Anda di halaman 1dari 12

Arsandha Violetta Putri Santosa

1906288360
Geologi Migas dan Batubara

Table 1. Klasifikasi Kuantitas Organic Matter (Peter and Cassa 1994)

Table 2. Klasifikasi Kualitas Organic Matter (Peter and Cassa 1994)

Table 3. Klasifikasi Kematangan Organic Matter (Peter and Cassa 1994)

Figure 1. Kelas PI (Peter and Cassa 1994)


Arsandha Violetta Putri Santosa
1906288360
Geologi Migas dan Batubara
Sampel 1
Sampel ini memiliki litologi batuan yang mengandung mineral lignite berwarna hitam kecokelatan
yang disingkat menjadi bnsh blk Lig. Batuan sedimen ini memiliki kandungan total organic carbon
sebesar 26.24% dan termasuk pada golongan excellent dengan TOC >4%. Memiliki kandungan
organic yang tinggi belum tentu memiliki kandungan hidrokarbon yang tinggi juga karena harus
mengetahui tipe kerogennya yang menyatakan terbentuk atau berasal dari material apa. Untuk
mengetahui tipe kerogennya, diperlukan analisis klasifikasi kualitas organic matter dengan
membagi nilai S2 dengan S3 dan melihat nilai HI. Nilai S2/S3 sampel ini sebesar 2.3 dengan nilai
HI sebesar 134 yang mengindikasikan bahwa sampel ini termasuk pada tipe kerogen III sesuai
dengan table Peter dan Cassa 1994. Tipe kerogen III pada sampel ini menghasilkan produk berupa
gas (gas-prone) dapat berupa biogenic methane dengan maseral kerogen tergolong vitrinite sebesar
40% yang berarti materialnya berasal dari bahan kayu, selulosa pada tumbuhan didarat, dan
berpotensi mengandung nitrogen. Berdasarkan kematangannya, sampel 1 ini memiliki kematangan
batuan induk yang immature (<435℃) atau belum matang yaitu pada Tmax sebesar 420℃.
Menggunakan nilai Tmax, nilai PI termasuk pada kurang dari sama dengan 0.1 yang berarti tidak
ada anomali. Berdasarkan identifikasi vitrinite reflectance, kerogen ini memiliki nilai Ro sebesar
0.37% dan kematangan material organiknya tergolong immature atau belum matang. Kerogen
pada sampel ini memiliki bentuk yang sub-rounded dengan sortasi yang medium atau cukup baik
dan memiliki warna herbaceous yellow-orange. Dari data yang ada mengindikasikan bahwa
besarnya TOC belum tentu memiliki atau berpotensi hidrokarbon yang tinggi karena melihat
temperature, Ro, dan dari materialnya berupa kayu (termasuk material organic).

Sampel 2
Sampel kedua ini memiliki litologi batu lempung berwarna abu-abu kecokelatan yang disingkat
sebagai brsnh gy Clyst. Sampel ini memiliki kandungan total organic carbon sebesar 1.58% yang
berarti sampel ini memiliki potensi hidrokarbon atau minyak bumi yang baik karena berada pada
range 1% - 2%. Berdasarkan analisis klasifikasi kualitas organic matter dengan melihat nilai
pembagian S2 dengan S3 dan nilai HI, nilai S2/S3 sampel ini sebesar 0.16 dan nilai HI sebesar 24
sehingga sampel ini tergolong pada tipe kerogen IV (nilai S2/S3 <1 dan nilai HI <50). Tipe kerogen
IV berarti tidak menghasilkan produk gas maupun minyak dengan maseralnya tergolong internite
yang berarti material awalnya berupa charcoal dengan material yang teroksidasi tinggi namun
memiliki kandungan vitrinite sebesar 62%. Sehingga sampel ini menghasilkan produk berupa
batubara. Melihat dari sisi kematangannya, sampel ini memiliki kematangan batuan induk dengan
tingkat immature (<435℃) atau belum matang dengan Tmax sebesar 428℃, dengan Tmax yang
dimiliki sampel ini nilai PI bernilai kurang dari sama dengan 0.1 yang berarti tidak ada anomali.
Berdasarkan identifikasi vitrinite reflectance kerogen ini memiliki nilai Ro sebesar 0.41% yang
termasuk pada golongan kematangan material organic yang immature di range 0.2% - 0.6%.
Kerogen tipe IV pada sampel ini memiliki bentuk yang sub-angular dengan sortasi yang cukup
baik dan memiliki warna herbaceous yellow-orange.
Arsandha Violetta Putri Santosa
1906288360
Geologi Migas dan Batubara
Sampel 3
Sampel ketiga ini memiliki litologi batu lempung berwarna abu-abu kecokelatan yang disingkat
dengan brnsh gy Clyst. Batuan sedimen ini memiliki nilai total organic carbon sebesar 1.61% yang
berarti batuan sedimen ini memiliki potensi hidrokarbon atau minyak bumi yang baik sesuai
dengan rangenya yang berada diantara 1% - 2%. Berdasarkan klasifikasi kualitas organic matter
yang dilihat dari pembagian data S2 dengan S3 dan nilai HI, didapatkan hasil S2/S3 bernilai 37.77
yang berarti lebih dari 15 masuk kedalam golongan tipe kerogen I dan melihat pada HI yang
bernilai 305 berada pada golongan tipe kerogen II. Melihat hasil S2/S3 dan HI yang tidak sinkron
maka analisis dilakukan menggunakan diagram Van Krevelen dengan data yang digunakan antara
HI dan OI, HI bernilai 305 dan OI bernilai 8, apabila di plot dalam diagram Van Krevelen akan
menunjukkan letak titik yang berdekatan dengan tipe kerogen II didukung dengan diagram antara
HI vs TOC yang berarti berpotensi memproduksi minyak (oil-prone), sedikit gas, dan memiliki
kandungan vitrinite sebesar 42%. Berdasarkan klasifikasi kematangannya, tipe kerogen II pada
sampel ini memiliki Tmax sebesar 423℃ dan tergolong dalam kematangan batuan induk yang
immature atau belum matang. Melihat dari Tmax pada sampel ini menunjukkan bahwa nilai PI
nya kurang dari sama dengan 0.1 yang berarti tidak memiliki anomali. Berdasarkan Peter dan
Cassa 1994, mayoritas tipe kerogen II ini termasuk dalam golongan maseral liptinite dengan
material asal berupa seluruh lipid tumbuhan darat dan ganggang laut (marine algae) dengan
kandungan hydrogen yang tinggi dan sulfur yang cukup tinggi. Berdasarkan identifikasi vitrinite
reflectance, batuan sedimen ini memiliki nilai Ro sebesar 0.42% dan memiliki kematangan
material organik yang tergolong sebagai immature atau belum matang (sinkron dengan golongan
hasil Tmax). Tipe kerogen II pada sampel ini memiliki bentuk yang sub-angular hingga sub-
rounded dengan sortasi yang cukup baik dan memiliki herbaceous colour yellow-orange.

Sampel 4
Sampel ini memiliki litologi berupa batu lempung berwarna abu-abu kecokelatan yang disingkat
sebagai brnsh gy Clyst. Batuan sedimen ini memiliki nilai total organic carbon sebesar 1.26%
sehingga tergolong sebagai batuan berpotensi hidrokarbon yang baik karena berada pada range 1%
- 2%. Berdasarkan klasifikasi kualitas organic matter, sampel ini masuk kepada tipe kerogen III
dilihat berdasarkan hasil plot pada diagram Van Krevelen yang letak titiknya berdekatan dengan
grafik tipe kerogen III menggunakan data HI sebesar 137 dan OI sebesar 20 dan didukung juga
dengan diagram HI vs TOC. Tipe kerogen III ini berasal dari material kayu dan selulosa pada
tumbuhan di darat dan tergolong pada maseral vitrinite, dengan kandungan vitrinite sebesar 32%,
dan produk yang dihasilkan berupa gas (gas-prone). Menurut Jones 1984 yang dikutip dalam
journal of petroleum geology, dengan HI diantara 0-300 dan OI diantara 20-273, produk yang
dihasilkan dapat berupa gas-prone atau oil-and gas-prone. Berdasarkan klasifikasi kematangannya,
batuan sedimen ini tergolong kematangan batuan induk yang immature (Tmax <435℃)
dikarenakan Tmax bernilai 415℃, apabila dilihat dari vitrinite reflectancenya kerogen ini
termasuk golongan immature juga dikarenakan nilai Ro sebesar 0.48%. Dengan nilai Tmax yang
dimiliki oleh batuan sedimen sampel ini dapat ditentukan nilai PI sebesar kurang dari sama dengan
Arsandha Violetta Putri Santosa
1906288360
Geologi Migas dan Batubara
0.1 yang berarti tidak ada anomali. Batuan ini memiliki bentuk yang sub-angular hingga sub-
rounded dengan sortasi yang cukup baik dan memiliki herbaceous colour yellow-orange.

Sampel 5
Sampel ini memiliki litologi berupa batu pasir berwarna abu-abu gelap kehijauan dengan aksesoris
brown coal atau lignite yang terdispersi, kandungan lignite inilah yang membuat batu sedimen ini
berwarna gelap. Berdasarkan klasifikasi kuantitas organic matter, batuan sedimen ini termasuk
pada golongan yang baik dalam potensi sebuah batuan mengandung hidrokarbon dikarenakan nilai
total organic carbon sebesar 1.04% yang berada diantara 1% - 2%. Berdasarkan klasifikasi kualitas
organic matter, batuan sedimen ini termasuk pada tipe kerogen IV dikarenakan memiliki nilai hasil
pembagian S2 dengan S3 sebesar 0.06 dan nilai HI sebesar 2 sesuai dengan tabel tipe kerogen oleh
Peter dan Cassa tahun 1994. Tipe kerogen IV ini mengindikasikan bahwa tidak adanya potensi
produk gas dan minyak yang terkandung dari sampel ini. Tipe kerogen IV ini juga dapat
memberikan informasi mengenai asal organic materialnya yaitu tergolong maseral inertinite
dengan material asalnya adalah charcoal yang materialnya teroksidasi tinggi atau dapat dibilang
berasal dari tumbuhan yang terpengaruh oleh proses biokimia. Kandungan vitrinite pada sampel
ini cukup tinggi yaitu sebesar 67% dan ini yang menyebabkan baiknya nilai TOC. Berdasarkan
kematangannya dengan data Tmax, sampel ini tergolong pada kematangan yang immature
dikarenakan nilai Tmax mencapai 409℃ dan apabila dilihat dari data vitrinite reflectance, sampel
ini tergolong sebagai kematangan yang early mature dengan data Ro sebesar 0.61% namun
terdapat toleransi 0.01% atau tidak terlalu jauh dengan batasnya sehingga nilai kematangan dengan
data Ro termasuk immature. Dari data Tmax, didapatkan nilai PI yaitu kurang dari sama dengan
0.1 yang berarti tidak ada anomali. Menurut Tissot dan Welte tahun 1984, suatu endapan batubara
dengan Ro sebesar 0.5% saja sudah merubah atau terjadi transformasi brown coal menjadi hard
coal, yang berarti pada sampel ini produk yang dihasilkan bukanlah minyak ataupun gas melainkan
batubara. Batuan sedimen ini memiliki bentuk yang sub-angular hingga sub-rounded dengan
sortasi yang cukup baik dan memiliki herbaceous colour orange.

Sampel 6
Sampel ini memiliki litologi berupa serpihan berwarna abu-abu dengan aksesoris mineral berupa
olivine yang disingkat sebagai olv gy Sh. Berdasarkan klasifikasi kuantitas organic matter, sampel
ini tergolong baik pada potensi hidrokarbon karena nilai TOC sebesar 1.94%. Berdasarkan
klasifikasi kualitas organic matter, sampel ini tergolong pada tipe kerogen III yang berasal dari
material kayu dan selulosa pada tumbuhan di darat yang tergolong sebagai maseral vitrinite dengan
kandungan vitrinite sebesar 88% (sangat kaya) yang diketahui berdasarkan plot pada diagram Van
Krevelen menggunakan data HI sebesar 94 dan OI sebesar 2 yang menghasilkan produk berupa
gas (gas-prone). Tidak digunakan tabel Peter dan Cassa 1994 dengan data S2/S3 dan HI
dikarenakan hasil golongannya tidak sinkron. Apabila dilihat berdasarkan klasifikasi
kematangannya, sampel ini memiliki Tmax dengan nilai 438℃ yang tergolong kematangan bataun
induk yang early mature karena berada pada range 435℃ hingga 455℃, dengan data Tmax yang
Arsandha Violetta Putri Santosa
1906288360
Geologi Migas dan Batubara
dimiliki sampel ini dapat ditentukan nilai PI lebih dari 0.1 kurang dari sama dengan 0.3 yang berarti
tidak terjadi anomali. Nilai kematangan juga dapat dilihat berdasarkan vitrinite reflectance dengan
nilai Ro, nilai Ro pada sampel ini sebesar 0.54% dan tergolong sebagai kematangan material
organik yang immature. Dikarenakan terdapat ambiguitas pada kematangan antara Tmax dan Ro,
maka sebagai acuan kematangan menggunakan Tmax. Pada sampel ini memiliki bentuk yang
angular hingga sub-angular dengan sortasi yang cukup baik dan memiliki herbaceous colour dull
orange.

Sampel 7
Sampel ini memiliki litologi berupa serpihan berwarna hitam dengan aksesoris mineral berupa
olivine yang disingkat menjadi olv blk Sh. Batu sedimen ini memiliki nilai total organic carbon
sebesar 2.65% yang berarti memiliki potensi hidrokarbon yang sangat baik karena tergolong pada
range 2% - 4%. Berdasarkan klasifikasi kualitas organic matter, sampel ini memiliki nilai S2/S3
dan HI yang tidak sinkron yaitu nilai S2/S3 sebesar 9.39 tergolong tipe kerogen II/IIIb dan HI
sebesar 110 tergolong pada tipe kerogen III. Dari sini dilakukan analisis berdasarkan diagram Van
Krevelen yang telah dimodifikasi dengan nilai yang dibutuhkan adalah HI dan OI, sampel ini
memiliki nilai HI sebesar 110 dan OI sebesar 12 sehingga apabila di plot pada diagram titiknya
akan menunjukkan dekat dengan garis tipe kerogen III yang berarti memproduksi gas (gas-prone)
dengan asal mula organismenya tergolong pada maseral virtinite dengan material kayu dan
selulosa dari tumbuhan didarat, persentase kandungan vitrinite pada sampel ini mencapai 89%.
Apabila melihat dari kematangannya, sampel ini tergolong kematangan yang early mature (435℃
- 445℃) pada Tmax sebesar 443℃ dan dari nilai Tmax pada sampel ini tergolong PI lebih dari
0.1 kurang dari sama dengan 0.3 yang berarti tdak adanya anomali. Berdasarkan vitrinite
reflectance, sampel ini memiliki nilai Ro sebesar 0.6% yang tergolong early mature (0.6% -
0.65%). Pada tipe kerogen III sampel ini, memiliki bentuk yang sub-angular dengan sortasi yang
cukup baik dan memiliki herbaceous colour dull orange.

Sampel 8
Sampel ini memiliki litologi serpihan berwarna hitam yang disingkat menjadi blk Sh. Sampel ini
memiliki nilai total organic carbon sebesar 10.67% dan tergolong excellent karena >4%, memiliki
TOC yang tinggi sangat memungkinkan atau sangat berpotensi hidrokarbon atau minyak bumi,
namun tidak dijadikan patokan sehingga harus melakukan analisis lanjutan dengan mengetahui
tipe kerogennya. Untuk mengetahui tipe kerogen, dilakukan analisis nilai S2 dengan S3 dan HI,
sampel ini memiliki nilai S2 sebesar 7.02, S3 sebesar 3.35, dan HI bernilai 66. Dilakukan
pembagian pada S2 dan S3 dan didapatkan hasil sebesar 2.09 dengan HI bernilai 66, sehingga
tergolong pada tipe kerogen III dengan produk yang dihasilkan adalah gas (gas-prone). Tipe
kerogen III memberikan informasi bahwa batuan atau serpihan ini berasal dari material kayu dan
selulosa pada tumbuhan di darat yang tergolong pada maseral vitrinite dengan persentase vitrinite
sebesar 66%. Berdasarkan kematangannya, serpihan ini memiliki Tmax sebesar 443℃ yang
tergolong sebagai early mature, dengan nilai Tmax yang ada serpihan ini tergolong pada PI lebih
Arsandha Violetta Putri Santosa
1906288360
Geologi Migas dan Batubara
dari 0.1 kurang dari sama dengan 0.3 yang berarti tidak ada anomali. Dilihat dari identifikasi
vitrinite reflection, tipe kerogen pada serpihan ini memiliki Ro dengan nilai 0.62 dan tergolong
sebagai early mature. Pada sampel ini butiran serpihnya berbentuk sub-angular dengan sortasi
yang cukup baik.

Sampel 9
Sampel ini memiliki litologi berupa serpihan (shale) berwarna hitam dengan aksesoris mineralnya
berupa olivine yang disingkat menjadi olv blk Sh. Berdasarkan klasifikasi kuantitas organic matter,
sampel ini memiliki total organic carbon atau sampel ini memiliki potensi mengandung
hidrokarbon sebesar 2.87% dan tergolong sangat baik karena berada diantara range 2% - 4%.
Berdasarkan klasifikasi kualitas organic matter, sampel ini termasuk pada tipe kerogen III dengan
cara memplotkan nilai HI sebesar 133 dan OI sebesar 7 pada diagram Van Krevelen yang berarti
hasil produknya berupa gas (gas-prone) dengan tipe material awalnya berupa bahan kayu dan
selulosa pada tumbuhan di darat yang tergolong sebagai maseral vitrinite. Kandungan vitrinite
pada sampel ini sebesar 78%. Dilihat berdasarkan kematangannya, sampel ini memiliki
kematangan yang early mature dengan Tmax bernilai 438℃ berada pada range antara 435℃
hingga 455℃ dan nilai Ro pada vitrinite reflectance sebesar 0.61%. Dari nilai Tmax pada sampel
ini dapat ditentukan PI dengan nilai lebih dari 0.1 kurang dari sama dengan 0.3 yang berarti tidak
terjadi anomali. Sampel ini memiliki ukuran yang sub-angular dengan sortasi yang cukup baik.

Sampel 10
Sampel ini memiliki litologi berupa serpihan (shale) berwarna hitam dengan aksesoris mineral
berupa olivine yang disingkat menjadi olv blk Sh. Berdasarkan nilai total organic carbon, sampel
ini memiliki potensi mengandung hidrokarbon melihat dari kandungan organiknya sebesar 2.92%
yang tergolong sangat baik. Dari kandungan organic yang sangat baik, selanjutnya harus
mengetahui jenis material organiknya dengan cara melihat tipe kerogen sampel ini. Berdasarkan
nilai HI sebesar 122 dan OI sebesar 7, maka sampel ini termasuk pada tipe kerogen III dengan
material awalnya yaitu material kayu dan selulosa pada tumbuhan di darat dan tergolong sebagai
maseral vitrinite dengan produk yang dihasilkan berupa gas (gas-prone). Kandungan vitrinite
dalam sampel ini sebesar 67%. Penentuan tipe kerogen tidak dilakukan dengan table data pembagi
antara S2 dengan S3 dan nilai HI dikarenakan hasil golongannya yang tidak sinkron. Selanjutnya
dilakukan klasifikasi kematangan yang terlihat pada nilai Tmax sebesar 438℃ berada pada range
435℃ hinga 455℃ dan juga dengan nilai Ro pada vitrinite reflectance sebesar 0.60% sehingga
tergolong sebagai kematangan yang early mature. Dengan nilai Tmax yang dimiliki oleh sampel
ini, maka didapatkan nilai PI sebesar lebih dari 0.1 kurang dari sama dengan 0.3 yang berari tidak
ada anomaly. Sampel ini memiliki bentuk yang sub-angular hingga sub-rounded dengan sortasi
yang cukup baik dan memiliki herbaceous colour dull orange.
Arsandha Violetta Putri Santosa
1906288360
Geologi Migas dan Batubara
Sampel 11
Sampel ini memiliki litologi berupa serpihan (shale) dengan mineral tambahan berupa batubara
hitam yang disingkat dengan blk coal Sh. Pada sampel ini memiliki kandungan total organic carbon
sebesar 16. 22% dan termasuk pada golongan excellent karena kandungan TOC >4%. Dikarenakan
hasil pembagian S2 dengan S3 dan nilai HI tidak sinkron, maka dilakukan plot data pada diagram
Van Krevelen antara HI dan OI. Nilai HI pada sampel ini sebesar 152 dan OI sebesar 0, dengan
titik berada pada posisi yang dekat dengan grafik tipe kerogen III yang menghasilkan produk
berupa gas dengan material awalnya merupakan bahan kayu dan selulosa pada tumbuhan didarat
yang tergolong pada maseral vitrinite. Kadungan vitrinite pada serpihan ini sebesar 86% yang
berarti tingginya kandungan kayu. Sampel ini memiliki tingkat kematangan batuan induk yang
immature atau belum matang dikarenakan Tmax berada pada 433℃. Dari data Tmax ini dapat
digunakan untuk menentukan nilai PI yang berada pada lebih dari 0.1 kurang dari sama dengan
0.3 yang berarti tidak ada anomali. Dalam menentukan vitrinite reflection, sampel ini tergolong
sebagai kematangan material organic yang early mature karena Ro bernilai 0.62%. Dikarenakan
terdapat ambiguitas pada kematangan antara Tmax dan Ro, maka sebagai acuan kematangan
menggunakan Tmax. Sampel ini memiliki ukuran batuan atau serpih yang sub-angular hingga sub-
rounded dengan sortasi yang cukup baik. Pada sampel ini terlihat bahwa tingginya kandungan
organic carbon belum tentu mengindikasikan suatu batuan mengandung hidrokarbon yang
nantinya berpotensi minyak bumi karena pada sampel ini ternyata TOC bisa sangat tinggi
dikarenakan kandungan organic yang berasal dari kandungan vitrinite dan hanya menghasilkan
gas.

Sampel 12
Sampel ini memiliki litologi batu lempung berwarna abu-abu dengan aksesoris mineral berupa
olivine yang disingkat menjadi olv gy Clyst. Untuk mengetahui klasifikasi kuantitas organic matter
dilihat dari nilai total organic carbon, batuan sedimen ini memiliki nilai TOC sebesar 1% yang
berarti potensi hidrokarbon atau minyak buminya baik karena berada pada range 1% - 2%.
Klasifikasi kualitas organic matter sampel ini dapat dicari menggunakan diagram Van Krevelen
dengan data HI dan OI dikarenakan hasil perhitungan S2/S3 dan nilai HI tidak pada golongan yang
sinkron. Nilai HI pada batuan sedimen ini sebesar 130 dan nilai OI sebesar 29 di plot pada diagram
dan didapatkan titiknya berada di dekat grafik tipe kerogen III, sehingga batuan sedimen ini
termasuk pada tipe kerogen III yang berasal dari material kayu dan selulosa tanaman di darat yang
tergolong sebagai maseral vitrinite dengan kandungan vitrinite sebesar 60% dan menghasilkan
produk berupa gas. Berdasarkan kematangan batuannya dapat dilihat berdasarkan Tmax sebesar
415℃ dan nilai Ro (verinite reflectance) sebesar 0.45% yang keduanya tergolong pada
kematangan yang immature atau belum matang. Dengan data Tmax pada sampel ini, dapat
menentukan nilai PI sebesar kurang dari sama dengan 0.1 yang berarti tidak terjadi anomali.
Batuan ini memiliki bentuk yang sub-angular hingga sub-rounded dengan sortasi yang cukup baik.
Arsandha Violetta Putri Santosa
1906288360
Geologi Migas dan Batubara
Sampel 13
Sampel ini memiliki litologi berupa batu lempung berwarna abu-abu dengan aksesoris mineral
berupa olivine yang disingkat sebagai olv gy Clyst. Berdasarkan klasifikasi kuantitas organic
matter menggunakan nilai total organic carbon, batuan sedimen ini memiliki nilai TOC sebesar
1.27% yang tergolong baik dalam potensi hidrokarbon. Dari klasifikasi kualitas organic matter
yang menggunakan nilai HI sebesar 13 dan nilai OI sebesar 9 pada diagram Van Krevelen, saat
diplot pada diagram terlihat bahwa batuan sedimen ini tergolong pada tipe kerogen III dengan hasil
produk berupa gas dan berasal pada maseral vitrinite yaitu material kayu dan selulosa pada
tumbuhan di darat dengan persentase kandungan vitrinite sebesar 30%. Dalam menentukan tipe
kerogen pada sampel ini, tidak dilakukan dengan melihat tabel antara nilai S2/S3 dengan nilai HI
dikarenakan hasil golongan yang tidak sinkron. Berdasarkan kematangan yang dilihat dari data
Tmax, batuan sedimen ini tergolong immature dikarenakan nilai Tmax sebesar 423℃. Nilai Tmax
ini dapat menentukan nilai PI sebesar kurang dari sama dengan 0.1 yang berarti tidak ada anomali.
Berdasarkan kematangan yang dilihat dari vitrinite reflectance, batuan sedimen ini memiliki nilai
Ro sebesar 0.5% yang berarti tergolong sebagai immature. Batuan sedimen ini memiliki bentuk
yang sub-angular hingga sub-rounded dengan sortasi yang cukup baik dan memiliki herbaceous
colour dull orange.

Sampel 14
Sampel ini memiliki litologi berupa batu lempung berwarna abu-abu dengan aksesoris mineral
berupa olivine yang disingkat menjadi olv gy Clyst. Sampel ini tergolong batuan dengan potensi
hidrokarbon yang baik karena berada pada nilai 1.13% berdasarkan klasifikasi kuantitas organic
matter. Berdasarkan klasifikasi kualitas organic matter yang ditentukan menggunakan diagram
Van Krevelen antara data HI dan OI, batuan sedimen ini termasuk pada golongan tipe kerogen III
dengan nilai HI sebesar 21 dan OI sebesar 4. Tidak menggunakan table antara data HI dan S2/S3
dikarenakan hasil golongan yang tidak kontras antara kedua data tersebut. Tipe kerogen III ini
menghasilkan produk berupa gas (gas-prone) dengan material asal batuan berupa bahan kayu dan
selulosa dari tumbuhan di darat dan tergolong pada maseral vitrinite dengan kandungan vitrinite
batuan sebesar 30%. Berdasarkan kematangannya dengan data Tmax sebesar 423℃ dan vitrinite
reflectance sebesar 0.46%, batuan ini memiliki kematangan pada tingkat immature atau belum
matang. Dengan data Tmax sampel yang dimiliki sampel ini didapatkan nilai PI sebesar kurang
dari sama dengan 0.1 yang berarti tidak ada anomaly. Batuan sedimen ini memiliki bentuk dari
sub-angular hingga sub-rounded dengan sortasi cukup baik dan memiliki herbaceous colour dull
orange.
Arsandha Violetta Putri Santosa
1906288360
Geologi Migas dan Batubara
Sampel 15
Sampel ini memiliki litologi berupa batu lempung berwana abu-abu dengan aksesoris mineral
berupa olivine berwarna terang yang disingkat sebagai lt olv gy Clyst. Batuan sedimen ini memiliki
kandungan total organic carbon sebesar 1.06% yang berarti berdasarkan klasifikasi kuantitas
organic matter oleh Peter dan Cassa tahun 1994, batuan ini memiliki potensi hidrokarbon atau
minyak bumi yang baik karena berada pada range 1% – 2%. Berdasarkan klasifikasi kualitas
organic matter, batuan sedimen ini memiliki S2 bernilai 1.91 dan S3 bernilai 0.10 yang jika dibagi
hasilnya menjadi 19.1 dengan nilai HI sebesar 180. Namun sayangnya nilai antara S2/S3 tidak
sinkron pada tabel Peter dan Cassa 1994 maka dilakukan analisis berdasarkan diagram Van
Krevelen yang sudah dimodifikasi antara nilai Hydrogen Index dan Oxygen Index. Saat diplot
pada grafik terlihat bahwa dengan nilai HI sebesar 180 dan OI sebesar 9 maka batuan sedimen ini
termasuk pada tipe kerogen III dikarenakan titiknya yang berdekatan dengan garis tipe kerogen III
dengan potensi produknya berupa gas. Dengan tipe kerogen III ini dapat diartikan bahwa maseral
batuan ini tergolong sebagai vitrinite yang berarti berasal dari bahan kayu dan selulosa pada
tumbuhan didarat berdasarkan klasifikasi awal mula organisme konten organiknya, kerogen tipe
ini bisa jadi mengandung nitrogen karena letaknya yang didarat. Berdasarkan identifikasi nilai
vitrinite reflectance, batuan ini tergolong barren atau miskin terhadap vitrinite sehingga Ro tidak
bisa terhitung (unreliable). Dari sini terlihat bahwa nilai TOC yang baik belum tentu bisa
menghasilkan hidrokarbon, terlihat dari maseralnya berupa material kekayuan dan dengan jumlah
kandungan vitrinite yangasg miskin. Berdasarkan tingkat kematangan yang dilihat dari data Tmax,
batuan ini memiliki tingkat kematangan yang immature atau belum matang karena Tmaxnya
sebesar 420℃ kurang dari 435℃ dengan nilai PI kurang dari sama dengan 0.1 yang berarti tidak
ada anomali. Batuan dengan tipe kerogen III pada sampel 15 ini memiliki bentuk yang sub-angular
dengan sortasi yang baik.

Sampel 16
Sampel ini memiliki litologi batu lempung berwarna abu-abu dengan aksesoris mineral berupa
olivine yang disingkat dengan olv gy Clyst. Berdasarkan analisis kuantitas, batuan sedimen ini
memiliki nilai total organic carbon sebesar 2.69% yang berarti batuan ini memiliki potensi
hidrokarbon atau minyak bumi yang sangat baik karena berada pada range diantara 2% – 4%.
Namun TOC tidak bisa sepenuhnya menjadi parameter suatu source rock memiliki potensi
hidrokarbon sehingga dilakukan analisis lanjutan berdasarkan klasifikasi kualitas organic matter
oleh Peters dan Cassa tahun 1994 dengan membagikan S2 dengan S3 dan melihat pada nilai HI.
Nilai S2 pada sampel ini sebesar 0.30 dan S3 sebesar 1.01, sehingga nilai S2/S3 sebesar 0.3 dan
nilai HI sebesar 11. Dari data ini dapat dinyatakan bahwa sampel ini memiliki tipe kerogen IV
sehingga tidak ada produk hidrokarbon yang dihasilkan dengan maseral berupa inertinite yaitu
charcoal (material yang sangat teroksidasi) dengan kandungan vitrinite sebesar 71% atau dapat
dinyatakan tidak berpotensi hidrokarbon. Namun, batuan sedimen ini menghasilkan produk berupa
batubara. Berdasarkan kematangannya, tipe kerogen ini termasuk pada kategori kematangan
batuan induk yang early mature karena berada pada range 435℃ - 445℃ yaitu sebesar 438℃.
Arsandha Violetta Putri Santosa
1906288360
Geologi Migas dan Batubara
Dengan Tmax yang dimiliki, maka nilai PI berada pada range lebih dari 0.1 dan kurang dari sama
dengan 0.3 yang berarti tidak ada anomali. Melihat pada identifikasi vitrinite reflectance, sampel
ini memiliki nilai Ro sebesar 0.45% yang berarti masuk kepada kategori kematangan material
organic yang immature. Dikarenakan terdapat ambiguitas pada kematangan antara Tmax dan Ro,
maka sebagai acuan kematangan menggunakan Tmax. Sampel kerogen ini memiliki bentuk sub-
angular hingga sub-rounded dengan sortasi yang baik.

Sampel 17
Sampel ini memiliki litologi berupa batu lempung berwarna abu-abu dengan aksesoris mineral
berupa olivine yang disingkat menjadi olv gy Clyst. Batuan sedimen ini memiliki nilai total organic
carbon sebesar 1.21% yang berarti batuan ini memiliki kandungan carbon organic yang baik.
Berdasarkan klasifikasi kualitas organic matter yang diukur dengan pembagian S2 dengan S3 dan
besar nilai HI. Sampel ini memiliki nilai S2 sebesar 0.21 dan S3 bernilai 0.68 sehingga didapatkan
nilai S2/S3 sebesar 0.3 dan nilai HI sebesar 17, dan dari hasil S2/S3 dan HI didapatkan bahwa
sampel ini tergolong pada tipe kerogen IV karena nilai S2/S3 <1 dan nilai HI <50. Tipe kerogen
IV ini tidak menghasilkan atau tidak berpotensi akan hidrokarbon. Dari tipe kerogen IV ini dapat
dinyatakan bahwa batuan ini termasuk pada maseral inertinite yang berarti berasal dari charcoal
dengan material oksidasi yang tinggi dengan kandungan vitrinite sebesar 80%, sehingga produk
yang dihasilkan berupa batubara. Kematangan batuan ini termasuk pada immature karena Tmax
mencapai 416℃ yang berarti <435℃. Tmax pada batuan ini dapat menentukan nilai PI yaitu
kurang dari sama dengan 0.1 yang berarti tidak ada anomali. Berdasarkan identifikasi vitrinite
reflectance, batuan sedimen ini termasuk immature dikarenakan nilai Ro sebesar 0.45%
(kematangan sinkron antara golongan vitrinite reflectance dengan Tmax). Batuan ini memiliki
ukuran butir dari sub-angular hingga sub-rounded dengan sortasi yang baik.
Pada sampel 3, 13, dan 14 memiliki kesamaan pada nilai Tmax yaitu sebesar 423℃ namun
tergolong pada tipe kerogen yang berbeda. Sampel 3 termasuk pada tipe kerogen II sedangkan
sampel 13 dan 14 tergolong pada tipe kerogen III. Berdasarkan pembentukan hidrokarbonnya, tipe
kerogen III akan lebih cepat membentuk hidrokarbon dibandingkan dengan tipe kerogen II
dikarenakan material pembentuknya yang berbeda. Tipe kerogen III memiliki maseral vitrinite
yang berarti berasal dari bahan kayu dan selulosa pada tumbuhan di darat, material asal inilah yang
membuat hidrokarbon akan lebih cepat terproses dalam Tmax dan golongan kematangan yang
sama.

Provinsi Sumatera Selatan memiliki potensi yang besar terhadap gas alam, batubara, dan minyak
bumi. Terlihat bahwa pada sampel dengan tipe kerogen III berpotensi gas alam, tipe kerogen IV
berpotensi batubara, dan tipe kerogen II menghasilkan minyak bumi dengan sedikit gas alam. Tipe
kerogen dan potensi ini dapat dilihat dari diagram OI vs HI dan TOC vs HI. Namun pada setiap
sampel tidak menunjukkan adanya anomaly dengan nilai PI yang lebih dari 0.3 yang berarti seluruh
sampel tidak prospek hidrokarbon.
Arsandha Violetta Putri Santosa
1906288360
Geologi Migas dan Batubara

Diagram 1. Plot Sampel Pada Diagram TOC vs HI

Diagram 2. Plot Sampel Pada Diagram OI vs HI (Peter and Cassa 1994)


Arsandha Violetta Putri Santosa
1906288360
Geologi Migas dan Batubara
Referensi
Akinlua, A., Ajayi, T., Jarvie, D., & Adeleke, B. (2006). A RE-APPRAISAL OF THE
APPLICATION OF ROCK-EVAL PYROLYSIS TO SOURCE ROCK STUDIES IN
THE NIGER DELTA. Journal Of Petroleum Geology, 28(1), 2-5.
https://doi.org/10.1111/j.1747-5457.2005.tb00069.x
Gluyas, J., & Swarbrick, R. (2004). Petroleum geoscience. Blackwell Science.
MAGOON, LESLIE B., U.S. Geological. (1994). The Petroleum System--From Source to
Trap. AAPG Bulletin, 60, 93 - 120. https://doi.org/10.1306/0c9b0689-1710-11d7-
8645000102c1865d
Purnama, D., Putra, Y., Muhardi, M., Hayati, N., & Triwerdhana, A. (2020). Identifikasi Potensi
Batuan Induk pada Formasi Santul di Sub-Cekungan Tarakan, Kalimantan
Utara. PRISMA FISIKA, 8(1). https://doi.org/10.26418/pf.v8i1.39637
Tissot, B., & Welte, D. (1984). Petroleum formation and occurence. Springer.
Zajuli, M., Panggabean, H., Hendarmawan, & Syafri, I. (2017). Hubungan Kelompok Maseral
Liptinit dan Vitrinit dengan Tipe Kerogen Batuan Sumber Hidrokarbon pada Serpih
Formasi Kelesa Bagian Atas, Kuburan Panjang, Riau. Download.garuda.ristekdikti.go.id.
Retrieved 14 October 2021, from
http://download.garuda.ristekdikti.go.id/article.php?article=493899&val=10104&title=H
ubungan%20Kelompok%20Maseral%20Liptinit%20dan%20Vitrinit%20dengan%20%20
Tipe%20Kerogen%20Batuan%20Sumber%20Hidrokarbon%20pada%20Serpih%20Form
asi%20Kelesa%20Bagian%20Atas,%20%20Kuburan%20Panjang,%20Riau.

Anda mungkin juga menyukai