Anda di halaman 1dari 100

HUKUM MEREK

(TRADE MARKS)

M. Hawin
Fakultas Hukum
Universitas Gadjah Mada
PERATURAN
 UU Merek dan IG 2016
UU Merek 1961 UU Merek 1992 UUMerek 2016
dan UU Merek
2001

-The first to use -The first to file -The first to file


system; system; system;

-Huruf-huruf dan -Huruf-huruf dan Huruf, angka, logo


dlm bentuk 2 (dua)
angka- angka tdk angka-angka bisa dimensi dan/atau 3
dilindungi; didaftarkan sebagai (tiga) dimensi, suara,
hologram,
merek.
Perbandingan
The first to use system The first to file system
-Yang berhak adalah siapa yg -Yang berhak adalah
pertama kali menggunakan. siapa yg pertama kali
- Pendaftaran hanyalah mendaftarkan.
menciptakan “rebuttable
presumption of first use.” -Alasan:
- Alasan di AS:
Untuk lebih
1. Nilai merek tidak melebihi menciptakan kepastian
daripada yang disimbolkan. hukum; the first to use
2. Tanpa penggunaan tidak ada system kurang/tidak
yang disimbolkan; tidak ada menjamin kepastian
goodwill. hukum.
Definisi Merek
 Merek:
“tanda yang dapat ditampilkan secara grafis berupa
gambar, logo, nama, kata, huruf, angka, susunan
warna, dalam bentuk 2 (dua) dimensi dan/atau 3 (tiga)
dimensi, suara, hologram, atau kombinasi dari 2 (dua)
atau lebih unsur tersebut untuk membedakan barang
dan/atau jasa yang diproduksi oleh orang atau badan
hukum dalam kegiatan perdagangan barang dan/atau
jasa.” (Pasal 1 angka 1 UU Merek 2016).
Bandingkan Section 6 of Australia’s Trade Marks Act 1995:
“Sign includes the following or any combination of the
following, namely, any letter, word, name, signature,
numeral, device, brand, heading, label, ticket, aspect of
packaging, shape, colour, sound or scent”.
Jenis Merek
 Merek Dagang (trademark): “Merek yang digunakan pada barang
yang diperdagangkan ... untuk membedakan dengan barang-barang
sejenis lainnya.”
 Contohnya: “ Sony”, “Panasonic”, dll
 Bandingkan dengan ketentuan dalam the Lanham Act (AS):
“Trademark includes any word, name, symbol, or device, or any
combination thereof – (1) used by a person, or (2) which a person has
a bonafide intention to use in commerce and applies to register on the
principal register ... to identify and distinguish his or her goods,
including a unique product, from those manufactured or sold by
others and to indicate the source of goods, even if that source is
unknown.”
Jenis merek (continued)
 Merek Jasa (Service Mark) : “Merek yang
digunakan pada jasa yang diperdagangkan ...
untuk membedakan dengan jasa-jasa sejenis
lainnya.”
 Contohnya: “Mandiri”, “ Bumiputra”, dll
 Merek Kolektif (Collective Mark): “Merek
“ yang
digunakan pada barang dan/atau jasa
dengan karakteristik yang sama mengenai
sifat, ciri umum, dan mutu barang atau
jasa serta pengawasannya yang akan
diperdagangkan oleh beberapa orang atau
badan hukum secara bersama-sama untuk
membedakan dengan barang dan/atau jasa
sejenis lainnya.”

 Berikan contoh .... !


 Apakah istilah atau kata geografis bisa didaftarkan?
Misalnya: “American Watch” untuk jam tangan,
“Kue Yogyakarta” untuk roti, “American Beauty”
untuk mesin jahit.
 Dalam kasus Singer v. Birginal-Bigsby (1963):
Singer berhasil menggagalkan merek “American
Beauty” untuk mesin jahit yang diproduksi di
Jepang. Alasannya: merek “American Beauty”
merupakan “geographically deceptively
misdescriptive” sehingga bisa menipu konsumen
karena menyangka diproduksi di AS dan merugikan
Singer yang memproduksi mesin jahit di AS.
 Apakah nama keluarga (surname) bisa dipakai
sebagai merek?
 Berikan contoh.....
Syarat Merek di Indonesia
1. Digunakan dalam kegiatan perdagangan (used in
the course of trade).
 Pada Pasal 1 UU Merek 2016 dinyatakan:
“membedakan barang dan/atau jasa yang
diproduksi oleh orang atau badan hukum
dalam kegiatan perdagangan.”

 Berarti dapat ditafsirkan bahwa menurut UU ini,


merek harus digunakan walaupun bukan pada saat
didaftarkan.
 Bandingkan the Australian Trade Mark Act 1995
(Cth) “sign used or intended to be used …”
 Pasal 74
(1)Penghapusan Merek terdaftar dapat pula
diajukan oleh pihak ketiga yang
berkepentingan dalam bentuk gugatan ke
Pengadilan Niaga dengan alasan Merek
tersebut tidak digunakan selama 3 (tiga)
tahun berturut-turut dalam perdagangan
barang dan/atau jasa sejak tanggal
pendaftaran atau pemakaian terakhir.
 Bandingkan juga dengan ketentuan dalam the
Lanham Act (AS): “Trademark includes any
word, name, symbol, or device, or any
combination thereof – (1) used by a person, or
(2) which a person has a bonafide intention to
use in commerce and applies to register on the
principal register ...
Pengertian “Menggunakan” (use) merek
 Tidak dijelaskan dalam UUMerek 2016.
 Dalam kasus di AS, Blue Bell, Inc v. Farah MFG. Co (1975):
 Merek harus ditempel pada barang yang diperdagangkan.
 Pengiriman barang-barang yg ditempeli merek oleh pemilik merek
secara internal dan tidak terbuka (undisclosed) kepada beberapa
sales managernya tidak memenuhi pengertian “penggunaan”
(“use”).
 Untuk dikatakan menggunakan merek, penjualan harus dilakukan
kepada publik (konsumen secara umum). Hal ini karena fungsi
merek adalah agar konsumen bisa membedakan (distinguish)
antara barang satu dengan barang yang lain. Di samping itu, agar
orang lain tidak menggunakan merek yang sama.
 .
 Pasal 45 Lanham Act: “a mark shall be deemed to
be in use in commerce ...
(1) on goods when – (a) it is placed in any manner on the
goods or their containers or the displays associated
therewith or the tags or labels affixed thereto or ... on
documents associated with the goods or their sale, and
(b) the goods are sold or transported in commerce.
(2) on services when it is used or displayed in the sale or
advertising of services and the services are rendered in
commerce .....
 Bagaimana dengan penggunaan merek untuk jasa?
 Dalam UU Merek kita tidak dijelaskan.
 Di AS, dalam kasus In Re Canadian Pasific Limited
(1985) dinyatakan bahwa: pemberian jasa harus kepada
orang lain (publik). Pemberian jasa kepada orang-orang
dalam perusahaan tidak dianggap sebagai penggunaan
merek jasa. Maka merek Canadian Pasific Enterprises
Limited (yang hanya memberikan jasa kepada pemegang
sahamnya berupa dividend reinvestment plan) tidak bisa
didaftarkan sebagai merek.
Bagaimana dengan penggunaan nama
samaran (nickname)
 Misalnya dulu Coca-Cola, dijuluki Koke (Coke). Apakah
Koke (Coke) harus digunakan oleh Pemilik merek Coca-
Cola untuk mendapat perlindungan?
 Dalam kasus the Coca-Cola Co. V. Busch (1942) pemilik
merek Coca-Cola tidak harus menggunakan Koke (Coke)
untuk mendapat perlindungan. Artinya, orang lain tidak
boleh menggunakan Koke (Coke) karena julukan ini
dianggap hanya dimiliki oleh pemilik merek Coca-Cola.
Hal ini karena penggunaan Koke (Coke) oleh orang lain
akan membingungkan atau menipu publik.
 Berikan contoh yang lain .....
 Lebih lanjut ttg pengertian “use”, baca kasus
Zahu Designs v. L’Oreal, S.A (1992)
Intention to use
Baca kasus di Australia: Imperial Group Ltd v. Philip
Morris (1980) FSR 146 Chancery division.
Imperial Group (penggugat) ingin mendaftarkan merek “Merit” di
kantor merek Australia, tapi ditolak. Akhirnya, tahun 1974,
mendaftarkan merek “Nerit” untuk produk rokok.
1975: Philip Morris (tergugat) menggunakan merek “Merit” untuk
produk rokok di AS.
1975: penggugat juga menjual dalam jumlah terbatas rokok dengan
merek “Nerit” untuk mempertahankan pendaftarannya.
Sep 1976: tergugat menjual rokok “Merit” di UK.

Jan 1977: penggugat menjual rokok “Nerit” dalam jumlah banyak .

Maret 1977: penggugat menuntut pelanggaran merek. Namun, tergugat


membela dengan menyatakan bahwa merek penggugat (“Nerit”) batal
karena didaftarkan tanpa adanya “bonafide intention to use.”
Imperial Group Ltd (lanjutan):
- “bonafide” berarti “honest” (jujur), “genuine”
(murni) dan “commercial.”
- Hakim menyatakan: “it is clear from those findings
that the plaintiffs never intended to, and never did,
use “Nerit” as a genuine commercial trade mark for
a brand of cigarettes; the sole purpose of registering
and using “Nerit” was to acquire a monopoly right
to use the unregistrable name “Merit” and to
prevent anyone else from using that name. In my
judgement, such an intention, and such use, were
not ‘bona fide’ .....”
 Kesimpulan:
 Intention to use harus “bonafide”, yakni bahwa
pemilik merek harus honest (jujur) , menggunakan
mereknya secara genuine (tujuan murni) dan
komersial.
 Bagaimana di Indonesia?
 Pasal 1 angka 1 tidak mensyaratkan “digunakan” pada
waktu pendaftaran, dan dalam praktek banyak yang tidak
digunakan pada waktu didaftarkan, tetapi digunakan
setelah didaftarkan. Berarti, dalam praktek, “intent to
use” juga diakui di Indonesia.
 Berdasarkan Pasal 74 (1) UU Merek 2016, merek yang
tidak digunakan “secara berturut-turut” selama 3 tahun
sejak pendaftaran (atau pemakaian terakhir), dapat
dihapus oleh Dirjen HKI. Berarti “intent to use” harus
direalisasikan oleh pemilik merek paling lama 3 tahun
setelah pendaftaran dan harus “secara berturut-turut.”
 Apa arti “secara berturut-turut”? Apakah sama
atau mirip dengan “bonafide” menurut hukum
Australia? Apakah sama dengan “commercial”?
 Apakah “honest” dan ‘genuine” sama dengan
“iktikad baik” menurut Pasal 21 (3) UU Merek
2016?
 Apakah ada ketentuan lain dalam UU Merek
yang relevan dengan hal ini?
Syarat Merek (lanjutan)
2. Memiliki daya pembeda (distinctive): harus
bisa membedakan produknya dengan produk
merek lain.
Penjelasan Pasal 20 huruf e: “Tanda dianggap
tidak memiliki daya pembeda apabila tanda
tersebut terlalu sederhana seperti satu tanda
garis atau satu tanda titik, ataupun terlalu rumit
sehingga tidak jelas.”
 Distinctive = tidak hanya deskriptif
 Deskriptif = menjelaskan produknya, misalnya:
kandungannya, kualitasnya, atau karakteristiknya.
 Di AS, merek yang deskriptif bisa didaftarkan
apabila memiliki secondary meaning.
 Di Indonesia, merek yang diskriptif bisa
didaftarkan apabila direkayasa, seperti dibuat
artistik, dikombinasikan dengan warna-warna dan
atau gambar.
 Contoh merek yang deskriptif:
 “Super”, “Premium”.

 Tapi “Supermi” sudah menjelma menjadi merek


(the word has become a trade mark principle )
karena bentuk tulisannnya (Keputusan PN Jakpus
No. 904/1970, 30 Jan 1971). Dengan kata lain
Supermie sudah menjadi distinctive atau
memperoleh secondary meaning, yakni
menunjukkan produk mie dari produsen tertentu,
bukan produk mie secara umum.
 Juga “Premium” diterima sebagai merek (PN
Istimewa Jakarta, No. 2/1970, 1 April 1970).
 Juga “Aqua” (MA No.980K/Pdt/1990, 30
Maret 1992: kata “aqua” dikenal sebagai
sebuah nama air mineral hanya setelah merek
“Aqua” dipasarkan di Indonesia).

 Di samping itu, merek Aqua tidak hanya kata


“aqua” saja, tapi dikombinasikan dengan
warna-warna tertentu dan kekhasan tulisannya.
 Baca kasus Union Carbide Corp v. Ever-Ready, Inc
(1976):
 Salah satu cara untuk mengetes apakah suatu tanda deskriptif atau
tidak adalah apakah pesaing kemungkinan harus menggunakan
tanda tersebut dalam mereknya untuk menjelaskan produknya.
 Semakin banyak imaginasi (pemikiran) yang dibutuhkan untuk
mengasosiasikan (menghubungkan) suatu tanda dengan
produknya, maka akan semakin sedikit kemungkinan pesaing
menggunakan tanda tersebut untuk menjelaskan produknya.
 Tanda “ever” dan “ready” adalah deskriptif (sugestif) untuk
produk baterai sehingga tidak bisa dipakai sebagai merek. Tapi,
setelah digabung menjadi “eveready” maka bisa menjadi merek
(bandingkan dengan ‘Supermie”).
 Merek “Eveready” telah memperoleh
secondary meaning (distinctive).
 Untuk menjadi distinctive, tidak harus ada tes
bahwa publik harus tahu nama produsen yang
mempunyai merek tersebut, tapi cukup bahwa
publik tahu atau sadar produk tersebut berasal
dari sumber tertentu.
 Beberapa faktor untuk mengetes apakah merek
deskriptif telah menjadi distinctive:
 Jumlah, biaya dan cara promosi yang dilakukan;
 Volume penjualan;

 Jangka waktu dan cara penggunaan merek


tersebut;
 Kesaksian / pernyataan dari konsumen; dan

 Survey kepada konsumen.


Klasifikasi kata yang dipakai sebagai merek
(Big O Tire Dealers v. The Goodyear Tire
(1976)
1. Coined words = kata yang diciptakan, misalnya “Exxon”
untuk merek perusahaan minyak. Kata ini tidak mempunyai
arti; dibuat hanya untuk merek, maka paling distinctive.
2. Fanciful word = kata yang diciptakan, tapi masih mempunyai
hubungan dengan kata yang lain. Contohnya FAB untuk
deterjen. Kata ini adlah singkatan dari “fabulous.”
3. Arbitrary word = kata yang biasa digunakan, tetapi digunakan
untuk merek barang yang tidak berhubungan dengan kata-
kata tersebut. Kata-kata tersebut tidak menjelaskan
produknya. Misalnya: Old Crow untuk merek whiskey. Ivory
untuk merek sabun
Klasifikasi kata ...(lanjutan)
4. Suggestive word = kata yang memberikan sugesti
kepada produknya namun tidak menjelaskan (tidak
deskriptif) produknya. Membutuhkan imaginasi
untuk menghubungkan tanda dengan produknya.
Contoh: merek “Stronghold” untuk paku.
“Eveready” untuk baterai. Apakah Goodyear untuk
ban termasuk?
5. Descriptive word = kata yang secara langsung
menjelaskan bahan, kualitas, dan sifat produknya.
Contoh: “Enak”, “Manis” untuk susu.
Klasifikasi kata ...(lanjutan)
6. Generic word= kata yang merupakan nama
dari produk. Publik menganggap kata tersebut
sebagai nama barang atau jasa, bukan sebagai
indikasi sumber. Misalnya: “Butter” untuk
merek keju. “Aqua” untuk merek air minum.
 Coined word, fanciful word dan arbitrary word
dianggap distinctive (memiliki daya pembeda)
 Suggestive word dan descriptive word
dianggap tidak distinctive. Namun, bisa
menjadi distinctive apabila beberapa
faktor/syarat tersebut di atas terpenuhi.
Fungsi Merek
 Badge of origin;

 Indication of Quality;

 Form of protection;

 Badge of control? --- kontroversial.


 Badge of control >< the
“exhaustion” doctrine.
Badge of origin
 Merek berfungsi sebagai tanda asal barang.
 Merek “Sony” berfungsi untuk menunjukkan
bahwa produknya berasal dari perusahaan ttt.
Namun, konsumen tidak harus tahu secara
pasti dari mana produk tersebut. Yang penting
berasal dari produsen tertentu.
Indication of quality
 Merek berfungsi sebagai indikasi kualitas.
Kalau konsumen ingin membeli handycam
yang berkualitas, mereka akan memilih produk
merek “Sony” atau “Panasonic” dst. Hal ini
berarti merek mengurangi search cost bagi
konsumen.
Form of protection
 Merek berfungsi sebagai bentuk perlindungan:
 Bagi produsen: agar tidak dirugikan oleh produsen
lain, agar investasi yang dikeluarkan tidak sia-sia.
 Bagi konsumen: dilindungi dari pemilihan produk
yang salah.
Badge of control ?
 Merek merupakan tanda kontrol. Artinya,
memberikah hak kepada pemilik merek untuk
mengontrol ke arah mana barang yang
ditempeli merek bisa dijual/ dipasarkan.
 Ini masih kontroversial bagi beberapa negara.
 Ada negara yang menganut ada yang tidak.
 Badge of control sering dipertentangkan
dengan badge of origin. Artinya: kalau negara
menganut badge of origin, berarti merek tidak
berfungsi sebagai badge of control, dan
sebaliknya.
Hak-Hak Pemilik Merek
 Hak atas Merek: “hak eksklusif yang diberikan
oleh Negara kepada pemilik Merek yang
terdaftar untuk jangka waktu tertentu …
menggunakan sendiri Merek tersebut atau
memberikan izin kepada pihak lain untuk
menggunakannya”. (Pasal 1 angka 5 UU
Merek 2016).
Hak-Hak Pemilik Merek (lanjutan)
1. Menggunakan sendiri mereknya;
2. Memberikan lisensi (izin) kepada orang
lain untuk menggunakan;
3. Hak untuk mengalihkan (assignment)
kepada orang lain;
4. Melarang orang lain untuk menggunakan.
Lisensi (Pasal 42)
 Eksklusif;
 Tidak eksklusif :
 Jenis barang/jasa tertentu di Indonesia; dan/atau
 Untuk wilayah tertentu.
Contoh lisensi kpd orang lain
 Apakah pemilik merek yang melisensikan
mereknya kepada pihak lain boleh tidak
menggunakan sendiri?
 Pasal 44:
“Penggunaan Merek terdaftar di wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia oleh penerima
Lisensi dianggap sama dengan penggunaan
Merek tersebut di wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia oleh pemilik Merek. ”
Bandingkan dengan di Australia. Baca kasus:
Re Trade Mark “Holly Hobbie (1984) IPR 486
House of Lords:

a. “the object of the law is to preserve for a trader the


reputation he has made for himself, not to help him in
disposing of that reputation as of itself a marketing
commodity, independent of his goodwill, to some other
trader. If they were allowed, public would be misled,
because they might buy something in the belief that it
was the make of a man whose reputation they knew,
whereas it was the make of someone else.”
b. Trade mark “trafficking” tidak boleh kecuali
ada hubungan dagang antara pemilik merek
dan penerima lisensi. Jadi, tanpa adanya
“hubungan” semacam ini, penggunaan oleh
penerima lisensi tidak menghilangkan
kewajiban pemilik merek untuk
menggunakan mereknya. Apa yang dimaksud
dengan “hubungan” tersebut?
Apakah dengan franchise sudah tercipta
“hubungan” tersebut?
Lisensi dan Fair Competition
Pasal 42 (6):

Perjanjian Lisensi dilarang memuat


ketentuan baik yang langsung maupun tidak
langsung yang menimbulkan akibat yang
merugikan perekonomian Indonesia atau
memuat pembatasan yang menghambat
kemampuan bangsa Indonesia dalam
menguasai dan mengembangkan teknologi.
 Grant-back licence
Lisensi dan fair competition (lanjutan):

Pasal 41(2):
“Pengalihan hak Merek terdaftar oleh Pemilik Merek
yang memiliki lebih dari satu Merek terdaftar yang
mempunyai persamaan pada pokoknya atau
keseluruhannya untuk barang dan/atau jasa yang sejenis
hanya dapat dilakukan jika semua Merek terdaftar
tersebut dialihkan kepada pihak yang sama.”

Apakah ketentuan tsb berlaku untuk lisensi yang


eksklusif?
Pengalihan Hak atas Merek
Terdaftar
 Dapat dialihkan karena:
a. pewarisan;
b. wasiat;

c. wakaf;

d. hibah;

e. perjanjian; atau

f. sebab lain yang dibenarkan oleh


peraturan perundang-undangan.
(Pasal 41(1) UUMerek 2016)
Pengalihan dan fair competition

Pasal 41(2):
“Pengalihan hak Merek terdaftar oleh Pemilik Merek
yang memiliki lebih dari satu Merek terdaftar yang
mempunyai persamaan pada pokoknya atau
keseluruhannya untuk barang dan/atau jasa yang sejenis
hanya dapat dilakukan jika semua Merek terdaftar
tersebut dialihkan kepada pihak yang sama.”
Apakah Hak Atas Merek bisa
dijaminkan?
 Apakah Hak Atas Merek bisa dijaminkan?
 Apakah bisa menggunakan Pasal 41(1)?
 Pasal 41(1):
(1) Hak atas Merek terdaftar dapat beralih atau dialihkan karena:
 pewarisan;

 wasiat;

 wakaf;

 hibah;

 perjanjian; atau

 sebab-sebab lain yang dibenarkan oleh peraturan perundang-undangan .


 Apakah pemilik merek di Indonesia
mempunyai hak eksklusif impor?
 Ya, apabila UU Merek 2016 menganggap
bahwa merek mempunyai fungsi sebagai
Badge of Control.
 Apakah ada ketentuan dalam UU Merek
2016 yang menyatakan seperti itu?
 Baca UU Merek 2016.
Pendaftaran Merek

 Baca UUMerek 2016 !


 Lihat contoh permintaan pendaftaran merek.
 Perhatikan filing date nya.
 Perhatikan merek barang atau jasa.
 Perhatikan kelas barang atau jasa.
 Berapa kelas barang atau jasa yang
diperbolehkan untuk setiap kali pendaftaran?
Merek yg tidak dapat didaftar
(Obstacles to Registration)

 Baca Pasal 20 – 21 UU Merek 2016


Merek yang bertentangan dengan ketertiban
umum:
“tidak sejalan dengan peraturan yang ada
dalam masyarakat yang sifatnya menyeluruh
seperti menyinggung perasaan masyarakat
atau golongan, menyinggung kesopanan atau
etika umum masyarakat, dan menyinggung
ketentraman masyarakat atau golongan.”

(Penjelasan Pasal 20 huruf a)


 Ketertiban umum sangat luas:

 Kasus “Flying Wheel”, Keputusan Pengadilan


Negeri Jakarta Pusat, Oktober 1973: merek
“Flying Wheel” tidak bisa didaftar dan
bertentangan dengan ketertiban umum hanya
karena pada awalnya didaftarkan oleh sebuah
perusahaan dari Shanghai.
 Merek yang “memuat unsur yang dapat
menyesatkan” misalnya Merek “Kecap No.
1” tidak dapat didaftarkan karena
menyesatkan masyarakat terkait dengan
kualitas barang, Merek “netto 100 gram”
tidak dapat didaftarkan karena menyesatkan
masyarakat terkait dengan ukuran barang.
(Penjelasan Pasal 20 huruf c)
 Merek yang telah menjadi public domain atau
menjadi generik.
 Merek menjadi generik apabila arti pentingnya
bagi publik adalah untuk menunjukkan pro duk
atau jasanya sendiri, bukan menunjukkan asal
barang atau jasa.
 Misalnya: merek “Thermos”, “Aspirin”,
“Odol”, “Monopoly”
 Di AS, untuk menentukan apakah merek telah
menjadi generik, bisa disimpulkan dari:
 Kesaksian konsumen,
 Survey kpd konsumen,

 Apakah tertulis dalam kamus sebagai nama


barang/jasa,
 Jurnal, koran, majalah, dll.
 Namun, merek yang telah menjadi generik,
bisa didaftar apabila telah mempunyai daya
pembeda (“telah menjelma menjadi merek”).
 Pasal 22:
“Terhadap Merek terdaftar yang kemudian menjadi
nama generik, setiap Orang dapat mengajukan
Permohonan Merek dengan menggunakan nama
generik dimaksud dengan tambahan kata lain
sepanjang ada unsur pembeda.”
 Bagaimana dengan “Aqua”? Apakah sudah
menjadi generik? Apakah sudah menjelma
menjadi merek? Apakah distinctive?
 Tidak memiliki daya pembeda:
Terlalu sederhana, terlalu rumit.
 Merek yang merupakan “keterangan” (deskriptif) (UU
Merek 2001), UU Merek 2016 menggunakan istilah
“sama dengan, berkaitan dengan” :
 Misal: “Super”, “Premium”.

 Tapi “Supermi” sudah menjelma menjadi merek (the


word has become a trade mark principle) karena
bentuk tulisannnya (Keputusan PN Jakpus No.
904/1970, 30 Jan 1971).
 Juga “Premium” diterima sebagai merek (PN Istimewa
Jakarta, No. 2/1970, 1 April 1970).
 Juga “Aqua” (MA No.980K/Pdt/1990, 30 Maret 1992:
kata “aqua” dikenal sebagai sebuah nama air mineral
hanya setelah merek “Aqua” dipasarkan di Indonesia).
 “Berkaitan dengan.” Apakah sama dengan
“suggestive”? Lihat slight sebelumnya.
 Persamaan pada pokoknya:
 Misalnya: “Aqua” dan “Aquaria” (MA
No.980K/Pdt/1990, 30 Maret 1992)
 Ukurannya:
 Apakah merek Aquaria bisa mengelabuhi atau
membingungkan masyarakat.
 Dengan membandingkan kedua merek tersebut secara
keseluruhan, tidak secara detail.
 Keputusan aneh: “Premium v. Bentoel Premium”,
merek “Bentoel Premium” kalah (PN Jakpus,
no.2/1970, 1 April 1970). Padahal “Bentoel” udah
terkenal. Masyarakat tidak bingung antara dua merek
tsb.
 Yang dimaksud dengan “persamaan pada
pokoknya” adalah kemiripan yang
disebabkan oleh adanya unsur yang
dominan antara Merek yang satu dengan
Merek yang lain sehingga menimbulkan
kesan adanya persamaan, baik mengenai
bentuk, cara penempatan, cara penulisan
atau kombinasi antara unsur, maupun
persamaan bunyi ucapan, yang terdapat
dalam Merek tersebut. (Penjelasan Pasal 21
(1))
 Pengertian “iktikad baik” :

 “Pemohon yang beriktikad tidak baik” adalah


Pemohon yang patut diduga dalam mendaftarkan Mereknya
memiliki niat untuk meniru, menjiplak, atau mengikuti
Merek pihak lain demi kepentingan usahanya menimbulkan
kondisi persaingan usaha tidak sehat, mengecoh, atau
menyesatkan konsumen.” (Penjelasan Pasal 21 (3)).

Baca lagi kasus Imperial Group Ltd v. Philip Morris (1980)


FSR 146 Chancery division.
Cari kasus Puri of Indonesian Language v. Puri Bahasa
Indonesia
Pelanggaran merek

1. Persamaan pada
keseluruhannya = persis
2. Persamaan pada pokoknya =
mirip
Ukuran Merek Terkenal
 Merek Terkenal diukur dengan memperhatikan pengetahuan
umum masyarakat mengenai Merek tersebut di bidang usaha
yang bersangkutan. Di samping itu, diperhatikan pula reputasi
Merek terkenal yang diperoleh karena promosi yang gencar dan
besar-besaran, investasi di beberapa negara di dunia yang
dilakukan oleh pemiliknya, dan disertai bukti pendaftaran
Merek tersebut di beberapa negara. Apabila hal-hal di atas
belum dianggap cukup, Pengadilan Niaga dapat memerintahkan
lembaga yang bersifat mandiri untuk melakukan survei guna
memperoleh kesimpulan mengenai terkenal atau tidaknya
Merek tersebut. (Penjelasan Pasal 21 ayat (1) huruf b)
Syarat adanya pelanggaran
merek
Merek tidak terkenal Merek terkenal

Pelanggar menggunakan Pelanggar menggunakan


untuk barang / jasa yang untuk barang /jasa yang
sejenis sejenis atau tidak sejenis
Contoh persamaan pada keseluruhannya
Contoh persamaan pada pokoknya
Persamaan pada pokoknya
 Penjelasan Pasal 21(1) menyatakan:
“persamaan pada pokoknya” adalah
kemiripan yang disebabkan oleh adanya
unsur yang dominan antara Merek yang
satu dengan Merek yang lain sehingga
menimbulkan kesan adanya persamaan,
baik mengenai bentuk, cara penempatan,
cara penulisan atau kombinasi antara
unsur, maupun persamaan bunyi ucapan,
yang terdapat dalam Merek tersebut.»
Persamaan pada pokoknya

1. Merek yang berupa kata


Merek yang berupa kata dianggap sama pada
pokoknya dengan merek lain apabila suara /bunyi
(sound) kedua merek tersebut mirip (similar)
walaupun arti keduanya berbeda.
Phillips v. Philco (Raad van Justitie Batavia, 2
April 1937; Apollo v. Apollinaris, Raad van
Justitie Batavia, 21 Oktober 1931, Baygon v.
Flygon, MA, 192K/Sip/1983; Mediker v. Medicar,
MA, 383K/Pdt/1986, 29 Juni 1987; Aqua v.
Aquaria, MA, 980K/Pdt/ 1990, 30 Maret 1992.
Persamaan pada pokoknya
(lanjutan)
Dalam sengketa Aqua v. Aquaria (MA No.980K/Pdt/1990, 30
Maret 1992), Aquaria dianggap sama pada pokoknya dengan
Aqua karena:
a. Kemiripan bunyi/suaranya;
b. Merek Aquaria bisa mengelabuhi atau membingungkan
masyarakat (confusing);
c. Pengadilan membandingkan kedua merek tersebut secara
keseluruhan, tidak secara detail.

Keputusan aneh: Premium v. Bentoel Premium, merek Bentoel


Premium kalah (PN Jakpus, no.2/1970, 1 April 1970). Padahal
Bentoel udah terkenal. Masyarakat tidak bingung antara dua
merek tsb.
Persamaan pada pokoknya
(lanjutan)
 Keputusan MA dalam Three Diamonds v.
Daimen (MA, 2140k/Sip/1982, 19 Juni 1984)
mirip dengan Aqua v. Aquaria:
 Tidak dilihat arti mereknya;
 Yang penting adalah kemiripan bunyi/suara kedua
merek tersebut;
 Daimen membingungkan masyarakat.
Persamaan pada pokoknya
(lanjutan)
 Fortuna v. Fortune, PN Jakarta Pusat, 333/1972
G, 13 Maret 1973, dikuatkan oleh MA, 115k/Skip/
1974, 30 Nopember 1977: Fortuna tidak sama
pada pokoknya dengan Fortune karena perbedaan
ucapannya, perbedaan kesan keduanya secara
keseluruhan karena perbedaan kombinasi gambar,
warna, layout, bentuk, kemasan dan karena merek
yang satu untuk rokok kretek dan merek yang
lainnya untuk rokok non kretek.
Persamaan pada pokoknya
(lanjutan)
2. Merek kombinasi kata dan gambar
Untuk merek semacam ini, kesan secara keseluruhan
bagi konsumen lebih penting dari pada untuk merek
yang hanya berupa kata.
Contoh: “Crocodile” dianggap sama pada pokoknya
dengan “Brilliant”, walaupun berbeda bunyinya,
karena: adanya kemiripan secara keseluruhan, yakni
dari cara penulisan mereknya, desain dan bentuk
produknya (MA, 1596K/Pdt/1983, 19 Januari 1985)
Persamaan pada pokoknya
(lanjutan)
2. Merek kombinasi kata dan gambar (lanjutan)
Dalam kasus Columbus, MA menyatakan bahwa untuk
menentukan ada tidaknya persamaan pada pokoknya harus
dilihat: sifat (penampakan) lahiriahnya dan keadaan sekitar
(konteks) dimana merek digunakan. Untuk produk tertentu
mungkin konsumen akan lebih teliti dalam membandingkan
kedua merek, sehingga tidak mudah bingung (misalnya untuk
produk tas kulit, konsumen wanita biasanya teliti dalam hal
modelnya dan harganya). (MA, 1237K/Sip/1982, 31 Januari
1983.
Persamaan pada pokoknya
(lanjutan)
2. Merek kombinasi kata dan gambar (lanjutan)
---Kesan dominan tidak bisa dirubah oleh unsur
merek tambahan yang lain. Misalnya dalam perkara
Aqua v. Club Aqua, MA memutuskan bahwa kata
“Aqua” lebih dominan daripada unsur-unsur yang
lain, sehingga merek “Club Aqua” dianggap sama
pada pokoknya dengan merek “Aqua.”
Persamaan pada pokoknya
(lanjutan)
2. Merek Terjemahan
Merek yang berupa terjemahan dari merek yang berbahasa
lain bisa membingungkan dan menyesatkan konsumen
karena mereka bisa menganggap sama dengan merek
aslinya. Misalnya merek “Harimau” yang merupakan
terjemahan dari merek “Tiger.”
Namun, apabila terjemahannya ke bahasa yang tidak
dipahami konsumen secara luas, tidak akan menjadi
masalah.
Persamaan pada pokoknya
(lanjutan)
MA, No. 2279 PK/Pdt/1992, 6 Januari 1998: Persamaan
pada pokoknya dapat dilihat:
1. Similarity of form;
2. Similarity of composition;
3. Similarity of combination;
4. Similarity of elements;
5. Sound similarity;
6. Phonetic similarity;
7. Similarity in appearance
Contoh merek yang sama pada
pokoknya
 NOKIA v. NOK IIA (MA, No. 044
K/N/HaKI/2003, 24 Maret 2004);
 DAWN, DAWN dan Lukisan v. DAWN,
MORNING DAWN (MA 036 K/N/HaKI/2004,
17 Jan 2004);
 TRIBOL v. TRIBOL, TRIBOLOGY (Pengadilan
Niaga No. 51/Merek/2004/PN.Niaga.Jkt.Pst)
Contoh merek tidak sama pada pokoknya

 Merek DAICHI tidak sama pada pokoknya dengan


merek ICHI (MA, 3055 K/Sip/1985);
 ROYAL SALUTE tidak sama pada pokoknya dengan
SALUTE (MA, 2451 K/Pdt/1989, 13 April 1991);
 SONY BETA tidak sama pada pokoknya dengan
BETA (MA, 3765 K/Pdt/1989, 31 Maret 1992);
 PODO REJO tidak sama pada pokoknya dengan
KEMIRI REJO (MA, 1631 K/Sip/1978, 20 Juni 1979)
Perkembangan pengertian merek
terkenal
 Keputusan Menteri Kehakiman 1987 (M.02-HC 01.01.1987):
 Merek terkenal adlh: merek yang dikenal dlm waktu yang lama dan
digunakan di Indonesia.
 Perlindungan merek terkenal hanya untuk pendaftaran atau pemakaian
tanpa hak untuk barang yang sejenis.

 Keputusan Menteri Kehakiman 1991 (M.03-HC.02.01, 1991):


 Merek terkenal adlh: merek yg dikenal secara umum baik di Indonesia
maupun di luar negeri dan digunakan dalam perdagangan barang.
 Perlindungannya baik untuk jenis barang yang sejenis atau tidak
sejenis.
Perkembangan pengertian merek
terkenal
UU Merek 1997 (perubahan UU Merek 1992) dan UU Merek 2001 dan
UUMerek 2016:
- Untuk menentukan Merek terkenal harus dilakukan dengan memperhatikan
pengetahuan umum masyarakat mengenai Merek tersebut di bidang usaha ybs. Di
samping itu, diperhatikan pula reputasi Merek terkenal yang diperoleh karena promosi
yang gencar dan besar-besaran, investasi di bbrp negara di dunia yang dilakukan oleh
pemiliknya, dan disertai bukti pendaftaran Merek tersebut di bbrp negara. Apabila hal-
hal di atas belum dianggap cukup, Pengadilan Niaga dpt memerintahkan lembaga yang
bersifat mandiri untuk melakukan survei guna memperoleh kesimpulan mengenai
terkenal atau tidaknya Merek yang menjadi dasar penolakan.
- Perlindungannya untuk barang yang sejenis tetapi bisa juga untuk barang yang
tidak sejenis apabila memenuhi persyaratan yang akan ditentukan oleh PP
(dijanjikan oleh UUMerek 2001).
Cara Memperoleh

Hak Cipta Paten Merek Rahasia


Dagang
Otomatis Permohonan/ Permohonan/ Otomatis
setelah pendaftaran. pendaftaran.
ciptaan
dilahirkan.
Hrs
diekspresikan
dlm bentuk
tertentu.
Isi (Hak-Hak yang diperoleh)
Hak Cipta Paten Merek Rahasia
Dagang
-Hak ekonomi -Hak eksklusif -Hak eksklusif Hak eksklusif
-Hak Moral utk membuat, utk untuk
menggunakan, menggunakan menggunakan
menjual, merek dlm dan memberi
mengimpor, atau
perdagangan. lisensi, dll
menyewakan brg
atau proses yang -Memberi
dipatenkan. lisensi
-Memberi lisensi - dll
-dll
Isi (Hak-Hak yang Diperoleh)

Hak Cipta Paten Merek Rahasia


Dagang
Tidak Memberikan Memberikan Tidak
memberikan perlindungan perlindungan memberikan
perlindungan thd kreasi thd kreasi perlindungan
thd kreasi independen independen thd kreasi
independen independen
(kecuali utk
ciptaan yg
terkenal).
Jangka Waktu
Hak Cipta Paten Merek Rahasia
Dagang
Utk ciptaan ttt, 20 tahun sejak 10 tahun dan Berlangsung
selama hidup penerimaan dapat selama
Pencipta permohonan. diperpanjang. pemiliknya
sampai 70 10 tahun utk dapat menjaga
tahun stlh paten kerahasiannya
Pencipta sederhana. jangan sampai
meninggal Tidak dapat menjadi
dunia. Tidak diperpanjang. pengetahuan
dpt umum.
diperpanjang.

Anda mungkin juga menyukai