PERADILAN AGAMA
DI PENGADILAN AGAMA NGANJUK
PELAKSANAAN PROGRAM SIDANG KELILING
PANGADILAN AGAMA NGANJUK DI DESA
KEBONAGUNG KECAMATAN SAWAHAN
KABUPATEN NGANJUK
Oleh:
Kelompok VI
● Leda Iin Anjani ● Ninda Sofiyah ● Eko Tri
Cahyono ●Safik Muizzudin
Jurusan Hukum Ekonomi Syariah
Fakultas Syariah
IAIN PONOROGO
2021
LAPORAN PRAKTIKUM PERADILAN
DI PENGADILAN AGAMA NGANJUK
(PELAKSANAAN PROGRAM SIDANG KELILING PENGADILAN AGAMA
NGANJUK DI DESA KEBONAGUNG KECAMATAN SAWAHAN
KABUPATEN NGANJUK)
i
LEMBAR PERSETUJUAN
ii
LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN PRAKTIKUM
Mengesahkan:
Mengetahui,
iii
Kata Pengantar
Alhamdulillahi Robbil Alamin, Puji Syukur kami ucapkan kepada Allah Swt.
Sebab atas segala rahmat dan ridho-Nya kami mampu menyelesaikan tugas
pembuatan laporan dari kegiatan praktikum kami selama di Pengadilan Agama
Nganjuk ini dengan judul lapor „Pelaksanaan Program Sidang Keliling Pengadilan
Agama Nganjuk Di Desa Kebonagung Kecamatan Sawahan Kabupaten Nganjuk‟, tak
lupa juga kami ucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Mifathul Huda, M. Ag selaku
Dosen Pembimbing Lapangan yang senantiasa membimbing kami dalam pengerjaan
laporan ini, dan juga ucapan terima kasih kepada Bapak Drs. H. Musthofa Zahron
selaku Dosen Pamong dari Pengadilan Agama Nganjuk yang telah memberikan
banyak pelajaran dan pengarahan kepada kami pada saat melaksanakan praktikum di
Pengadilan Nganjuk.
Laporan ini kami susun untuk memberikan beberapa poin penting yang dapat
kami simpulkan terkait pelaksanaan program Sidang Keliling dari Pengadilan Agama
Nganjuk kepada masyarakat Nganjuk pada umumnya, juga dilengkapi dengan
beberapa referensi yang telah kami dapatkan. Juga sebagai suatu pembahasan yang
cukup penting untuk mempelajari dan memahami Peradilan Agama secara praktis
nantinya. Meskipun masih akan ditemukan beberapa kekurangan dari laporan kami
kali ini, kami tetap berharap dengan adanya laporan ini cukup untuk menjadi bahan
pembelajaran bagi kita semua.
iv
DAFTAR ISI
Halaman Sampul............................................................................................................i
Halaman Persetujuan.....................................................................................................ii
Halaman Pengesahanan................................................................................................iii
Kata Pengantar..............................................................................................................iv
Daftar Isi........................................................................................................................v
BAB I...........................................................................................................................1
Pendahuluan.................................................................................................................1
Latar Belakang.............................................................................................................1
BAB II..........................................................................................................................8
Teori..............................................................................................................................8
A. Teori Formil Tentang Sidang Keliling...................................................................8
1. Ketentuan umum..............................................................................................9
2. Tujuan Dan Ruang Lingkup Sidang Keliling..................................................9
3. Tata Cara Persiapan, Pelaksanaan, Dan Penyelesaian Pelayanan
Terpadu...........................................................................................................13
4. Mekanisme Pelayanan Sidang Keliling..........................................................14
BAB III........................................................................................................................28
Praktik Peradilan..........................................................................................................28
v
1. Sejarah Singkat Pengadilan Agama Nganjuk yang di dalam pengamatan
sejarahnya setidaknya Pengadilan Agama Nganjuk memiliki 4 fase
sejarahnya tersendiri.......................................................................................28
2. Pengadilan Agama Nganjuk memiliki Visi “Terwujudnya Peradilan Agama
yang Agung” dan misi....................................................................................30
3. Struktur Organisasi di Pengadilan Agama Nganjuk......................................31
4. Daftar Fasilitas dan Sarana Prasarana di Pengadilan Agama Nganjuk..........32
5. Data Statistik Perkara di Pengadilan Agama Nganjuk...................................33
B. Laporan Kegiatan Praktikum................................................................................34
C. Deskripsi Persoalan atau Kasus Permohonan Perwalian Ibu Angkat Terhadap
Anak Angkat Melalui Amar Putusan PA Nganjuk No.
97/PDT.G/2021/PA.NGJ......................................................................................37
BAB IV.......................................................................................................................41
A. Evaluasi Praktikum...............................................................................................41
1. Faktor-faktor penghambat pelaksanaan praktikum........................................41
2. Faktor-faktor pendukung pelaksanaan kegiatan praktikum...........................42
B. Analisis Terhadap Kasus Permohonan Perwalian Atas Anak Angkat Untuk
Keperluan Mengurus Harta Peninggalan alm. Suami Kepada Anak Angkat
dengan Putusan No. 97/PDT.G/2021/PA.NGJ.....................................................42
BAB V.........................................................................................................................47
Rekomendasi...............................................................................................................47
Lampiran-lampiran:
A. Lampiran; Berkas Simulasi Persidangan..............................................................56
1. Pendahuluan...................................................................................................56
2. Persidangan....................................................................................................56
vi
3. Proses Persidangan........................................................................................57
B. Lampiran; Hasil Observasi dan Wanwancara......................................................67
C. Lampiran; Foto kegiatan praktikum di PA Nganjuk............................................69
D. Lampiran; Struktur Organisasi Pengadilan Agama Nganjuk..............................70
E. Lampiran; Dokumen Lain Yang Bersangkutan....................................................71
F. Lampiran; Daily Report Kelompok 6...................................................................75
vii
BAB I
PENDAHULUAN
Kegiatan Praktikum adalah salah satu bentuk kegiatan akademik yang wajib
untuk di laksanakan oleh setiap mahasiswa fakultas Syariah. Selain bertujuan untuk
menambah wawasan terkait tugas, fungsi, dan kewenangan Pengadilan Agama
sebagai salah satu institusi penegakkan hukum di Indonesia dengan pemahaman yang
mendalam, juga diharapkan juga para mahasiswa dapat mengamati pengaplikasian
tentang program-program dan tata pelaksanaan proses peradilan di lingkungan
Pengadilan Agama yang lebih update dan lebih praktisnya. Sehingga pada akhirnya
para mahasiswa nantinya akan dapat lebih mengerti tentang bagaimana tata cara
berperkara di Pengadilan, baik tentang kedudukan para pihaknya maupun tentang
bagaimana proses persidangan yang benar-benar terjadi di Pengadilan Agama.
Pada kesempatan praktikum kami kali ini, yaitu dengan lokasi praktikum
Pengadilan Agama Nganjuk kami mempelajari dan menemukan banyak hal yang
sering menjadi beberapa pembahasan tersendiri bagi kami. Misalkan saja, di
Pengadilan Agama Nganjuk telah ada pelayanan jasa bantuan hukum yang sengaja
disediakan oleh pihak Pengadilan Agama Nganjuk untuk membantu para pihak
perkara dalam pengajuan perkaranya seperti; membuat surat permohonan talaq,
membuat surat gugatan cerai, membuat surat permohonan dispensasi nikah, dan lain-
lain. Dapat kami simpulkan bahwa dari pihak Pengadilan Agama Nganjuk benar-
benar siap untuk membantu masyarakat untuk mencari keadilan dengan pelayanan
yang sebaik-baiknya.
1
diserahkan oleh pihak yang berwenang untuk melaksanakan atau melakukan
pemanggilan yaitu seorang juru sita atau juru sita pengganti, hal ini merujuk pada
ketentuan Pasal 388 Jo. Pasal 390 Ayat (1) HIR dan Pasal 1 RV 1 . Sedangkan
pemanggilan atau pemberitahuan secara patut adalah para pihak berperkara telah
mendapatkan pemanggilan yang secara patut dari pihak Pengadilan Agama Nganjuk
yaitu pemanggilan diserahkan langsung pada hari kerja dan waktu kerja, dan apabila
para pihak tidak dapat ditemui secara langsung maka dapat disampaikan kepada pihak
Kelurahan atau Desa setempat untuk diteruskan kepada pihak berperkara secara
langsung.
Dan perihal surat pemanggilan atau relaas panggilan yang kami ketahui di
Pengadilan Agama Nganjuk baik dari bagian Kesekertariatan maupun Kepaniteraan
kebanyakan akan disampaikan melalui Kelurahan atau Desa tempat para pihak berada
setelah memang para pihak tidak dapat ditemui secara langsung ditempat. Mengapa
demikian? Karena memang dalam hal tersebut pihak Pengadilan Agama Nganjuk
secara disiplin dan patuh mentaati peraturan dan prosedur yang ada, sehingga
pemanggilan para pihak nantinya dapat dipertanggung jawabkan secara penuh baik
dari pihak berperkara atau dari pihak Kelurahan atau Desa tersebut2.
1
https://ptun-makassar.go.id/tata-cara-panggilan-dan-proses-yang-mendahuluinya/ (diakses pada hari
Minggu, tanggal 04 April 2021 pada pukul 08.49 WIB)
2
Disampaikan secara langsung melalui wawancara dengan: Bapak Fuad, S. HI selaku Kasubag
Kepegawaian dan Ortala Di Pengadilan Agama Nganjuk, pada hari Senin, tanggal 22 Maret
2021 pukul 10.15 WIB
2
rupa oleh pihak hakim sehingga tidak berlarut-larut sehingga menjadikan proses
persidangan semakin tegang atau kaku.
Terlepas dari beberapa fenomena yang telah terjadi di lapangan, selaku salah
satu institusi penegakan hukum di Indonesia, terutama di daerah Kabupaten Nganjuk
Pengadilan Agama Nganjuk tetap berusaha memberikan pelayanan hukum yang
semaksimal mungkin bagi para pencari keadilan. Terbukti dari sarana dan prasarana
yang dapat kita lihat di Pengadilan Agama Nganjuk yaitu dengan ruang sidang ber-
3
Disampaikan secara langsung melalui penyampaian materi oleh: Bapak Drs. H. Musthofa Zahron
pada hari Rabu, tanggal 24 Maret 2021 pada pukul 08.20 WIB
3
AC, ruang mediasi, ruang ibu menyusui, ruang pengacara, mushola, dan kamar mandi
yang bersih dan memadai sehingga para pihak akan merasa nyaman saat datang di
Pengadilan Agama Nganjuk. Juga dengan pelayanan yang ramah dari para petugas
baik dari resepsionis hingga petugas keamanan atau satpam. Sehingga sudah
sepantasnya Pengadilan Agama Nganjuk hingga kini telah mendapatkan peringkat A-
Excellent dari pihak Mahkamah Agung.
Selama masa pandemi covid-19 juga pihak Pengadilan Agama Nganjuk telah
menambahkan fasilitas keamanan dan kesehatan yang cukup memadai bagi
masyarakat, seperti penyediaan tempat cuci tangan, hand sanitizer, pemberian batas
tempat duduk, spanduk peringatan wajib memakai masker, hingga pengecekan suhu
tubuh. Memang masa pandemi Covid-19 ini cukup meresahkan bahkan hingga dapat
mengubah tata sistem pada setiap institusi pemerintah. Tetapi menurut kami hal
tersebut bukan lagi menjadi alasan bagi Pengadilan Agama Nganjuk untuk tidak
membuka pelayanan hukum untuk masyarakat Nganjuk. Pada awalnya memang agak
kesulitan untuk melakukan adaptasi namun dengan kedisiplinan masing-masing pihak
akhirnya pada beberapa bulan pertengahan tahun 2020 Pengadilan Agama Nganjuk
dapat memberikan pelayanan sebagaimana adanya seperti sebelum masa pandemi
covid-194.
4
Disampaikan secara langsung melalui wawancara dengan: Bapak Fuad, S. HI selaku Kasubag
Kepegawaian dan Ortala Di Pengadilan Agama Nganjuk, pada hari Senin, tanggal 22 Maret
2021 pukul 10.15 WIB
4
Nikah, dan Akta Kelahiran5 yang menurut kami cukup menarik untuk kami jadikan
pokok utama pembahasan pada laporan praktikum kami kali ini.
Sejauh ini dari pihak Pengadilan Agama Nganjuk belum menemui kendala
yang berarti dalam pelaksanaan program sidang keliling ini karena memang masih
dalam area pulau Jawa yang posisi daerahnya cukup mudah dijangkau daripada area
luar pulau Jawa7. Mungkin ada sedikit perubahan terkait jumlah perkara yang akan
disidangkan pada program ini, dikarenakan adanya masa pandemi Covid-19 dari
tahun 2019 hingga 2021 ini, seperti sebelumnya pihak Pengadilan Agama Nganjuk
pernah mengadakan sidang keliling dengan agenda 10 sidang perkara namun sejak
adanya masa pandemi covid-19 ini agenda sidang hanya 2 atau 3 sidang perkara saja8.
Program sidang keliling juga pernah dihentikan untuk sementara pada periode tahun
5
https://yuridis.id/peraturan-mahkamah-agung-nomor-1-tahun-2015-tentang-pelayanan-terpadu-
sidang-keliling-pengadilan-negeri-dan-pengadilan-agama-mahkamah-syariyah-dalam-rangka-
penerbitan-akta-perkawinan-buku-nikah-dan-akta-kelahiran (diakses pada hari Minggu, tanggal
04 April 2021 pada pukul 09.03 WIB)
6
Disampaikan langsung melalui wawancara dengan: Bapak Drs. H. Musthofa Zahron selaku Hakim
yang bertugas di Pengadilan Agama Nganjuk, pada hari Jum‟at tanggal 26 Maret 2021 pada
pukul 08.05 WIB
7
Disampaikan langsung melalui wawancara dengan: Bapak Drs. H. Musthofa Zahron selaku Hakim
yang bertugas di Pengadilan Agama Nganjuk, pada hari Jum‟at tanggal 26 Maret 2021 pada
pukul 08.05 WIB
8
Disampaikan langsung melalui wawancara dengan: Bapak Drs. H. Musthofa Zahron selaku Hakim
yang bertugas di Pengadilan Agama Nganjuk, pada hari Jum‟at tanggal 26 Maret 2021 pada
pukul 08.05 WIB
5
2020 awal lalu karena adanya aturan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) oleh
pemerintah pusat9.
Sebenarnya program sidang keliling ini, proses persidangan cukup sederhana dari apa
yang kami amati. Namun yang menjadi poin penting yang dapat kami simpulkan
adalah dari nilai yang didapatkan dari adanya program ini, yaitu
Maka dari beberapa pertimbangan baik dari teknik program sidang keliling itu sendiri,
dari tujuan, dan dari beberapa nilai yang telah kami paparkan kami merasa tertarik
untuk mengangkat pembahasan program sidang keliling ini sebagai pembahasan
utama laporan praktikum dari kelompok 6 dengan judul “PELAKSANAAN
PROGRAM SIDANG KELILING PENGADILAN AGAMA NGANJUK DI DESA
KEBONAGUNG KECAMATAN SAWAHAN KABUPATEN NGANJUK”.
7
BAB II
TEORI
13
Surat Edaran Mahkamah Agung Nomor 3 Tahun 2014 Tentang Tata Cara Pelayanan Dan
Pemeriksaan Perkara Voluntair Itsbat Nikah Dalam Pelayanan Terpadu (diunduh dari alamat
laman: https://jdih.mahkamajagung.go.id/index.php/beranda/database/2-Kebijakan-Mahkamah-
Agung/3.-Surat-Edaran-Mahkamah-Agung/Tahun-2014/ (diakses pada hari Minggu, tanggal 04
April 2021 pada pukul 08.00 WIB))
14
https://yuridis.id/peraturan-mahkamah-agung-nomor-1-tahun-2015-tentang-pelayanan-terpadu-
sidang-keliling-pengadilan-negeri-dan-pengadilan-agama-mahkamah-syariyah-dalam-rangka-
penerbitan-akta-perkawinan-buku-nikah-dan-akta-kelahiran (diakses pada hari Minggu, tanggal
04 April 2021 pada pukul 09.03 WIB)
15
Disampaikan langsung melalui wawancara dengan: Bapak Drs. H. Musthofa Zahron selaku Hakim
yang bertugas di Pengadilan Agama Nganjuk, pada hari Jum‟at tanggal 26 Maret 2021 pada
pukul 08.05 WIB
8
1. Ketentuan Umum16;
1) Pelayanan Terpadu Sidang Keliling yang selanjutnya disebut Pelayanan
Terpadu adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan secara bersama-sama dan
terkoordinasi dalam satu waktu dan tempat tertentu antara Pengadilan Negeri
Pengadilan Agama/ Mahkamah Syar'iyah, Dinas Kependudukan dan
Pencatatan Sipil Kabupaten/Kota, Kantor Urusan Agama Kecamatan, dalam
layanan keliling untuk memberikan pelayanan pengesahan perkawinan dan
perkara lainnya sesuai dengan kewenangan Pengadilan Negeri dan itsbat
nikah sesuai dengan kewenangan Pengadilan Agama/Mahkamah Syar'iyah
dan untuk memenuhi pencatatan perkawinan dan pencatatan kelahiran,
2) Pengesahan Perkawinan adalah pengesahan kawin bagi masyarakat beragama
selain Islam yang dilakukan oleh Pengadilan Negeri sesuai dengan ketentuan
yang berlaku.
3) Itsbat Nikah adalah pengesahan nikah bagi masyarakat beragama Islam yang
dilakukan oleh Pengadilan Agama/Mahkamah Syar'iyah sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
4) Pengadilan adalah Pengadilan Negeri dan Pengadilan Agama/Mahkamah
Syar'iyah
5) Sidang Keliling adalah sidang Pengadilan Negeri atau Pengadilan
Agama/Mahkamah Syar'iyah yang dilakukan di luar gedung pengadilan baik
yang dilaksanakan secara berkala maupun insidentil.
2. Tujuan Dan Ruang Lingkup Sidang Keliling;
1) Tujuan Pelayanan Terpadu adalah untuk :
a. Meningkatkan akses terhadap pelayanan di bidang hukum,
16
Pasal 1 PERMA No. 1 Tahun 2015 Tentang Pelayanan Terpadu Sidang Keliling Pengadilan Negeri
Dan Pengadilan Agama/ Mahkamah Syar‟iyah Dalam Rangka Penerbitan Akta Perkawinan,
Buku Nikah, dan Akta Kelahiran (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 1169)
(diunduh dari alamat laman: https://jdih.mahkamajagung.go.id/index.php/beranda/database/2.-
Kebijakan-Mahkamah-Agung/1.-Peraturan-Mahkamah-Agung/Tahun-2015/ (diakses pada hari
Minggu, tanggal 04 April 2021 pada pukul 08.07 WIB))
9
b. Membantu masyarakat terutama yang tidak mampu dalam memperoleh
hak atas akta perkawinan, buku nikah, dan akta kelahiran yang
dilakukan dengan sederhana, cepat dan biaya ringan17
2) Ruang Lingkup Sidang Keliling
(1) Pelayanan Terpadu yang dilakukan oleh Pengadilan Negeri atau
Pengadilan Agama/Mahkamah Syar'iyah, Dinas Kependudukan dan
Pencatatan Sipil Kabupaten/Kota dan Kantor Urusan Agama Kecamatan,
diwujudkan dalam bentuk kegiatan layanan sidang keliling
(2) Pelayanan Terpadu sebagaimana dimaksud ayat (1) meliputi:
(a) persidangan perkara pengesahan perkawinan dan perkara terkait
lainnya oleh Pengadilan Negeri atau itsbat nikah oleh Pengadilan
Agama/Mahkamah Syar'iyah yang berkaitan dengan kepentingan
pencatatan perkawinan dan pencatatan kelahiran;
(b) Pencatatan perkawinan oleh Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil
Kabupaten/Kota atau Kantor Urusan Agama Kecamatan; dan
(c) Pencatatan kelahiran oleh Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil
Kabupaten/Kota18.
3) Penerima manfaat Pelayanan Terpadu meliputi:
a. anggota masyarakat yang pernikahannya atau kelahirannya belum
dicatatkan;
17
Pasal 2 PERMA No. 1 Tahun 2015 Tentang Pelayanan Terpadu Sidang Keliling Pengadilan Negeri
Dan Pengadilan Agama/ Mahkamah Syar‟iyah Dalam Rangka Penerbitan Akta Perkawinan,
Buku Nikah, dan Akta Kelahiran (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 1169)
(diunduh dari alamat laman: https://jdih.mahkamajagung.go.id/index.php/beranda/database/2.-
Kebijakan-Mahkamah-Agung/1.-Peraturan-Mahkamah-Agung/Tahun-2015/ (diakses pada hari
Minggu, tanggal 04 April 2021 pada pukul 08.07 WIB))
18
Pasal 3 PERMA No. 1 Tahun 2015 Tentang Pelayanan Terpadu Sidang Keliling Pengadilan Negeri
Dan Pengadilan Agama/ Mahkamah Syar‟iyah Dalam Rangka Penerbitan Akta Perkawinan,
Buku Nikah, dan Akta Kelahiran (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 1169)
(diunduh dari alamat laman: https://jdih.mahkamajagung.go.id/index.php/beranda/database/2.-
Kebijakan-Mahkamah-Agung/1.-Peraturan-Mahkamah-Agung/Tahun-2015/ (diakses pada hari
Minggu, tanggal 04 April 2021 pada pukul 08.07 WIB))
10
b. anggota masyarakat yang tidak mampu dan sulit mengakses pelayanan
di gedung kantor pengadilan, Dinas Kependudukan dan Pencatatan
Sipil Kabupaten/kota dan Kantor Urusan Agama kecamatan baik
secara ekonomi dan geografis;
c. Anggota masyarakat dari kelompok rentan termasuk perempuan, anak-
anak dan penyandang disabilitas; dan/atau d. anggota masyarakat yang
tidak memiliki akses pada informasi dan konsultasi hukum yang dapat
dilayani oleh Posbakum berdasarkan ketentuan yang berlaku19.
4) Biaya-Biaya20;
(1) Komponen biaya Pelayanan Terpadu terdiri dari:
a. biaya perkara; dan
b. biaya perjalanan dan operasional untuk layanan sidang keliling.
(2) Biaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dibebankan kepada
penerima manfaat Pelayanan Terpadu.
(3) Biaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dibebankan kepada
APBN, APBD Provinsi atau APBD Kabupaten/Kota sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku deng memegang prinsip
sederhana, cepat dan biaya ringan.
(4) Para penerima manfaat Pelayanan Terpadu yang tidak mampu secara
ekonomi dapat dibebaskan dari pembayaran biaya perkara sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a jika mengajukan permohonan
19
Pasal 4 PERMA No. 1 Tahun 2015 Tentang Pelayanan Terpadu Sidang Keliling Pengadilan Negeri
Dan Pengadilan Agama/ Mahkamah Syar‟iyah Dalam Rangka Penerbitan Akta Perkawinan,
Buku Nikah, dan Akta Kelahiran (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 1169)
(diunduh dari alamat laman: https://jdih.mahkamajagung.go.id/index.php/beranda/database/2.-
Kebijakan-Mahkamah-Agung/1.-Peraturan-Mahkamah-Agung/Tahun-2015/ (diakses pada hari
Minggu, tanggal 04 April 2021 pada pukul 08.07 WIB))
20
Pasal 5 PERMA No. 1 Tahun 2015 Tentang Pelayanan Terpadu Sidang Keliling Pengadilan Negeri
Dan Pengadilan Agama/ Mahkamah Syar‟iyah Dalam Rangka Penerbitan Akta Perkawinan,
Buku Nikah, dan Akta Kelahiran (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 1169)
(diunduh dari alamat laman: https://jdih.mahkamajagung.go.id/index.php/beranda/database/2.-
Kebijakan-Mahkamah-Agung/1.-Peraturan-Mahkamah-Agung/Tahun-2015/ (diakses pada hari
Minggu, tanggal 04 April 2021 pada pukul 08.07 WIB))
11
pembebasan biaya perkara dengan melampirkan Surat Keterangan Tidak
Mampu (SKTM) atau dokumen lain yang menyatakan tidak mampu yang
dikeluarkan oleh lembaga yang berwenang, sesuai ketentuan yang berlaku.
(5) Pihak ketiga seperti lembaga donor, organisasi masyarakat sipil atau
lembaga lainnya dapat memberikan bantuan biaya yang tidak mengikat
dan tidak bertentangan dengan ketentuan yang berlaku demi kepentingan
para penerima manfaat Pelayanan Terpadu.
5) Syarat-syarat untuk memperoleh jasa Pelayanan Terpadu adalah semua syarat
yang harus dipenuhi untuk mengajukan permohonan pengesahan perkawinan,
itsbat nikah atau perkara lainnya sesuai ketentuan yang berlaku21.
6) Penentuan Tempat Sidang Keliling; Tempat Pelayanan Terpadu ditentukan
berdasarkan kesepakatan Pengadilan, Dinas Kependudukan dan Pencatatan
Sipil Kabupaten/Kota dan Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota
setempat22.
3. Tata Cara Persiapan, Pelaksanaan, Dan Penyelesaian Pelayanan Terpadu
1) Persiapan atau Perencanaan Sidang Keliling23;
21
Pasal 6 PERMA No. 1 Tahun 2015 Tentang Pelayanan Terpadu Sidang Keliling Pengadilan Negeri
Dan Pengadilan Agama/ Mahkamah Syar‟iyah Dalam Rangka Penerbitan Akta Perkawinan,
Buku Nikah, dan Akta Kelahiran (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 1169)
(diunduh dari alamat laman: https://jdih.mahkamajagung.go.id/index.php/beranda/database/2.-
Kebijakan-Mahkamah-Agung/1.-Peraturan-Mahkamah-Agung/Tahun-2015/ (diakses pada hari
Minggu, tanggal 04 April 2021 pada pukul 08.07 WIB))
22
Pasal 7 PERMA No. 1 Tahun 2015 Tentang Pelayanan Terpadu Sidang Keliling Pengadilan Negeri
Dan Pengadilan Agama/ Mahkamah Syar‟iyah Dalam Rangka Penerbitan Akta Perkawinan,
Buku Nikah, dan Akta Kelahiran (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 1169)
(diunduh dari alamat laman: https://jdih.mahkamajagung.go.id/index.php/beranda/database/2.-
Kebijakan-Mahkamah-Agung/1.-Peraturan-Mahkamah-Agung/Tahun-2015/ (diakses pada hari
Minggu, tanggal 04 April 2021 pada pukul 08.07 WIB))
23
Pasal 8 PERMA No. 1 Tahun 2015 Tentang Pelayanan Terpadu Sidang Keliling Pengadilan Negeri
Dan Pengadilan Agama/ Mahkamah Syar‟iyah Dalam Rangka Penerbitan Akta Perkawinan,
Buku Nikah, dan Akta Kelahiran (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 1169)
(diunduh dari alamat laman: https://jdih.mahkamajagung.go.id/index.php/beranda/database/2.-
Kebijakan-Mahkamah-Agung/1.-Peraturan-Mahkamah-Agung/Tahun-2015/ (diakses pada hari
Minggu, tanggal 04 April 2021 pada pukul 08.07 WIB))
12
(1) Pengadilan melakukan koordinasi dengan Kementerian Agama
Kabupaten/Kota, Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sie
Kabupaten/Kota, Bupati/Walikota dan instansi terkait lainnya tentang
rencana pelaksanaan Pelayanan Terpadu.
(2) Penyelenggaraan koordinasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
melibatkan pihak lain seperti Perguruan Tinggi dan organisasi masyarakat
sipil.
(3) Pengadilan bersama-sama dengan Dinas Kependudukan dan Pencatatan
Sipil Kabupaten/Kota dan Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota
menentukan waktu, tempat, dan biaya pelaksanaan Pelayanan Terpadu.
(4) Pengadilan menentukan dan menyeleksi dokumen yang harus dilengkapi
penerima manfaat Pelayanan Terpadu untuk memperoleh layanan terpadu
sesuai ketentuan yang berlaku.
(5) Pemanggilan pemohon dilakukan oleh jurusita/jurusita pengganti
Pengadilan dengan menggunakan biaya yang sudah dialokasikan.
(6) Pemanggilan pemohon yang jumlahnya lebih dari satu dapat dilakukan
dengan diumumkan melalui papan pengumuman atau media lainnya yang
dimiliki oleh pengadilan.
24
Pasal 9 PERMA No. 1 Tahun 2015 Tentang Pelayanan Terpadu Sidang Keliling Pengadilan Negeri
Dan Pengadilan Agama/ Mahkamah Syar‟iyah Dalam Rangka Penerbitan Akta Perkawinan,
Buku Nikah, dan Akta Kelahiran (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 1169)
(diunduh dari alamat laman: https://jdih.mahkamajagung.go.id/index.php/beranda/database/2.-
Kebijakan-Mahkamah-Agung/1.-Peraturan-Mahkamah-Agung/Tahun-2015/ (diakses pada hari
Minggu, tanggal 04 April 2021 pada pukul 08.07 WIB))
13
(2) Penjelasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan sebelum
pelaksanaan Pelayanan Terpadu.
(3) Penempatan ruang sidang pada Pelayanan Terpadu diatur sedemikian
rupa agar memudahkan masyarakat penerima manfaat Pelayanan
Terpadu.
(4) Pengadilan bersama-sama dengan Kantor Urusan Agama Kecamatan
dan/atau Dinas Kependudukan Pencatatan Sipil Kabupaten/Kota
melaksanakan Pelayanan Terpadu sesuai dengan kewenangan masing-
masing,
(5) Pelaksanaan Pelayanan Terpadu dapat melibatkan pihak lain seperti
Perguruan Tinggi dan organisasi masyarakat sipil.
(6) Pihak penyelenggara menyediakan fasilitas yang diperlukan untuk
penerima manfaat Pelayanan Terpadu terutama untuk kelompok rentan
3) Penyelesaian Perkara pada Program Sidang Keliling25;
(1) Dalam hal permohonan pengesahan perkawinan, itsbat nikah atau
penetapan lainnya yang terkait dikabulkan, salinan penetapan diberikan
oleh Pengadilan kepada pemohon pada hari yang sama
(2) Pengadilan menyerahkan salinan penetapan kepada pemohon untuk
diteruskan kepada Kantor Urusan Agama Kecamatan dan/atau Dinas
Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten/Kota dalam rangka
penerbitan buku nikah atau akta perkawinan dan/atau akta kelahiran,
sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
4. Mekanisme Pelayanan Sidang Keliling
1) Pengadilan Negeri26;
25
Pasal 10 PERMA No. 1 Tahun 2015 Tentang Pelayanan Terpadu Sidang Keliling Pengadilan Negeri
Dan Pengadilan Agama/ Mahkamah Syar‟iyah Dalam Rangka Penerbitan Akta Perkawinan,
Buku Nikah, dan Akta Kelahiran (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 1169)
(diunduh dari alamat laman: https://jdih.mahkamajagung.go.id/index.php/beranda/database/2.-
Kebijakan-Mahkamah-Agung/1.-Peraturan-Mahkamah-Agung/Tahun-2015/ (diakses pada hari
Minggu, tanggal 04 April 2021 pada pukul 08.07 WIB))
14
(1) Perkara yang dilayani dalam Pelayanan Terpadu oleh Pengadilan Negeri
adalah perkara pengesahan perkawinan yang bersifat permohonan
(voluntair).
(2) Sidang permohonan dihadiri oleh pasangan suami isteri yang masih hidup
secara pribadi (in persoon) kecuali ada alasan lain.
(3) Dalam hal salah satu pasangan atau keduanya sudah meninggal,
permohonan pengesahan perkawinan tidak dapat dilaksanakan pada
Pelayanan Terpadu.
(4) Permohonan diajukan kepada Pengadilan Negeri yang daerah hukumnya
meliputi tempat kediaman pemohon.
(5) Pemeriksaan permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (2)
dapat dilaksanakan oleh hakim tunggal.
(6) Tata cara Sidang di Luar Gedung Pengadilan dilaksanakan berdasarkan
ketentuan yang berlaku.
(7) Dalam menjalankan tugasnya, hakim tersebut dibantu oleh 1 (satu) orang
panitera pengganti, 1 (satu) orang jurusita/jurusita pengganti, dan
sekurang-kurangnya 1 (satu) orang petugas administrasi.
(8) Pemanggilan pemohon yang jumlahnya lebih dari satu dapat dilakukan
dengan diumumkan oleh pemerintah daerah dan papan pengumuman
pengadilan setempat atau media lainnya yang dimiliki oleh pengadilan
(9) Pelaksanaan sidang dalam Pelayanan Terpadu dilakukan sesuai dengan
hukum acara dan ketentuan yang berlaku.
26
Pasal 11 PERMA No. 1 Tahun 2015 Tentang Pelayanan Terpadu Sidang Keliling Pengadilan Negeri
Dan Pengadilan Agama/ Mahkamah Syar‟iyah Dalam Rangka Penerbitan Akta Perkawinan,
Buku Nikah, dan Akta Kelahiran (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 1169)
(diunduh dari alamat laman: https://jdih.mahkamajagung.go.id/index.php/beranda/database/2.-
Kebijakan-Mahkamah-Agung/1.-Peraturan-Mahkamah-Agung/Tahun-2015/ (diakses pada hari
Minggu, tanggal 04 April 2021 pada pukul 08.07 WIB))
15
(10) Pelayanan Terpadu dapat dilaksanakan bersamaan dengan:
a. layanan Pos Bantuan Hukum; dan/atau pengumuman pengadilan
setempat atau media lainnya yang dimiliki oleh pengadilan. layanan
Pos Bantuan Hukum; dan/atau
b. sidang reguler.
2) Pengadilan Agama Atau Mahkamah Syar‟iyah27;
(1) Perkara itsbat nikah yang dilayani oleh Pengadilan Agama/Mahkamah
Syar'iyah dalam Pelayanan Terpadu adalah perkara itsbat nikah yang
bersifat permohonan (voluntair),
(2) Sidang permohonan itsbat nikah dihadiri oleh pasangan suami isteri yang
masih hidup secara pribadi (in persoon) kecuali ada alasan lain.
(3) Dalam hal salah satu pasangan atau keduanya sudah meninggal,
permohonan itsbat nikah tidak dapat dilaksanakan pada Pelayanan
Terpadu.
(4) Pemeriksaan permohonan itsbat nikah dalam Pelayanan Terpadu dapat
dilaksanakan oleh hakim tunggal.
(5) Tata cara Sidang di Luar Gedung Pengadilan dilaksanakan berdasarkan
ketentuan yang berlaku.
(6) Dalam menjalankan tugasnya, hakim tersebut dibantu oleh 1 (satu) orang
panitera pengganti, 1 (satu) orang jurusita/jurusita pengganti, dan
sekurang-kurangnya 1 (satu) orang petugas administrasi.
27
Pasal 12 PERMA No. 1 Tahun 2015 Tentang Pelayanan Terpadu Sidang Keliling Pengadilan Negeri
Dan Pengadilan Agama/ Mahkamah Syar‟iyah Dalam Rangka Penerbitan Akta Perkawinan,
Buku Nikah, dan Akta Kelahiran (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 1169)
(diunduh dari alamat laman: https://jdih.mahkamajagung.go.id/index.php/beranda/database/2.-
Kebijakan-Mahkamah-Agung/1.-Peraturan-Mahkamah-Agung/Tahun-2015/ (diakses pada hari
Minggu, tanggal 04 April 2021 pada pukul 08.07 WIB))
16
(7) Pemanggilan pemohon yang jumlahnya lebih dari satu dapat dilakukan
dengan diumumkan oleh pemerintah daerah dan papan pengumuman
pengadilan setempat atau media lainnya yang dimiliki oleh pengadilan.
(8) Pelaksanaan sidang dalam Pelayanan Terpadu dilakukan sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
(9) Pelayanan Terpadu dapat dilaksanakan bersamaan dengan:
a. layanan Pos Bantuan Hukum; dan/atau
b. sidang reguler.
5. Pelaporan, Monitoring, dan Evaluasi Program Sidang Keliling
1) Pelaporan Program Sidang Keliling28;
(1) Pengadilan dan instansi terkait masing-masing menyampaikan laporan
pelaksanaan Pelayanan Terpadu sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
(2) Laporan pelaksanaan sebagaimana dimaksud dalam ayat(1) sekurang-
kurangnya terdiri dari:
a. jumlah penetapan pengesahan perkawinan dan/atau perkara terkait
lainnya bagi Pengadilan Negeri;
b. jumlah penetapan itsbat nikah bagi Pengadilan Agama/Mahkamah
Syar'iyah;
c. penggunaan anggaran;
d. waktu dan tempat pelayanan; dan
e. permasalahan dalam pelaksanaan.
(3) Pengadilan melakukan evaluasi secara berkala sekurang-kurangnya 6
(enam) bulan sekali terhadap pelaksanaan Pelayanan Terpadu.
(4) Monitoring dan Evaluasi pelaksanaan pelayanan terpadu dilakukan oleh:
28
Pasal 13 PERMA No. 1 Tahun 2015 Tentang Pelayanan Terpadu Sidang Keliling Pengadilan Negeri
Dan Pengadilan Agama/ Mahkamah Syar‟iyah Dalam Rangka Penerbitan Akta Perkawinan,
Buku Nikah, dan Akta Kelahiran (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 1169)
(diunduh dari alamat laman: https://jdih.mahkamajagung.go.id/index.php/beranda/database/2.-
Kebijakan-Mahkamah-Agung/1.-Peraturan-Mahkamah-Agung/Tahun-2015/ (diakses pada hari
Minggu, tanggal 04 April 2021 pada pukul 08.07 WIB))
17
a. Pengadilan Tinggi dan Direktorat Jenderal Badan Peradilan Umum
Mahkamah Agung RI; atau
b. Pengadilan Tinggi Agama/Mahkamah Syar'iyah Aceh dan Direktorat
Jenderal Badan Peradilan Agama Mahkamah Agung RI.
(5) Pengadilan melakukan koordinasi dengan Dinas Kependudukan dan
Pencatatan Sipil Kabupaten/Kota dan Kantor Kementerian Agama
Kabupaten/Kota untuk membahas permasalahan dan perkembangan
pelaksanaan Pelayanan Terpadu.
2) Monitoring dan Evaluasi Program Sidang Keliling29;
(1) Pengaduan masyarakat terkait Pelayanan Terpadu disampaikan melalui
berbagai media pengaduan yang telah disediakan oleh Pengadilan.
(2) Pengaduan masyarakat diselesaikan sesuai dengan mekanisme di
Pengadilan.
(3) Pengadilan secara berkala mengevaluasi pengaduan yang masuk untuk
merumuskan perbaikan kualitas Pelayanan Terpadu.
Maka dengan berlakunya Peraturan Mahkamah Agung No. 3 Tahun 2015 tersebut
yang bersifat lebih umum, maka Surat Edaran Mahkamah Agung Nomor 3 Tahun
2014 Tentang Tata Cara Pelayanan Dan Pemeriksaan Perkara Voluntair Itsbat Nikah
Dalam Pelayanan Terpadu telah dinyatakan „dicabut‟ dan dinyatakan tidak berlaku30.
29
Pasal 14 PERMA No. 1 Tahun 2015 Tentang Pelayanan Terpadu Sidang Keliling Pengadilan Negeri
Dan Pengadilan Agama/ Mahkamah Syar‟iyah Dalam Rangka Penerbitan Akta Perkawinan,
Buku Nikah, dan Akta Kelahiran (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 1169)
(diunduh dari alamat laman: https://jdih.mahkamajagung.go.id/index.php/beranda/database/2.-
Kebijakan-Mahkamah-Agung/1.-Peraturan-Mahkamah-Agung/Tahun-2015/ (diakses pada hari
Minggu, tanggal 04 April 2021 pada pukul 08.07 WIB))
30
Pasal 16 PERMA No. 1 Tahun 2015 Tentang Pelayanan Terpadu Sidang Keliling Pengadilan Negeri
Dan Pengadilan Agama/ Mahkamah Syar‟iyah Dalam Rangka Penerbitan Akta Perkawinan,
Buku Nikah, dan Akta Kelahiran (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 1169)
(diunduh dari alamat laman: https://jdih.mahkamajagung.go.id/index.php/beranda/database/2.-
Kebijakan-Mahkamah-Agung/1.-Peraturan-Mahkamah-Agung/Tahun-2015/ (diakses pada hari
Minggu, tanggal 04 April 2021 pada pukul 08.07 WIB))
18
B. Teori Materiil Tentang Perwalian Anak
1. Definisi Pengangkatan Anak
Pengangkatan anak banyak diberikan oleh para pakar hukum, di antaranya;
a. Perwalian yang berasal dari kata wali mempunyai arti orang lain selaku
pengganti orang tua yang menurut hukum diwajibkan mewakili anak yang
belum dewasa atau belum akil baligh dan melakukan perbuatan hukum.
b. Dalam Kamus praktis bahasa Indonesia, wali berarti orang yang menurut
hukum ( agama, adat ) diserahi kewaj iban mengurus anak yatim serta
hartanya sebelum anak itu dewasa atau pengasuh pengantin perempuan
pada waktu nikah ( yaitu orang yang melakukan janji nikah dengan
pengantin laki-laki ).
c. Amin Suma mengatakan dalam bukunya “ Hukum Keluarga Islam di
Dunia Islam” perwalian ialah kekuasaan atau otoritas ( yang dimiliki )
seseorang untuk secara langsung melakukan suatu tindakan sendiri tanpa
harus bergantung ( terikat ) atas izin orang lain.
d. Sayyid sabiq mengatakan, Wali adalah suatu ketentuan hukum yang dapat
dipaksakan pada orang lain sesuai dengan bidang hukumnya, selanjutnya
menurut beliau wali ada yang khusus dan ada yang umum, yang khusus
adalah yang berkaitan dengan manusia dan harta bendanya.
e. Menurut Soerojo Wignjodipoero mengatakan bahwa pengangkatan anak
adalah suatu perbuatan pengambilan anak orang lain ke keluarga sendiri
sedemikian rupa sehingga antara orang yang memungut anak dan anak
yang dipungut itu timbul suatu hukum kekeluargaan yang sama seperti
yang ada antara orang tua dengan anak kandungnya sendiri; dan
f. Menurut Helman Hadi Kusuma mengatakan anak adalah anak orang lain
yang dianggap anak sendiri oleh orang tua angkat dengan cara menurut
19
hukum adat setempat dikarenakan untuk tujuan kelangsungan keturunan
dan atau pemeliharaan atas harta benda kekayaan rumah tangga31.
Dalam Islam sendiri istilah pengangkatan anak lebih dikenal dengan istilah
Tabbani yang pada saat ini juga lebih dikenal dengan sebutan adopsi. Tabbani
secara harfiah atau bahasa diartikan sebagai seseorang yang mengambil anak
orang lain untuk diperlakukan seperti anak kandung sendiri. Hal ini dilakukan
untuk memberi kasih sayang, nafkah, pendidikan dan keperluan lainnya. Dan
secara hukum anak itu bukan anaknya, walaupun dalam tradisi masyarakat
Jahiliyah, pengangkatan anak merupakan perbuatan hukum yang lazim dilakukan.
Lebih dari itu, status anak angkat disamakan kedudukannya dengan anak
kandungnya sendiri.
Adapun cara dari pengangkatan anak atau adopsi adalah seseorang mengambil
anak laki-laki atau anak perempuan dari orang lain untuk dirawat dan
dimasukkan ke dalam kartu keluarga orang tua angkatnya. Oleh karena status
hukumnya disamakan dengan anak kandung, maka terjadi hubungan saling
mewarisi jika salah satu dari mereka meninggal dunia. Di Indonesia sendiri
peraturan yang terkait dengan pengangkatan anak terdapat dalam:
31
file:///C:/Users/user/Downloads/6544-19930-1-PB.pdf (diakses hari Rabu, tanggal 07 April 2021
pada pukul 12.05 WIB)
20
sebagainya beralih tanggung jawabnya dari orang tua asal kepada orang
tua angkatnya berdasarkan keputusan pengadilan32”
Menurut hukum Islam perwalian terbagi dalam tiga kelompok. Para ulama
mengelompokan33:
32
Mahkamah Agung RI, Himpunan Peraturan Perundang-Undangan Yang Berkaitan Dengan
Kompilasi Hukum Islam Dengan Pengertian Dalam Pembahasannya (Jakarta: Mahkamah
Agung RI 2011), 193
33
file:///C:/Users/ASUS/Downloads/Documents/Makalah-Sayuti.Perwalian.pdf, (diakses pada hari
Kamis, 08 Maret 2021 pada pukul 16:37 WIB)
21
pemeliharaan (pengawasan) dan pembelanj aan. Adapun perwalian terhadap jiwa
dan harta ialah perwalian yang meliputi urusan-urusan pribadi dan harta
kekayaan, dan hanya berada ditangan ayah dan kakek.
34
Mahkamah Agung RI, Himpunan Peraturan Perundang-Undangan yang Berkaitan dengan
Kompilasi
Hukum Islam dengan Pengertian dalam Pembahasannya (Jakarta: Mahkamah Agung RI, 2011), 90
35
Mahkamah Agung RI, Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah (Jakarta: Mahkamah Agung RI, 2011),
4-7
22
Orang yang tidak cakap melakukan perbuatan hukum berhak mendapat
pewalian.
2) Pasal 5
(1) Dalam hal seseorang sudah berumur 18 tahun atau pernah menikah,
namun tidak cakap melakukan perbuatan hukum, maka pihak
keluarganya dapat mengajukan permohonan kepada pengadilan
untuk menetapkan wali bagi yang bersangkutan.
(2) Dalam hal badan hukum terbukti tidak mampu lagi berprestasi
sehingga menghadapi kepailitan, atau tidak mampu membayar
utang dan meminta permohonan penundaan kewajiban
pembayaran utang, maka pengadilan dapat menetapkan kurator
atau pengurus bagi badan hukum tersebut atas permohonan pihak
yang berkepentingan.
3) Pasal 7
Pengadilan dapat menetapkan orang yang berutang berada dalam
pewalian berdasarkan permohonan orang yang berpiutang.
4) Pasal 8
Pengadilan berwenang menetapkan pewalian bagi orang yang
tindakannya menyebabkan kerugian orang banyak.
5) Pasal 9
1) Muwalla dapat melakukan perbuatan hukum yang menguntungkan
dirinya, meskipun tidak mendapat izin wali.
2) Muwalla tidak dapat melakukan perbuatan hukum yang
merugikan dirinya, meskipun mendapat izin wali.
3) Keabsahan perbuatan hukum muwalla atas hak kebendaannya
yang belum jelas akan menguntungkan atau merugikan dirinya
bergantung pada izin wali.
23
4) Apabila terjadi perselisihan antara muwalla dengan wali
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), muwalla dapat
mengajukan permohonan ke pengadilan untuk ditetapkan bahwa
yang bersangkutan memiliki kecakapan melakukan perbuatan
hukum.
6) Pasal 10
Izin pewalian yang dimaksud dalam Pasal 9 ayat (2) dan ayat (3) dapat
dinyatakan secara tulisan atau lisan.
7) Pasal 11
Wali terdiri atas :
a. orang tua muwalla;
b. orang yang menerima wasiat dari orang tua muwalla;
c. bapak/ibu angkat muwalla;
d. orang lain atau badan hukum yang ditetapkan oleh pengadilan.
8) Pasal 12
Kekuasaan wali sebagaimana dimaksud pada pasal 11 huruf c, mulai
berlaku sejak penetapan pengadilan memperoleh kekuatan hukum
tetap.
9) Pasal 13
Wali wajib menjamin dan melindungi muwalla dan hak-haknya sampai
cakap melakukan perbuatan hukum.
10) Pasal 15
Kekuasaan wali berakhir karena:
a. meninggal dunia;
b. muwalla telah memiliki kecakapan melakukan perbuatan hukum;
atau
c. dicabut berdasarkan penetapan pengadilan.
24
11) Pasal 16
(1) Wali wajib mengganti kerugian yang diderita muwalla atas
kesalahan perbuatannya.
(2) Penetapan kesalahan perbuatan wali dan penggantian kerugian
muwalla ditetapkan oleh pengadilan.
b. Kompilasi Hukum Keluarga Islam36;
1) Pasal 107
(1) Perwalian hanya terhadap anak yang belum mencapai umur 21
tahun dan atau belum pernah melangsungkan perkawinan.
(2) Perwalian meliputi perwalian terhadap diri dan harta
kekayaannya.
(3) Bila wali tidak mampu berbuat atau lalai melaksanakan tugas
perwaliannya, maka Pengadilan Agama dapat menunjuk salah
seorang kerabat untuk bertindak sebagai wali atas permohonan
kerabat tersebut.
(4) Wali sedapat-dapatnya diambil dari keluarga anak tersebut atau
orang lain yang sudah dewasa, berpikiran sehat, adil, jujur dan
berkelakuan baik, atau badan hukum.
2) Pasal 108
Orang tua dapat mewasiatkan kepada seseorang atau badan hukum
untuk melakukan perwalian atas diri dan kekayaan anak atau anak-
anaknya sesudah ia meninggal dunia.
3) Pasal 109
Pengadilan Agama dapat mencabut hak perwalian seseorang atau
badan hukum dan menindahkannya kepada pihak lain atas permohonan
kerabatnya bila wali tersebut pemabuk, penjudi, pemboros, gila dan
36
Mahkamah Agung RI, Himpunan Peraturan Perundang-Undangan yang Berkaitan dengan
Kompilasi
Hukum Islam dengan Pengertian dalam Pembahasannya (Jakarta: Mahkamah Agung RI, 2011), 90-91
25
atau melalaikan atau menyalah gunakan hak dan wewenangnya
sebagai wali demi kepentingan orang yang berada di bawah
perwaliannya.
4) Pasal 110
(1) Wali berkewajiban mengurus diri dan harta orang yang berada di
bawah perwaliannya dengan sebaik-baiknya dan berkewajiban
memberikan bimbingan agama, pendidikan dan keterampilan
lainnya untuk masa depan orang yang berada di bawah
perwaliannya.
(2) Wali dilarang mengikatkan, membebani dan mengasingkan harta
orang yang berada dibawah perwaliannya, kecuali bila perbuatan
tersebut menguntungkan bagi orang yang berada di bawah
perwaliannya yang tidak dapat dihindarkan.
(3) Wali bertanggung jawab terhadap harta orang yang berada di
bawah perwaliannya, dan mengganti kerugian yang timbul
sebagai akibat kesalahan atau kelalaiannya.
(4) Dengan tidak mengurangi ketentuan yang diatur dalam pasal 51
ayat Undang-undang N o.l tahun 1974, pertanggungjawaban wali
tersebut ayat (3) harus dibuktikan dengan pembukuan yang
ditutup tiap satu tahun satu kali.
5) Pasal 111
(1) Wali berkewajiban menyerahkan seluruh harta orang yang
berada di bawah perwaliannya, bila yang bersangkutan telah
mencapai umur 21 tahun atau telah menikah.
(2) Apabila perwalian telah berakhir, maka Pengadilan Agama berwenang
mengadili perselisihan antara wali dan orang yang berada di bawah
perwaliannya tentang harta yang diserahkan kepadanya.
6) Pasal 112
26
Wali dapat mempergunakan harta orang yang berada di bawah
perwaliannya, sepanjang diperlukan untuk kepentingannya menurut
kepatutan atau bil ma'ruf kalau wali fakir.
27
BAB III
PRAKTIK PERADILAN
28
sedang ruang sidang yang digunakan adalah serambi Masjid Agung Nganjuk
yang berada disebelah barat alun-alun.
d. Masa berlakunya Undang Undang Nomor 1 tahun 1974; pada masa ini
Pengadilan Agama Nganjuk masih berkantor disalah satu ruang kecil yang
berada disebelah utara Masjid Agung Nganjuk. Meskipun kondisinya masih
sangat sederhana baik pegawai maupun peralatan kantornya, namun
semangat kerja pegawai Pengadilan Agama Nganjuk yang pada saat itu
berjumlah 9 orang pegawai cukup tinggi. Akan tetapi pada tahun 1975
Pengadilan Agama Nganjuk mendapatkan tanah yang kemudian dibangun
untuk gedung kantor dan balai sidang yang terletak di Jalan A. Yani Selatan
Nomor 9, Kelurahan Ploso, Kabupaten Nganjuk depan stadion seluas 500
meter.
e. Masa berlakunya Undang Undang nomor 7 tahun 1989; Pengadilan Agama
Nganjuk saat itu Ketuanya dijabat oleh Drs. Kusno, S.H. pada saat itu
pegawai Pengadilan Agama Nganjuk sudah memadai dengan jumlah 20
orang termasuk Hakim. Dan sejak berlakunya Undang-Undang Nomor 7
Tahun 1989 tenaga pegawai yang ada baik Hakim, Panitera maupun Jurusita
mulai dibina oleh Mahkamah Agung R.I. sejak itu pula kualitas perkara yang
masuk dan diselesaikan oleh Pengadilan Agama Nganjuk semakin
meningkat, misalnya gugatan waris, harta bersama dan lain-lain. Sehingga
Pengadilan Agama Nganjuk pada tahun 1994 berdasarkan Keputusan Dewan
Perwakilan Rakyat Kabupaten Daerah Tingkat II Nganjuk nomor 003 tahun
1994 tanggal 21 Maret 1994 tentang persetujuan pelepasan Hak atas tanah
milik Pemerintah Kabupaten Daerah Tingkat II Nganjuk untuk
Pembangunan Gedung Kantor /Balai Sidang Pengadilan Agama Nganjuk
seluas 4.000 m2 (40 x 100 m) yang terletak di Jalan Gatot Subroto,
Kelurahan Kauman, Kecamatan Nganjuk, Kabupatenn Nganjuk. Kemudian
pada tahun anggaran 1995/1996 dan 1996/1997 serta 1997/1998 Pengadilan
29
Agama Nganjuk secara berturut-turut selama tiga tahun mendapat proyek
Pembangunan Kantor Pengadilan Agama Nganjuk dan pagar keliling. Dan
pada bulan Desember 1998 selesailah pembangunan Kantor Pengadilan
Agama Nganjuk, maka pada tanggal 24 Desember 1998 Kantor Pengadilan
Agama Nganjuk diresmikan penggunaannya oleh Bupati Kabupaten
Nganjuk dan sejak itulah segala kegiatan Pengadilan Agama Nganjuk pindah
dikantor baru di jalan Gatot Subroto Nganjuk sampai sekarang. Namun
seiring dengan berjalannya waktu guna memenuhi kelengkapan Dokumen
status Penggunaan Barang Milik Negara maka Pengadilan Agama Nganjuk
telah berusaha untuk mengurus sertifikat untuk status kepemilikan akan
tetapi hal tersebut mengalami kendala karena pada saat pemberian tanah
tahun 1994 tersebut tidak ditindaklanjuti oleh pelepasan Hak oleh Bupati
Nganjuk. Sehingga hal ini menyulitkan Pengadilan Agama Nganjuk untuk
mengurus sertifikat tanah. Dan setelah mengalami beberapa proses yang
sungguh melelahkan berdasarkan surat permohonan Pengadilan Agama
Nganjuk kepada Bupati pada tanggal 19 Desember 2011 tentang
permohonan hibah tanah pada tahun 2013 permohonan tersebut dibulkan
dengan surat Keputusan Bupati Nganjuk Nomor 188/391/K/411.013/2013
tentang Penghapusan Barang Milik Pemerintah Kabupaten Nganjuk berupa
tanah untuk dihibahkan kepada Mahkamah Agung Republik Indonesia yang
digunakan untuk Kantor Pengadilan Agama Nganjuk.hanya saja luas tanah
tersebut berkurang yang semula 4.000 m2 menjadi 3.540 m2, hal ini
diketahui setelah diadakan diverifikasi oleh Badan Pertanahan Nganjuk
ternyata posisinya tidak di Kelurahan Kauman melainkan terletak di Desa
Ringinanom, Kecamatan Nganjuk, Kabupaten Nganjuk37
2. Pengadilan Agama Nganjuk memiliki Visi “Terwujudnya Peradilan Agama yang
Agung” dan misi sebagai berikut:
37
Dikutip dari laman: https://www.pa-nganjuk.go.id/profil-pengadilan-info-satker/sejarah-pengadilan
(diakses pada hari Senin, tanggal 05 April 2021 pada pukul 08.00 WIB)
30
1) Menjaga Kemandirian Pengadilan Agama Nganjuk
2) Memberikan pelayanan hukum yang berkeadilan kepada pencari keadilan
3) Meningkatkan kualitas kepemimpinan di Pengadilan Agama Nganjuk
4) Meningkatkan kredibilitas dan transparasi di Pengadilan Agama Nganjuk38
3. Struktur Organisasi di Pengadilan Agama Nganjuk, adalah sebagai berikut:
38
Dikutip dari laman: https://www.pa-nganjuk.go.id/profil-pengadilan-info-satker/visi-dan-misi
(diakses pada hari Senin, tanggal 05 April 2021 pada pukul 08.27 WIB)
31
4. Daftar Fasilitas dan Sarana Prasarana di Pengadilan Agama Nganjuk
No. Fasilitas
1. Papan nama pengadilan Halaman depan pengadilan
2. Pos keamanan perlengkapan keamanan
3. Mushola umum
4. Area parkir pegawai
5. Area parkir para pihak
6. Ruang resepsionis
7. Meja dan petugas PTSP
8. Ruang tunggu PTSP
9. Ruang tunggu sidang
10. Ruang tamu terbuka
11. Fasilitas air minum gratis
12. Fasilitas charger gratis
13. Fasilitas wifi gratis
14. Ruang rapat ruang laktasi
15. Ruang mediasi
16. Ruang merokok
17. Toilet pegawai
18. Ruang sidang 1
19. Ruang sidang 2
20 Toilet para pihak
21. Toilet para pihak/difabel
39
Dikutip dari laman: https://www.pa-nganjuk.go.id/profil-pengadilan-info-satker/struktur-organisasi
(diakses pada hari Senin, tanggal 05 April 2021 pada pukul 08.45 WIB)
32
22. Kursi roda
23. Alat pemadam api ringan
24. Ruang kerja ketua
25. Ruang kerja wakil ketua
26. Ruang kerja panitera
27. Ruang kerja sekretaris
28. Ruang arsip perkara ruang perpustakaan
29. Gudang genset
30. Ruang control CCTV
31. Ruangan TI6
32. Titik kumpul jalur evakuasi
33. Papan petunjuk arah
34. Tempat bermain anak
35. Ruang laktasi
Tabel 2: Data Fasilitas dan Sarana Prasarana PA Nganjuk40
40
Dikutip dari laman: https://www.pa-nganjuk.go.id/layanan-publik/fasilitas-publik (diakses pada hari
Senin, tanggal 05 April 2021 pada pukul 09.00 WIB)
33
DATA STATISTIK PERKARA PA NGANJUK
PER BULAN JANUARI S.D BULAN MARET
2021
300
250
200
150
100
50
0
JANUARI FEBRUARI MARET
PERKARA GUGATAN 213 260 259
PERKARA PERMOHONAN 28 16 26
Equation 1: Data Statistik Perkara PA Nganjuk41
41
Dikutip dari laman: https://sipp.pa-nganjuk.go.id/statistik_perkara (diakses pada hari Senin, tanggal
05 April 2021 pada pukul 09.45 WIB)
34
disampaikan melalui Desa untuk diteruskan ke para pihak yang bersangkutan,
mengisi buku jurnal Relaas Pemanggilan, dan lain-lain.
3. 1 orang di Ruang Kepaniteraan dengan tugas Kepaniteraan, seperti;
membantu proses Pemanggilan para pihak dan menyerahkan berkas-berkas
perkara untuk diteruskan ke Ruang Persidangan.
Mulai hari Senin, tanggal 22 Maret 2021 kami mengikuti agenda apel pagi
bersama para hakim, staff PA Nganjuk, dan para mahasiswa PPL dari Universitas
Hasyim Asyhari pada pukul 07.30-08.00 WIB dengan materi apel penyerahan
sertifikasi Satpam kepada Ketua Hakim PA Nganjuk. Setelah pelaksanaan apel pagi
kami mengisi absensi harian di Ruang Hakim lalu melanjutkan tugas sesuai jadwal.
Pada hari Selasa tanggal 23 Maret 2021 kami mendapatkan penyampaian materi
terkait pembuatan surat gugatan atau permohonan dari Bapak Drs. H. Musthofa
Zahron pada pukul 08.00-09.00 WIB di Ruang Sidang 1 selanjutnya kami tetap
menjalankan tugas sesuai jadwal yang kami buat. Selanjutnya pada hari Rabu tanggal
24 Maret 2021 pada pukul 08.00-09.00 kami mendapatkan penyampaian materi
lanjutan tentang gugatan dan permohonan serta pemberian tugas untuk membuat surat
gugatan bagi yang perempuan dan surat permohonan cerai talaq bagi yang laki-laki
oleh Bapak. Drs. H. Musthofa Zahron di Ruang Sidang 1 lalu sekitar pukul 09.05
WIB kami melanjutkan kegiatan sesuai dengan jadwal yang kami buat.
Namun pada hari Kamis tanggal 25 Maret 2021 setelah mengumpulkan tugas dan
mengisi absensi harian, kami diminta oleh Bapak Zahron untuk mengikuti jalannya
persidangan bersama di Ruang Sidang 1 pada pukul 09.00 WIB sampai selesai.
Setelah itu kami pukul 14.00 WIB kami bersama kelompok 5 mendapat briefing atau
bimbingan langsung oleh Bapak Drs. H. Musthofa Zahron terkait materi dan
persiapan simulasi peradilan semu di Ruang Sidang 2. Lalu pada pukul 19.30 WIB
kami melaksanakan praktik simulasi peradilan semu dengan rincian para pihaknya
sebagai berikut:
35
No. Nama Mahasiswa Bertugas
1. Arif Mukarrom Hakim Ketua
2. Eko Tri Cahyono Hakim Anggota 1
3. Leda Iin Anjani Hakim Anggota 2
4. Nona Intira Panitera
5. Maulidda Fitria Mediator
6. Alvina Annas Setiani Penggugat
7. Safik Muizzudin Tergugat
8. Ninda Sofiyah Saksi 1
9. Fitria Anjarwati Saksi 2
Tabel 3: Daftar Peserta Praktik Peradilan Semu di PA Nganjuk Kelompok 5 - 6
Pada hari terakhir, yaitu hari Jum‟at tanggal 26 Maret 2021 pada pukul 08.30 WIB
kami berangkat menuju lokasi pelaksanaan sidang keliling tepatnya di Balai Desa
Kebonagung Kecamatan Sawahan Kabupaten Nganjuk bersama Bapak Drs. H.
Musthofa Zahron dengan agenda 2 persidangan perkara gugatan cerai, namun
ternyata pada sidang kedua para pihak baik tergugat maupun penggugat tidak hadir,
sehingga sidang ditunda. Dan pada sidang pertama sidang dinyatakan dicabut oleh
pihak penggugat melalui kuasa hukumnya dengan nomor putusan
612/PDT.G/2021/PA.NGJ42.
Dan dalam beberapa kali kesempatan, kami juga telah mengamati bagaimana
jalannya proses persidangan yang ada di Pengadilan Agama Nganjuk. Selama proses
persidangan selalu berjalan dengan suasana yang tertib dan kondusif, meskipun ada
beberapa pihak yang mungkin kurang menghormati terhadap majelis hakim yang ada
seperti membentak hakim seperti yang terjadi pada saat 2 mahasiswa kelompok kami
yaitu Leda dan Eko pada hari Selasa tanggal 23 Maret 2021 di Ruang Sidang 2
seorang saksi yaitu dari pihak ibu pemohon meninggikan suaranya dihadapan majelis
hakim yang untungnya, hal tersebut tetap dapat diatur dan dikendalikan sedemikian
rupa oleh pihak hakim sehingga tidak berlarut-larut sehingga menjadikan proses
persidangan semakin tegang atau kaku. Juga beberapa perilaku yang tidak sopan
lainnya seperti duduk dengan kaki yang dinaikkan ke kursi dan langsung mendapat
teguran dari Hakim Ketua saat itu, juga beberapa advokat atau kuasa hukum yang
memakai pakaian yang tidak sesuai etika seorang advokat saat beracara di Pengadilan
Agama yang kami jumpai pada saat hari Kamis tanggal 25 Maret 2021 di Ruang
Sidang 1.
43
Disampaikan secara langsung melalui wawancara dengan: Bapak Fuad, S. HI selaku Kasubag
Kepegawaian dan Ortala Di Pengadilan Agama Nganjuk, pada hari Senin, tanggal 22 Maret
2021 pukul 10.15 WIB
37
untuk kedua anak angkatnya yaitu Suntiani binti Sumiaji dan Bambang bin Sumiaji
dengan rincian dasar perkara sebagai berikut:
1. Bahwa pihak SUPARTI binti SADIMUN telah melangsungkan pernikahan
dengan SUKARMAN bin KATIMIN pada hari Minggu tanggal 27 September
1987 sebagaimana tercatat dalam Kutipan Akta Nikah Nomor 4/05/1987 tanggal
2 Oktober 1987, yang dikeluarkan oleh Kantor Urusan Agama Kecamatan
Tanjunganom, Kabupaten Nganjuk;
2. Bahwa pada saat menikah SUPARTI binti SADIMUN berstatus Perawan,
sedangkan SUKARMAN bin KATIMIN berstatus Jejaka;
3. Bahwa selama menikah SUPARTI binti SADIMUN dan Suami belum dikaruniai
keturunan, padahal SUPARTI binti SADIMUN dan Suami telah berusaha, tetapi
belum membuahkan hasil;
4. Bahwa SUPARTI binti SADIMUN dan Suami telah mengangkat dan mengasuh
anak bernama;
a. SUNTIANI binti SUMIAJI Umur/Tempat Tanggal Lahir: 15 tahun/ Nganjuk,
7 Nopember 2005, Agama Islam, Alamat Dusun Sambirejo, RT.04/ RW.01,
Kelurahan/Desa Sambirejo, Kec. Tanjunganom, Kabupaten Nganjuk.
Berdasarkan Penetapan Pengadilan Negeri Nomor 164/Pdt.P/2017PN.Njk
tanggal 29 November 2017; dan
b. BAMBANG INDARWANSAH bin SUMIAJI, Umur/Tempat Tanggal Lahir
5 Tahun/ Nganjuk, 15 Agustus 2015 Agama Islam, Alamat Dusun Sambirejo,
RT.04/ RW.01, Kelurahan/Desa Sambirejo, Kecamatan Tanjunganom,
Kabupaten Nganjuk. Berdasarkan Penetapan Pengadilan Negeri Nomor
163/Pdt.P/2017PN.Njk tanggal 29 November 2017. Bahwa orang tua dari
anak tersebut telah menyetujui kalau anaknya akan diasuh oleh Para
SUPARTI binti SADIMUN, serta Para SUPARTI binti SADIMUN sanggup
dan bersedia menjadi orang tua angkat dari anak tersebut;
38
5. Bahwa pada tanggal 13 September 2019 SUKARMAN bin KATIMIN/ Suami
SUPARTI binti SADIMUN telah meninggal dunia di rumah karena sakit;
6. Bahwa setelah suami SUPARTI binti SADIMUN tersebut meninggal dunia,
maka hak perwalian (hak asuh) dari anak-anak tersebut berada dibawah
pengasuhan SUPARTI binti SADIMUN;
7. Bahwa oleh karena anak-anak tersebut masih di bawah umur (belum cakap
melakukan perbuatan hukum), maka SUPARTI binti SADIMUN memandang
perlu mengajukan permohonan perwalian atas anak-anak tersebut;
8. Bahwa maksud dan tujuan SUPARTI binti SADIMUN mengajukan permohonan
perwalian ini adalah untuk mengurus harta peninggalan Suami SUPARTI binti
SADIMUN yang diberikan kepada anak angkat SUNTIANI binti SUMIAJI dan
BAMBANG INDARWANSAH bin SUMIAJI44;
44
Dikutip dari: file:///C:/Users/user/Downloads/putusan_97_pdt.p_2021_pa.ngj_20210407.pdf
(diakses pada hari Rabu, tanggal 07 April 2021 pada pukul 11.10 WIB)
45
Dikutip dari: file:///C:/Users/user/Downloads/putusan_97_pdt.p_2021_pa.ngj_20210407.pdf
(diakses pada hari Rabu, tanggal 07 April 2021 pada pukul 11.10 WIB)
39
pelaksana kekuasaan kehakiman bagi rakyat pencari keadilan yang beragama
Islam, mengenai perkara keperdataan yang diatur dalam Undang-Undang46;
Demikian putusan telah ditetapkan di Nganjuk, pada hari Senin tanggal 15 Maret
2021 Masehi bertepatan dengan tanggal 1 Sya‟ban 1442 Hijriyah, Oleh kami Makbul
Bakari, S.H.I., M.H sebagai Ketua Majelis, Samsiatul Rosidah, S.Ag.dan Hasyim
Alkadrie, S.Ag.,M.H. masing-masing sebagai Hakim Anggota, Penetapan tersebut
diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum pada hari itu juga oleh Ketua Majelis
47
tersebut dengan didampingi oleh Hakim Anggota dan dibantu oleh Setyo
Hayuningsih, S.H. sebagai Panitera Pengganti serta dihadiri SUPARTI binti
SADIMUN
46
Dikutip dari: https://www.pta-
pontianak.go.id/e_dokumen/2018/MENGENALPERADILAN/AGAMA.pdf (diakses pada hari
Rabu, tanggal 07 April 2021 pada pukul 11.26 WIB)
47
Dikutip dari: file:///C:/Users/user/Downloads/putusan_97_pdt.p_2021_pa.ngj_20210407.pdf
(diakses pada hari Rabu, tanggal 07 April 2021 pada pukul 11.10 WIB)
40
BAB IV
A. Evaluasi Praktikum
Setelah melaksanakan kegiatan praktikum di Pengadilan Agama Nganjuk
kami mendapatkan kesimpulan terkait tentang beberapa faktor yang mendukung dan
menghambat kegiatan praktikum kami tersebut, yaitu dengan perincian sebagai
berikut:
1. Faktor-faktor penghambat pelaksanaan praktikum;
a. Tidak adanya kasus perihal sengketa ekonomi Syariah di PA Nganjuk,
hal ini tentunya menjadikan kami agak kesulitan untuk mencocokkan
teori dasar Hukum Ekonomi Syariah yang telah kami pelajari selama
di Kampus, dan juga agak menyulitkan kami untuk mengangkat
pembahasan terkait judul laporan kami saat ini sehingga kami
akhirnya memilih judul atau topik pembahasan yang lainnya;
b. Waktu pelaksanaan praktikum yang sangat singkat, menurut kami
akan terasa lebih ideal ketika kami telah mengamati praktik hukum
beracara di PA Nganjuk dengan waktu yang lebih banyak lagi
sehingga kami dapat lebih mendapat pembelajaran secara praktis lebih
mendalam;
c. Jumlah mahasiswa yang mengikuti kegiatan praktikum di PA Nganjuk
bersamaan dengan kelompok kami yaitu mahasiswa PPL dari
Universitas Hasyim Asyari Jombang terlalu banyak sehingga dalam
kegiatan kami berpraktikum mendapatkan lebih sedikit tugas dari para
staff yang ada; dan
d. Banyaknya pengacara yang kurang tertib dalam etika berpakaiannya
sehingga para hakim sering menegur para pengacara tersebut, dan
menghambat efisiensi waktu persidangan.
41
2. Faktor-faktor pendukung pelaksanaan kegiatan praktikum;
a. Lokasi pelaksanaan praktikum mudah dijangkau dan strategis sehingga
memudahkan kami untuk menuju lokasi PA Nganjuk;
b. Fasilitas yang disediakan oleh PA Nganjuk sangat memadai;
c. Dosen pamong yang membimbing kami yaitu Bapak Drs. H. Musthofa
Zahron banyak memberikan arahan yang mudah dan praktis bagi kami
sehingga kami mudah untuk memahami apa yang telah disampaikan
beliau;
d. Para staff yang ada di PA Nganjuk sangat ramah sehingga suasana
dalam kami berpraktikum di PA Nganjuk sangat nyaman; dan
e. Aturan protokol kesehatan telah diterapkan dengan baik dan benar.
B. Analisis Terhadap Kasus Permohonan Perwalian Atas Anak Angkat Untuk
Keperluan Mengurus Harta Peninggalan alm. Suami Kepada Anak Angkat
dengan Putusan No. 97/PDT.G/2021/PA.NGJ
Hukum orang tua angkat dalam pandangan Hukum Keluarga Islam adalah di
perbolehkan selama dengan motivasi untuk menolong meringankan beban dari orang
tua kandung anak angkat tersebut, atau untuk menolong merawat anak dari
saudaranya yang telah meninggal agar anak-anak tersebut tidak terlantar nantinya.
42
mapan. Dalam perkembangannya, masalah pengangkatan anak ini tidak lagi berjalan,
karena ajaran Islam datang menghapusnya. Terutama dalam status hukum yang yang
bertujuan menyamakan anak angkat dengan anak kandung. Artinya apabila yang
diinginkan dengan mengangkat anak hanyalah bermotivasi sosial atau semacam orang
tua asuh menurut istilah sekarang, maka cara seperti ini justru sangat dianjurkan oleh
agama khususnya Islam.
Di samping itu ada juga yang disebabkan oleh rasa belas kasihan terhadap
anak yang menjadi yatim piatu, kekurangan yang tak kunjung henti-henti, sehingga
menjadi terlantar atau disebabkan oleh keadaan orang tuanya yang tidak mampu
untuk member nafkah. Keadaan demikian kemudian berlanjut pada permasalahan
mengenai pemeliharaan harta kekayaan baik dari orang tua angkat maupun orang tua
asal (kandung). Sedangkan cara untuk meneruskan pemeliharaan harta kekayaan
inipun dapat dilakukan melalui berbagai jalur sesuai dengan tujuan semula.
43
Berkenaan dengan pengangkatan anak, Majelis Ulama‟ Indonesia telah
mengeluarkan fatwa pada tahun 1982 Tentang Adopsi Anak atau Pengangkatan
Anak48. Isinya antara lain sebagai berikut:
Dan sebagai orang tua angkat selalu mengasihi dan menyayangi anak
angkatnya baik itu berupa merawat dan mendidik anak-anak angkatnya supaya
menjadi anak yang baik nantinya. Bahkan dalam Kompilasi Hukum Islam juga
dijelaskan pengaturan terkait pemberian wasiat harta atas hubungan anak angkat
dengan orang tua angkatnya dan sebaliknya, yaitu melalui Pasal 209 yang berbunyi
sebagaimana berikut;
1) Harta peninggalan anak angkat dibagi berdasarkan Pasal 176 sampai dengan
Pasal 193 tersebut di atas, sedangkan terhadap orang tua angkat yang tidak
menerima wasiat diberi wasiat wajibah sebanyak-banyaknya 1/3 dari harta wasiat
anak angkatnya.
2) Terhadap anak angkat yang tidak menerima wasiat diberi wasiat wajibah
sebanyak-banyaknya 1/3 dari harta warisan orang tua angkatnya50.
Maka juga sudah sewajarnya ibu Suparti binti Sadimun untuk menjadi wali
sementara guna mengelola dan mengarahkan penggunaan harta peninggalan alm.
Sukarman bin Katimin yang dimiliki anak-anak angkatnya yang masih di bawah
umur, meskipun beliau adalah orang tua angkat. Maka hal tersebut pula yang kami
49
file:///C:/Users/user/Downloads/6544-19930-1-PB.pdf (diakses hari Rabu, tanggal 07 April 2021
pada pukul 12.05 WIB)
50
Mahkamah Agung RI, Himpunan Peraturan Perundang-Undangan yang Berkaitan dengan
Kompilasi Hukum Islam dengan Pengertian dalam Pembahasannya (Jakarta: Mahkamah
Agung RI,2011), 116
45
pahami dari isi permohonan perwalian ibu Suparti binti Sadimun yang diajukan
melalui kuasa hukumya bapak Yayang Susila Sakti, S.H., M.H pada tanggal 19
Februari 2021 kepada pihak PA Nganjuk.
Dalam tujuan dari isi pemohonan yang telah diajukan oleh pihak ibu Suparti
binti Sadimun memohon untuk menjadi wali atas kepengurusan harta kedua anak
angkatnya yaitu Suntiani binti Sumiaji (15 tahun) dan Bambang Indarwansyah bin
Sumiaji (5 tahun) pada harta peninggalan suaminya yaitu alm. Sukarman bin
Katimin. Tentunya hal tersebut menurut penilaian kami adalah sangat baik guna
untuk mengurus dan mengelola harta tersebut pada ibu angkatnya yang nantinya akan
digunakan untuk kepentingan perawatan dan pendidikan kedua anak angkat bu
Suparti binti Sadimun kedepannya. Demikian pula, keyakinan kami bahwa beberapa
analisis dasar kami ini adalah merupakan hal yang menjadi pertimbangan bagi majelis
hakim yang ada sehingga mengabulkan permohonan dari ibu Suparti binti Sadimun
pada hari Senin tanggal 15 Maret 2021 lalu.
46
BAB V
REKOMENDASI
47
mengetahui struktur
organisasi yang berada di
pengadilan agama,
sebaiknya mahasiswa
mempersiapkan biaya
sehari-hari apabila tempat
magang jauh dari rumah
atau berada di luar kota;
dan
3. Mahasiswa dalam
melaksanakan praktikum
untuk kedepannya juga
sebaiknya harus
mempersiapkan pakaian
yang rapi apabila sedang
melakukan kegiatan
magang seolah-olah kita
sedang bekerja jadi
mahasiswa lebih mengenal
dunia kerja lebih dalam
lagi.
48
tugas praktikum nantinya kami lakukan
mahasiswa dalam kegiatan
bimbingannya; praktikum atau
2. Materi pembekalan diharapkan dapat lebih
sebelum praktikum memperhatikan
dirasa kurang matang mahasiswa
dan waktu pembekalan bimbingannya;
terlalu singkat; 2. Pemberian pembekalan
3. Pihak Fakultas dan terkait pelaksanaan akan
Prodi memilih PA lebih baik lagi jika
yang masih jarang atau materi dapat
bahkan tidak terdapat disampaikan lebih
perkara sengketa matang lagi dan dengan
ekonomi syariah di waktu yang lebih
dalamnya sehingga banyak intensitasnya
kami agak kurang sehingga kami dapat
dapat mencapai lebih mempersiapkan
sasaran dari tujuan koordinasi pelaksanaan
diadakannya dengan lebih maksimal
praktikum ini; lagi nantinya;
4. Pemberian tugas 3. Mengenai pihak
laporan yang terlalu fakuktas atau prodi
banyak sehingga Hukum Ekonomi
terkadang tidak sesuai Syariah yang lebih
dengan waktu sedikit berfokus pada
praktikum yang masalah
terbilang singkat yaitu ekonomi.seharusnya jika
5 hari saja; dan bisa ketika mengadakan
49
5. Waktu praktikum yang program pelaksanaan
terlalu singkat praktikum di PA, pihak
sehingga kurang bisa fakultas lebih dapat
maksimal dalam mempertimbangkan
proses berpraktikum. beberapa PA yang
terdapat tentang
sengketa ekonomi,
karena dalam kenyataan
tidak terdapat sekali
permasalahan ekonomi,
sehingga kami kurang
dapat mendapat hukum
acara terkait
penyelesaian sengketa
Ekonomi Syariah pada
saat membuat laporan
praktikum;
4. Sudah seharusnya pihak
fakultas dan prodi dapat
lebih memberikan
kelonggaran dalam hal
tugas-tugas atau outline
yang ada dalam laporan
kami, dikarenakan
kurangnya waktu kami
dalam pengamatan
dalam pelaksanaan
kegiatan praktikum dan
50
juga kurangnya
penguasaan kami terkait
materi tentang
penyelesaian sengketa
hukum keluarga Islam
yang banyak kami
temukan di dalam ruang
persidangan PA
Nganjuk; dan
5. Pelaksanaan praktikum
di PA Nganjuk yang
kami rasakan sangat
singkat tersebut kami
rasa akan lebih baik lagi
jika dapat lebih banyak
lagi waktunya, selain
untuk memberikan kami
lebih banyak wawasan
kami juga dapat lebih
banyak melakukan
wawancara terkait
dengan hukum acara
yang telah dilaksanakan
di PA Nganjuk.
51
program-program baru pelaksanaan hukum
di PA Nganjuk; acara di PA Nganjuk
3. Penugasan yang dirasa tentunya akan menjadi
kurang terarah dan pembelajaran yang
maksimal; penting bagi kami,
4. Tidak adanya target selain menjadi wawasan
tugas yang diberikan yang baru kami juga
oleh pihak PA dapat lebih dapat
Nganjuk; memahami progres kerja
5. Selain Dosen Pamong di PA Nganjuk yang
tidak ada pembimbing baru dan
lain, baik di bagian perkembangannya
kesekretariatan dan dalam tata
bagian kepaniteraan; pelaksanaannya bagi
dan masyarakat pencari
6. Tidak adanya evaluasi keadilan;
dari pihak PA Nganjuk 2. Dalam hal penugasan
terkait hasil dari kami sangat
pelaksanaan praktikum mengharapkan model
kami selama di PA penugasan yang lebih
Nganjuk. terarah dan maksimal
sehingga dalam waktu
sesingkat tersebut kami
dapat menguasai terkait
PA Nganjuk secara
rinci;
3. Dalam melaksanakan
praktikum hendaknya
52
pihak PA Nganjuk
memberikan kami suatu
target atau hal-hal yang
harus dikuasai dalam
pelaksanaan praktikum
kami di PA Nganjuk;
4. Diharapkan pihak PA
Nganjuk selain
memberikan Dosen
Pamong yaitu Bapak
Drs. H Musthofa Zahron
pihak PA Nganjuk juga
menugaskan salah satu
staff bagian khusus yang
menangani mahasiswa
yang sedang
melaksanakan
praktikum di PA
Nganjuk sehingga
keberadaannya lebih
terbina dan terkontrol
dengan baik; dan
5. Evaluasi atau penilaian
akhir dari PA Nganjuk
terhadap
kami, yang merupakan
mahasiswa praktikum
tentunya sangat
53
diharapkan sehingga
kami bisa mendapatkan
koreksi yang dapat
membangun karakter
kami baik itu secara
perkataan maupun
perilaku kami.
54
LAMPIRAN-LAMPIRAN
A. Lampiran; Berkas Simulasi Persidangan
A. PENDAHULUAN
Oleh karena itu dalam makalah singkat ini sepintas kilas dipaparkan tahapan-
tahapan proses persidangan sesuai hukum acara dengan harapan agar
panitera/panitera penggugati paham tentang tahapan proses persidangan sehingga
dapat mengikuti dan mencatat jalannya persidangan, mampu mengidentifikasi mana
yang relevan dan harus dicatat dan mana yang tidak perlu dicatat. Pada akhirnya
panitera/panitera pengganti mampu menyusun berita acara persidangan dengan
benar,tepat sasaran, dan tepat waktu.
B. PERSIDANGAN
1. MEMASUKKAN GUGATAN
1.1. Agar gugatan dapat disidangkan, gugatan harus diajukan kepada Pengadilan
yang berwenang (Pasal 118 (1) HIR. pasal 66, 67 dan pasal 73 UU. No. 7/1989
jis. UU. No.3/2006 dan UU. No.50/2009.
1.2. Dalam pengajuan gugatan, pihak penggugat harus mendaftarkannya. Gugatan itu
baru dapat didaftar apabila panjar biaya perkara sudah dibayar (pasal 121 ayat
(4) HIR., pasal 89 dan 90 UU.No.7/1989 jis. UU.No.3/2006 dan
UU.No.50/2009.
1.3. Setelah gugatan terdaftar, diberi nomor perkara, kemudian diajukan kepada
ketua pengadilan sesuai prosedur.
2. PERSIAPAN SIDANG
55
2.1. Ketua pengadilan menunjuk majelis hakim untuk menyidangkan perkara
tersebut dengan penetapan (PMH).
56
2.2. Hakim yang ditunjuk menentukan hari sidang dengan penetapan (PHS) dan
memerintahkan panitera/jurusita untuk memanggil para pihak agar menghadap
pada sidang Pengadilan Agama pada hari sidang yang telah ditetapkan dengan
membawa saksi-saksi serta bukti-bukti yang diperlukan (pasal 121 ayat (1)
HIR.).
2.3. Pemanggilan dilaksanakan oleh Jurusita. Surat panggilan tersebut dinamakan
exploit. Exploit beserta salinan surat gugat diserahkan kepada tergugat pribadi di
tempat tinggal/diamnya (pasal 121 ayat (2) jo. 390 ayat (1) HIR.).
2.4. Jika tergugat tidak diketemukan, surat panggilan tersebut disampaikan kepada
Lurah/Kepala Desa yang bersangkutan untuk diteruskan kepada tergugat (pasal
390 ayat (1) HIR.).
2.5. Kalau tergugat sudah meningal, maka surat panggilan disampaikan kepada ahli
warisnya, jika ahli warisnya tidak diketahui, maka disampaikan kepada Kepala
Desa di tempat tinggal terakhir (pasal 390 ayat (2) HIR.)
26. Apabila tempat tinggal/diam tergugat tidak diketahui, maka surat panggilan
disampaikan kepada Bupati dan untuk selanjutnya surat panggilan tersebut
ditempelkan pada papan pengumuman di Pengadilan Agama yang bersangkutan
(pasal 390 ayat (3) HIR., untuk perkara perceraikan berlaku pasal 27 PP.
No.9/1975), sebagai lex specialis.
27. Pasal 126 HIR. memberi kemungkinan untuk mema nggil tergugat yang tidak
hadir sekali lagi sebelum perkaranya diputus oleh hakim.
28. Setelah melakukan pemanggilan, jurusita harus menyerahkan relaas (risalah)
panggilan kepada hakim yang akan memeriksa perkara yang bersangkutan.
29. Pada hari sidang yang telah ditentukan, sidang pemeriksaan perkara dimulai.
Selanjutnya dapat diikuti bahasan proses persidangan
3. PROSES PERSIDANGAN
3.1. SUSUNAN PERSIDANGAN
3.1.1. Susunan persidangan berbentuk Majelis yang terdiri dari seorang ketua
dan dua orang hakim anggota, dibantu seorang panitera/panitera pengganti
yang tugasnya mencatat jalannya persidangan (pasal 11 UU. No. 48/2009,
pasal 80 ayat (1) dan 97 UU.No.7/1989 jis. UU.No.3/2006 dan
UU.50/2009.
3.1.2. Pihak penggugat dan tergugat duduk berhadapan dengan majelis hakim,
posisi tergugat di sebelah kanan dan penggugat di sebelah kiri.
3.1.3. Apabila persidangan berjalan lancar, persidangan lebih kurang 8 kali, yaitu
mulai sidang pertama (perdamaian) sampai putusan hakim.
3.2. SIDANG PERTAMA
57
3.2.1. Setelah hakim membuka sidang dengan menyatakan “Sidang dinyatakan
terbuka untuk umum” diikuti dengan ketukan palu, hakim mulai
mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada penggugat dan tergugat untuk
mencocokkan identitas para pihak.
3.2.2. Jika yang hadir adalah kuasa dari para pihak, maka hakim mempers ilahkan
para pihak untuk meneliti surat kuasa khusus pihak lawan. Apabila tidak
ditemukan adanya kekuarangan atau cacat pada surat kuasa, sidang
dilanjutkan (pasal 123 ayat 1 HIR.).
3.2.3. Hakim berupaya mendamaikan kedua belah pihak (pasal 130 ayat (1) HIR.
jo. PERMA No.1/2008, pasal 82 UUPA). Meskipun para pihak menjawab
bahwa tidak mungkin damai karena uapaya penyelesa ikan secara
kekeluargaan melalui musyawarah telah ditempuh, akan tetapi tidak
berhasil, mediasi tetap wajib ditempuh.
3.3. SIDANG KEDUA (JAWABAN TERGUGAT)
3.3.1. Apabila para pihak dapat berdamai, ada dua kemungkinan:
Khusus perkara perceraian, gugatan dicabut (Buku II, hal. 116).
Mereka mengadakan perdamaian di luar atau di muka sidang.
3.3.2. Apabila perdamaian dilakukan di luar sidang, hakim tidak ikut campur.
Kedua belah pihak berdamai sendiri. Ciri dari perdamaian di luar
pengadilan ialah:
Dilakukan para pihak sendiri tanpa ikut campurnya hakim.
Apabila salah satu pihak ingkar janji, permasalahannya dapat diajukan
lagi kepada pengadilan.
3.3.3. Apabila perdamaian dilakukan di muka hakim, dibuatkan akta
perdamaian (pasal 130 ayat (2) HIR.), ciri-cirinya ialah:
Kekuatan akta perdamaian sama dengan putusan pengadilan (pasal 130
ayat (2) HIR.).
Jika salah satu pihak ingkar janji, perkara tidak dapat diajukan kembali.
3.3.4. Jika tidak tercapai perdamaian, sidang dimulai dengan mebacakan surat
gugat, kalau tergugat sudah siap dengan surat jawabannya, dilanjutkan
dengan penyerahan jawaban dari pihak tergugat. Jawaban sekurang-
kurangnya dibuat 3 lembar, untuk hakim (masuk dalam berkas perkara),
untuk penggugat, dan untuk tergugat sendiri (pasal 131 dan 132b ayat (1)
HIR.).
Bersamaan dengan jawaban yang pertama itu pula tergugat dapat
mengajukan:
Eksepsi mengenai kompetensi maupun eksepsi lainnya, khusus
kompetensi absolut dapat diajukan setiap waktu pemeriksaan (pasal
133, 134, dan 136 HIR.).
58
Gugatan rekonpensi (pasal 132b ayat (1) HIR.).
Jika dalam persidangan tingkat pertama tidak diajukan gugatan
rekonpensi, maka pada tingkat banding tidak dapat diajukan.
3.4. SIDANG KETIGA (REPLIK)
Penggugat menyerahkan replik (tanggapan penggugat terhadap jawaban tergugat)
sekurang-kurangnya rangkap 3 untuk hakim (masuk dalam berkas), tergugat, dan
penggugat sendiri.
3.5. SIDANG KEEMPAT (DUPLIK)
Tergugat menyerahkan duplik, yaitu tanggapan terhadap replik dari penggugat.
3.6. SIDANG KELIMA (PEMBUKTIAN DARI PENGGUGAT)
Sidang kelima dapat disebut sidang pembuktian oleh penggugat. Penggugat
mengajukan alat-alat bukti untuk memperkuat dalil-dalilnya dan melemahkan
dalil tergugat, berupa surat-surat dan saksi-saksi.
Bukti surat berupa foto copy harus dinazegelen lebih dahulu dan dicocokkan
dengan aslinya oleh hakim maupun tergugat. Hakim memberi pertanyaan-
pertanyaan yang dilanjutkan oleh tergugat, penggugat memberi jawaban atas
pertanyaan-pertanyaan tersebut. Dalam sidang perdata justru dalam pembuktian
ini ada tanya jawab dan perdebatan-perdebatan di bawah pimpinan hakim.
Apabila pembuktian belum selesai, dilanjutkan pada sidang berikutnya, bisa dua
tiga kali atau lebih tergantung pada kelancaran pembuktian.
Saksi-saksi yang diajukan sebelum diperiksa harus disumpah terlebih dahulu
(pasal 147 HIR.).
3.7. SIDANG KEENAM (PEMBUKTIAN DARI TERGUGAT)
Dalam persidangan ini giliran tergugat untuk mengajukan alat-alat bukti atau
sidang pembuktian dari tergugat. Jalannya persidangan sama dengan sidang
kelima, tanya jawab kebalikan dari sidang kelima.
3.8. SIDANG KETUJUH (PENYERAHAN KESIMPULAN)
Sidang ketujuh adalah sidang penyerahan kesimpulan dari kedua belah pihak.
Kesimpulan dimaksud adalah kesimpulan dari sidang-sidang tersebut.
3.9. SIDANG KEDELAPAN (PEMBACAAN PUTUSAN)
Sidang kedelapan ini dinamakan sidang putusan, hakim membacakan putusan di
hadapan para tihak. Setelah selesai membaca putusan hakim mengetukkan palu
dan para pihak yang tidak puas diberi kesempatan untuk mengajukan banding
dalam tenggang waktu 14 hari terhitung dari hari berikutnya setelah dibacakan
putusan. Bagi pihak yang tidak hadir, isi putusan itu harus diberitahukan
kepadanya (pasal 179 ayat (2) HIR.).
59
BERITA ACARA PERSIDANGAN
1. PENGERTIAN
Berita acara persidangan adalah berita acara dikaitkan dengan persidangan.
Berita acara searti dengan “proces verbaal” (Bld.), verslag (Bld.), official report/police
warant (Ing.). Dalam Kamus Hukum Yan Pramadya Puspa disebutkan “Segala
kejahatan dan pelanggaran yang didapatinya segera polisi atau pegawai khusus yang
ditunjuk untuk itu segera membuat acara atau proses verbal yang memuat asal usul
kejadian, meliputi: tempat kejadian, tanggal dan jam, pelaku-pelaku dan saksi-saksi
bila mungkin disertai alamat, pekerjaan dsb., jalannya peristiwa, diberi tanggal
pembuatannya, dan tanda tangan si pembuat. Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia, berita acara berarti catatan laporan yang dibuat (oleh polisi) mengenai
waktu terjadi, tempat, keterangan, dan petunjuk lain mengenai suatu perkara atau
peristiwa. Persidangan berasal dari kata sidang yang berarti pertemuan untuk
membicarakan sesuatu. Persidangan berarti cara, proses, perbuatan bersidang.
Pasal 97 UUPA menyatakan, “Panitera, Wakil Panitera, Panitera Muda, dan
Panitera Pengganti bertugas membantu hakim dengan menghadiri dan mencatat
jalannya sidang pengadilan”, di dalam penjelasannya dikatakan bahwa berdasarkan
catatan panitera, disusun berita acara persidangan.
Pasal 186 ayat (1) HIR. menyatakan, “Panitera membuat berita acara dari tiap-
tiap satu perkara di dalam berita acara itu disebut juga selain dari yang terjadi dalam
persidangan, nasehat yang tersebut pada ayat ketiga pasal 7 Reglemen tentang aturan
Hakim dan Mahkamah serta kebijaksanaan kehakiman di Indonesia”.
Jadi berita acara persidangan adalah tulisan yang berisi catatan tentang proses
persidangan yang dibuat dan disusun dalam bentuk tertentu oleh pejabat yang
berwenang untuk itu.
2. BENTUK DAN PEMBUATAN BERITA ACARA PERSIDANGAN
Ditinjau dari segi bentuk dan pembuatannya, berita acara persidangan dapat
digolongkan sebagai “akta otentik” karena memenuhi dua unsur:
Dibuat oleh pejabat yang diberi wewenang untuk itu.
Pembuatannya sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan.
Berita acara persidangan sebagai suatu akta otentik mempunyai kekuatan
pembuktian:
Kekuatan Pembuktian Lahir
Yang dimaksud kekuatan pembuktian lahir ialah kekuatan pembuktian yang
didasarkan atas keadaan lahiriahnya atau yang tampak pada lahirnya. Surat yang
tampak seperti akta, dianggap mempunyai kekuatan pembuktian seperti akta
sepanjang tidak terbukti sebaliknya.
60
Kekuatan Pembuktian Formil
Artinya memberi kepastian tentang peristiwa bahwa pejabat atau para pihak
menyatakan dan melakukan seperti yang dimuat dalam akta. Kekuatan
pembuktian formil menyangkut pertanyaan, “Benarkah ada pernyataan?”.
Kekuatan Pembuktian Materiil
Berarti memberi kepastian tentang peristiwa bahwa pejabat atau para pihak
menyatakan dan melakukan seperti yang dimuat dalam akta. Kekuatan
pembuktian materiil menyangkut pertanyaan, “Benarkan isi pernyataan dalam
naskah itu?”.
3. FUNGSI BERITA ACARA PERSIDANGAN
3.1. SUMBER INFORMASI
Berita acara persidangan sebagai akta otentik yang mempunyai tiga kekuatan
pembuktian sebagaimana diuraikan di atas (lahir, formil, matriil) menjadi salah
satu sumber informasi bagi hakim dalam mebuat putusan.
Menurut yurisprudensi, apa yang diterangkan dalam berita acara itu dianggap
benar, karena dibuat secara resmi dan ditandatangani oleh hakim dan panitera
pengganti yang bersangkutan, kecuali dapat dibuktikan sebaliknya (Putusan MA-
RI No. 901 K/Sip/1974 tanggal 18 Pebruari 1976).
3.2. PENGGANTI PUTUSAN YANG HILANG
Jika karena sesuatu hal putusan asli hilang, salinan maupun foto copynya tidak
dapat diketemukan, maka berita acara persidangan yang antara lain memuat amar
putusan yang diucapkan oleh hakim di persidangan, dapat dijadikan sebagai alat
bukti pengganti putusan yang hilang.
4. HAL-HAL YANG HARUS DIMUAT DALAM BERITA ACARA
4.1. WAKTU DAN TEMPAT
Berita acara pertama-tama harus memuat waktu dan tempat terjadinya peristiwa
yang meliputi: hari, tanggal, jam, dan tempat terjadinya peristiwa. Mengenai jam
terjadinya peristiwa tidak lazim disebutkan dalam berita acara persidangan
meskipun dalam penundaan sidang sering disebutkan oleh hakim yang
memerintahkan kepada pihak-pihak untuk hadir pada hari, tanggal, dan jam yang
telah ditentukan. Hal ini disebabkan karena pada umumnya d imualainya
persidangan tidak sesuai dengan jam yang telah ditentukan dalam penundaan
(pasal 186 ayat (1) HIR.).
4.2. NAMA PARA PIHAK BESRTA IDENTITASNYA
Pasal 55 UUPA menyatakan bahwa tiap pemeriksaan perkara di pengadilan
dimulai sesudah diajukan suatu permohonan atau gugatan dari pihak-pihak yang
berperkara dan telah dipanggil menurut ketentuan yang berlaku. Karena itu
dalam kenyataannya apakah pihak-pihak yang namanya tersebut dalam surat
61
gugatan telah cocok dengan para penghadap. Jika diwakili oleh kuasanya, maka
sebutkan pula identitas mereka serta dasar pemberian kuasa.
62
Dimulai dari bukti penggugat, tanggapan bukti penggugat oleh tergugat,
barulah bukti tergugat dan tanggapan bukti tergugat oleh penggugat.
4.11. PEMERIKSAAN ALAT-ALAT BUKTI
Pemeriksaan alat-alat bukti (pasal 164 HIR), alat-alat bukti dalam perkara
perdata ada 5 macam, yaitu:
Surat
Saksi
Persangkaan-persangkaan
Pengakuan
Sumpah
4.12. PEMERIKSAAN SAKSI
Pasal 169 – 172 HIR
Ketua menanya namanya, pekerjaannya, umurnya dan tempat diam atau
tinggalnya, ada tidaknya hubungan darah atau hubungan persemendaan
dengan kedua belah pihak, apakah ia makan gaji atau jadi pembantu pada salah
satu pihak (pasal 144 ayat (2) HIR.).
Tiap-tiap kesaksian harus berisi segala sebab pengetahuan (pasal 171 ayat (1)
HIR.).
Sebelum saksi memberikan keterangannya, lebih dahulu disumpah menurut
agamanya (pasal 147 HIR.).
Hakim dapat mengajukan segala pertanyaan kepada saksi dengan maunya
sendiri yang ditimbangnya berguna untuk mendapat kebenaran (pasal 150 ayat
(3) HIR.).
Kedua belah pihak boleh mengajukan pertanyaan kepada saksi melalui hakim,
hakim boleh tidak menanyakan apa yang hendak ditanyakan pihak-pihak
kepada saksi jika pertanyaan itu menyimpang dari perkara itu (pasal 150 ayat
(1 dan 2) HIR.).
4.13. KESIMPULAN
Kesimpulan penggugat.
Kesimpulan tergugat.
Dapat disampaikan secara lisan atau tertulis.
4.14. RAPAT MUSYAWARAH
Pasal 14 UU. No. 48/2009, permusyawaratan bersifat rahasia, hakim wajib
menyampaikan pertimbangan atau pendapatnya secara tertulis, jika tidak
tercapai sepakat bulat, pendapat hakim yang berbeda wajib dimuat dalam
putusan (dissenting opinion).
63
4.15. PEMBACAAN PUTUSAN
Pembacaan putusan dalam sidang terbuka untuk umum (pasal 13 ayat (2) UU.
48/2009, pasal 60 dan 81 ayat (1) UUPA.
4.16. PENANDATANGAN BERITA ACARA DAN PUTUSAN
Berita acara ditandatangani oleh ketua majelis dan panitera yang bersidang
(pasal 51 UU.No. 48/2009 dan pasal 62 ayat (3) UUPA. Putusan
ditandatangani oleh ketua, hakim- hakim yang memutus perkara, dan panitera
yang bersidang (pasal 52 ayat (2) UU. No. 48/2009 dan pasal 62 ayat (2)
UUPA)
26 PERMASALAHAN BERKENAAN DENGAN BERITA ACARA
1. KETUA MAJELIS MENINGGAL, BERITA ACARA BELUM
DITANDATANGANI
Hakim anggota yang lebih senior menandatangani berita acara tersebut.
Jika panitera yang tidak dapat menandatangani, maka harus dijelaskan dalam berita
acara (pasal 187 ayat (1 dan 2) HIR.
Ketentuan tersebut juga berlaku untuk putusan.
2. KEHADIRAN PANITERA/PANITERA PENGGANTI DALAM RAPAT
PERMUSYAWARATAN
Pasal 51 UU. No. 48/2009 menyatakan, “Penetapan, ikhtisar rapat permusyawaratan,
dan berita acara pemeriksaan sidang ditandatangani oleh ketua majelis hakim dan
panitera sidang.” Berdasarkan ketentuan tersebut panitera/panitera pengganti ikut
hadir dalam rapat permusyawaratan hakim. Dalam Buku II Edisi Revisi dikataka n,
“Apabila dipandang perlu dan mendapat persetujuan majelis hakim, panitera sidang
dapat mengikuti rapat pemusyawaratan majelis hakim” (Buku II Edisi Revisi, hal.
31). Meskipun demikian ikut tidaknya panitera/panitera pengganti dalam rapat
permusyawaratan hakim terserah pada ketua majelis.
3. PEMBERIAN NOMOR URUT PADA BERITA ACARA SIDANG
Nomor urut berita acara sidang harus dibuat secara bersambung dari sidang pertama
sampai sidang terakhir.Jawaban, replik, duplik, dan kesimpulan tertulis menjadi
kesatuan berita acara dan diberi nomor urut halaman (Buku II Edisi Revisi 2010, hal.
31).
4. PENGETIKAN TANYA JAWAB DALAM BERITA ACARA
Cara pengetikan tanya jawab tidak terdapat aturan yang baku, selama ini yang
dianjurkan menggunakan sistem iris talas dan balok. Baik sistem iris talas maupun
balok sebenarnya yang dimaksud adalah agar ada pemisahan secara jelas antara
pertanyaan hakim dengan jawaban. Untuk selanjutnya terserah mana yang paling
mudah, rapi, dan efficien.
64
Hal : Cerai Gugat Nganjuk, 22 Maret 2021
Kepada Yth.
Bapak Ketua Pengadilan Agama Nganjuk
Jl. Gatot Subroto
NGANJUK
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Agama : Islam
Pendidikan : SLTA
Dengan hormat, Penggugat mengajukan gugatan perceraian terhadap suami saya yang bernama:
Agama : Islam
Pendidikan : SLTA
65
3. Bahwa setelah pernikahan tersebut, Penggugat dengan Tergugat bertempat tinggal di rumah
orang tua Penggugat selama 2 tahun 6 bulan kemudian tinggal di rumah sendiri milik
bersama selama 3 tahun 5 bulan;
4. Bahwa selama menikah tersebut Penggugat dan Tergugat telah berhubungan layaknya suami
istri/ba’dadukhul dan sudah dikaruniai 1 orang anak, bernama Ali Imron umur 9 tahun,
sekarang ikut penggugat;
5. Bahwa semula rumah tangga Penggugat dan Tergugat berjalan harmonis, akan tetapi sejak
Juni 2017 rumah tangga Penggugat dengan Tergugat mulai goyah dan sering terjadi
perselisihan dan pertengkaran yang disebabkan Tergugat jarang pulang ke rumah dan tidak
memberi nafkah wajib kepada Penggugat serta sering berkata kasar terhadap Penggugat dan
anak.;
6. Bahwa puncak perselisihan dan pertengkaran tersebut terjadi Desember 2017yang
mengakibatkan Tergugat dan Penggugat telah berpisah tempat tinggal, Tergugatkeluar dari
rumah bersama dan pulang ke rumah orang tua Tergugat hingga terjadi perpisahan dengan
Penggugat selama 3 tahun 3 bulan;
7. Bahwa adanya perselisihan dan pertengkaran yang terus menerus tersebut mengakibatkan
rumah tangga Penggugat dan Tergugat tidak ada kebahagiaan lahir batin dan tidak ada
harapan untuk mempertahankan rumah tangga;
8. Bahwa pihak keluarga sudah berusaha mendamaikan Penggugat dan Tergugat namun tidak
berhasil;
9. Bahwa Penggugat sanggup membayar seluruh biaya yang timbul akibat perkara ini;
PRIMER:
1. Mengabulkan gugatan Penggugat;
2. Menjatuhkan talak satu ba’in sughra Tergugat (NUR HUDA bin SUBROTO) terhadap
Penggugat (NABILA LESTARI binti BAMBANG WIJAYA);
3. Membebankan biaya perkara menurut hukum yang berlaku;
SUBSIDER:
Wassalamu’alaikum wr.wb
Hormat Penggugat,
66
NABILA LESTARI binti BAMBANG WIJAYA
68
C. Lampiran; Foto kegiatan praktikum di PA Nganjuk
69
D. Struktur Organisasi Pengadilan Agama Nganjuk
Keterangan :
70
E. Dokumen lain yang berkaitan
1. Dokumen yang di berikan oleh dosen pamong ada 2 cerai gugat dan cerai talak
1) Cerai gugat
Kepada Yth.
Bapak Ketua Pengadilan Agama Nganjuk
Jl. Gatot Subroto
NGANJUK
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Agama : Islam
Pendidikan : SLTP
Pekerjaan : Dagang
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Petani
71
1. Bahwa pada tanggal 15 Februari 2018, Penggugat dengan Tergugat melangsungkan
pernikahan yang dicatat oleh Pegawai Pencatat Nikah Kantor Urusan Agama Kecamatan
Bagor Kabupaten Nganjuk, sebagaimana dalam Kutipan Akta Nikah Nomor:
0062/016/II/2018, tanggal 15 Februari 2018;
2. Bahwa pada saat menikah Penggugat berstatus Perawan dan Tergugat berstatus Jejaka;
3. Bahwa setelah pernikahan tersebut, Penggugat dengan Tergugat bertempat tinggal di rumah
orang tua Tergugat selama 1 tahun 3 bulan ;
4. Bahwa selama menikah tersebut Penggugat dan Tergugat telah berhubungan layaknya suami
istri/ba’dadukhul dan belum di karuniai anak;
5. Bahwa semula rumah tangga Penggugat dan Tergugat berjalan harmonis, akan tetapi sejak
Desember 2018 rumah tangga Penggugat dengan Tergugat mulai goyah dan sering terjadi
perselisihan dan pertengkaran yang disebabkan orang tua tergugat terlalu ikut campur dalam
segala masalah keuangan dan Tergugat tidak pernah mau diajak tinggal Bersama Penggugat
di rumanh orang tua Penggugat;
6. Bahwa puncak perselisihan dan pertengkaran tersebut terjadi Juni 2019 yang mengakibatkan
Penggugat pulang kerumah orang tua Penggugat dan hidup berpisah dengn penggugat
semala 4 bulan sampai sekarang;
7. Bahwa adanya perselisihan dan pertengkaran yang terus menerus tersebut mengakibatkan
rumah tangga Penggugat dan Tergugat tidak ada kebahagiaan lahir dan batin dan tidak ada
harapan untuk mempertahankan rumah tangga;
8. Bahwa pihak keluarga sudah berusaha mendamaikan Penggugat dan Tergugat namun tidak
berhasil;
9. Bahwa Penggugat sanggup membayar seluruh biaya yang timbul akibat perkara ini;
Berdasarkan alasan-alasan/dalil-dalil di atas, Penggugat mohon agar Ketua Pengadilan
Agama Nganjuk/Majelis Hakim berkenan memeriksa dan mengadili perkaraini selanjutnya
menjatuhkan putusan yang amarnya sebagai berikut:
PRIMER:
1. Mengabulkan gugatan Penggugat;
2. Menjatuhkan talak satu ba’in sughra Tergugat (DIAN PURNOMO bin MARYATUN)
terhadap Penggugat (DEWI INTAN SARI binti SUMARJI);
3. Membebankan biaya perkara menurut hukum yang berlaku;
SUBSIDER:
Mohon putusan yang seadil-adilnya
Demikian atas terkabulnya gugatan ini Penggugat menyampaikan terima kasih
Wassalamu’alaikum wr.wb
Hormat Penggugat,
72
DEWI INTAN SARI binti SUMARJI
2) Cerai talak
Kepada Yth.
Bapak Ketua Pengadilan Agama Nganjuk
Jl. Gatot Subroto
NGANJUK
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Agama : Islam
Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : Seniman
Agama : Islam
Pendidikan : SLTA
73
Bagor Kabupaten Nganjuk, sebagaimana dalam Kutipan Akta Nikah Nomor:
0376/007/X/2013, tanggal 09 Oktober 2013;
2. Bahwa pada saat menikah Pemohon berstatus Perawan dan Termohon berstatus Jejaka;
3. Bahwa setelah pernikahan tersebut, Pemohon dengan Termohon bertempat tinggal di rumah
orang tua Pemohon selama 7 tahun 2 bulan ;
4. Bahwa selama menikah tersebut Pemohon dan Termohon telah berhubungan layaknya suami
istri/ba’dadukhul dan telah di karuniai seorang anak, bernama MUHAMAD HABIBI
FATHUN NI’AM berumur 6 tahun dalam asuhan Pemohoon dan Termohon;
5. Bahwa semula rumah tangga Pemohon dan Termohon berjalan harmonis, akan tetapi sejak
Mei 2019 rumah tangga Pemohon dengan Termohon mulai goyah dan sering terjadi
perselisihan dan pertengkaran yang disebabkan karena Termohon telah diketahui
berselingkuh dengan pria idaman lain (PIL) bernama TYO asal dari desa mojokendil dan
kejadian itu Pemohon ketahui sendiri melalui handphone Termohon dan Termohon
mengakuinya;
6. Bahwa puncak perselisihan dan pertengkaran tersebut terjadi pada 4 Desember 2020 yang
mengakibatkan Pemohon dan Termohon masih tinggal satu rumah namun sudah pisah rumah
selama 1 minggu sampai sekarang;
7. Bahwa adanya perselisihan dan pertengkaran yang terus menerus tersebut mengakibatkan
rumah tangga Pemohon dan Termohon tidak ada kebahagiaan lahir dan batin dan tidak ada
harapan untuk mempertahankan rumah tangga;
8. Bahwa pihak keluarga sudah berusaha mendamaikan Pemohon dan Termohon namun tidak
berhasil;
9. Bahwa Pemohon sanggup membayar seluruh biaya yang timbul akibat perkara ini;
Berdasarkan alasan-alasan/dalil-dalil di atas, Pemohon mohon agar Ketua Pengadilan
Agama Nganjuk/Majelis Hakim berkenan memeriksa dan mengadili perkaraini selanjutnya
menjatuhkan putusan yang amarnya sebagai berikut:
PRIMER:
1. Mengabulkan permohonan Pemohon;
2. Memberi ijin kepada Pemohon (PRASETYO SUCI ABRIANTO bin SUKARMAN)
untuk menjatuhkan talak satu raj’i terhadap Termohon (AYU PUSPITASARI bibti
HARIONO);
3. Membebankan biaya perkara menurut hukum yang berlaku;
SUBSIDER:
Mohon putusan yang seadil-adilnya
Demikian atas terkabulnya permohonan ini Pemohon menyampaikan terima kasih
Wassalamu’alaikum wr.wb
Hormat Pemohon,
74
PRASETYO SUCI ABRIANTO bin
SUKARMAN
75