Anda di halaman 1dari 4

Nama : Annisa Aprilia Husnul Khotimah

NPM : 20012010335

Kelas : M-Manajemen

Matkul : Agama Islam

UTS

1. Dalam konsep Islam, Tuhan disebut Allah dan diyakini sebagai Zat Maha Tinggi Yang


Nyata dan Esa, Pencipta Yang Maha Kuat dan Maha Tahu, Yang Abadi, Penentu Takdir,
dan Hakim bagi semesta alam. Islam menitik beratkan konseptualisasi Tuhan sebagai Yang
Tunggal dan Maha Kuasa. Dia itu wahid dan Esa (ahad), Maha Pengasih dan Maha Kuasa.
Menurut Al-Quran terdapat 99 Nama Allah (asma’ul husna).

Konsep ketuhanan dalam Islam digolongkan menjadi dua: konsep ketuhanan yang
berdasar Al-Quran dan hadis secara harafiah dengan sedikit spekulasi sehingga banyak
pakar ulama bidang akidah yang menyepakatinya, dan konsep ketuhanan yang bersifat
spekulasi berdasarkan penafsiran mandalam yang bersifat spekulatif, filosofis, bahkan
mistis.

Perbedaan konsep Tuhan :


a) Tuhan dalam Islam vs Tuhan dalam Arab pra-Islam
 Ketika membandingkan politeisme Arab pra-Islam, Tuhan dalam Islam tidak
memiliki teman dan sekutu maupun pertalian antara Tuhan dengan Jin. Arab pagan
pra-Islam bermula dengan adanya berhala yang dibawa ke tanah Arab oleh ‘Amr bin
Luhay. Mereka lalu mencampur-adukkan antara monoteismeyang
dibawa Ibrahim dan paganisme. Mereka percaya takdir yang kabur, kuat, dan tidak
dapat ditawar-tawar melebihi apa yang manusia tidak dapat kendalikan. Paham ini
diganti dengan gagasan Islam Tuhan Yang Maha Pemurah namun Maha Kuasa.
b) Tuhan dalam Islam vs Tuhan dalam Yahudi
 Menurut Francis Edwards Peters, "Al-Quran menuntut Muslim untuk beriman, dan
sejarawan menyetujui bahwa Muhammad dan pengikutnya menyembah Tuhan yang
sama dengan Tuhan Yahudi. Allah Al-Quran adalah Tuhan Pencipta yang sama yang
mengadakan perjanjian dengan Ibrahim. Peters menyatakan bahwa Al-Quran
menggambarkan Allah lebih kuat dan luas daripada Yahweh, dan sebagai Tuhan
alam semesta, tidak seperti Yahweh yang hanya lebih dekat pada orang-
orang Israel. Menurut Encyclopedia Britannica : Tuhan, dikatakan dalam Al-Quran,
“mencintai yang berbuat baik,” dan dua bagian dalam Al-Quran mengekspresikan
sebuah kasih yang saling mengerti antara Tuhan dan manusia, namun Yudeo-
Kristen mengajarkan “cintai Tuhan dengan segenap hatimu” tidak dirumuskan dalam
Islam. Tekanan ini lebih pada kebebasan kehendak Tuhan, sehingga setiap orang
harus berserah diri. Yang paling utama, “menyerahkan diri kepada Allah” (Islam)
merupakan agama itu sendiri.

c) Tuhan dalam Islam vs Tuhan dalam Kristen

 Islam dengan tegas menolak kepercayaan Kristen bahwa Tuhan itu tiga pribadi
dalam satu hakikat. Dalam konsepsi Islam tentang Tuhan, tidak ada kesetaraan antara
Tuhan dan ciptaan. Kehadiran Tuhan dipercaya ada di manapun, dan tidak menjelma
sebagai siapapun atau apapun.
Kristen Barat merasa Islam sebagai agama kafir selama Perang Salib
pertama dan kedua. Muhammad dipandang sebagai setan atau tuhan palsu yang
disembah bersama Apollyon dan Termangant dalam trinitas yang tidak suci.
Pandangan tradisional Kristen adalah bahwa Tuhan Muhammad sama dengan
Tuhannya Yesus. Ludovico Marracci (1734), penerima pengakuan dosa Paus
Innosensius XI, menyatakan:
Muhammad dan pengikutnya yang menganggap ortodoks, telah dan
melanjutkan untuk memiliki gagasan Tuhan yang asli dan logis dan sifat-
sifat-Nya (selalu mengecualikan dan menolak Trituggal), muncul sangat jelas
dari Qur'an itu sendiri dan seluruh kepercayaan akan Tuhan Muhammad,
sehingga akan membutuhkan banyak waktu untuk menyangkal yang
beranggapan Tuhan Muhammad berbeda dengan Tuhan sejati.
2. Dalam agama islam, ada enam peranan yang merupakan hakikat diciptakannnya manusia.
Berikut ini adalah dimensi hakikat manusia berdasarkan pandangan agama islam :
1) Sebagai Hamba Allah, Hakikat manusia yang utama adalah sebagai hamba atau
abdi Allah SWT. Sebagai seorang hamba maka manusia wajib mengabdi kepada
Allah SWT dengan cara menjalani segala perintahnya dan menjauhi segala
larangannya.
2) Sebagai Al-Nas, Dalam al- Qur’an manusia juga disebut dengan al- nas. Manusia
sebagaimana disebutkan dalam ilmu pengetahuan, adalah makhluk sosial yang
tidak dapat hidup tanpa keberadaan manusia.
3) Sebagai Khalifah Allah, pada hakikatnya, manusia diciptakan oleh Allah SWt
sebagai khlaifah atau pemimpin di muka bumi.
4) Sebagai Bani Adam, Manusia disebut sebagai bani Adam atau keturunan Adam
agar tidak terjadi kesalahpahaman bahwa manusia merupakan hasil evolusi kera
sebagaimana yang disebutkan oleh Charles Darwin.
5) Sebagai Al-Insan, merujuk pada kemampuannya dalam menguasai ilmu dan
pengetahuan serta kemampuannya untuk berbicara dan melakukan hal lainnya.
6) Sebagai Makhluk Biologis (al-basyar), Manusia juga disebut sebagai makhluk
biologis atau al basyar karena manusia memiliki raga atau fisik yang dapat
melakukan aktifitas fisik, tumbuh, memerlukan makanan, berkembang biak dan
lain sebagainya sebagaimana ciri-ciri makhluk hidup pada umumnya.
3. Secara keseluruhan etika, moral dan akhlak memang sama yakni ajaran tentang kebaikan
dan keburukan, menyangkut perikehidupan manusia dalam hubungannya dengan tuhan,
sesama manusia dan alam dalam arti luas. Yang membedakan satu dengan yang lainnya
adalah ukuran kebaikan dan keburukan itu sendiri. Ketiganya saling berkaitan dalam
berbagai hal yang bersangkutan dengan kebaikan. Contoh : Jujur dalam berbicara dan
bertindak, memberikan informasi yang benar adanya, dan menjaga lisan serta perbuatan.
4. Sebagai seorang muslim yang taat akan perintah dan larangan, sudah sepatutnya kita
menghormati keputusan pemerintah untuk mengatasi pandemi covid-19 ini dengan tidak
berkerumun dan menjaga jarak demi kesehatan dan kesejahteraan bersama. Sesungguhnya
Allah tidak pernah memberikan sesuatu yang menyusahkan atau menyulitkan hambanya,
kita tetap bisa melakukan ibadah di rumah atau menggunakan masker dan menjaga jika
ingin melakukan ibadah di luar rumah. Kita harus tetap percaya bahwa Allah selalu
memberikan cobaan tidak diluar kemampuan hambanya, dan setiap masalah pasti akan
selalu ada solusinya. Sebagai manusia yang beragama kita hanya perlu berusaha dan tertib
menjalankan perintah yang ada, agar pandemic ini cepat berakhir.
5. Kata “radikalisme” ini memang tidak jelas definisi yang disepakati, sehingga seringkali
stigma radikalisme cenderung merugikan komunitas agama tertentu, yang kemudian juga
berdampak pada tertekannya sebagian umat beragama karena nyaris semua hal yang
disandingkan dengan radikalisme seakan-akan bersumber atau setidak-tidaknya terafirmasi
dengan ajaran sebuah agama. Walaupun zaman telah semakin modern ternyata pandangan
radikalisme terhadap islam masih melekat. Ketidakadilan HAM yang mereka jadikan
alasan untuk menjatuhkan atau menistakan agama Islam. Seperti halnya presiden prancis
yang menjatuhkan Islam karena pembunuhan warganya di gereja yang isunya pembunuh
adalah orang beragama Islam. Namun semua itu belum terbukti. Setelah kejadian itu
Presiden prancis membuat kartun yang mengambarkan tokoh yang paling diagungkan oleh
umat islam, Nabi Muhammad SAW dengan cerita hina yang membuat semua umat islam
geram dan tidak terima. Ini menjadi bukti bahwa agama Islam masih dipandang radikal di
Prancis termasuk oleh Presiden sekalipun.

Anda mungkin juga menyukai