara ini dilakukan oleh seorang atasan kepada bawahannya, mengenai

masalah-masalah pribadi yang mengganggu atau mempengaruhi kelancaran

pekerjaannya.

3. Wawancara untuk mengatasi konflik (conflict resolution interview)

Konflik terjadi apabila dua individu atau kelompok berselisih pandangan.

Wawancarajenis ini dapat dilakukan untuk menelusuri permasalahannya,

dengan tujuan untuk mendapatkan solusi atau kesepakatan diantara kedua

pihak tersebut.

4. Wawancara teguran (diciplinary interview)

Wawancara teguran dilakukan apabila seorang pegawai melakukan tindakan

indisipliner. Atasan langsung mewawancarai pegawai yang bersangkutan

untuk mencoba mengoreksi perilaku perilakunya yang mengabaikan aturan

dan tata tertib perusahaan.

S1 Manajemen Universitas Pamulang


8
Modul Riset Pemasaran

Selain contoh-contoh di atas, masih banyak wawancara di bidang bisnis lainnya

yang sering dilakukan, baik yang didominasi oleh pertukaran informasi, maupun

yang didominasi oleh pertukaran perasaan. Misalnya di bidang pemasaran,

utamanya dalam melakukan riset pemasaran dan dalam melayani pelanggan.

Struktur Wawancara

Meskipun terdapat berbagai macam wawancara dengan tujuan yang

berbeda-beda, setiap wawancara pada dasarnya mempunyai struktur yang sama.

Kesadaran pewawancara untuk mengikuti struktur tersebut akan menciptakan

suatu wawancara yang efektif. Proses wawancara biasanya dibagi ke dalam enam

fase sebagaimana dapat dilihat dalam gambar 5.1 dan akan diuraikan di bawah ini.

Penerapan fase yang diambil sebagai contohnya adalah untuk wawancara

pekerjaan.

1. Perencanaan

Fase perencanaan sebenarnya tidak termasuk bagian dari wawancara, karena

dilakukan sebelum wawancara dilaksanakan. Walaupun demikian penting

untuk dimasukkan, karena perencanaan dapat menjamin keberhasilan

wawancara. Di bawah ini adalah hal-hal yang harus dilakukan saat

merencanakan wawancara:

a. Menetapkan tujuan

Mempelajari hal-hal mengenai pelamar dan subyek atau pekerjaan yang

ditawarkan .Menetapkan spesifikasi pepekerjaan yang akan ditawarkan

dan berdasarkan hal tersebut Mengembangkan pertanyaan-pertanyaan

yang penting Mengidentifikasikan jawaban-jawaban yang diinginkan

Memilih tempat yang tepat dan memberitahukannya kepada pelamar

S1 Manajemen Universitas Pamulang


9
Modul Riset Pemasaran

b. Menciptakan Hubungan

Bagi sebagian orang, wawancara merupakan suatu peristiwa yang bisa

menciptakan ketegangan. Untuk mengurangi ketegangan dan memudahkan

jalannya pertukaran informasi, di awal wawancara, pewawancara harus

menciptakan hubungan dengan pelamar. Jabatan tangan, senyum yang

hangat, dan suara yang ramah, merupakan salah satu cara dalam

menyambut pelamar. Sikap seperti ini sama dengan yang dilakukan saat

menerima tamu yang sedang mengunjungi kantor atau rumah. Karena ada

kemungkinan pewawancara merasa gugup, atau mungkin asing dengan

keadaan sekitarnya, maka sebaiknya percakapan dimulai dengan yang

ringan-ringan dahulu. Misalnya, mengajak bicara mengenai cuaca,

kejadian sehari-hari, atau mungkin topik yang berhubungan dengan minat

pelamar (olah raga, politik, dan lain-lain). hal tersebut dilakukan untuk

mengembangkan komunikasi dan memenunjukkankan bahwa

pewawancara menghargai minat pelamar. Dengan sambutan hangat

pelamar akan merasa percaya diri sehingga informasi yang diharapkan

dapat mengalir lancar.

2. Menetapkan Tujuan

Seorang pewawancara harus menjelaskan tujuan utama wawancara tersebut.

Berikan pengertian pada pelamar tentang keinginan anda, karena seringkali

masalah timbul disebabkan pewawancara mengasumsikan bahwa tujuan-

tujuan yang diharapkannya sudah jelas bagi pelamar. Untuk menghindari hal

ini maka jelaskan tujuan-tujuan tersebut pada saat wawancara.

S1 Manajemen Universitas Pamulang


10
Modul Riset Pemasaran

3. Tahap Tanya Jawab

Setelah tahap di atas, maka dimulai pembicaraan mengenai subyek yang ingin

diketahui dari pelamar. Skema yang baik harus mengikuti sebuah kronologi

yang tepat yaitu dimulai dengan latar belakang pendidikan dan aktivitas

pelamar, dilanjutkan dengan pengalaman pekerjaan (jika ada) dan diakhiri

dengan aktivitas pekerjaan. Dalam merangkum hal-hal tersebut, pewawancara

harus memeriksa kualifikasi teknis (kemampuan untuk melakukan pekerjaan)

dorongan dan aspirasi (kemauan untuk melakukan pekerjaan), hubungan sosial

dan keseimbangan emosi (hubungan dengan sesama teman dan diri sendiri),

karakter (sifat yang dapat dipercaya), dan faktor lain yang dibutuhkan untuk

mengukur keberhasilan suatu pekerjaan. Faktor tersebut mungkin

berhubungan dengan kekuatan fisik, sikap dari suami/istri terhadap pekerjaan,

stabilitas keuangan, kemauan untuk melakukan perjalanan, kemauan pindah

secara permanen. Hal yang juga penting mengenai pelamar adalah mengenai

aspek-aspek keperibadian pelamar yang berhubungan dengan minat, sikap,

karakter, dan temperamen. Pada saat mempelajari kualifikasi penting dan

perilaku pelamar, perhatian dapat dialihkan dengan menjelaskan tentang

perusahaan. Misalnya gaji, bonus, dan hal lain yang menarik perhatian, juga

memberikan kesempatan kepada pelamar untuk bertanya, sehubungan dengan

pekerjaan dan perusahaan.

4. Tahap Meringkas

5. Pada saat wawancara, terjadi pertukaran informasi antara pewawancara

dengan pelamar, kemungkinan saja informasi yang didapat relevan dengan

tujuan, tetapi mungkin pula sama sekali tidak relevan. Informasi yang tidak

S1 Manajemen Universitas Pamulang


11
Modul Riset Pemasaran

relevan akan mengakibatkan kesimpulan yang kabu atau tidak jelas. Untuk

menghindari hal tersebut, pewawancara harus meringkas hasil wawancara

pada saat akhir. Bila hal itu tidak dilakukan, akibatnya kedua pihak tidak

menyadari adanya perbedaan-perbedaan yang terjadi. Seorang pelamar tidak

akan sadar bahwa wawancara telah berakhir, sampai ia melihat tanda-tanda

yang ditunjukkan oleh pewawancara. Karena itu harus terdapat suatu

kesepakatan tentang kesimpulan wawancara tersebut sebelum wawancara

berakhir. Ringkasan ini juga harus dicatat dan disimpan sebagai suatu arsip,

sehingga akan memudahkan bila sewaktu-waktu dibutuhkan.

6. Tahap Evaluasi

Tahap ini dilakukan setelah wawancara berakhir. Semua informasi yang telah

didapatkan dari orang yang diwawancarai, harus dirangkum secara

keseluruhan tanpa ditambah ataupun dikurangi. Dalam wawancara kerja,

informasi tersebut dapat dilengkapi dengan fakta dari sumber lain yang dapat

digunakan sebagai indikator untuk menilai jalan pikiran pelamar. Indikator

tersebut dapat berguna untuk bahan evaluasi. Setalah wawancara perlu dibuat

laporan tertulis mengenai hal-hal yang berhubungan dengan wawancara. Pada

akhir laporan tersebut diberikan kesimpulan, yang memberikan gambaran

mengenai penilaian secara keselurukan.

a. Teknik Wawancara

Wawancara bisa dilakukan dalam berbagai, wawancara dengan cara

langsung (direct interview), wawancara tidak langsung (indirect

interview), atau wawancara berpola (patterned interview).

b. Wawancara Langsung

S1 Manajemen Universitas Pamulang


12
Modul Riset Pemasaran

Pada wawancara langsung pewawancara mengontrol secara terus menerus

jalannya wawancara. Pewawancara menggunakan daftar pertanyaan yang

telah dibuat sebelumnya. Semua yang diwawancarai mendapatkan

pertanyaan yang sama, walaupun di antara mereka terdapat perbedaan-

perbedaan, misalnya kemampuan, pengalaman, umur, dan lain-lain.

c. Wawancara Tidak Langsung

Dalam wawancara tidak langsung, pewawancara memberikan rangsangan

atau umpan kepada pelamar untuk berbicara. Dengan demikian

pewawancara memberikan pertanyaan yang berbeda untuk orang yang

berbeda. dan lain-lain.

d. Wawancara Berpola

Wawancara berpola adalah kombinasi dari wawancara langsung dan tidak

langsung. Pada teknik wawancara seperti ini digunakan pula daftar

pertanyaan yang telah dipersiapkan sebelumnya, tetapi pewawancara juga

memberikan umpan kepada yang diwawancarai untuk mengembangkan

jawaban-jawabannya. Jadi pewawancara tidak selalu menanyakan

pertanyaan yang sama untuk seluruh pelamar, pewawancara akan

menyesuaikan pertanyaan dengan pelamar. Ada kalanya wawancara

berkembang bila orang yang diwawancarai aktif menjawab pertanyaan,

tetapi jika ia pasif sangat sulit untuk mengembangkan wawancara.

Bentuk-bentuk Pertanyaan dalam Wawancara

Tanpa pertanyaan-pertanyaan yang tepat, seorang pewawaancara tidak akan

memperoleh informasi yang cukup. Di bawah ini adalah beberapa tipe

S1 Manajemen Universitas Pamulang


13
Modul Riset Pemasaran

pertanyaaan yang dapat dipertimbangkan untuk dipilih sebelum melakukan

wawancara, disertai contohnya untuk wawancara kerja.

1. Pertanyaan Terbuka

Pertanyaan terbuka adalah pertanyaan yang mengharapkan pendapat atau

opini dari orang yang diwawancarai. Pada pertanyaan terbuka, orang yang

diwawancarai mempunyai kebebasan untuk menguraikan pendapatnya sampai

seberapa jauh ia ingin menjelaskan uraiannya. Di bawah ini adalah contoh

pertanyaan terbuka.

”Bisakah anda menceriterakan mengenai diri anda?”

”Mengapa anda melamar pekerjaan ini?”

”Apa pandangan anda mengenai bidang kerja yang anda tekuni?”

2. Pertanyaan Tertutup

Pertanyaan tertutup adalah pertanyaan yang mengharapkan jawaban yang

singkat, atau sangat singkat. Pada pertanyaan tertutup, pewawancara

membatasi jawaban yang akan diberikan. Contoh dari pertanyaan tertutup

adalah sebagai berikut:

”Apakah anda senang membaca buku?”

”Berapa umur anda,antara 17-25, 26-35, 36-45?”

”Anda sudah berkeluarga?”

”Apa jabatan anda sekarang?”

3. Pertanyaan Terarah

Pertanyaan terarah adalah pertanyaan yang mengarahkan jawabannya pada

suatu arah tertentu. Jawabannya sudah sama-sama diketahui oleh

S1 Manajemen Universitas Pamulang


14
Modul Riset Pemasaran

pewawancara dan orang yang diwawancarai, dilakukan hanya untuk ferivikasi

informasi faktual saja. Contohnya

”Anda sudah lulus D3, bukan?”

”Anda bersedia ditempatkan di mana saja?”

”Anda sudah lulus D3, bukan?”

”Anda bersedia ditempatkan di mana saja?”

4. Pertanyaan Netral

Dalam pertanyaan netral, pewawancara tidak berusaha untuk mengarahkan

respon orang yang diwawancarai. Pertanyaan diungkapkan sedemikian rupa

sehingga tidak memperlihatkan indikasi jawaban yang diinginkan pelamar.

Misalnya: ”Bagaimana pendapat anda mengenai pekerjaan yang

membutuhkan banyak perjalanan?”

”Mengapa anda meninggalkan perusahaan?”

5. Pertanyaan Reflektif

Pertanyaan reflektif adalah pertanyaan yang diajukan berdasarkan refleksi

jawaban orang yang diwawancarai, dengan maksud untuk mengembangkan

jawaban. Contohnya:

Interviewee: ”Sebenarnya saya menyukai pekerjaan saya yang lalu, menarik,

dan kompensasinya juga bagus. Tetapi saya mendapatkan masalah dengan

supervisor”.

Interviewer: ”Masalah dengan supervisor?”

Interviewee: ”Selama ini saya telah berusaha bekerja dengan baik, tetapi

beberapa teman seringkali menimbulkan cekcok”.

Interviewer: ”Cekcok?”

S1 Manajemen Universitas Pamulang


15
Modul Riset Pemasaran

6. Pertanyaan Hipotetis

Pertanyaan hipotetis adalah pertanyaan untuk mengetahui kecepatan reaksi

dan daya pikir orang yang diwawancarai dalam kaitannya dengan suatu

masalah. Contohnya:

”Jika bawahan anda nanti ternyata lebih terampil daripada anda dalam beberapa

hal, apa yang akan anda lakukan?”

Dalam pelaksanaan wawancara, pewawancara harus terampil mengombinasikan

bentuk pertanyaan yang akan diajukan.

C. SOAL LATIHAN/TUGAS

1. Sebutkan pengertian survai!

2. Sebutkan dan jelaskan enam langkah dasar dalam melakukan sebuah

penelitian survai!

3. Jelaskan tiga jenis penelitian survai!

4. Jelaskan beberapa teknik wawancara !

5. Apa yang dimaksud dengan pertanyaan hipotesis?

Berikan contohnya.

S1 Manajemen Universitas Pamulang


16
Modul Riset Pemasaran

DAFTAR PUSTAKA

Bilson Simamora. 2004. Riset Pemasaran: Falsafah, Teori, dan Aplikasi. PT.
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Cochran. 1991. Teknik Penarikan Sampel. Universitas Indonesia, Jakarta.
Freddy Rangkuti. 2011. Riset Pemasaran. PT. Gramedia. Jakarta.
Ibnu Subiyanto. 1998. Metodologi Penelitian (Manajemen dan Akuntansi). UPP
AMP YKPN, Yogykarta.
Kotler and Armstrong. 2001. Principles of Marketing 9th edition, Prentice Hall
Kotler and Armstrong. 2009. Principles of Marketing 13th edition. Pearson
Kotler and Keller. 2012. Management 14th edition, Pearson France.
Kotler, Philip and Armstrong 2003. Principle of Marketing. Pearson Education
Inc., New Jersey
Kotler, Philip dan Armstrong, Gary. 2001. Prinsip-prinsip Pemasaran. Edisi
kedelapan.Jakarta: Penerbit Erlangga.
Kotler, Philip, and Keller 2006 Marketing Management 12th edition. Prentice
hall: New Jersey
Kotler,Philip. 2005. Manajemen Pemasaran: Edisi 11. Jakarta: Penerbit PT Ideks.
Kurtulus,
Kotler, Philip. 2001. ‘‘Manajemen Pemasaran di Indonesia : Analisis,
Perencanaan, Implementasi dan Pengendalian’’. Salemba Empat. Jakarta.
Kemal; Nasir, Suphan. 2008 Integration of Comparison Level Theory to
Analyze the Relationship between Complaint Recovery Satisfaction and
Post-Complaint Consumer Responses. The Business Review, Cambridge
10.1: 344-348
Nur Indriantoro, Bambang Supomo. 2002. Metodologi Penelitian Bisnis:
Untuk Akuntansi dan Manajemen. BPFE, Ypgyakarta.
Sekaran. 2000. Research Methods for Business: Skill Buliding Approach, John
Wiley&Sons, Inc. New York.
Soeratno, Loncolin Arsyad. 1999. Metodologi Penelitian: Untuk Ekonomi dan
Bisnis. UPP AMP YKPN, Yogyakarta.
Stanton, William J. 2001. ‘‘Prinsip Pemasaran’’. Erlangga. Jakarta.

S1 Manajemen Universitas Pamulang


17
Modul Riset Pemasaran

Swastha, Basu dan Irawan. 2005, ‘‘Manajemen Pemasaran Modern‘‘, Liberty,


Yogyakarta.
Widayat. 2004. Metode Penelitian Pemasaran: Aplikasi Software SPSS,
Universitas Muhammadiyah Malang, Malang.

S1 Manajemen Universitas Pamulang


18

Anda mungkin juga menyukai