KARMIL Menembak Revisi
KARMIL Menembak Revisi
KERANGKA KARMIL
BAB I
PENDAHULUAN
1. Umum.
c. Bertitik tolak dari permasalahan belum maksimalnya kemampuan prajurit Yonif Para
Raider 501 saat ini yang belum maka akan dikaji lebih lanjut mengenai upaya
peningkatan kemampuan menembak prajurit yang baik, dalam menghadapi ton tangkas
TNI AD pada satuan Yonif Para Raider 501
3. Ruang Lingkup dan Tata Urut. Penulisan ini dibatasi pada pembahasan
peningkatan kemampuan menembak prajurit yang dalam pelaksanaannya masih
belum maksimal atau sesuai dengan standar penilaian yang ditetapkan terutama
dalam menembak senapan dengan sikap duduk, berdiri dan tiarap, dihadapkan pada
upaya peningkatan kemampuan prajurit guna menghadapi ton tangkas dengan tata
urut sebagai berikut :
a; Pendahuluan.
g; Penutup.
5. Pengertian-Pengertian.
a. Latihan. Adalah kegiatan yang diulang secara sistematis dalam praktek untuk
memperoleh kemahiran dan keterampilan maksimal.
c. Senjata Ringan. Adalah suatu alat yang digunakan untuk berperang dan mudah
dibawa.
e. Teknik. Adalah semua latihan yang dilatihkan pada perorangan agar dicapai
tingkat kemahiran maupun keterampilan teknik di dalam mengerahkan, melayani
ataupun menggunakan senjata/perlengkapan lain yang diperlukan untuk
melaksanakan tugas
4
BAB II
LATAR BELAKANG PEMIKIRAN
6; Umum. Prajurit Yonif Para Raider 501 merupakan salah satu komponen utama
dalam matra pertahanan darat bagi seluruh bangsa Indonesia sehingga dituntut
untuk selalu siap melaksanakan tugas yang diberikan oleh Komando atas untuk
dapat mewujudkan tujuan tersebut salah satunya adalah setiap prajurit harus dapat
memelihara dan meningkatkan kemampuan prajurit khususnya kemampuan dalam
bidang menembak senapan. Salah satu bentuk evaluasi kemampuan menembak
prajurit ini dilakukan dengan jalan mengikuti kegiatan Ton Tangkas TNI AD yang
didalamnya juga memperlombakan kegiatan menembak prajurit. Untuk dapat
mengemukakan pokok-pokok pikiran tentang upaya peningkatan kemampuan
prajurit guna menghadapi ton tangkas, maka diperlukan landasan pemikiran dan
dasar pemikiran sebagai acuan dalam upaya peningkatan kemampuan prajurit
tersebut.
7; Landasan pemikiran
b. Landasan Konstitusional
1) Undang-Undang Dasar 1945, Alinea ke empat Pembukaan UUD 1945 dan
pasal 30 UUD 1945 (ayat 1) menyatakan bahwa dalam melindungi segenap
bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, tiap-tiap warga
negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pembelaan negara 1. Pasal
ini mengandung pengertian bahwa setiap warga negara dituntut untuk ikut
aktif dan berpartisipasi mewujudkan dalam mempertahankan kedaulatan
negara, manakala negara sedang terancam. Dalam konteks tersebut, maka
Yonif Para Raider 501 sebagai bagian integral dari TNI yang merupakan alat
pertahanan negara berkewajiban untuk dapat melindungi segenap bangsa
dan tumpah darah Indonesia dari bebagai ancaman baik yang datang dari
dalam maupun luar negeri dimana untuk dapat mewujudkan hal tersebut
diperlukan prajurit yang handal dan militan terutama dalam kegiatan
menembak
2) Tap MPR No.VII MPR/2000 tentang Peran TNI dan Polri. TNI merupakan
bagian dari rakyat, lahir dan berjuang bersama rakyat demi menjaga
keutuhan wilayah dan kedaulatan negara, yang berdasarkan Pancasila dan
UUD 1945 serta melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah
Indonesia dari ancaman dan gangguan terhadap keutuhan Negara Kesatuan
Republik Indonesia.2 Antisipasi terhadap berbagai ancaman yang dilakukan
oleh Satuan Yonif Para Raider 501 merupakan bagian dari upaya untuk
menjaga keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dari
ancaman dan gangguan.
4) Doktrin TNI AD “Kartika Eka Paksi”. Salah satu fungsi organik militer TNI-AD
dalam bidang Intelijen disebutkan bahwa TNI AD memiliki fungsi untuk
menyelenggarakan pembinaan penyelidikan dan penggalangan dalam rangka
pertahanan negara di darat.4 Oleh karenanya Satuan Sandi Yudha
Kopassus sebagai bagian integral dari TNI-AD yang memiliku tugas-tugas
khusus sesuai dengan kebijaksanaan pimpinan TNI AD dituntut untuk dapat
lebih berperan secara profesional dalam rangka menjaga kedaulatan negara
dan keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
c. Landasan Operasional
1) Surat Keputusan Kasad Nomor Skep/58/III/2004 tanggal 9 Maret 2004
tentang Buku Petunjuk Induk tentang Infanteri.
2) Surat Keputusan Kasad Nomor Skep/10/I/2003 tanggal 28 Januari 2003
tentang Buku Petunjuk Pembinaan tentang Pembinaan Latihan.
3) Surat Keputusan Kasad Nomor Skep/416/VII/1987 tanggal 17 juli 1987
tentang Buku Petunjuk Teknik tentang Latihan Menembak Senapan dan
Pistol.
4 Mabesad, Doktrin TNI AD “Kartika Eka Paksi”, Jakarta, Tahun 2001. Hal-31.
7
8; Dasar Pemikiran, belum sesuainya kemampuan menembak prajurit dengan standar yang
ditetapkan membuat diperlukannya suatu upaya dalam meningkatkan kemampuan prajurit
dalam hal menembak hal ini mutlak diperlukan karena menembak adalah kemampuan
dasar yang harus dimiliki prajurit. Kurang maksimalnya kemampuan prajurit terutama
dalam menghadapi Ton Tangkas TNI AD ini terlihat pada target yang sering tidak
maksimal akibat kurang diperhatikannya dengan cermat teknik-teknik menembak baik
pegangan, pernafasan maupun sikap menembak baik itu menembak dengan senapan
ringan maupun pistol.
8
BAB III
KONDISI KEMAMPUAN MENEMBAK PRAJURIT SAAT INI
9. Umum. Lomba Peleton Tangkas ini dimaksudkan sebagai sarana dan bahan
evaluasi terhadap sejauh mana tingkat kemampuan dan keterampilan militer yang
telah dimiliki setiap prajurit di masing-masing Satuan. Lomba Ton Tangkas dapat
dijadikan sebagai ajang untuk menunjukkan kemampuan terbaik antara lain melalui
kemampuan menembak, oramil, taktik dan teknik militer, karena semuanya
merupakan hal yang sangat mendasar dan tuntutan wajib dimiliki setiap prajurit TNI.
Para prajurit harus mampu menunjukkan sosok prajurit TNI yang handal dan benar-
benar mahir dalam ilmu dan keterampilan militer. Salah satu jenis yang dilombakan
adalah menembak senapan 100 Meter dengan tiga sikap, berdiri duduk dan tiarap.
Namun hasil yang diharapkan belum dapat maksimal dikarenakan oleh kualitas
sumber daya manusia prajurit itu sendiri yang terkadang kurang memperhatikan
dengan cermat teknik-teknik menembak baik pegangan, pernafasan maupun sikap
menembak baik itu menembak dengan senapan ringan maupun pistol yang meliputi
menembak senapan dengan posisi berdiri, menembak senapan dengan posisi
duduk dan menembak senapan dengan posisi tiarap.
a. Menembak senapan dengan posisi berdiri tidak diikuti dengan menyangga siku
tangan kiri di pinggul dan memegang magazen yang sempurna sehingga akan ada
pengaruh dari tangan sendiri ketika membidik yang mengakibatkan peluru tidak akan
sempurna menuju ke sasaran.
9
b. Penempatan dasar popor pada lekukan pundak kanan dan siku kanan kadang
tidak membentuk sudut 900, sehingga tidak maksimal ke arah sasaran bidik.
c. Posisi Kaki pada saat menembak berdiri kadang kurang diperhatikan sehingga
hasil tembakan tidak akurat, karena sikap berdiri yang kurang kokoh
11.Menembak Senapan Posisi Duduk, dalam menembak pada posisi duduk ini
juga terdapat banyak hal yang kurang diperhatikan diantaranya adalah:
a. Dalam posisi duduk bersila, letak kedua siku pada kedua lutut untuk
mendukung popor senapan kadang kurang sempurna selain itu posisi punggung
kadang tidak sempurna atau lurus yang bertujuan untuk menambah ketepatan.
b. Dalam posisi duduk bersila ini faktor pernafasan kadang menjadi kendala
utama karena meskipun ini adalah posisi paling nyaman namun faktor
pernafasan dan konsentrasi kadang kurang maksimal sehingga menyebabkan
sasaran bidik tidak dapat kena secara optimal.
12. Menembak Senapan Posisi Tiarap, Tiarap, menurut KBBI (Kamus Besar
Bahasa Indonesia) adalah tindakan merebahkan diri dengan dada ke bawah dan
muka menelungkup. Secara umum, tiarap adalah tindakan paling sederhana ketika
kita berada dalam bahaya. Dalam teknik tembak tiarap juga memerlukan posisi
menembak juga sangat diperhatikan. Yakni posisi lengan kanan harus benar-benar
memegang gagang senjata agar saat pelatuk ditarik, tidak bergerak. Sedangkan
untuk lengan kiri menjadi penopang sebagian badan dan laras senjata depan
sebagai bidikan. Sementara posisi kaki, seperti posisi cicak saat merayap. Hal itu
bertujuan agar posisi menembak bisa aman dan tepat sasaran. Pada kenyataannya
banyak prajurit yang tidak melaksanakan posisi menembak tiarap ini dengan
sempurna kesalahan umum yang sering terjadi adalah:
10
a. Pada posisi tiarap ini penempatan siku tangan kiri tepat dibawah senjata
kadang tidak sempurna sehingga penempatan pipi kanan di atas popor yang
bertujuan agar mata melihat ujung pejera melaui pisir tidak sempurna, yang
berakibat hasil bidikan tidak maksimal.
c. Posisi letak tangan kiri pada posisi tiarap kadang kurang mampu menahan
berat senjata dengan tenang, para prajurit kadang tidak memperhatikan posisi
siku yang harus diletakkan dengan tersandar pada tanah atau rapat pada bagian
badan.
11
BAB IV
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEMAMPUAN MENEMBAK PRAJURIT
13.Umum. Dari pengamatan selama ini masih didapati beberapa prajurit yang
belum menerapkan teknik menembak senapan baik dalam posisi berdiri, duduk
maupun tiarap, hal ini karena dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik yang bersifat
internal yang merupakan kekuatan dan kelemahan maupun yang bersifat eksternal
sebagai peluang dan kendala. Oleh karena itu dalam upaya meningkatkan
kemampuan menembak prajurit dalam pelaksanaan Ton Tangkas TNI AD,maka
faktor-faktor tersebut harus dijadikan sebagai bahan pertimbangan.
a. Kekuatan.
15.Faktor Eksternal.
a. Peluang.
b. Kendala.
2) Sarpras Latihan, sarana dan prasarana dalam kegiatan latihan menembak yang
dimiliki TNI AD jauh tertinggal dibandingkan dengan kemajuan di bidang
persenjataan dewasa ini, dimana senjata serta amunisi yang digunakan sebagai sarana
latihan adalah senjata lama dengan amunisi yang juga hampir memasuki masa
kadaluwarsa, hal ini mengakibatkan hasil yang ingin dicapai tidak dapat terwujud
secara maksimal.
13
BAB V
KONDISI YANG DIHARAPKAN
16.Umum. Pelaksanaan tugas pokok TNI AD yang dilaksanakan oleh satuan-
satuannya tidak mungkin dapat tercapai apabila tidak didukung dengan upaya
peningkatan kemampuan bidang kemiliteran khususnya kemampuan menembak
dalam berbagai sikap secara benar dan terus menerus. Keberhasilan peningkatan
kemampuan menembak prajurit merupakan perwujudan dari perbaikan kualitas
personel, oleh sebab itu untuk mengatasi berbagai kendala dan memanfaatkan
peluang yang ada serta mengeliminir segala kelemahan dengan mengoptimalkan
kekuatan yang dimiliki sehingga kemampuan menembak prajurit dapat lebih
maksimal, maka perlu diketahui tentang kondisi kemampuan menembak yang
diharapkan agar dapat dijadikan sebagai pedoman dalam pelaksanaan tugas
tersebut.
BAB VI
UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENEMBAK PRAJURIT
DALAM MENGHADAPI LOMBA TON TANGKAS TNI AD
22. Sasaran.
23.Subyek. Secara garis besar yang berperan sebagai subyek dalam upaya
meningkatkan kemampuan menembak prajurit dalam rangka kesiapan mengikuti
Ton Tangkas TNI AD pada satuan Yonif Para Raider 501 adalah Dandbrig, dan
Danyon
a. Sarana
b. Prasarana
2) Materiil satuan dalam hal ini adalah senjata dan amunisi latihan yang ada
serta dukungan materiil baru yang memadai dan sesuai bagi satuan untuk dapat
melaksanakan tugas pokoknya.
a) Waktu latihan terbaik untuk berlatih adalah pada siang hari baik di
waktu pagi, siang maupun sore untuk menyesuaikan dengan kondisi
cuaca pada keadan tersebut
d) Normalnya latihan pada pagi hari dimulai pada jam 08.00 sampai
menjelang siang untuk melatih teknik menembak. Siang harinya
gunakan waktu untuk mencari perkenaan di sasaran yang sesuai dengan
latihan menembak pada pagi harinya. Sore hari dilanjutkan dengan
pembinaan fisik
BAB VII
PENUTUP
28.Kesimpulan.
29. Saran.
30. Demikian tulisan ini disusun dengan harapan dapat menjadi masukan bagi
pimpinan dalam Upaya meningkatkan kemampuan menembak prajurit dalam
pelaksanaan Ton Tangkas serta sebagai bahan pertimbangan bagi komando atas
untuk mengambil kebijaksanaan lebih lanjut.
Penulis
Nama
Pkt/ Nosis