Anda di halaman 1dari 9

KELOMPOK 6

Perkawinan Adat Bugis

Nama Anggota :
 - Andre Agvarez
 - Amar Fajar Setiawan
 - Andhika Firhan
 - Geraldus Manahan
 - Joshua Parluhutan
 - Satria Achmad Subagja
 - Rilan Risanti
 - Wahid
PERKAWINAN ADAT BUGIS
Pada masyarakat bugis ,dalam hal pencarian jodoh,adat
menetapkan bahwa sebagai perkawinan yang ideal adalah

1. Perkawinan Assialang Marola (Passialeangbaji’na)


Perkawinan antara sepupu dengan kesatu baik dari pihak
Ayah maupun Ibu.

2. Perkawinan Assialanna Memang (Passialleanna)


Perkawinan antara saudara sepupu derajat kedua
baik dari pihak Ayah maupun Ibu.

3. Perkawinan Rippaddeppe’abelae (Nipa kambaniBellaya)


Perkawinan antara sepupu derajat ketiga baik dari pihak
Ayah maupun Ibu.
Di dalam adat suku Bugis, upacara pernikahan
terdiri dari tahapan-tahapan berikut:

1. Mappasau Botting & Cemme Passih


Setelah menyebarkan undangan pernikahan, mappasau
botting, yang berarti merawat pengantin, adalah ritual awal
dalam upacara pernikahan.

2. Mappanre Temme
Karena mayoritas suku Bugis memeluk agama Islam, pada
sore hari sehari sebelum hari pernikahan, diadakan acara
mappanre temme atau khatam Al-Quran dan pembacaan
barzanji yang dipimpin oleh seorang imam.
3. Mappacci / Tudammpenni
Malam menjelang pernikahan, calon pengantin
melakukan kegiatan mappaci/tudammpenni. Proses
ini bertujuan untuk membersihkan dan mensucikan
kedua pengantin dari hal-hal yang tidak baik.

4. Mappenre Botting
Mappenre botting berarti mengantar mempelai pria ke
rumah mempelai wanita. Mempelai pria diantar oleh
iring-iringan tanpa kehadiran orang tuanya. Iring-
iringan tersebut biasanya terdiri dari indo botting
(inang pengantin) dan passepi
(pendamping mempelai).
5. Madduppa Botting
Setelah mappenre botting, dilakukan madduppa botting atau
penyambutan kedatangan mempelai pria. Penyambutan ini
biasanya dilakukan oleh dua orang penyambut (satu remaja
wanita dan satu remaja pria), dua orang pakkusu-kusu (wanita
yang sudah menikah), dua orang pallipa sabbe (orang tua pria dan
wanita setengah baya sebagai wakil orang tua mempelai wanita)
dan seorang wanita penebar wenno.

6. Mappasikarawa / Mappasiluka
Setelah akad nikah, mempelai pria dituntun menuju kamar
mempelai wanita untuk melakukan sentuhan pertama. Bagi suku
Bugis, sentuhan pertama mempelai pria memegang peran penting
dalam keberhasilan kehidupan rumah tangga pengantin.
7. Marola / Mapparola
Pada tahapan ini, mempelai wanita melakukan
kunjungan balasan ke rumah mempelai pria. Bersama
dengan iring-iringannnya, pengantin wanita membawa
sarung tenun sebagai hadiah pernikahan untuk
keluarga suami.

8. Mallukka Botting
Dalam prosesi ini, kedua pengantin menanggalkan
busana pengantin mereka. Setelah itu pengantin pria
umumnya mengenakan celana panjang hitam, kemeja
panjang putih dan kopiah, sementara pengantin wanita
menggunakan rok atau celana panjang, kebaya dan
kerudung. Kemudian pengantin pria dililitkan tubuhnya
dengan tujuh lembar kain sutera yang kemudian
dilepas satu persatu.
9. Ziarah
Sehari setelah hari pernikahan berlangsun, kedua
pengantin, bersama dengan keluarga pengantin wanita
melakukan ziarah ke makam leluhur. Ziarah ini
merupakan bentuk penghotmatan dan syukur atas
penikahan yang telah berlangsung lancar.

10.Massita Beseng
Sebagai penutup rangkaian acara pernikahan, kedua
keluarga pengantin bertemu di rumah pengantin
wanita.
Perkawinan yang dilarang karena dianggap
sumbang (salimara) adalah :

1. Perkawinan antara anak dengan ibu atau ayah,


2. Antara saudara-saudara sekandung ,
3. Antara menantu dan mertua
4. Antara paman, bibi dengan keponakannya, dan
5. Antara kakekdan nenek dengan cucu-cucunya

Anda mungkin juga menyukai