Wawancara
Penggunaan metode wawancara lebih terfokus kepada pendapat atau kepada focus pribadi.
Selain itu, metode ini sangat cocok digunakan oleh auditor komunikasi untuk merivew dan mendapatkan
informasi awal terhadap isu serta permasalahan komunikasi. Selain itu, melalui metode wawancara,
auditor dapat melihat serta mendapatkan masukan secara lebih mantap. Hal itu disebabkan karna
metode wawancara akan dapat mengamati gerak komunikasi verbal maupun nonverbal individu yang
diwawancarai. Dibandingkan dengan metode kuesioner, responden hanya menyatakan persepsi mereka
terhadap pernyataan yang ada di dalam kuesioner tanpa melibatkan petugas audit.
Dalam menggunakan metode ini, auditor memiliki beberapa pilihan dalam kegiatan pengumpulan
data, diantaranya adalah:
Selain itu, sebelum metode wawnacara dilaksanakan auditor hal harus mengidentifikasi siapakah
yang akan diwawancara. Penentuan siapa, harus dibuat berdasarkan tujuan serta ruang lingkup audit,
begitu juga dengan fungsi serta tanggung jawab. Selanjutnya adalah tempat, dimana wawancara itu
akan dilaksanakan. Pemilihan tempat akan memberikan dampak pada efektifitas hasil dari wawancara.
Diantaranya bertujan untuk mengurangi gangguan (noise) seperti dering atau telpon masuk. Oleh
karena itu, Penentuan siapa dan tempat adalah dua kriteria utama yang akan menentukan keberhasilan
metode ini dalam pengumpulan informasi.
Metode wawancara bisa dilaksanakan secara langsung ataupun melalui media interaksi seperti
telepon, video-konfrensi (z00m/gmeet), dan lain – lain media elektronik. Ada dua kategori metode
wawancara yaitu:
Wawancara terstruktur
Yaitu setiap pertanyaan yang ingin diperbincangkan telah distrukturkan terlebih dahulu oleh auditor di
dalam satu protocol wawancara
Wawancara tak terstruktur
Adalah metode dimana tidak ada pertanyaan terstruktur yang disiapkan dan ditanya oleh auditor.
Perencanaan wawancara
Mulailah dengan mendapatkan informasi mengenai posisi jabatan, nama, nomro karyawan, dan
lain – lain seperti: gelar jabatan yang disandang, peran dan tanggung jawan serta tugas yang
dilaksanakan.
Tuliskan apa saja yang dibicarakan, membuat revisi untuk tujuan apa yang dijelaskan adalah
sama dnegan apa yang dipahami oleh pewawancara.
Bertanya untuk tujuan deskripsi lanjutan dan penjelasan.
Tugas: periode waktu yang mandapam seperti frekuesi, jumlah dan siapa saja yang
sering membantu.
Proyek: tanggung jawab secara spesifik siapa yang bertanggungjawab, siapa yang
menggantikan jika pemimpin proyek tidak ada, apa yang terjadi jika ia meninggal
organisasi tersebut.
Tanggung jawab perencanaan: apakah kontribusi yang dimainkan oleh saudara dalam
proses membantu organisasi mencapai tjuan pembentukannya
Pewancara harus memberi kesempatan kepada responden untuk menyatakan secara bebas
setiap usulan untuk perbaikan.
Dengar apa saja keluhan yang disampaikan. Ini memudahkan pewanwancara mengetahui
tingkat permasalahan serta dapat mengidentifikasi keinginan serta kebutuhan responden.
Memastikan setiap wawancara dibuat berdasarkan pertanyaan yang telah ditetapkan, dengan
sedikit modifikasi dari segi penyampaian dengan tidak ada perubahan ke tema penilaian.
Dengan mendapat persetujuan kedua belah pihak, alat rekaman dapat digunakan.
Menggunakan pertanyaan yang dibangun dari kuesioner
Selalui membuat pernyataan ulang atau kesimpulan dari temuan wawancara. Ini untuk
menghindari kesalahpahaman terhadap beberapa fakta yang diperoleh, wawancara ditutup dan
berakhir dengan ucapan penghargaan serta terimakasi.