Anda di halaman 1dari 3

Capital Asset Pricing Model (CAPM)

Nama: Felix Wanandi


NRP: 32416067

Capital Asset Pricing Model atau yang disingkat sebagai CAPM sangatlah terkenal di
kalangan investor dalam berinvestasi karena CAPM merupakan metode untuk menilai
kelayakan investasi saham yang menggambarkan risiko sistematis dengan menggunakan
“beta” untuk menghubungkan risk dan return. Dalam penerapan CAPM sendiri mempunyai
tujuan yaitu untuk menentukan tingkat expected return dalam meminimalisir investasi yang
berisiko dan membantu investor dalam menghitung risiko yang tidak dapat diversifikasi dalam
suatu portofolio dan membandingkannya dengan prediksi tingkat pengembalian (return).
CAPM dibangun di atas wawasan yang disediakan oleh Portfolio Theory.
CAPM pertama kali diperkenalkan oleh 3 tokoh yaitu Jack Treynor, William Sharpe,
John Lintner yang mengembangkan model dari Harry Markowitz bernama “mean-variance
model” atas diversifikasi dan teori portofolio modern dengan menambah 2 asumsi utama yang
menjadikan CAPM menurut Reilly dan Brown memiliki 8 asumsi utama, yaitu:
1. Semua investor mengambil posisi di perbatasan efisien, di mana semua investasi
memaksimalkan utilitas. Investor adalah risk averse, memaksimalkan utilitas dan fokus
hanya pada return (rata-rata) dan risiko terkait (varians)
2. Investor dapat meminjam atau meminjamkan dana pada tingkat pengembalian bebas
risiko (RFR)
3. Semua investor memiliki ekspektasi yang homogen yang berarti bahwa mereka
memperkirakan distribusi yang sama untuk tingkat pengembalian di masa depan
4. Semua investor menahan investasi untuk satu periode waktu yang sama
5. Investor dapat membeli atau menjual sebagian dari saham mereka dari sekuritas apa pun
atau portofolio yang mereka pegang
6. Tidak ada pajak atau biaya transaksi untuk membeli atau menjual aset.
7. Tidak ada inflasi atau perubahan dalam suku bunga
8. Pasar modal berada dalam ekuilibrium dan semua investasi cukup murah dimana
investor tidak dapat mempengaruhi harga (Elbannan, 2014, p.217)
Menurut Blumme, CAPM menyediakan model hubungan risiko / pengembalian
ekuilibrium dan bahwa prinsip yang mendasari CAPM adalah bahwa ada hubungan linear
antara risiko sistematis yang tidak dapat di-diversifikasi (sebagaimana diukur dengan beta) dan
pengembalian yang diharapkan (Laubscher, 2002, p.133). Hubungan linear tersebut disebut
SML (Security Market Line) merupakan suatu gambar yang berbentuk grafis yang
menampakkan hubungan yang khas antara risiko yang dapat dideversifikasi (β) dengan tingkat
pengembalian (return) yang diharapkan. Untuk mengukur expected return, CAPM mempunyai
formula yaitu: ER = Rf + ßi ( E(Rm) – Rf )
dimana, ERi = tingkat pengembalian saham i
Rf = tingkat pengembalian bebas resiko
ß = Resiko beta
Rm = tingkat pengembalian pasar
Rm-Rf = premi resiko pasar
Didalam rumus CAPM dalam menghitung tingkat pengembalian yang diharapkan
(expected return), dapat dilihat terdapat 3 parameter yaitu: Rf, Rm, dan beta. Rf adalah
pengembalian aset yang tidak memiliki risiko, yaitu tidak memiliki perbedaan atau kovarian
dengan pengembian di pasar. Pada kenyataannya, aset yang mempunyai sifat ini sulit
ditemukan dan diragukan apakah benar-benar ada. Ada beberapa kemungkinan ada seperti
obligasi pemerintah dan surat utang negara tapi menurut Harrington serta Watson dan Head,
aset tersebut bisa terkena inflasi dan tidak pasti (Laubscher, 2002, p.134). Rm adalah
pengembalian portofolio pasar yang mencakup semua aset berisiko dan menurut Rees dan Fire,
sama seperti Rf, diragukan apakah portofolio dengan sifat seperti ini akan pernah ada
(Laubscher, 2002, p.134) karena tingkat pengembalian pasar sulit unutk di estimasi, biasanya
diperkirakan menggunakan indeks bursa saham. Beta adalah indikator penting untuk CAPM
dan menyatukan ekspektasi pengembalian investor dengan yang ada di pasar. Beta dapat
disebut juga pengukur risiko sistematik dari suatu saham terhadap risiko pasar, karena beta
mengukur volatilitas return portofolio dengan return pasar. Metode CAPM menyatakan bahwa
semakin besar beta i (βi) maka semakin besar pula return yang diperoleh. Saham yang memiliki
(βi>1) merupakan saham dengan risiko tinggi dan saham yang memiliki (βi<1) merupakan
saham dengan resiko rendah.
Kesimpulan adalah dengan menggunakan CAPM dapat dihitung tingkat pengembalian
saham sebagai dasar untuk pengambilan keputusan investasi dan dapat mengklasifikasi saham
menjadi saham efisien dan tidak efisien. Saham efisien adalah saham yang memiliki tingkat
pengembalian saham individu lebih besar dari tingkat pengembalian yang diharapkan [Ri >
E(Ri)]. Saham yang efisien akan terlihat berada di atas garis SML. Saham tidak efisien adalah
saham yang memiliki tingkat pengembalian saham individu lebih kecil dari tingkat
pengembalian yang diharapkan [Ri < E(Ri)], saham tersebut berada di bawah garis SML.
Daftar Pusaka:

Elbannan, M. A. (2014). The Capital Asset Pricing Model: An Overview of the Theory.
International Journal of Economics and Finance, 7(1). doi:10.5539/ijef.v7n1p216
E.R. Laubscher. (2002). A review of the theory of and evidence on the use of the capital asset
pricing model to estimate expected share returns. Meditari Accountancy Research,
10(1), pp. 131 – 146. doi: 10.1108/10222529200200007

Anda mungkin juga menyukai