Anda di halaman 1dari 6

Praktek Baik Sebagai Alternative Penilaian Sikap Dan

Ketrampilan Saat BDR Dimasa Pandemi Covid 19

Oleh
Hardian Ashari, M.Pd
Widyaiswara Ahli Madya
LPMP Lampung

I. PENDAHULUAN
a. Latar Belakang
PANDEMI Covid 19 yang telah menjadi pandemi global saat ini menuntut
pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud)
dengan adanya Surat Edaran nomor 36962/MPK.A/HK?2020 Perihal
pembelajaran secara daring dan bekerja dari rumah dalam rangka pencegahan
COVID 19 bagi guru dan bagi siswa untuk semua jenjang di seluruh Indonesia.
PANDEMI covid-19 telah menciptakan kebutuhan dan perlunya menjaga
jarak dalam interaksi sosial (social distancing), karantina, dan isolasi sehingga
setiap individu yang rentan tidak akan terkena virus. Upaya tersebut dilakukan
salah satunya dengan tujuan agar sistem perawatan kesehatan tidak
kewalahan akibat meningkatnya jumlah pasien yang harus dilayani.
Keinginan untuk mewujudkan flattening the curve menjadi salah satu
alasan utama kebijakan pemerintah untuk meminta siswa belajar dari rumah
(BDR), sehingga kesempatan mereka untuk dapat berkumpul dalam bentuk
kerumunan dapat dicegah, dan karena itu peluang penyebaran covid-19 bisa
dihambat.
Dalam kondisi darurat ini, kemasan muatan pembelajaran BDR,
seharusnya akan sarat dengan penguatan literasi dan karakter. Konten
diajarkan, selain untuk mengembangkan pengetahuan siswa (rote learning),
juga digunakan sebagai medium dalam menumbuhkan dan memperkuat
kemampuan literasi dan karakter.
b. Rumusan Masalah
Bagaimana Pelaksanaan Praktek Baik sebagai Alternative Penilaian Sikap
dan Keterampilan saat BDR dimasa Pandemi Covid 19?
c. Tujuan
Memberikan alternative solusi mengenai penilaian yang bisa digunakan
oleh guru dalam melakukan penilaian hasil belajar terutama untuk menilai
sikap dan keterampilan siswa saat melakukan BDR dimasa pandemic covid
19.
II. PEMBAHASAN
Sebagai sebuah aktivitas pembelajaran formal, penilaian tetap harus
dilakukan. Namun, penilaian BDR dilakukan bukan untuk menentukan standar
pencapaian (attainment level) atau kepentingan nilai (assigning grade) semata.
Penilaian dalam BDR dilakukan mestinya dengan tujuan untuk membantu siswa
agar dapat menemukan cara belajar yang lebih baik bagi dirinya pada setiap
subjek yang dipelajari/diajarkan. Penilaian semacam ini disebut dengan
penilaian formatif, yakni skor/nilai hasil sebuah aktivitas penilaian bukanlah
standar pencapaian ataupun tujuan proses pembelajaran. Karena jika kita
menggunakannya sebagai tujuan proses pembelajaran, nilai sesungguhnya
yang merupakan ukuran dari status pembelajaran akan hilang dan justru
mendistorsi proses pembelajaran yang diharapkan (Rogertitcombe: 2015).
Untuk tujuan ini, berbagai metode penilaian bisa digunakan, baik berupa
penilaian proyek, penilaian portofolio, extended essays, dan bentuk penilaian
lainnya yang relevan dengan tujuan pembelajaran.
Dari berbagai hal tersebut dapat disimpulkan bahwa sekolah merdeka dalam
melaksanakan penilaian pada siswa karena Kemendikbud juga sudah
mengeluarkan kebijakan meniadakan ujian sekolah yang sebelumnya ujian
sekolah. Di beberapa daerah, masih banyak aduan banyak yang intervensi dan
melakukan penyeragaman meskipun kebijakan ujian sekolah bagi jenjang
sekolah dasar harusnya tesnya disesuaikan dengan kompetensi siswa masing
masing sekolah.
Namun dengan adanya wabah ini sekolah bebas melakukan penilaian jarak
jauh sesuai strategi yang dimiliki sehingga sekolah merasa merdeka tidak
adalagi belenggu. Penilaian tersebut baik yang akan digunakan sebagai nilai
akhir semester atau kenaikan kelas maupun penilaian kelulusan bagi siswa
kelas 6 yang akan melanjutkan pada jenjang berikutnya.
Begitu juga guru merdeka melaksanakan metode dan strategi pembelajaran
dan penilaian sesuai keunikan siswa masing-masing dan latar belakang
orangtua. Tidak harus sama dan seragam dengan apa yang dilakukan guru
kelas lain maupun sekolah lain, siswa merasa merdeka belajar karena justru
tampak terlihat siswa sangat percaya diri dalam menyampaikan pendapat, saat
bercerita, saat berpuisi dan membuat konten video tanpa takut salah atau
dimarahi , mereka berusaha melakukan yang terbaik agar bisa mendapat
apresiasi dari orangtuanya, teman dan juga guru.
Penilaian menurut permendikbud 23 th 2016 tentang penilaian hasil belajar
memuat 3 aspek yaitu Sikap, Pengetahuan, dan Keterampilan. Ketiga aspek
penilaian inilah yang nantinya dijadikan sebagai laporan akhir penilaian guru
terhadap hasil belajar siswa.
Penilaian yang tepat menurut penulis dapat dilakukan guru terhadap
siswanya saat Belajar di Rumah (BDR) pada masa pandemic Covid 19 adalah
dengan memberikan tugas kepada siswa dengan mencatat praktek baik
pengamalan 5 nilai Karakter yang mereka lakukan pada saat Belajar di Rumah
(BDR). Praktek baik pengamalan 5 nilai utama karakter ini nantinya bisa
dijadikan sebagai dasar untuk memberikan nilai sikap dan keterampilan.

Kelima nilai utama karakter bangsa yang dimaksud adalah sebagai berikut:
1. Religiusitas
Nilai karakter religius mencerminkan keberimanan terhadap Tuhan yang
Maha Esa yang diwujudkan dalam perilaku melaksanakan ajaran agama dan
kepercayaan yang dianut, menghargai perbedaan agama, menjunjung tinggi
sikap toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama dan kepercayaan lain, hidup
rukun dan damai dengan pemeluk agama lain.
Nilai karakter religius ini meliputi tiga dimensi relasi sekaligus, yaitu
hubungan individu dengan Tuhan, individu dengan sesama, dan individu
dengan alam semesta (lingkungan). Nilai karakter religius ini ditunjukkan dalam
perilaku mencintai dan menjaga keutuhan ciptaan.
Subnilai religius antara lain beriman dan bertaqwa, disiplin ibadah, cinta
damai, toleransi, menghargai perbedaan agama dan kepercayaan, teguh
pendirian, percaya diri, kerja sama antar pemeluk agama dan kepercayaan,
antibuli dan kekerasan, persahabatan, ketulusan, tidak memaksakan kehendak,
melindungi yang kecil dan tersisih, mencintai dan menjaga lingkungan, bersih,
memanfaatkan lingkungan dengan bijak
2. Nasionalisme
Nilai karakter nasionalis merupakan cara berpikir, bersikap, dan berbuat
yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi
terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsa,
menempatkan kepentingan bangsa dan negara di
atas kepentingan diri dan kelompoknya.
Subnilai nasionalis antara lain apresiasi budaya bangsa sendiri, menjaga
kekayaan budaya bangsa,rela berkorban, unggul, dan berprestasi, cinta tanah
air, menjaga lingkungan,taat hukum, disiplin, menghormati keragaman budaya,
suku,dan agama.
3. Kemandirian
Nilai karakter mandiri merupakan sikap dan perilaku tidak bergantung pada
orang lain dan mempergunakan segala tenaga, pikiran, waktu untuk
merealisasikan harapan, mimpi dan cita-cita.
Subnilai mandiri antara lain etos kerja (kerja keras), tangguh tahan banting,
daya juang, profesional, kreatif, keberanian, dan menjadi pembelajar sepanjang
hayat.
4. Gotong Royong
Nilai karakter gotong royong mencerminkan tindakan menghargai semangat
kerja sama dan bahu membahu menyelesaikan persoalan bersama, menjalin
komunikasi dan persahabatan, memberi bantuan/ pertolongan pada orang-
orang yang membutuhkan.
Subnilai gotong royong antara lain menghargai, kerja sama, inklusif,
komitmen atas keputusan bersama, musyawarah mufakat, tolongmenolong,
solidaritas, empati, anti diskriminasi, anti kekerasan, dan sikap kerelawanan.
5. Integritas
Nilai karakter integritas merupakan nilai yang mendasari perilaku yang
didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat
dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan, memiliki komitmen dan
kesetiaan pada nilai-nilai kemanusiaan dan moral
(integritas moral).
Karakter integritas meliputi sikap tanggung jawab sebagai warga negara,
aktif terlibat dalam kehidupan sosial, melalui konsistensi tindakan dan
perkataan yang berdasarkan kebenaran.
Subnilai integritas antara lain kejujuran, cinta pada kebenaran, setia,
komitmen moral, anti korupsi, keadilan, tanggungjawab, keteladanan, dan
menghargai martabat individu (terutama penyandang disabilitas).
Kelima nilai utama karakter bukanlah nilai yang berdiri dan berkembang
sendiri-sendiri melainkan nilai yang berinteraksi satu sama lain, yang
berkembang secara dinamis dan membentuk keutuhan pribadi.
Selama masa BDR maka siswa bias mengamalkan praktek baik kelima nilai
karakter ini dalam bentuk aktivitas pembiasaan yang dilakukan sehari-hari,
mulai dari bangun tidur sampai menjelang tidur lagi.
Praktek baik ini mereka masukkan dalam table jurnal kegiatan dibawah ini:
JURNAL PRAKTEK BAIK NILAI UTAMA KARAKTER SELAMA BDR
Dokumentasi Tanda
NO Hari/Tanggal Praktek Baik Yang Nilai Ya Tidak Tangan
Dilakukan Karakter Orang
Tua

Setelah siswa membuat jurnal praktek baik nilai utama karakter selama BDR
maka, hasil akhirnya selain dalam bentuk tabel jurnal, juga bisa juga berupa
kumpulan photo praktek baik yang dilakukan selama siswa BDR dalam format
fortopolio atau video yang dikumpulkan saat masuk sekolah, waktu yang
ditentukan guru atau bisa juga saat akhir menjelang berakhirnya tahun
pelajaran.
Hasil kerja siswa ini nantinya bisa guru jadikan sebagai dasar penilaian sikap
dan keterampilan siswa.

Contoh JURNAL PRAKTEK BAIK NILAI UTAMA KARAKTER SELAMA BDR


Dokumentasi Tanda
NO Hari/Tanggal Praktek Baik Yang Nilai Ya Tidak Tangan
Dilakukan Karakter Orang
Tua
1 Senin/27 Melaksanakan Religiusitas √
April 2020 Sholat maghrib, isya
dan Taraweh
berjamaah
2 Senin/27 Membersihkan Integritas √
April 2020 tempat tidur dan
menyapu kamar
3 Senin/27 Mencuci piring Integritas √
April 2020
4 Senin/27 Belajar di TVRI Kemandirian √
April 2020
5 Senin/27 Membantu ibu Gotong √
April 2020 menyiapkan royong
berbuka puasa

Contoh Laporan Praktek baik Link Tugas BDR M. Faeyza Ashari https://gg.gg/BDR-
M-FAEYZA

III. PENUTUP
Dari berbagai hal tersebut dapat disimpulkan bahwa sekolah merdeka dalam
melaksanakan penilaian pada siswa karena Kemendikbud juga sudah
mengeluarkan kebijakan meniadakan ujian sekolah yang sebelumnya ujian
sekolah. Di beberapa daerah, masih banyak aduan banyak yang intervensi dan
melakukan penyeragaman meskipun kebijakan ujian sekolah bagi jenjang
sekolah dasar harusnya tesnya disesuaikan dengan kompetensi siswa masing
masing sekolah.
Namun dengan adanya wabah ini sekolah bebas melakukan penilaian jarak
jauh sesuai strategi yang dimiliki sehingga sekolah merasa merdeka tidak
adalagi belenggu. Penilaian tersebut baik yang akan digunakan sebagai nilai
akhir semester atau kenaikan kelas maupun penilaian kelulusan bagi siswa
kelas 6 yang akan melanjutkan pada jenjang berikutnya.
Begitu juga guru merdeka melaksanakan metode dan strategi pembelajaran
dan penilaian sesuai keunikan siswa masing-masing dan latar belakang
orangtua.
Praktek baik ini dapat dijadikan sebagai salah satu acuan bagi guru dalam
melakukan penilaian sikap dan keterampilan siswa selama BDR.
Bahan Rujukan
1. Media Indonesia, Humaniora, Karena Pandemi Korona, Para Siswa Dituntut
Belajar Mandiri.
2. Sekretariat Gtk 28382, Mengenal Konsep Merdeka Belajar dan Guru
Penggerak
3. ", https://edukasi.kompas.com/read/2020/03/27/142507671/belajar-di-rumah-
diperpanjang-kemendikbud-berikan-materi-life-skill-dan?page=all.
4. Konsep dan Pedoman Penguatan Pendidikan Karakter, Kemendikbud.

Anda mungkin juga menyukai