Beberapa metode yang sering digunakan dalam evaluasi kinerja reksa dana antara lain:
1. Risk Adjusted Return
Risk adjusted return adalah return atau imbal hasil pada suatu instrumen investasi dengan telah memperhitungkan terlebih dahulu risiko yang terdapat pada instrumen dalam menghasilkan return. Indikator risiko yang digunakan dalam risk adjusted return adalah standar deviasi return instrumen investasi. Risk adjusted return sebesar 0,58 pada suatu instrumen investasi diinterpretasikan sebagai instrumen menawarkan return sebesar 0,58% untuk setiap 1% risiko yang harus ditanggung oleh investor ketika berinvestasi pada instrumen tersebut. Risk adjusted return negatif berarti instrumen investasi memberikan kerugian kepada investor, padahal investor telah menangung sejumlah risiko yang melekat pada instrumen investasi. 2. Sharpe Ratio (Reward to Variability Ratio [RVAR]) Sharpe ratio adalah ukuran yang digunakan untuk mengukur kelebihan pengembalian, atau premi risiko, per unit deviasi dalam aset investasi atau strategi perdagangan. Ukuran tersebut digunakan untuk memeriksa kinerja investasi dengan menyesuaikan risikonya. Hasil yang diharapkan untuk didapatkan adalah bahwa nilai dari sharpe ratio menghasilkan nilai yang tinggi. Semakin tinggi nilai sharpe ratio, maka semakin baik kinerja investasi dibanding dengan resikonya 3. Treynor Ratio (Reward to Volatility Ratio [RVOL]) Tidak jauh berbeda dengan sharpe ratio, Rasio Treynor juga merupakan perbandingan antara excess return dibandingkan dengan risiko dari reksa dana. Namun yang membedakan, risiko yang dibandingkan hanya dari risiko sistematis (risiko pasar) saja yang tercermin dari nilai beta. Nilai rasio Treynor yang semakin tinggi juga menggambarkan kinerja dari suatu reksa dana semakin baik. 4. Capital Asset Pricing Model Pendekatan Securities Market Line (SML) Security market line (SML) merupakan penggambaran secara grafis model Capital Asset Pricing Model (CAPM). Grafik SML merupakan grafik terhadap suatu garis yang menghubungkan antara nilai dari return yang diharapkan dari suatu saham dan risiko sistematisnya atau yang dinyatakan dengan beta ( i). Semakin besar nilai beta maka akan semakin besar pula tingkat sensitivitas suatu sekuritas atau saham terhadap perubahan pasar saham-saham yang berada di atas garis SML adalah dikatakan sebagai saham yang undervalue. Pendekatan Capital Market Line (CML) garis yang ditarik dari aset bebas risiko ke portofolio pasar aset berisiko. Sumbu Y dari CML mewakili pengembalian yang diharapkan dan sumbu X mewakili deviasi standar atau tingkat risiko. CML digunakan dalam model CAPM untuk menunjukkan pengembalian yang dapat diperoleh dengan berinvestasi dalam aset bebas risiko, dan peningkatan pengembalian karena investasi dilakukan pada aset yang lebih berisiko.