Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

TEKNOLOGI SEDIAAN SEMISOLID-LIKUIDA

Manufaktur suspensi dan evaluasi sediaan suspensi

Diajukan unuk memenuhi salah satu

tugas mata kuliah teknologi sediaan semisolid-likuida

Dosen pengampu:

Suhadi, M. Si., Apt

Disusun oleh :

Annisa Nurul Ikhlas (A 131 118`)

Moch Reyzha (A 131 090)

Kelas :

Reguler Pagi C 2013

SEKOLAH TINGGI FARMASI INDONESIA

YAYASAN HAZANAH

BANDUNG

2015
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat tuhan yang maha esa atas segala rahmat-Nya
sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah Sediaan Farmasi Luqida-Semisolida tentang Manufaktur
Suspensi dan Evaluasi Sediaan Suspensi.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Akhir kata
kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat terhadap pembaca.

Bandung, November 2015


BAB I

PENDAHULUAN

Sediaan adalah sistem heterogen yang terdiri atas dua fasa. Fasa luar yang
juga dinyatakan sebagai fasa kontinu (atas medium dispersi), biasanya merupakan
suatu cairan (misalnya suspensi cair) atau semisolida (misal gel); dan fasa internal
atau fasa terdispersi yang berupa bahan berbentuk partikular yang praktis tidak
larut air, dalam beberapa hal digunakan pula sebagai fasa luar minyak/cairan
berminyak atau bahan organik lainnya.

Suspensi farmasetik (umumnya) adalah dispersi kasar dari partikel padat


tidak larut dalam medium cair. Diameter partikel dalam suspensi biasanya lebih
besar dari 0,5 µm. Hanya saja adakalanya sulit dan tidak praktis untuk
menetapkan batasan yang tajam di antara suspensi dan dispersi yang mempunyai
partikel lebih kecil dari 0,5 µm, yang dapat menunjukkan beberapa karakteristik
topikal dispersi koloidal, seperti gerakan Brown.

Bergantung pada cara/rute pemberian, suspensi dapat diklasifikasi dalam 3


kelompok, yaitu suspensi oral, suspensi aplikasi eksternal, seperti losion, dan
suspensi sediaan injeksi. Suspensi juga tersedia dalam bentuk erosol yang dapat
diaplikasikan secara topikal pada kulit atau secara internal melalui rute pulmonal.

Sebagai tambahan dari suspensi reguler, suspensi oral dan parenteral dapat
pula dipreparasi sebagai serbuk kering untuk direkonstruksi dengan pelarut
sebelum diberikan/digunakan oleh pasien. Hal ini antara lain untuk meminimalkan
kecepatan degradasi obat dalam media air. Suspensi untuk aplikasi topikal dapat
berbentuk cairan (misal losion) atau semisolida (misal salap/pasta). Sediaan
suspensi parenteral dapat diformulasikan dengan pembawa minyak (oily) untuk
menunda/memperlama pelepasan obat.

Pada saat ini formulasi obat dalam bentuk suspensi antara lain untuk kelas
terapeutik berikut:

1. Suspensi oral antasida


2. Suspensi oral antibakteri
3. Suspensi oral analgesik
4. Suspensi antelmetik
5. Suspensi oral antikonvulsan
6. Suspensi oral antifungal
7. Suspensi antibiotika kering untuk suspensi oral
8. Suspensi intramuskular antidiare
9. Suspensi intravena antikanker
10. Suspensi intramuskular kontrasepsi
11. Losion topikal untuk berbagai kondisi kulit.

Alasan pengembangan sediaan berbentuk suspensi adalah:

1. Obat (API) tidak larut dalam pembawa/penghantar obat.


2. Untuk menutupi rasa pahit (tidak enak) dari obat.
3. Untuk meningkatkan stabilitas obat/usia guna obat.
4. Untuk mencapai pelepasan obat secara terkendali atau memperlama
pelesapan.

Karakteristik fisika dari suatu suspensi bergantung pada rute sistem


penghantaran obat. Suspensi oral biasnaya mempunyai viskosotas tinggi dan dapat
mengandung konsentrasi tinggi fasa terdispersi. Sebaliknya, suspensi parenteral
biasanya menunjukkan viskositas yang rendah dan mengandung kurang dari 5%
partikel padat tersuspensi.

Stabilitas kimia obat dalam suspensi dikendalikan oleh kecepatan


degradasi obat terlarut (konsentrasi obat terlarut dalam fasa air), bukan oleh
konsentrasi obat dalam formulasi suspensi sebagaimana terlihat pada ekuasi
berikut.

AB padat AB terlarut A+ + B+ (dalam larutan)

Jadi, partikel tersuspensi umumnya hanya terurai dalam larutan dimana


fasa padat secara bertahap melarut dalam larutan. Konsentrasi larutan obat sama
dengan kelarutan obat dalam pelarut. Pelarut obat dalam suatu suspensi mengikuti
kinetika “orde nol” dimana konstanta kecepatan hanya bergantung pada kelarutan
saturasi dari obat dalam larutan. Dengan menurunkan kelarutan obat tersuspensi,
hal tersebut akan menurunkan pula kecepatan degradasi dari obat.

Ketetapan kadar/potensi obat dapat ditingkatkan dengan cara :

1. Pengaturan pH (rentang pH dimana kelarutan obat paling minimal), dan


2. Mengganti obat dengan turunan atau garam yang kurang larut.

BAB II

ISI

A. PROSES MANUFAKTUR
Tahap pertama yang perlu dilakukan sebelum preparasi suspensi
adalah menurunkan ukuran partukel. Obat padat mudah digiling.
Penurunan ukuran partikel menjadi sekitar 50-70 µm, biasanya akan
mendapatkan serbuk yang mengalir bebas. Padatan yang mengandung
partikel lebih kecil dari 50 µm cenderung membentuk agregat atau
aglomerat dalam bentuk kering. Selanjutnya, jika ukuran partikel dibawah
10 – 50 µm, maka terjadi peningkatan energi bebas permukaan, yang
terjadi kohesi partikel halus. Hal ini merupakan faktor penghalang untuk
penurunan permukaan selanjutnya. Serbuk dapat menjadi lembab,
terutama jika ada tendensi menaring kelengasan. Ukuran material
cenderung membesar, mengindikasikan bahwa massa aglomerasi lebih
besar dari individual partikel yang terdapat dalam aglomerat.
Pori di antara partikel sebuk menjadi lebih kecil dengan penurunan
ukuran partikel. Peningkatan luas permukaan akan mempermudah
penetrasi cairan. Agregat berprilaku seperti padat hidrofobik, yaitu
menjerat udara dan menjadi lebih sulit untuk di basahi. Metode paling
efisien untuk menghasilkan partikel halus adalah melalui penggilingan
halus kering sebelum di lakukan manufaktur suspensi. Peralatan dispersi,
seperti penggiling koloid atau penghomogenisasi, biasanya digunakan
pada tahap akhir percampuran suspensi secara bsah untuk memecah
agregat atau aglomerat yang tidak/belum terbasahi secara sempurna.
Berbagai metode untuk menhasilkan partikel halus obat yang cukup
seragam ukurannya diantaranya adalah micro pulverization, fluid energi
grinding, contrilled precipitation, dan spray drying.

Tahap selanjutnya dari proses preparasi suspensi secara skematis


dapat dilihat pada gambar 5.8. Keadaan terflokulasi dapat terjadi melalui 2
cara, yaitu secara langsung melalui pembahasan dan pendispersian partikel
dengan surfaktan pemflokulasi dan pendispersian partikel dengan
surfaktan pemflokulasi yamg sesuai atau secara tidak langsung melalui
pembahasan dan sesuai dan kemudian diflokulasi dengan agen yang
sesuai, seperti koloid hidrofilik atau polielektrolit. Berlawanan dengan
peptisasi atau partikel terdeflokulasi, suspensi terfloklasi yang secara
farmasetik dianggap stabil, selalu dapat diresuspensikan dengan
pengocokan lemah. Sebaliknya, akan terjadi overflokulasi bila dilakukan
penambahan agen pemflokulasi terlalu banyak atau bila terjadi ekspose
lama teradap kondisi ternal. Hal tersebut cenderung menghasilkan sistem
aglomerasi atau koagulasi yag tidak reversibel.
Terminologi plague digunakan untuk mendeskripsikan “plat
algomerat”, sedangkan terminologi koagula dicandangkan untuk massa
oartikel 3 dimensional yang lebih tebal. Tanpa keberadaan koloid
pelindung terjadi proses pertumbuhan kristal yang diindikasikan dengan
tanda panah yang menghubugkannya. Beberapa peneliti mengacu flok
stabil sebagai keadaan terflokulasi parsial. Dapat dikatakan semakin
banyak julah titik kontak antara partikel dengan partikel alam kelompok,
akan semakin besar derajat flokulasi. Sesudah itu, proses dilanjutkan,
aakah akan membuat suspensi terflokulasi atau terdeflokulasi dan apakah
akan memanfaatkan prinsip suspensi dengan pembawa terstruktur,
sementara peralatan produksi sama seperti pada proses manufaktur larutan.
Preparasi suspensi terflokulasi, suspensi farmasi terflokulasi dipreparasi
menurut beberapa metode. Pilihan metode bergantung pada sifat bahan
aktif dan tipe suspensi yang akan dikembangkan. Bahasan berikut
memberikan contoh bagaimana preparasi suspensi dapa dilakukan melalui
rosedur flokulasi terkontrol.

1. Agen pemahasan Tween 80 ( tidak lebih dari 0,1 – 0,2% b/v konsentrasi
akhir) dilartkan dala sekitar setengah volume akhir pembawa air.
Sebagai agen pembasah dapat pula digunakan surfaktan anonik dokusat
natrium. Agen ini peka terhadap pH dan elektrolit.
2. Partikel halus dari bahan aktif obat yan akan disuspensikan, secara hati-
hati ditaburkan secara merata pada permukaan pembawa dan obat
dibasahi tanpa gangguan selama lebih kurang 16 jam (satu malam).
3. Lumpuran bahan aktif dilewatkan melalui ayakan halus untuk
menghilangkan serbuk yang terbasahi sempurna. Hasil yang sama dapat
pula dicapai jika dilewatkan melalui penggiling koloid.
4. Konsetrat lumpuran obat diagitasi secara itenstitif dengan mikser tipe
impeler
5. Flokulasi suspensi
Sejumlah kecil larutan 10% b/v alumuium klorida heksahidrat
ditambahkan tetes demi tetes pada lumuran suspensi bahan aktif obat
dari suatu buret atau pipet penetes sampai titik akhir flokulasi dicapai.
Untuk penentuan titik akhir diambil sejumlah kecil cuplikan dan
dipindahka pada silinder terkalibrasi, dan jumlah takaran yag sama
dimasukan kedalam masing-masin silinder. Selanjutnya, silinder
dikocok itensif dan didiamkan. Cuplkan dengan arsio sedimen tertinggi
terhadap volume total suspensi, menunjukan cairan superatan jernih dan
karakteristik peuangan yang bagus dianggap sebagai titik akhir flokulasi.
Catatan yang perlu diperhatikan adalah penggunaan alumunium klorida
peka terhadap pH. Jika pH alkalin, maka dari alumuium klorida
kemungkinan akan mengendap sebagai alumunium hidroksida.
Valensinya juga berperan. Jika digunakan elektrolit bervalensi dua atau
satu, maka jumlahnya akan jauh lebih besar. Jika obat tidak berhasil
diflokulasi dengan keberadaan ion polivale alumnium atau kalsium,
partikel obat tidak lart air dianggap bermuatan positif, dan prosedur
diulang menggunakan agen emfloklasi ainonik seperti larutan 10% b/v
natrium heksametafosfat atau larutan 10% trinatrium sitrat. Sesudah
jumlah agen pemflokulasi diketahui, untuk bet produksi dibuat
perhitungan yang sesuai.
6. Sesudah ttik akhir flokulasi dicapai, baru ditambahkan kompoen
formulasi lain yang dilarutkan dalam pembawa cair dan lumpuran.
Selanjutnya ditambah air hingga volume akhir tercapai.

Metode lain yang juga banyak dilakukan untuk preparasi suspensi


oral adalah dengan cara mensuspensikan bahan aktif obat dalam larutan
koloidal hidrofilik misal gelatin atau gom atau magma encer bentonit
atapulgit atau magnesium alumunium silikat. Konsentrasi agen
pemfloklasi biasanya berkisar antara 0,1 – 1% dalam air, sorbitol, atau
sirup. Overflokulasi dapat diatasi dengan cara penambahan secara berhati-
hati sejumlah kecil surfaktan yang sesuai atau agen pendeflokulasi
polivalen. Lempung tidak dapat digunakan untuk sediaan injeksi, oleh
sebah itu, ditempuh jalan lain sebagai berikut:

Pertama, berguna utuk mepreparasi suspensi non-caking stabil


dengan cara penitrasian larutan pekat dalam air dari bentuk garam larut
dari obat asidik atau hasidik dengan larutan asam pekat dalam air dari
bentuk garam larut dari obat asidik atau bebas yang tidak larut, diendapkan
pada pH kelarutan minimal dari obat. Konsentrasi larutan pereaksi dan
urutan penambahan dapat divariasikan untuk menghasilkan flok stabil
yamg dapat diterima. Jika perlu, elektrolit yag terbentuk penyaringan
untuk mengatur tonisitas dan atau untuk menjaga stabilitas fisika dan
kimia. Prosedur ini dapat dilakukanpada kondisi aseptik.

Kedua, flok stabil dapat pula dihasilkan dengan cara pendispersian


partikel tidak larut dalam suatu pembawa keruh atau cairan semipolar
diemulsifikasi tetesan cairan menyebabkan tetesan diadsorbsi pada
permukaan partikel obat tidak larut, surfaktan noionik dan pengawet.
Konsentrasi surfaktan dan pengawet yang diperlukan untk pembentukan
kekerhan dapat dikurangi dengan penambahan sejumlah kecil sorbitol
pada pembawa.

Pembawa terstruktur

Cara lain untuk preparasi suspensi stabil didasarkan pada konsep


“pembawa struktur” dimana viskositas sediaan berada pada kondisi statik
dengan geseran sangat rendah selama penyimpanan. Pembawa dikatakan
menunjukan sebagai “badan palsu” yang mampu merpertahankan partikel
tersuspensi pada keadaan kurang lebih membentuk suspensi secara
permanen. Embawa terstuktur dinyatakan tidak sesuai untuk sediaan
suspensi parental karena viskositas tinggi dimana sistem sulit melewati
jarum suntik.

Aliran plastik tipe Bingham


Aliran plastik tipe Bingham dikarakterisasi melalui nilai kebutuhan
untuk melewati ambang stres tertentu, sebelum terjadi aliran. Kebanyakan
suspensi farmasetik memerlukan nilai ambang stres sekurang-kurangnya 2
– 5 Pa. Aliran plastik tipe Bingham ini jarang dihasilkan oleh gom dan
koloid hidrofiik. Carbomer menunukan niai ambang gerak cukup tinggi
pada konsentrasi larutan rendah dan visositas rendah untuk menghasilkan
suspensi stabil. Carbomer menstaratkan pH antara 6 dan 8 untuk kinerja
suspensi secara maksimal. Polimer inkompatibel dengan resin kationik,
beberapa ion polivalen, dan konsentrasi tinggi elektrolit.

Aliran tiksotropik

Tiksotropik adalah sifat reologi yang menghasilkan ambang stres


pada keadaan pendiaman. Aliran tiksotropik didefinisikan sebagai suatu
transisi reversibel, tergantung waktu, dan isoternal gel sol. Sistem
tisotropik ini menunjukan aliran yang mudah pada kecepatan geser relatif
tinggi. Hanya saja bila tekanan geser dihilangkan, sistem secara perlahan-
lahan membentuk kembali suatu pembawa terstruktur. Sifat tiksotropik
dari penguraian dan pembangunan flokulasi akibat pengaruh tekanan.

Basis emulsi

Basi berbentuk emulsi dapat dimanfaatka untuk membentuk


struktur false body dalam sistem suspensi, luas digunakan baik untuk
sistem farmasi maupun kosmetika. Sistem berbentuk emulsi encer tidak
sering digunakan untuk tujuan suspensi, karena berpotensi memiliki
kompleksitas yang akan terjadi pada saat pencampuran sistem emulsi dan
suspensi. Partikel oba tidak larur didispersikan kedalam komponen primer
emulsi sebelum diencerkan dengan komponen pembawa lain. Selain itu,
agen pengemulsi yang menunjukan aliran plastik dan tiksotropik harus
dapat dapat diterima dalam sifat formulasi secara keseluruhan.
Evaluasi sediaan suspensi

Pokok bahasan selanjutnya akan menguraikan tentang metode


pengjian. Kriteria kinera berikut bermanfaat untuk menentukan stabilitas
sistem terflokulasi dari sistem dispersi.

1. Tampilan
Tampilan dalam gelas ukur silinder berskala atau kontener gelas
tranparan.
2. Warna, bau dan rasa
Karakteristik ini penting pada suspensi yang dberikan secara oral.
Variasi warna mengidikasikan distribusi yang buruk dan perbedaan
ukuran partikel. Variasi rasa terutama konstituen aktif sering disebabkan
oleh perubahan ukuran partikel, bentuk kristal dan disolusi partikel.
Perubahan warna, bau, dan rasa dapat pula mengindikasikan ketidak
stabilan kimia.
3. Pengujian foto mikroskopik
Mikroskop dapat digunakan untuk memperkirakan dan mendekteksi
memperkirakan dan mendeteksi perubahan distribusi ukuran partikel dan
bentuk kristal. Kegunaanya dapat ditingkatkandengan memasang
kamera tipe polaroid pada mikroskop sehingga memungkinkan untuk
melakukan proses secara cepat, misanya dapat digunakan untuk
membedakan antara partikel terflokulasi dan partikel nonflokulasi dan
untuk menentukan perubahan sifat-sifat fisika dan stabilitas. Jumlah
contoh yang diuji harus mencukupi.
4. Penentuan kecepatan sedimentasi, volume sedimen dan
resuspendabilitas. Sampel tidak mahal dimasukan kedalam silinder kaca
berkalibrasi yang digunakan untuk menentukan stabilitas fisika susensi.
Dapat pula igunakan untuk menentukan kecepatan sedimentasi dari
suspensi terflokulasi dan terdeflokulasi. Tinggi sedimen yang terbentuk
ditentukan sebagai fungsi waktu, dan pengujian kecepatan sedimentasi
diulangi secara periodik selama penyimpanan. Volume sedimen pada
esetimbangan harus cukup besar untuk menunjang resuspensi yang sama
dengan agitasi cukup itensif. Volume sedimen kesetimbangan harus
sama dan reprodusibel antara suatu bets dengan bets selanjutnya.
Labu ukur volumetrik berbentuk silinder digunakan untuk menentukan F
atau rasio flokulasi, suatu angka yang merepresentasikan perbandingan
volume. Labu ukur silinder yang digunakan harus uup lebar untk
mengatasi “efek dinding” yang sering memperngaruhi kecepatan
sedimentasi dan kesetimbangan volume sedimen dari suspensi
terflokulasi. Labu ukur silinder berukuran diameter kecil menunjukan
tendensi mempengaruhi suspensi karena forsa adhesif diantara
permukaan dala kontener dan partikel tersuspensi.tinggi sedimen yang
terbentuk ditentukan sebagai fungsi waktu, dan pengujian kecepatan
sedimentasi di ulangi secara periodik selama penyimpanan. Volume
sedimen pada kesetimbangan harus cukup besar untuk menunjang
resuspensi yang sama dengan agitasi cukup intensif. Volume sedimen
kesetimbangan harus sama dan reprodusibel antara suatu bets dengan
bets selanjutnya. Labur ukur volumetrik berbentuk silinder digunakan
untuk menentukn F atau rasio flokulasi, suatu angka yang
mempresentasikan perbandingan volume sedimen terhadap volume asal
suspensi pada waktu tertentu. Diunakan untuk mengukur derajat
flokulasi dan stabilitas fisika suspensi. Labu ukur silinder yang
digunakan harus cukup lebar untuk mengatasi “efek dinding” yang
sering mempengaruhi kecepatan sedimentasi dan kesetimbangan volume
sedimen dari suspensi terflokulasi. Labu ukur silinder berukuran
diameter kecil menunjukan tendensi mempengaruhi suspensi karena
forsa adhesif di antara permukaan dalam kontener dan partikel
tersuspensi.
5. Viskositas
Pada saat ini telah tersedia berbagai alat viskometer, diataranya Rheomat
yang dihubungkan dengan alat perekam sehingga hasil pengujian
tersedia dalam bentuk kurva dan dilengkapi pula dengan tunggas air
yang dihubungkan dengan termostat sehingga temperatur pengukuran
secara pasti dapat di monitor. Saat ini industri di Indonesia banyak
memakai Viskometer Brookfield yang beruna karakterisasi sifat dan
stabilitas suspensi terflokulasi.
Viskomter in harus di kalbrasi secara rutin untuk mengukur viskositas
tampak (apparent) dari suspensi pada kesitimbangan suhu tertentu untuk
menetapkan reprodusibilitas suspensi. Viskositas tampak, seperti pH,
adalah terminologi ekspnnsial dan log-viskositas tampak merupakan
cara yang sesuai untuk melaporkan hasil.

Catatan: pada alat reomat, rekaman hasil sudah berupa kurva.

6. Bobot jenis
Bobot jenis suatu suspensi merupakan parameter penting. Penurunan
bobot jenis sering merupakan indikasikeberadan udara (gelembng) yang
terperankap dalam struktur suspensi. Pengukuran bobot jenis pada
temperatur tertentu harus dibuat dengan baik dan uniform menggunakan
fasilitas hidrometer presisi untuk pengukuran.
7. pH
Pengukuran pH suspensi harus dilakukan pada temperatur tertentu dan
dilakukan hanya sesudah tercapai kesetimbangan untuk meminimalkan
penyimpangan pH dan penyalutan permukaan elektroda dengan partikel
tersuspensi. Elektroda jangan ditambahkan pada fasa luar suspensi untuk
menstabilkan pH karena elektrolit netral mengganggu stabilitas fisika
suspensi.
8. Siklus beku – cair (freeze – Thaw)
Merupakan panduan berguna untuk evaluasi stabilitas fisika dari
suspensi. Jika siklus beku – dingin atau ekspose temperatur lebih tinggi
dipilih untuk pengujian stabilitas, maka sampel yang berdekatan perlu
diikut sertakan dalam protokol pengujian sebagai permbanding karena
suspensi farmasi tidak lazim didesain untuk menghadapi temperatur
ekstrem selama penyimpanan
9. Keseragaman kandungan obat
Prosedur pengujian penting dilakukan, baik dengan unit penggunaan
volume maupun dengan pengambilan sampel dari kontener yang
dicampur baik diambil dari bagian atas, tengah, maupun dari bawah
suspensi.
10. Uji disolusi
Cara pengujian penting berkembang terus. Pada saat ini pendekatan
yang dilakukan adalah merendam sejumlah kecil suspensi yang
diketahui dalam membran durapore berupa katong tertutup dengan
porositas yang sesuai, seperti kantong teh dayung USP. Cara pengujian
harus dilakukan secara eksperimental untuk mencari kondisi agar
dicapai hasil yang reprodusibel.
11. Pengukuran partikel
Saat ini disadari betapa pentingnya distribusi ukuran partikel dalam
pengertian karakterisasi partikel dan pengujian stabilitas fiska. Saat ini
sedang dikembangkan metode pancaran cahaya untuk pendekteksian
partikel yang dinamakan photo correlation spectroscopy. Metode PCS
dapat diaplikasikan, baik pada mikro maupun nanosuspensi. Informasi
yang didapat dari penggunaan peralatan tersebut meliputi ukuran
partikel purata, distribusi ukuran partikel, konsentrasi partikel, perkiraan
berat molekular, polidipersitas, betuk partikel, antraksi hidrodinamika,
dan mekanisme agregas. Sebagai tambaha, ada beberapa opsi
eksperimental yang tersedia hanya utuk pengukuran partikel. Cara
tersebut meliputi single particle optical sensing, difraksi laser dan
peredaman.
BAB III

PENUTUP

Jadi suspensi farmasetik (umumnya) adalah dispersi kasar dari partikel


padat tidak larut dalam medium cair. Diameter partikel dalam suspensi biasanya
lebih besar dari 0,5 µm. Hanya saja adakalanya sulit dan tidak praktis untuk
menetapkan batasan yang tajam di antara suspensi dan dispersi yang mempunyai
partikel lebih kecil dari 0,5 µm, yang dapat menunjukkan beberapa karakteristik
topikal dispersi koloidal, seperti gerakan Brown.
DAFTAR PUSTAKA

Agoes, Goeswin. 2012. Sediaan Farmasi Likuida-Semisolida (SFI-7). Penerbit


ITB:Bandung

Anda mungkin juga menyukai