Anda di halaman 1dari 4

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Bagaimana Kronologis Sengketa Merek Dagang Terkait Merek


“Superman” yang dimiliki DC Comics dan PT. Marxing Fam Makmur.
Merek merupakan suatu tanda yang dikenakan oleh pengusaha pada
barang yang dihasilkan sebagai tanda pengenal, ataupun cap yang menjadi
pengenal atau sebagai pembeda untuk menyatakan nama dan sebagainya.
Dalam pembahasan ini kelompok kami ingin memberitahu bagaimana
kronologinya yang terjadi dalam kasus pelanggaran merek “superman” ini.
Superman merupakan tokoh super hero fiksi berciri khas dengan lambang S
di dadanya yang muncul dalam komik Amerika yang diterbitkan oleh DC
Comics pada tahun 1938 sebagai tahun kerilisan pertama dari tokoh
superman tersebut. Sehingga DC Comics mengembangkan bisnisnya tersebut
mulai dari komik dan film-film menjadi berbagai jenis produk contohnya
seperti menjual berbagai jenis barang-barang konsumen di berbagai industri
tas-tas, pakaian, makanan, alat tulis dan lainnya dengan merek superman
tersebut. Sehingga tenarnya dari tokoh superman tersebut menjadi inspirasi
dari pengusaha untuk menggunakan tokoh superman sebagai merek yang
awalnya dimiliki oleh orang Sutien Susilawati yang dijual kepada perusahaan
asal Surabaya yaitu PT Marxing Fam Makmur yang merupakan pemegang
merek Superman yang mendapat sertifikat merek dari Kementerian Hukum
dan Hak Asasi Manusia (HAM) pertama pada 1993 untuk kode kelas 30 dan
34. Sebagaimana tercantum di situs Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual
(DJKI), Kemenkumham. Yang dimana Kode kelas 30 dan 34 merupakan
kategori untuk jenis biscuit, wafer, roti, kerupuk, bihun, mie, kopi, teh,
sereal,serta kembang gula. PT Marxing kemudian bekerja sama dengan PT
Siantar Top untuk memproduksi wafer cokelat merek Superman itu. Sejak
1993, tidak ada masalah berarti terkait merek dagang wafer cokelat Superman.
Di Indonesia, nama wafer Superman semakin melegenda.
Kasus ini bermula saat DC Comics mengetahui bahwa merek
superman telah digunakan oleh perusahaan dari Surabaya tersebut
menggunakan merek superman sebagai merek untuk wafer atau biscuit yang
dijual dipasar Indonesia, sehingga DC Comics mengajukan gugatan kepada
perusahaan asal Surabaya tersebut ke Pengadilan Niaga yang terletak di
Jakarta Pusat untuk membela hak nya sebagai pencipta dari tokoh superman
tersebut. Gugatan yang diajukan tersebut merupakan gugatan yang berkaitan
dengan pembatalan merek oleh DC Comics untuk merek Superman, ataupun
Logo S, serta Superman dan lukisan yang didaftarkan Marxing di Dirjen
Kekayaan Hak Intelektual Kemkumham diajukan pada 3 April 2018 di
Pengadilan Niaga Jakarta Pusat dengan nomor perkara
17/Pdt.SusHKI/Merek/2018/PN Niaga Jkt.Pst. Dalam isi putusan pengadilan
negeri yang merupakan kasus yang diangkat dalam tulisan ini berisi menolak
gugatan yang diajukan dengan nomor gugatan 17/Pdt.Sus-
Merek/2018/PN.Niaga.Jkt.Pst dengan putusannya yaitu dalam eksepsi berupa
mengabulkan eksepsi tergugat dan turut tergugat PT Maxing Fam Makmur
untuk sebagian dan dalam pokok perkara berisi menyatakan gugatan
penggugat tidak dapat diterima disebut juga dalam Bahasa asing niet on
vanklicht verklaard sehingga pembebanan biaya perkara diberikan kepada
penggugat yaitu DC Comics sebesar Rp.1.066.000 terbilang satu juta enam
puluh enam ribu rupiah. Tidak terima, DC Comics mengajukan upaya hukum
lain hingga tahap kasasi pada Desember 2018. Di tingkat kasasi yang terdapat
dalam perkara bernomor 1105 K/Pdt.Sus-HKI/2018, hakim menetapkan
putusan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat sudah benar. Dengan kata lain, DC
Comics kalah lagi. Hakim menilai gugatan DC Comics "kabur dan tidak jelas"
dan memutuskan "menolak permohonan kasasi dari pemohon kasasi DC
Comics tersebut" serta menghukum mereka untuk membayar biaya perkara
senilai Rp 5 juta.

Satu setengah tahun kemudian, tepatnya pada Rabu (27/5/2020), DC


Comics kembali mengajukan gugatan Hak Kekayaan Intelektual ke
Pengadilan Negeri Jakarta Pusat. Kali ini DC Comics beruntung. Mereka
menang. Pada Rabu (25/11/2020), Pengadilan Negeri Jakarta Pusat
memutuskan "mengabulkan gugatan Penggugat seluruhnya." Berikut isi
putusan majelis hakim Pengadilan Niaga Jakarta Pusat atas gugatan DC
Comics melawan PT Marxing Fam Makmur:.

1. Mengabulkan gugatan Penggugat seluruhnya;


2. Menyatakan merek terdaftar “SUPERMAN” milik Penggugat sebagai
merek terkenal (well-known mark). 
3. Menyatakan Penggugat sebagai pihak yang berhak atas merek
“SUPERMAN” di Indonesia. 
4. Menyatakan merek terdaftar “SUPERMAN” Nomor Pendaftaran
IDM000374439 di Kelas 30, dan Merek terdaftar “SUPERMAN”
Nomor Pendaftaran IDM000374438 di Kelas 34 atas nama PT.
Marxing Fam Makmur (Tergugat) telah didaftarkan atas dasar unsur
itikad tidak baik. 
5. Menyatakan batal pendaftaran merek “SUPERMAN” Nomor
Pendaftaran IDM000374439 di Kelas 30, dan pendaftaran merek
“SUPERMAN” Nomor Pendaftaran IDM000374438 di Kelas 34 atas
nama PT. Marxing Fam Makmur (Tergugat) dengan segala akibat
hukumnya. 
6. Memerintahkan Panitera Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri
Jakarta Pusat  untuk menyampaikan Salinan Putusan ini kepada Turut
Tergugat agar melaksanakan pembatalan pendaftaran merek terdaftar
“SUPERMAN” Nomor Pendaftaran IDM000374439 di Kelas 30, dan
merek terdaftar “SUPERMAN” Nomor Pendaftaran IDM000374438 di
Kelas 34 atas nama Tergugat (PT. Marxing Fam Makmur) dari Daftar
Umum Merek dan mengumumkannya dalam Berita Resmi Merek.

Walau menang di tingkat Pengadilan Niaga Jakarta Pusat, putusan


tersebut belum berkekuatan hukum tetap atau inkrah. Masih tersedia ruang
untuk mengajukan kasasi dan peninjauan kembali (PK) ke Mahkamah
Agung (MA) bagi pihak yang tak puas atas putusan tersebut.

Anda mungkin juga menyukai