Anda di halaman 1dari 3

Wawancara Seleksi Kerja

Wawancara seleksi merupakan metode seleksi yang paling sering digunakan di dalam proses seleksi.
Metode ini paling luas digunakan untuk memperoleh informasi karena para pewawancara berhadapan
langsung dengan pelamar. Kebanyakan perusahaan menggunakan metode ini di samping menggunakan
cara lain. Pentingnya wawancara seleksi adalah untuk dapat mengukur kemampuan pelamar dalam
sejumlah pertanyaan yang berkaitan secara langsung dengan pekerjaan. Banyak informasi mengenai diri
karyawan yang disampaikan pelamar melalui formulir lamaran dan referensi, kebenrannya dapat
diketaui pada langka wawancara ini.

Wawacara seleksi bertujuan untuk memperoleh informasi secara langsung mengenai pengetahuan,
keterampilan, dan kemampuan yang dimiliki para pelamar. Seringkali wawancara menemukan subjektif
dalam memperoleh informasi, sehingga sering hasilnya tidak dapat dipercaya. Para pelamar sering
menyampaikan informasi tidak benar pada situasi-situasi tertentu. Misalnya, dalam situasi tegang,
informasi yang disampaikan berbeda dengan kenyataan yang mereka alami. Hal lain, pelamar sering
menyampaikan informasi yang membuat senang pewawancara. Namun demikian wawancara seleksi
tetap digunakan dengan memerhatikan kondisi pelamar.

Pada umumnya perusahaan besar seperti PT. TELKOM sangat selektif dalam memilih calon karyawan
terbaik akan mengadakan wawacara pada dua tingkat. Pertama, diadakan pada tingkat unit SDM
sebagai wawancara awal. Pada tingkat ini, wawancara diaksanakan secara menyeluruh untuk
mengumulkan informasi dari berbagai sumber yang berkaitan dengan syarat pekerjaan. Kedua,
wawancara diadakan secara menyeluruh yang sering melibatkan para anggota staf sumber daya
manusia dan para supervisor, serta manjer operasi pada bagian di mana calon karyawan ditempatkan.

a. Jenis-jenis wawancara seleksi

Secara umum ada dua jenis wawancara seleksi yaitu, sebagai berikut:

1. Wawancara terstruktur

Wawancara terstruktur (structured interview) digunakan sebagai teknik pengumpulan data bila peneliti
telah mengetahui dengan pasti tentang informasi apa yang akan diperoleh. Oleh karena itu, dalam
melakukan wawancara pewawancara telah menyiapkan instrumen penelitian berupa pertanyaan-
pertanyaan tertulis yang alternatif jawabannya pun telah disiapkan. Dengan wawancara terstruktur ini,
setiap responden diberi pertanyaan yang sama dan pengumpul data mencatatnya. Dengan wawancara
terstruktur ini pula, peneliti dapat menggunakan beberapa pewawancara sebagai pengumpul data.
Tentunya, pengumpul data tersebut harus diberi training agar mempunyai kemampuan yang sama.

2. Wawancara tidak berstruktur (unstructured interview) merupakan wawancara yang bebas dan
peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap
untuk pengumpulan datanya. Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar
permasalahan yang akan ditanyakan.

Wawancara tidak berstruktur atau terbuka sering digunakan dalam penelitian pendahuluan atau
malahan untuk penelitian yang lebih mendalam tentang subjek yang diteliti. Pada penelitian
pendahuluan, peneliti berusaha memperoleh informasi awal tentang berbagai isu atau permasalahan
yang ada, sehingga peneliti dapat menentukan secara pasti permasalahan atau variabel apa yang harus
diteliti.

b. Tahap-tahap wawancara

Telah dibicarakan sebelumnya, wawancara merupakan sala satu kegiatan penting dalam proses seleksi
karyawan. Untuk mencapai hasil yang baik, wawancara arus dilaksanakan lebih efektif. Cara yang bisa
digunakan dengan melalui beberapa tahap wwancara, yaitu sebagai berikut:

1. Tahap persiapan

Sebelum dilakukan wawancara, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu:

Sasaran wawancara, pewawancara melakukan peminjaman atas informasi melalui formulir lamaran dan
resume deskripsi pekerjaan

Menentukan metode wawancara, hal ini berkaitan dengan bentuk-bentuk pertanyaan yang diajukan,
tingkat prestasi atau penilaian yang kurang sistematis atau membuat catatan atau percaya pada ingatan
saja.

Informasi tentang pelamar, sebelum dilakukan wawancara ada baiknya pewawancara mengenal
pelamar yang diperoleh melalui formulir lamaran dan referensi. Tahap ini sangat penting dalam
mengarahkan pelamar pada saat wawancara dilakukan.

2. Tahap pelaksaaan

Tahap ini mencakup sebagian kegiatan wawancara, dimana informasi tentang keadaan pelamar yang
sebenarnya dapat diketahui pada tahap ini. Ada beberapa hal yang perludiketahui pada tahap ini, antara
lain:

Menghargai pelamar, hargailah pendapat para pelamar dalam memberikan keterangan tentang dirinya.
Untuk memperoleh informasi yang benar, pewawancara menciptakan suasana yang menarik bagi para
pelamar. Seingga, mereka tidak segan dalam mengeluarkan pendapat tentang pertanyaan-pertanyaan
yang diajukan kepadanya.

1. Pertanyaan yang diajukan dapat mendorong pelamar untuk menjawab

2. Mendengarkan dengan penu perhatian dan secara proyektif

3. Tahap penutup
Setelah pelaksanaan wawancara, dilakukan penutupan dengan memperatikan persyaratan sebagai
berikut:

Pewawancara memberi isyarat bawa wawancara akan berakir. Suatu keluhanyang sering disampaikan
pelamar tentang kapan wawancara akan berakhir. Kebanyakan pewawancara menganggap hal ini tidak
penting padahal bisa menimbulkan frustasi pelamar

Berikan petunjuk atas tindakan selanjutnya setelah wawancara berakir. Suatu tanggung jawab
pewawancara untuk memberikan petunjuk atas tindakan yang dilakukan selanjutnya setela wawancara
berakhir. Banyak pewawancara yang menghindar menyampaikan hasil secara langsung, tetapi
menyampaikannya melalui surat. Tapi ada juga sebagian pewawancara jujur menyamaikan hasilnya
secara langsung.

4. Evaluasi

Setelah wawancara ditutup, pewawancara mengadakan penilaian dari hasil wawancara. Pewawancara
mengumpulkan nilai dari seluruh komponen penilaian kemudian menjumlahkannya. Hasil wawancara
dibandingkan dengan standar penilaian yang ditetapkan perusahaan. Bila tercapai, maka pelamar akan
berhasil pada tahap wawancara. Atau dengan mngurutkan hasil wawancara seluruh peserta dan
memilih hasil terbaik.

Satori, Djam’an dan Aan Komariah. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta

Sukardi. 2009. Metodologi Penelitian. Jakarta: Buni Aksara

Syamsudin, A. R. Dan Vismaia S. Damaianti. 2007. Metode Penelitian tes psikologi. Bandung: Rosda
Karya.

Anda mungkin juga menyukai