Anda di halaman 1dari 25

1

KERANGKA KARMIL

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENEMBAK PRAJURIT


DALAM MENGHADAPI LOMBA TON TANGKAS TNI AD

BAB I
PENDAHULUAN
1. Umum.

a. Kemampuan menembak merupakan kemampuan dasar yang harus dimiliki


setiap prajurit TNI AD untuk memenangkan pertempuran. Kemampuan ini tidak
mudah untuk mendapatkannya kecuali dengan frekuensi latihan yang memadai
dan dukungan sarana serta prasarana yang dapat menjamin kelancaran
pelaksanaannya. Untuk kepentingan ini semua tentu melibatkan pelatih, peserta
latihan maupun penyusun rencana latihan dalam suatu kegiatan dan berorientasi
pada standar kemampuan menembak yang diharapkan serta harus dicapai oleh
seorang prajurit TNI AD. Salah satu evaluasi bagi Yonif Para Raider 501 dalam
mengetahui kemampuan menembak prajuritnya ini dengan adanya kesiapan
menghadapi lomba ton tangkas sehingga Yonif Para Raider 501 dituntut selalu
untuk dapat meningkatkan kemampuan prajuritnya terutama dalam bidang
menembak disamping bidang lain yang dilombakan dalam Ton tangkas.

b. Kemampuan menembak prajurit guna menghadapi ton tangkas dalam


kenyataannya masih belum maksimal atau sesuai dengan standar penilaian
yang ditetapkan terutama dalam menembak senapan dengan sikap duduk,
berdiri dan tiarap. Hal ini akibat kurang diperhatikannya dengan cermat teknik-
teknik menembak baik pegangan, pernafasan maupun sikap menembak baik itu
menembak dengan senapan ringan maupun pistol. Hal ini tentu saja memerlukan
upaya latihan guna meningkatkan kemampuan prajurit terutama dalam persiapan
menghadapi ton tangkas.
2

c. Bertitik tolak dari permasalahan belum maksimalnya kemampuan prajurit Yonif Para
Raider 501 saat ini yang belum maka akan dikaji lebih lanjut mengenai upaya
peningkatan kemampuan menembak prajurit yang baik, dalam menghadapi ton tangkas
TNI AD pada satuan Yonif Para Raider 501

2. Maksud dan Tujuan.

a. Maksud. Untuk memberikan gambaran dan penjelasan tentang upaya meningkatkan


kemampuan menembak prajurit dalam menghadapi Ton Tangkas.

b. Tujuan. Sebagai pedoman dalam peningkatan kemampuan menembak di satuan


agar diperoleh keseragaaman dalam pelaksanaan, sehingga mencapai tujuan dan sasaran
latihan yang diharapkan.

3. Ruang Lingkup dan Tata Urut. Penulisan ini dibatasi pada pembahasan
peningkatan kemampuan menembak prajurit yang dalam pelaksanaannya masih
belum maksimal atau sesuai dengan standar penilaian yang ditetapkan terutama
dalam menembak senapan dengan sikap duduk, berdiri dan tiarap, dihadapkan pada
upaya peningkatan kemampuan prajurit guna menghadapi ton tangkas dengan tata
urut sebagai berikut :

a; Pendahuluan.

b; Latar Belakang Pemikiran.

c; Kondisi Kemampuan Menembak Prajurit saat ini.

d; Faktor yang mempengaruhi Kemampuan Menembak Prajurit.

e; Kondisi Kemampuan Menembak Prajurit yang diharapkan.

f; Upaya Meningkatkan Kemampuan Menembak Prajurit.

g; Penutup.

4. Metode dan Pendekatan.


a. Metode Metode penulisan ini menggunakan metode diskriptis analisis
3

b. Pendekatan. Pendekatan menggunakan pendekatan dengan sudut pandang


yang logis (Teoritis,studi pustaka,empiris) dengan berdasarkan berdasarkan
pengalaman selama penulis bertugas di lapangan

5. Pengertian-Pengertian.

a. Latihan. Adalah kegiatan yang diulang secara sistematis dalam praktek untuk
memperoleh kemahiran dan keterampilan maksimal.

b. Menembak. Adalah Melepaskan peluru dari senjata api.

c. Senjata Ringan. Adalah suatu alat yang digunakan untuk berperang dan mudah
dibawa.

d. Senapan. Adalah senjata api berlaras panjang

e. Teknik. Adalah semua latihan yang dilatihkan pada perorangan agar dicapai
tingkat kemahiran maupun keterampilan teknik di dalam mengerahkan, melayani
ataupun menggunakan senjata/perlengkapan lain yang diperlukan untuk
melaksanakan tugas
4

BAB II
LATAR BELAKANG PEMIKIRAN

6; Umum. Prajurit Yonif Para Raider 501 merupakan salah satu komponen utama
dalam matra pertahanan darat bagi seluruh bangsa Indonesia sehingga dituntut
untuk selalu siap melaksanakan tugas yang diberikan oleh Komando atas untuk
dapat mewujudkan tujuan tersebut salah satunya adalah setiap prajurit harus dapat
memelihara dan meningkatkan kemampuan prajurit khususnya kemampuan dalam
bidang menembak senapan. Salah satu bentuk evaluasi kemampuan menembak
prajurit ini dilakukan dengan jalan mengikuti kegiatan Ton Tangkas TNI AD yang
didalamnya juga memperlombakan kegiatan menembak prajurit. Untuk dapat
mengemukakan pokok-pokok pikiran tentang upaya peningkatan kemampuan
prajurit guna menghadapi ton tangkas, maka diperlukan landasan pemikiran dan
dasar pemikiran sebagai acuan dalam upaya peningkatan kemampuan prajurit
tersebut.

7; Landasan pemikiran

a. Landasan Idiil. Pancasila, Sila ke-3 “Persatuan Indonesia” terkandung nilai-nilai


bahwa negara harus menjunjung tinggi keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia dan melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia.
Oleh karena itu dalam kehidupan kenegaraan terutama dalam peraturan perundang-
undangan negara harus mewujudkan tercapainya tujuan tersebut. Atas dasar hal tersebut,
maka TNI termasuk Satuan Yonif Para Raider 501 sebagai komponen utama dalam
pertahanan negara memegang teguh landasan dan ideologi Pancasila serta
mempedomaninya dalam melaksanakan tugas pokok dan perannya. Untuk itu upaya
meningkatkan kemampuan menembak prajurit yang dilakukan oleh Satuan Yonif Para
Raider 501 dimaksudkan untuk menjamin keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia dari ancaman dan gangguan yang diwujudkan dengan kesiapan prajurit dalam
menghadapi pertempuran.
5

b. Landasan Konstitusional
1) Undang-Undang Dasar 1945, Alinea ke empat Pembukaan UUD 1945 dan
pasal 30 UUD 1945 (ayat 1) menyatakan bahwa dalam melindungi segenap
bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, tiap-tiap warga
negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pembelaan negara 1. Pasal
ini mengandung pengertian bahwa setiap warga negara dituntut untuk ikut
aktif dan berpartisipasi mewujudkan dalam mempertahankan kedaulatan
negara, manakala negara sedang terancam. Dalam konteks tersebut, maka
Yonif Para Raider 501 sebagai bagian integral dari TNI yang merupakan alat
pertahanan negara berkewajiban untuk dapat melindungi segenap bangsa
dan tumpah darah Indonesia dari bebagai ancaman baik yang datang dari
dalam maupun luar negeri dimana untuk dapat mewujudkan hal tersebut
diperlukan prajurit yang handal dan militan terutama dalam kegiatan
menembak

2) Tap MPR No.VII MPR/2000 tentang Peran TNI dan Polri. TNI merupakan
bagian dari rakyat, lahir dan berjuang bersama rakyat demi menjaga
keutuhan wilayah dan kedaulatan negara, yang berdasarkan Pancasila dan
UUD 1945 serta melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah
Indonesia dari ancaman dan gangguan terhadap keutuhan Negara Kesatuan
Republik Indonesia.2 Antisipasi terhadap berbagai ancaman yang dilakukan
oleh Satuan Yonif Para Raider 501 merupakan bagian dari upaya untuk
menjaga keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dari
ancaman dan gangguan.

3) Undang-Undang No.3 tahun 2002. Dalam Undang-Undang No.3 tahun 2002


dijelaskan bahwa pertahanan negara bertujuan untuk menjaga dan
melindungi kedaulatan negara, keutuhan wilayah negara kesatuan wilayah
Republik Indonesia dan keselamatan segenap bangsa dari segala bentuk
ancaman. Pertahanan negara disusun berdasarkan prinsip demokrasi, hak
azasi manusia, kesejahteraan umum, lingkungan hidup, keselamatan hukum
nasional, hukum internasional dan kebiasaan internasional serta prinsip

1 Amandemen UUD 1945 (Sinar Grafika). Jakarta, 2000, Hal-7


2 TAP-TAP MPR Nomor VII/MPR/2000 tentang Peran TNI dan Polri, Pustaka Setia, Hal 111, 2001
6

hidup berdampingan secara damai. 3Pertahanan negara diselenggarakan


melalui usaha membangun dan membina kemampuan, daya tangkal negara
dan bangsa serta menanggulangi setiap ancaman baik ancaman militer
maupun non militer. Ketentuan dalam undang-undang ini dapat digunakan
sebagai landasan bagi kopassus, khususnya Satuan Yonif Para Raider 501
dalam meningkatkan kemampuan menembak prajurit dalam pelaksanaan
tugas sehari hari maupun pelaksanaan tugas operasi baik tugas dalam
Operasi Militer Untuk Perang (OMP) maupun Operasi Militer Selain Perang
(OMSP).

4) Doktrin TNI AD “Kartika Eka Paksi”. Salah satu fungsi organik militer TNI-AD
dalam bidang Intelijen disebutkan bahwa TNI AD memiliki fungsi untuk
menyelenggarakan pembinaan penyelidikan dan penggalangan dalam rangka
pertahanan negara di darat.4 Oleh karenanya Satuan Sandi Yudha
Kopassus sebagai bagian integral dari TNI-AD yang memiliku tugas-tugas
khusus sesuai dengan kebijaksanaan pimpinan TNI AD dituntut untuk dapat
lebih berperan secara profesional dalam rangka menjaga kedaulatan negara
dan keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

c. Landasan Operasional
1) Surat Keputusan Kasad Nomor Skep/58/III/2004 tanggal 9 Maret 2004
tentang Buku Petunjuk Induk tentang Infanteri.
2) Surat Keputusan Kasad Nomor Skep/10/I/2003 tanggal 28 Januari 2003
tentang Buku Petunjuk Pembinaan tentang Pembinaan Latihan.
3) Surat Keputusan Kasad Nomor Skep/416/VII/1987 tanggal 17 juli 1987
tentang Buku Petunjuk Teknik tentang Latihan Menembak Senapan dan
Pistol.

3 UU RI Nomor 3 tentang Pertahanan Negara, Citra Umbara, Hal-52, Bandung, 2002.

4 Mabesad, Doktrin TNI AD “Kartika Eka Paksi”, Jakarta, Tahun 2001. Hal-31.
7

8; Dasar Pemikiran, belum sesuainya kemampuan menembak prajurit dengan standar yang
ditetapkan membuat diperlukannya suatu upaya dalam meningkatkan kemampuan prajurit
dalam hal menembak hal ini mutlak diperlukan karena menembak adalah kemampuan
dasar yang harus dimiliki prajurit. Kurang maksimalnya kemampuan prajurit terutama
dalam menghadapi Ton Tangkas TNI AD ini terlihat pada target yang sering tidak
maksimal akibat kurang diperhatikannya dengan cermat teknik-teknik menembak baik
pegangan, pernafasan maupun sikap menembak baik itu menembak dengan senapan
ringan maupun pistol.
8

BAB III
KONDISI KEMAMPUAN MENEMBAK PRAJURIT SAAT INI

9. Umum. Lomba Peleton Tangkas ini dimaksudkan sebagai sarana dan bahan
evaluasi terhadap sejauh mana tingkat kemampuan dan keterampilan militer yang
telah dimiliki setiap prajurit di masing-masing Satuan. Lomba Ton Tangkas dapat
dijadikan sebagai ajang untuk menunjukkan kemampuan terbaik antara lain melalui
kemampuan menembak, oramil, taktik dan teknik militer, karena semuanya
merupakan hal yang sangat mendasar dan tuntutan wajib dimiliki setiap prajurit TNI.
Para prajurit harus mampu menunjukkan sosok prajurit TNI yang handal dan benar-
benar mahir dalam ilmu dan keterampilan militer. Salah satu jenis yang dilombakan
adalah menembak senapan 100 Meter dengan tiga sikap, berdiri duduk dan tiarap.
Namun hasil yang diharapkan belum dapat maksimal dikarenakan oleh kualitas
sumber daya manusia prajurit itu sendiri yang terkadang kurang memperhatikan
dengan cermat teknik-teknik menembak baik pegangan, pernafasan maupun sikap
menembak baik itu menembak dengan senapan ringan maupun pistol yang meliputi
menembak senapan dengan posisi berdiri, menembak senapan dengan posisi
duduk dan menembak senapan dengan posisi tiarap.

10. Menembak Senapan Posisi Berdiri, menembak berdiri membutuhkan


konsentrasi yang tinggi karena banyak faktor yang mempengaruhi dalam posisi ini
diantaranya angin yang terbuka, pegangan, kekuatan tangan kiri,konsentrasi yang
tidak terlalu lama, dan pengaruh getaran dari tangan sendiri. Dan faktor inilah yang
membuat menembak agak sulit dibanding dengan posisi yang lain. Kondisi ini tidak
diikuti dengan teknik menembak posisi berdiri sehingga hasil yang diharapkan
kurang maksimal adapun kondisi yang sering terjadi dilapangan adalah:

a. Menembak senapan dengan posisi berdiri tidak diikuti dengan menyangga siku
tangan kiri di pinggul dan memegang magazen yang sempurna sehingga akan ada
pengaruh dari tangan sendiri ketika membidik yang mengakibatkan peluru tidak akan
sempurna menuju ke sasaran.
9

b. Penempatan dasar popor pada lekukan pundak kanan dan siku kanan kadang
tidak membentuk sudut 900, sehingga tidak maksimal ke arah sasaran bidik.

c. Posisi Kaki pada saat menembak berdiri kadang kurang diperhatikan sehingga
hasil tembakan tidak akurat, karena sikap berdiri yang kurang kokoh

11.Menembak Senapan Posisi Duduk, dalam menembak pada posisi duduk ini
juga terdapat banyak hal yang kurang diperhatikan diantaranya adalah:

a. Dalam posisi duduk bersila, letak kedua siku pada kedua lutut untuk
mendukung popor senapan kadang kurang sempurna selain itu posisi punggung
kadang tidak sempurna atau lurus yang bertujuan untuk menambah ketepatan.

b. Dalam posisi duduk bersila ini faktor pernafasan kadang menjadi kendala
utama karena meskipun ini adalah posisi paling nyaman namun faktor
pernafasan dan konsentrasi kadang kurang maksimal sehingga menyebabkan
sasaran bidik tidak dapat kena secara optimal.

c. Pada menembak sambil berlutut para prajurit kadang kurang memperhatikan


posisi lutut dimana penahan lutut yang sempurna akan menambah nyaman dan
menambah akurasi tembakan, namun yang sering terjadi pada saat meletakkan
siku pada lutut sebagai tumpuan para penembak tidak bisa melakukan
penyesuaian untuk menemukan posisi yang paling stabil dan nyaman untuk
menembak.

12. Menembak Senapan Posisi Tiarap, Tiarap, menurut KBBI (Kamus Besar
Bahasa Indonesia) adalah tindakan merebahkan diri dengan dada ke bawah dan
muka menelungkup. Secara umum, tiarap adalah tindakan paling sederhana ketika
kita berada dalam bahaya. Dalam teknik tembak tiarap juga memerlukan posisi
menembak juga sangat diperhatikan. Yakni posisi lengan kanan harus benar-benar
memegang gagang senjata agar saat pelatuk ditarik, tidak bergerak. Sedangkan
untuk lengan kiri menjadi penopang sebagian badan dan laras senjata depan
sebagai bidikan. Sementara posisi kaki, seperti posisi cicak saat merayap. Hal itu
bertujuan agar posisi menembak bisa aman dan tepat sasaran. Pada kenyataannya
banyak prajurit yang tidak melaksanakan posisi menembak tiarap ini dengan
sempurna kesalahan umum yang sering terjadi adalah:
10

a. Pada posisi tiarap ini penempatan siku tangan kiri tepat dibawah senjata
kadang tidak sempurna sehingga penempatan pipi kanan di atas popor yang
bertujuan agar mata melihat ujung pejera melaui pisir tidak sempurna, yang
berakibat hasil bidikan tidak maksimal.

b. Pada posisi tiarap karena perut langsung bersinggungan dengan tanah


kadang pernafasan menjadi kurang maksimal hal ini kurang diperhatikan prajurit
penembak padahal ini berakibat konsentrasi pada sasaran bidik berkurang.

c. Posisi letak tangan kiri pada posisi tiarap kadang kurang mampu menahan
berat senjata dengan tenang, para prajurit kadang tidak memperhatikan posisi
siku yang harus diletakkan dengan tersandar pada tanah atau rapat pada bagian
badan.
11

BAB IV
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEMAMPUAN MENEMBAK PRAJURIT

13.Umum. Dari pengamatan selama ini masih didapati beberapa prajurit yang
belum menerapkan teknik menembak senapan baik dalam posisi berdiri, duduk
maupun tiarap, hal ini karena dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik yang bersifat
internal yang merupakan kekuatan dan kelemahan maupun yang bersifat eksternal
sebagai peluang dan kendala. Oleh karena itu dalam upaya meningkatkan
kemampuan menembak prajurit dalam pelaksanaan Ton Tangkas TNI AD,maka
faktor-faktor tersebut harus dijadikan sebagai bahan pertimbangan.

14. Faktor Internal.

a. Kekuatan.

1) Motivasi prajurit, faktor-faktor yang mempengaruhi kondisi prajurit


disatuan tempur adalah motivasi prajurit, motivasi yang tinggi mempengaruhi
kondisi disiplin prajurit disatuan tempur yang dapat mewujudkan kondisi
semangat, moril dan daya tempur satuan yang tinggi. Adanya kondisi prajurit
dengan motivasi yang tinggi ini secara tidak langsung dapat menjadi kekuatan
utama dalam meningkatkan kemampuan mereka di bidang kemiliteran
termasuk kemampuan menembak yang baik.

2) Loyalitas, adanya loyalitas yang tinggi dari para prajurit di lingkungan


Satuan Yonif Para Raider 501 terhadap kelangsungan hidup bangsa dan
negara menjadi kekuatan tersendiri yang dapat membangkitkan motivasi
tinggi dalam pelaksanaan tugas dari segenap prajurit dalam upaya
peningkatan kemampuan menembak prajurit.

b. Kelemahan. Kurangnya kemampuan menembak tercermin dari masih belum


maksimalnya hasil bidikan yang jauh dari standar penilaian yang ditetapkan
terutama dalam menembak senapan dengan sikap duduk, berdiri dan tiarap. Hal
ini akibat kurang diperhatikannya dengan cermat teknik-teknik menembak baik
pegangan, pernafasan maupun sikap menembak baik itu menembak dengan
senapan ringan. Selain itu beberapa faktor lain yang menyebabkan hal ini adalah
kurangnya pengenalan prajurit terhadap karakter senjata yang digunakan, serta
12

amunisi yang kurang memadai dalam kegiatan latihan menembak yang


dilaksanakan.

15.Faktor Eksternal.

a. Peluang.

Lomba Ton Tangkas merupakan lomba tahunan yang bertujuan


meningkatkan kompetensi prajurit TNI, hal ini dimaksudkan sebagai tolak ukur
pembinaan prajurit di masing-masing satuan, selain itu tujuan
diselenggarakannya lomba ton tangkas yaitu untuk melihat dan mengevaluasi
hasil pembinaan satuan yang telah dicapai oleh Satuan Tempur (Satpur) maupun
Satuan Bantuan Tempur (Satbanpur) dari aspek ketangkasan. Pada akhirnya
nanti, hasil dari kegiatan lomba juga dapat dijadikan sebagai salah satu tolok
ukur untuk mengetahui nilai-nilai sportifitas, soliditas, profesionalitas, militansi
dan jiwa juang prajurit, sehingga dapat diketahui sejauh mana implementasi dari
pembinaan satuan dalam rangka menjaga kesiapan operasional satuan untuk
menghadapi berbagai tugas TNI AD. Pada bidang menembak ini merupakan
peluang yang harus mendapatkan prioritas dalam pelaksanaan pembinaannya
karena dalam beberapa tahun terakhir terbukti sederet prestasi di ajang
internasional menembak telah berhasil diraih TNI AD.

b. Kendala.

1) Regenerasi, lambannya proses regenerasi dalam menghasilkan


penembak handal TNI AD dirasakan dengan kenyataan bahwa dalam event
menembak prajurit yang mempunyai prestasi hanya beberapa personil saja,
hal ini akibat kurangnya pembinaan latihan untuk menyaring bibit petembak
satuan yang nantinya dapat dijadikan petembak potensial.

2) Sarpras Latihan, sarana dan prasarana dalam kegiatan latihan menembak yang
dimiliki TNI AD jauh tertinggal dibandingkan dengan kemajuan di bidang
persenjataan dewasa ini, dimana senjata serta amunisi yang digunakan sebagai sarana
latihan adalah senjata lama dengan amunisi yang juga hampir memasuki masa
kadaluwarsa, hal ini mengakibatkan hasil yang ingin dicapai tidak dapat terwujud
secara maksimal.
13

BAB V
KONDISI YANG DIHARAPKAN
16.Umum. Pelaksanaan tugas pokok TNI AD yang dilaksanakan oleh satuan-
satuannya tidak mungkin dapat tercapai apabila tidak didukung dengan upaya
peningkatan kemampuan bidang kemiliteran khususnya kemampuan menembak
dalam berbagai sikap secara benar dan terus menerus. Keberhasilan peningkatan
kemampuan menembak prajurit merupakan perwujudan dari perbaikan kualitas
personel, oleh sebab itu untuk mengatasi berbagai kendala dan memanfaatkan
peluang yang ada serta mengeliminir segala kelemahan dengan mengoptimalkan
kekuatan yang dimiliki sehingga kemampuan menembak prajurit dapat lebih
maksimal, maka perlu diketahui tentang kondisi kemampuan menembak yang
diharapkan agar dapat dijadikan sebagai pedoman dalam pelaksanaan tugas
tersebut.

17. Kemampuan Menembak Senapan Posisi Berdiri yang diharapkan. Untuk


mendukung keikutsertaan dan keberhasilan dalam Ton Tangkas TNI AD, terutama
dalam bidang menembak maka prajurit Yonif 501 Para Raider harus memiliki
kemampuan menembak dalam posisi berdiri. Sikap berdiri dalam kegiatan
menembak TNI-AD merupakan salah satu sikap yang perlu diketahui bagi para
prajurit yang akan melaksanakan kegiatan menembak. Dalam sikap berdiri terdiri
dari cara memegang dan posisi tubuh yang mendukung yaitu posisi tangan 45°
memegang peralatan picu dan magazen (kotak peluru), pandangan mata fokus
ke arah target sasaran/Skip, posisi kaki menyerupai huruf L, dan pelaksanaan
menembak menyesuaikan dengan aba-aba/ tata tertib pada saat kegiatan
menembak berlangsung. Berikut menembak dengan sikap berdiri yang harus
diperhatikan:

a. Mengaplikasikan petunjuk dalam menembak senapan dengan posisi dengan


menyangga siku tangan kiri di pinggul dan memegang magazen yang sempurna
sehingga akan meminimalisir pengaruh dari tangan sendiri ketika membidik
sehingga peluru akan sempurna menuju ke sasaran.

b. Selalu memperhatikan penempatan dasar popor pada lekukan pundak kanan


dan siku kanan dengan membentuk sudut 900, sehingga arah tembakan akan
dapat tertuju akurat ke arah sasaran bidik.
14

c. Memperhatikan posisi Kaki pada saat menembak dengan posisi kaki


menyerupai huruf L sehingga hasil tembakan akan akurat, karena sikap berdiri
yang kurang kokoh akan mengurangi getaran akibat tembakan.

Gambar 1: Posisi menembak sikap berdiri

18. Kemampuan Menembak Senapan Posisi Duduk yang diharapkan. Sikap


duduk merupakan sikap kedua dalam kegiatan menembak TNI-AD, Dalam sikap
duduk terdiri dari cara memegang dan posisi tubuh yang mendukung yaitu posisi
tangan 45° memegang peralatan picu dan magazen (kotak peluru), pandangan
mata fokus ke arah target sasaran/Skip, posisi kaki ditekuk (kaki kiri sedikit diangkat
dan kaki kanan dibiarkan berada dibagian tanah/tempat berpijak), dan pelaksanaan
menembak menyesuaikan dengan aba-aba/ tata tertib pada saat kegiatan
menembak berlangsung. Berikut menembak dengan sikap duduk yang harus
diperhatikan:

a. Prajurit mampu meningkatkan kemampuan menembak dalam posisi duduk


dengan memperhatikan posisi duduk serta meletakkan siku pada lutut untuk
mendukung popor senapan dengan lebih sempurna sehingga posisi punggung
lurus yang bertujuan untuk menambah ketepatan.

b. Prajurit mampu meningkatkan kemampuan menembak dalam posisi duduk


dengan memperhatikan faktor pernafasan sehingga dapat berkonsentrasi dan
diharapkan sasaran bidik dapat kena secara optimal.
15

c. Prajurit mampu meningkatkan kemampuan menembak dalam berlutut dengan


memperhatikan posisi lutut dengan penahan lutut yang sempurna sehingga akan
menambah nyaman dan menambah akurasi tembakan

Gambar 2: Posisi menembak sikap duduk

19.Kemampuan Menembak Senapan Posisi Tiarap yang diharapkan, Sikap


tiarap merupakan sikap ketiga dalam kegiatan menembak TNI-AD, Dalam sikap
tiarap terdiri dari cara memegang dan posisi tubuh yang mendukung yaitu posisi
tangan 45° memegang peralatan picu dan magazen (kotak peluru), pandangan
mata fokus ke arah target sasaran/Skip, posisi kaki diselonjorkan ke belakang
dengan salah satu kaki di tekuk. Berikut menembak dengan sikap duduk yang
harus diperhatikan:

a. Prajurit mampu meningkatkan kemampuan menembak pada posisi tiarap


dengan memperhatikan penempatan siku tangan dengan sempurna sehingga
penempatan pipi kanan di atas popor akan membuat mata melihat ujung pejera
melaui pisir lebih sempurna.

b. Prajurit mampu meningkatkan kemampuan menembak posisi tiarap dengan


lebih memperhatikan faktor pernafasan karena posisi perut yang langsung
menempel dengan tanah sehingga dengan maksimalnya pernafasan maka akan
lebih berkonsentrasi sehingga arah bidikan bisa maksimal.
16

c. Prajurit mampu meningkatkan kemampuan menembak posisi tiarap dengan


selalu memperhatikan posisi letak tangan agar mampu menahan berat senjata
dengan tenang sehingga getaran dapat diminimalisir.
17

BAB VI
UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENEMBAK PRAJURIT
DALAM MENGHADAPI LOMBA TON TANGKAS TNI AD

20. Umum. Peningkatan kemampuan menembak prajurit dalam


menghadapi lomba ton tangkas TNI AD ini tidak akan berjalan maksimal tanpa
adanya suatu suatu usaha untuk perbaikan dengan jalan mengintensifkan
pelaksanaan latihan. Demikian juga dengan kemampuan menembak prajurit yang
telah diuraikan pada bab-bab di atas, tidak akan dapat mencapai suatu kondisi yang
ideal atau minimal mendekati pada kondisi yang diharapkan tanpa adanya usaha
perbaikan. Salah satu cara adalah dengan suatu upaya bagaimana agar kondisi
kemampuan prajurit dalam menembak seperti yang diharapkan dapat terwujud
dalam rangka menghadapi lomba Ton Tangkas TNI AD.

21. Tujuan. Mewujudkan peningkatan kemampuan menembak prajurit dalam


jangka pendek terutama kesiapan menghadapi ton tangkas terutama dalam
menembak senapan pada posisi berdiri, duduk dan tiarap, sehingga apa yang
diharapkan dari kegiatan menembak tersebut dapat dicapai secara maksimal.

22. Sasaran.

a. Terwujudnya tingkat Kemampuan Menembak Senapan Posisi Berdiri yang


lebih baik bagi prajurit Yonif 501 Para Raider terutama dalam persiapan
menghadapi Ton Tangkas TNI AD

b. Terwujudnya tingkat Kemampuan Menembak Senapan Posisi Duduk yang


lebih baik bagi prajurit Yonif 501 Para Raider terutama dalam persiapan
menghadapi Ton Tangkas TNI AD

c. Terwujudnya tingkat Kemampuan Menembak Senapan Posisi Tiarap yang


lebih baik bagi prajurit Yonif 501 Para Raider terutama dalam persiapan
menghadapi Ton Tangkas TNI AD
18

23.Subyek. Secara garis besar yang berperan sebagai subyek dalam upaya
meningkatkan kemampuan menembak prajurit dalam rangka kesiapan mengikuti
Ton Tangkas TNI AD pada satuan Yonif Para Raider 501 adalah Dandbrig, dan
Danyon

a. Danbrig, sebagai Komandan Brigif yang merupakan Komando Atas Batalyon


Infanteri Para Raider 501, senantiasa dapat memotivasi serta selalu membina
kemampuan menembak prajurit sehingga memiliki tingkat profesionalisme yang
tinggi dalam hal menembak dan siap diterjunkan dalam pelaksanaan Ton
Tangkas TNI AD yang akan diikuti

` b. Danyon, sebagai komandan batalyon yang bertanggung jawab langsung


kepada Danbrig senantiasa secara insentif mempersiapkan prajuritnya dalam
persiapan menghadapi Ton Tangkas terutama dalam peningkatan kemampuan
menembak prajuritnya sehingga akan terwujud prestasi menembak prajurit yang
diharapkan
24.Obyek. Danki, Danton, Danru peserta Ton Tangkas sebagai prajurit peserta
lomba Ton Tangkas harus senantiasa dapat meningkatkan kemampuannya dalam
menembak senapan dalam berbagai posisi, hal ini diwujudkan dalam keikutsertaan
serta keseriusan para prajurit tersebut dalam setiap latihan yang diselenggarakan
oleh satuan.

25.Metode. Metode yang digunakan untuk meningkatkan kemampuan menembak


prajurit dalam rangka kesiapan menghadapi Ton Tangkas adalah sebagai berikut:

a. Sosialisasi Teknik/Teori Menembak, merupakan metode yang berupa


pengenalan kembali baik cara maupun teori yang berupa pembekalan tentang
teknik-teknik menembak senjata ringan (senapan) sehingga prajurit yang akan
melaksanakan menembak menjadi percaya diri akan kemampuannya.

b. Latihan (Drill), Metode latihan (driilyaitu suatu cara mengajar untuk


menanamkan kebiasaan-kebiasaan tertentu dalam hal ini teknik menembak.
Juga, sebagai sarana untuk memelihara kebiasaan-kebiasaan yang baik dalam
menembak. Selain itu, metode ini dapat digunakan untuk memperoleh suatu
ketangkasan, ketepatan, kesempatan, dan keterampilan.
19

c. Pengawasan, merupakan suatu metode pengawasan secara langsung dan


intensif pada kegiatan latihan untuk menjamin agar pelaksanaan latihan berjalan
sesuai dengan standar yang telah ditetapkan dalam perencanaan.

d. Evaluasi, adalah metode penilaian tentang sejauh kegiatan latihan


menembak yang telah dicapai, dan bagaimana perbedaan pencapaian itu
dengan suatu standar yang ditetapkan.

26.Sarana dan Prasarana.

a. Sarana

1) Peranti Lunak seperti Bujukin, Bujukbin, Bujukops, Bujukmin, Bujuklap,


Bujuknik serta peranti lunak lainnya yang ada sebagai pedoman dalam
penyelenggaraan pembinaan dalam kegiatan menembak .
2) Menggunakan sarana berupa troof info, ceramah, jam komandan dan
pembuatan buku saku untuk Sosialisasi.

b. Prasarana

1) Pangkalan dan fasilitas latihan yang dimiliki satuan serta tempat/daerah


latihan yang tersedia guna kegiatan latihan menembak

2) Materiil satuan dalam hal ini adalah senjata dan amunisi latihan yang ada
serta dukungan materiil baru yang memadai dan sesuai bagi satuan untuk dapat
melaksanakan tugas pokoknya.

3) Alat Material Khusus berupa Handphone, HT, Camera Digital, Penyadap,


Teropong Tele, dan lain-lain sesuai kebutuhan dalam kegiatan latihan
menembak.

27. Upaya yang Dilaksanakan. Guna meningkatkan kemampuan menembak


senapan prajurit baik dalam posisi berdiri duduk maupun tiarap prajurit, maka
upaya yang dilakukan di uraikan sebagai berikut:

a; Danbrig sebagai komando atas mengeluarkan kebijakan maupun skema


tentang penyelenggaraan latihan menembak senapan dengan memperhatikan
teknik menembak serta membetikan skema latihan yang menjadi acuan guna
meningkatkan kemampuan menembak prajurit .
20

b; Danyon sebagai pelaksana latihan di satuan menyelenggarakan latihan


dengan mengacu kepada kebijakan dan acuan yang telah ditetapkan satuan
komando atas dimana dalam pelaksanaan latihan menembak dalam
persiapan Ton Tangkas ini hal yang dilakukan oleh Danyon adalah:
1; Menyiapkan prajurit untuk diikut sertakan dalam latihan
2; Menentukan Skema latihan yang akan dilaksanakan dimana dalam latihan ini
harus diperhatikan materi latihan maupun sarpras latihan menembak.

c; Kegiatan Latihan Menembak Secara Intensif, upaya yang dilakukan


meningkatkan kemampuan menembak adalah dengan penyelenggaraan latihan
yang meliputi:
1; Berlatih Fisik
Kemampuan fisik yang diinginkan dari seorang petembak adalah: harus
memiliki daya tahan terhadap segala macam cuaca; dari mulai hujan, panas,
dingin, maupun angin. Hal lainnya adalah kemampuan untuk dapat menahan
nafas lebih lama dalam kondisi fisik yang stabil serta memiliki kelincahan
dalam melaksanakan gerakan-gerakan tertentu, berjalan dan berlari. Untuk
menjadi petembak yang baik, diperlukan kondisi fisik yang kuat dan segar
agar selama melaksanakan kegiatan, petembak tidak kelelahan dan
kehabisan tenaga. Kondisi fisik yang tidak prima sangat berpengaruh pada
saat akan melaksanakan penembakan, oleh karena itu kebugaran fisik
merupakan syarat utama bagi petembak. Untuk mendapatkan kondisi fisik
yang prima
2; Melakukan Latihan Pernafasan Petembak
Langkah-langkah dalam melatih pernafasan petembak dapat dilaksanakan
sebagai berikut:
a; Drill pernafasan tanpa menggunakan senjata/sebelum menembak
b; Drill pernafasan menggunakan senjata/saat menembak
3; Berlatih Teknik Membidik
Teknik membidik yang baik sangat diperlukan oleh para petembak agar peluru
yang ditembakkan dapat mengena di sasaran sesuai yang kita inginkan. Hal-
hal yang perlu diperhatikan dalam melatih petembak dalam tehnik membidik
antara lain:
a; Teknik membidik dilakukan dengan memadukan dasar pisir dan
dasar pejera sampai membentuk gambar bidik dan diluruskan ke sasaran.
b; Penempatan gambar bidik di sasaran, tergantung pada jarak
penembakan karena setiap jarak tembak memiliki penempatan gambar
bidik yang berbeda di sasaran.
21

c; Dasar pisir dan pejera harus benar-benar sama untuk memperoleh


hasil bidikan yang sempurna oleh karena itu dalam membidik, ketelitian
sangat diperlukan agar kita mampu mempertahankan gambar bidik
yang sudah terbentuk sempurna.
d; Gambar bidik harus tetap dipelihara dan dan dipertahankan karena
selama gambar bidik sempurna sampai kita menarik picu maka peluru
akan dapat mengenai sasaran sesuai bidikan.
e; Bidikan saat menembak harus selaras dengan pengaturan nafas
diikuti oleh konsentrasi penuh, disinilah kunci ketepatan dalam
menembak sasaran.
f; Memperhatikan gambar bidik, senjata dan berbagai jarak bidik

4; Berlatih Tekanan/Tarikan Picu.


a; Untuk tekanan/tarikan picu, petembak harus mengerti karakteristik
senjata yang petembak gunakan sehingga mereka tahu persis kapan
peluru akan meledak agar petembak tidakterkejut saat peluru meledak.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam melatih tekanan/tarikan
picu petembak antara lain:
1; Jari yang digunakan saat menarik picu tergantung pada kebiasaan,
bisa menggunakan telunjuk atau jari tengah, yang lazim dipakai adalah
jari telunjuk dengan alasan jari telunjuk memiliki tenaga paling besar
terutama bila picu diletakkan di ruas tengah dari jari telunjuk.
2; Picu yang ditarik dengan ruas tengah jari telunjuk posisinya kokoh,
berbeda dengan tekanan/tarikan picu yang dilakukan dengan
menggunakan ujung jari telunjuk, tekanan/tarikan picu tidak stabil dan ada
kemungkinan jari tergelincir.
3; Pada senapan yang masih memiliki perangkat picu yang masih
standar, pada saat ditarik, umumnya picu memiliki tiga tahapan sampai
terjadinya ledakan munisi, cara menarik picu adalah laksanakan
tekanan/tarikan awal, tarik 2/3 tekanan/tarikan, buat gambar bidik yang
sempurna, tarik tahap ketiga dengan halus sampai kita tidak
merasakan kapan peluru meledak.
4; Tekanan/tarikan/tekanan picu harus konsisten dimana tekanan
awal sampai senjata meledak harus tetap sama tekanannya. Saat menarik
picu kita tidak boleh ragu- ragu untuk mengambil keputusan sesuai
dengan ritme tekanan/tarikan pertama sampai terjadi letusan.

5) Memperhatikan Waktu Berlatih


22

a) Waktu latihan terbaik untuk berlatih adalah pada siang hari baik di
waktu pagi, siang maupun sore untuk menyesuaikan dengan kondisi
cuaca pada keadan tersebut

b) idak dianjurkan untuk melaksanakan latihan pada saat hujan


karena dapat merusak senjata dan lesan, saat angin kencang latihan
menembak juga tidak efektif karena tiupan angin sangat berpengaruh
pada lintasan peluru sehingga perkenaan peluru seringkali meleset dari
bidikan.

c) Petembak harus melakukan latihan setiap hari agar dapat melatih


pernafasan, bidikan dan tekanan/tarikan picu sehingga terbiasa dengan
mekanisme penembakan tersebut

d) Normalnya latihan pada pagi hari dimulai pada jam 08.00 sampai
menjelang siang untuk melatih teknik menembak. Siang harinya
gunakan waktu untuk mencari perkenaan di sasaran yang sesuai dengan
latihan menembak pada pagi harinya. Sore hari dilanjutkan dengan
pembinaan fisik

6) Menyiapkan Senjata bagi Petembak

a) Untuk menyiapkan senjata yang digunakan oleh para petembak


diawali dengan mengecek kerja mekanik senjata, memilih laras yang
masih memiliki alur yang masih utuh dan bagus, kemudian memodifikasi
picu agar dapat digunakan dengan seenak mungkin tanpa menyalahi
aturan beratnya tekanan/tarikan picu sehingga dalam tidak ada
masalah dalam menembak.

b) Membersihkan senjata setiap hari setelah senjata selesai dipakai


dan olesi pelumas sebelum senjata digudangkan tetapi pada saat akan
memulai menembak usahakan laras kering, tidak ada minyak didalamnya
karena percikan minyak saat peluru meledak dapat membahayakan mata.

7) Cara mengatasi keraguan pada saat berlatih/berlomba (mentalitas).


23

a) Untuk melakukan dan mengatasi keraguan pada saat lomba, dapat


dilakukan dengan pemberian motivasi dan dorongan semangat dari
komandan, pelatih maupun teman.

b) Untuk menghindari gangguan pikiran saat akan menembak,


apabila ada masalah segera diselesaikan. Begitupun komandan atau
pelatih jangan memberikan beban atau target yang melebihi
kemampuan petembak karena akan membuat petembak tertekan,
merasa terbebani dan tegang.

c) Cara lainnya yang juga efektif adalah, harus ditanamkan


kepada petembak bahwa keyakinan pada diri sendiri dan ia mengerti betul
semua tindakan yang akan dilakukan, memahami betul senjatanya, situasi
lingkungan, cuaca, medan dan materi yang akan dilaksanakan dan serta
memahami betul kemampuan pribadinya.

d) Sedapat mungkin petembak diarahkan untuk memusatkan pikiran


bahwa lomba sama dengan latihan sehari-hari sehingga pikiran tidak
tegang dan anggaplah bahwa pihak lawan adalah teman sendiri pada saat
melaksanakan latihan sehari-hari.
24

BAB VII
PENUTUP

28.Kesimpulan.

a. Kemampuan menembak merupakan kemampuan dasar yang harus dimiliki


setiap prajurit TNI AD untuk memenangkan pertempuran namun dalam
kenyataannya masih belum maksimal atau sesuai dengan standar penilaian
yang ditetapkan terutama dalam menembak senapan dengan sikap duduk,
berdiri dan tiarap. Hal ini akibat kurang diperhatikannya dengan cermat teknik-
teknik menembak baik pegangan, pernafasan maupun sikap menembak baik itu
menembak dengan senapan ringan.

b. Kondisi kemampuan prajurit dalam menembak sangat dipengaruhi faktor-


faktor dominan yang secara umum dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok
besar yaitu faktor internal meliputi motivasi prajurit dan loyalitas prajurit, ; serta
faktor eksternal yang meliputi peluang dalam lomba ton tangkas dan lambatnya
regenerasi petembak

c. Untuk meningkatkan kemampuan menembak prajurit dalam persiapan


menghadapi ton tangkas diperlukan suatu upaya peningkatan kemampuan
menembak dengan posisi berdiri, duduk dan tiarap dengan teknik yang lebih
baik. Dimana upaya ini melibatkan peran Danbrig maupun danyon dalam
kegiatan penyusunan bujuk menembak maupun penyusunan teknik dan skema
latihan menembak yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan menembak
prajurit.

29. Saran.

a. Perlu adanya pelaksanaan kegiatan latihan di satuan yang lebih intensif


dengan skema yang baku, sehingga para prajurit lebih terbiasa untuk
mempedomani pelaksanaan latihan dan memberikan lebih banyak referensi
tentang kemampuan menembak prajurit.
25

b. Para prajurit hendaknya dalam pelaksanaan latihan memperhatikan benar-


benar teknik dalam menembak yang didasarkan pada berbagai sikap menembak
agar hasil yang diperoleh dapat maksimal

30. Demikian tulisan ini disusun dengan harapan dapat menjadi masukan bagi
pimpinan dalam Upaya meningkatkan kemampuan menembak prajurit dalam
pelaksanaan Ton Tangkas serta sebagai bahan pertimbangan bagi komando atas
untuk mengambil kebijaksanaan lebih lanjut.

Tempat, ......................... 200..

Penulis

Nama

Pkt/ Nosis

Anda mungkin juga menyukai