Anda di halaman 1dari 22

UPAYA REPRODUCTIVE RIGHT MOVEMENT DALAM

LEGALISASI ABORSI DI ARGENTINA TAHUN 2005 - 2020


Diajukan sebagai tugas proposal seminar kelas

Disusun Oleh:

Jesika sanggona
1802045083

PROGRAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2021
i

DAFTAR ISI
Halaman

HALAMAN JUDUL
DAFTAR ISI .........................................................................................................i

BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................1
1.1 Latar Belakang......................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah.................................................................................7


1.3 Tujuan Penelitian...................................................................................7
1.4 Manfaat Penelitian
1. Manfaat Akademis.............................................................................7
2. Manfaat Praktis...................................................................................7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................8

2.1 Penelitian Terdahulu..............................................................................8


2.2 Konsep.................................................................................................11

BAB III METODOLOGI PENELITIAN.........................................................18

3.1 Jenis Penelitian....................................................................................18


3.2 Fokus Penelitian...................................................................................18
3.3 Jenis dan Sumber Data.........................................................................18
3.4 Teknik Pengumpulan Data...................................................................18
3.5 Teknik Analisis Data...........................................................................19
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................20
1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hak Asasi Manusia (HAM) merupakan hak yang melekat pada manusia

semenjak mereka di lahirkan. Hak ini dimiliki oleh seluruh manusia tanpa

memandang kebangsaan, tempat asal, jenis kelamin, etnis, warna kulit,

agama, bahasa, maupun status lainnya, seluruh manusia memiliki hak yang

setara tanpa adanya diskriminasi1. Hak asasi dapat dirumuskan sebagai hak

yang melekat dengan kodrat kita sebagai manusia yang bila tidak ada hak

tersebut, mustahil kita dapat hidup sebagai manusia. Hak ini dimiliki oleh

manusia oleh karena ia manusia, bukan karena pemberian manusia,

masyarakat atau pemberian Negara.

Pada pasal 1 dalam Universal Declaration of Human Rights dinyatakan

bahwa manusia memiliki akal dan memiliki kesadaran akan keberadaan dari

Hak Asasi Manusia dan diharapkan untuk memperlakukan satu sama lain

dengan rasa persaudaraan dan menghargai serta menjaga hak satu sama lain 2.

Tidak hanya sesama manusia, negara atau pemerintah juga memiliki

kewajiban untuk menjaga Hak Asasi Manusia. Namun dalam beberapa kasus

pemenuhan Hak Asasi Manusia tidak berjalan sebagaimana seharusnya, salah

satu isu seputar HAM yang tidak terpenuhi adalah aborsi. Telah disebutkan

1
General Statement of Human Rights, UN Children and Armed Conflict,
https://childrenandarmedconflict.un.org/keydocuments/indonesian/universaldeclara1.html
2
“Universal Declaration of Human Rights”, United Nations, https://www.un.org/en/about-
us/universal-declaration-of-human-rights
2

secara jelas bahwa HAM dimiliki oleh seluruh manusia dan tidak memandang

jenis kelamin, namun ketika seorang wanita tidak berikan akses untuk

melakukan aborsi maka negara telah merenggut HAM wanita tersebut.

Definisi aborsi menurut World Health Organization (WHO) adalah

terhentinya kehidupan buah kehamilan 28 minggu atau berat janin kurang

1000 gram. Aborsi juga diartikan mengeluarkan atau membuang embrio

secara prematur (sebelum waktunya).

Aborsi merupakan salah satu fenomena global yang menjadi perhatian

dunia terutama dalam kesehatan reproduksi wanita dan juga menjadi subjek

penting dalam demografi. Saat ini aborsi sedang menjadi isu yang ramai di

perdebatkan. Dalam perdebatan aborsi ini terdapat istilah Pro- life dan Pro-

choice. Pro-life merupakan pihak yang menolak dan sangat menentang

tindakan aborsi, pihak ini melihat aborsi sebagai tindakan kriminal. Perspektif

ini memiliki 2 sumber pemikiran yang mendasari dan mempengaruhi para

pihak Pro-life, yaitu adalah perspektif yang didasari oleh moral dan nilai

religious atau keagamaan. Pro-life meyakini bahwa tindakan aborsi

merupakan pembunuhan terhadap manusia walaupun korban masih dalam

bentuk janin. Sedangkan Pro-choice merupakan pihak yang mendukung

tindakan aborsi, dikarenakan pihak ini percaya bahwa wanita memiki hak

untuk memilih apa yang dilakukan terhadap tubuhnya sendiri, termasuk hak

untuk melakukan aborsi terlebih lagi jika kandungan merupakan hasil dari

hubungan non-konsensual dan dapat mengancam jiwa dari sang ibu. Adanya
3

kriminalisasi atas aborsi memiliki dampak yang nyata, salah satunya adalah

kasus-kasus yang terjadi di Argentina.

Argentina merupakan salah satu negara yang mempunyai kebijakan aborsi

yang paling ketat didunia terutama dilihat dari fakta bahwa negara Argentina

merupakan negara yang demokrasi. Aborsi telah dikriminalisasi di Argentina

sejak satu abad yang lalu melalui undang-undang tahun 1921. Undang-undan

g ini mengatur akses dan hukuman untuk aborsi. Yang mana didalam undang-

undang tersebut diatur bahwa wanita hanya boleh melakukan aborsi jika terja

di pemerkosaan dan situasi parah yang membahayakan nyawa dan kesehatan

wanita tersebut3. Wanita mana pun yang dengan sengaja melakukan aborsi se

ndiri atau mengizinkan orang lain melakukan aborsi terhadap dirinya, akan m

enghadapi hukuman penjara satu hingga empat tahun. Selain itu, setiap pesert

a dalam prosedur ini dapat menghadapi hukuman lima belas tahun penjara, ter

gantung pada persetujuan yang diberikan oleh wanita tersebut, kematian akhir

nya dan niat peserta. Hukuman yang sama diterapkan pada dokter, ahli bedah,

bidan, dan apoteker yang membujuk atau bekerja sama dalam melakukan abo

rsi, dengan tambahan pencabutan izin khusus untuk dua kali masa hukuman

mereka. .

Kebijakan yang berlaku dalam hukum Argentina secara jelas mengkri

minalisasikan aborsi, akibatnya wanita- wanita Argentina banyak yang melak

ukan aborsi illegal, yang tentu saja hal ini berbahaya karena tidak dilakukan o

leh professional. Melalui kebijakan ini juga kita dapat melihat bahwa dalam
3
Andrea F. Nogurea,” Argentina’s Path To Legalizing Abortion: A Comparative Analysis Of
Ireland, The United States And Argentina”, Southwestern Journal Of International Law Vol. 25:2
(2019):388
4

mendefinisikan aborsi, Argentina berpegang teguh pada nilai dan prinsip dari

Gereja Katolik yang meyakini bahwa hidup manusia harus dihargai dan dilind

ungi bahkan sejak dalam masa kandungan.

Dalam memperjuangkan legalisasi aborsi di Argentina, para aktivis-aktivis

pro-choice selama berpuluh-puluh tahun telah menyuarakan tentang legalisasi

ini. Upaya dan perjuangan dari para aktivis Pro-Choice di Argentina ini diken

al sebagai Reproductive Rights Movement dan gerakan sosial ini merupakan s

ebuah gerakan sosial dengan perjalanan dan proses yang sangat panjang.

Para aktivis Pro-choice ini terdiri dari berbagai macam kalangan, mereka a

dalah individu- individu atau masyarakat sipil yang percaya bahwa aborsi ada

lah hak yang dimiliki oleh wanita. Mereka dapat berdiri sendiri dan dapat terg

abung dalam sebuah kelompok. Kemudian bersatu secara terkoordinir dalam

sebuah kelompok, komunitas, dan koalisi yang fokus pada hak reproduksi wa

nita terutama pada hak aborsi, seperti organisasi Red Informative de Mujeres

en Argentina (RIMA) dan Católicas por el Derecho a Decidir.

Pada tahun 2005 diadakannya kampanye nasional untuk aborsi bebas, ama

n dan legal yang diluncurkan oleh organisasi perempuan. Kampanye ini

dikembangkan dari dalam gerakan perempuan, dalam konteks Pertemuan

Perempuan Nasional ( Encuentros Nacionales de Mujeres), yang merupakan

contoh terpenting dari mobilisasi perempuan di Argentina 4. kemudian pada ta

hun 2006, gerakan tersebut mengajukan rancangan proposal legislatif untuk le

galisasi aborsi, yang merupakan RUU pertama yang diajukan oleh gerakan di
4
Katy Watson, “no going back: the two sides in Argentina’s abortion debate”, BBC news, 7
agustus 2018, https://www.bbc.com/news/world-latin-america-450967
5

Argentina, dan menjadi fokus utama mobilisasi dan strategi utama dari geraka

n tersebut. RUU ini mengusulkan tentang legalisasi aborsi atas permintaan pe

rempuan selama dua belas minggu pertama kehamilan, serta kewajiban negar

a untuk memberikan akses gratis ke layanan aborsi legal. Pada 28 Mei 2007,

para legislator yang simpatik memperkenalkan RUU Kampanye ke Senat. Pa

da 1 November 2011, RUU tersebut untuk pertama kalinya dibahas di Komi

te Pidana dan Legislasi Umum, yang melakukan dua audiensi publik kongres

tentang masalah tersebut. Akibat kelambanan legislatif, dan agar tidak kehila

ngan status parlemen, RUU tersebut harus diundangkan sebanyak tujuh kali, t

erakhir pada Maret 2018, ketika akhirnya menjadi agenda legislatif. Pada tahu

n 2016, Kampanye memasukkan beberapa perubahan pada undang-undang m

ereka seperti memperpanjang waktu di mana seorang wanita dapat dengan b

ebas memutuskan untuk melakukan aborsi dari 12 menjadi 14 minggu, dan se

cara eksplisit menyebutkan bahwa aborsi juga merupakan hak orang trans. Hi

ngga Juni 2018, proyek tersebut belum pernah dibahas dalam rapat paripurna.

Pada tahun 2019 calon presiden Alberto Fernandez menjadikan legalisasi a

borsi sebagai visi utama dalam kampanyenya 5. Hal ini membuat para aktivis a

ntusias untuk mendukung kampanye tersebut. Beberapa hari setelah

pelantikannya, Kementerian Kesehatan mengeluarkan protokol yang

menyatakan bagaimana rumah sakit dan klinik harus menangani aborsi dalam

kasus pemerkosaan. Karena pandemi COVID-19, penerapan undang-undang

5
Mariela Belski, “Argentina: After president stands by his word to legalize abortion, now
Congress must pass the bill”, amnesty international, 1 maret 2020,
https://www.amnesty.org/en/latest/news/2020/03/argentina-after-president-stands-by-his-word-to-
legalise-abortion/.
6

tersebut ditunda hingga November 2020.  Pada bulan itu, pemerintah

Argentina mengirim undang - undang ke Kongres Nasional yang akan

melegalkan aborsi sesuai permintaan hingga minggu ke-14. bersama dengan

RUU kedua yang ditujukan untuk melindungi perempuan yang memilih

untuk melanjutkan kehamilannya. Setelah minggu ke-14, aborsi hanya legal

dalam kasus pemerkosaan atau jika kesehatan ibu dalam bahaya. RUU ini

pertama kali disahkan oleh majelis rendah Argentina setelah debat 20 jam

pada 11 Desember 2020 dan kemudian oleh senat 38 hingga 29 (dengan 1

abstain) pada 30 Desember 2020. Pengesahan RUU ini menghasilkan

perayaan besar-besaran oleh para aktivis pro-aborsi yang telah lama

mengkampanyekan hak aborsi. Alberto Fernández menandatangani RUU

tersebut menjadi undang-undang pada tanggal 14 Januari 2021 dan mulai

berlaku pada 24 Januari 2021.

Melalui fakta-fakta dari sejarah hukum aborsi di Argentina, perdebatan

aborsi di Argentina, upaya Reproductive Rights Movement dalam melegalisasi

hukum aborsi hingga di Argentina. penulis ingin meneliti bagaimana sebuah

negara yang awalnya memiliki posisi yang tegas dan melarang aborsi selama

30 tahun melalui kebijakan yang tertera dalam konstitusi mereka dapat

digoyahkan dalam kurun waktu 15 tahun.

1.2 Rumusan Masalah


7

Adapun rumusan masalah terkait penelitian yang akan diajukan adalah

“Bagaimana upaya Reproductive Rights Movement dalam Legalisasi Aborsi di

Argentina 2005-2020?”

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari diadakannya penelitian ini adalah “Untuk

mendeskripsikan upaya dari Reproductive Rights Movement dalam Legalisasi

Aborsi di Argentina tahun 2005-2020?”

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat Akademis

Memberikan sumbangsih pemikiran bagi penstudi Hubungan

Internasional, khususnya bagi penstudi yang tertarik dengan penanganan

aborsi di Argentina

Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan pula mampu berguna untuk masyarakat luas

untuk memahami secara menyeluruh apa itu Reproductive Rights

Movement dan bagaimana kemudian Reproductive Rights Movement ini

bekerja dalam menanggapi sebuah isu.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu

Dalam menulis penelitian ini, penulis menggunakan beberapa penelitian

sebelumnya yang dianggap relevan untuk membantu mengembangkan


8

pengetahuan serta menjadi kerangka berpikir dalam menganalisis penelitian

ini. Literatur pertama yang penulis ambil sebagai studi terdahulu adalah tesis

dari Meshal Almutairi yang berjudul “The Relationship Between Religion and

Law in the Sphere of Abortion Regulation: A Case Study of Saudi Arabia and

Ireland”. Pada tesis ini Almutairi menganilisis hubungan antara agama dengan

hukum Aborsi dan bagaimana agama berkontribusi dalam penentuan apakah

aborsi diizinkan atau tidak6. Untuk melihat hubungan antara agama dan

perizinan aborsi Almutairi mengambil studi kasus hukum aborsi di Arab Saudi

dan Irlandia. Tidak hanya membahas mengenai agama dan hukum aborsi tetapi

dalam tesis ini Almutairi juga membandingkan pandangan yang dibawa oleh

para komite dan pejuang hak asasi manusia dimana mereka meyakini bahwa

aborsi merupakan hak asasi dari seorang wanita yang harus dihargai dan

dilindungi.

Islam dan Katolik memiliki kesamaan yang fundamental pada ajaran

mereka tentang aborsi namun dengan beberapa perbedaan yang terlihat. Ajaran

Islam maupun katolik akan mengizinkan tindak aborsi hanya ketika janin yang

dikandung mengancam keberlangsungan hidup dari sang ibu, namun terdapat

perbedaan yang jelas antara dua ajaran ini. Islam mengizinkan tindak aborsi

ketika usia kandungan masih dibawah 120 hari karena menurut ajaran Islam

janin belum ditiupkan ruh atau nyawa pada umur kandungan 1 hingga 120 hari.

Sedangkan ajaran Katolik memiliki ketentuan yang jauh lebih ketat dari pada

ajaran Islam, Katolik meyakini bahwa tindak aborsi merupakan tindak

6
Meshal Almutairi, “The Relationship Between Religion and Law in the Sphere of Abortion
Regulation: A Case Study of Saudi Arabia and Ireland”, (thesis, University of Maynooth, 2017)
9

pembunuhan terhadap janin dan tidak ada kondisi apapun yang dapat

menjustifikasi tindakan tersebut. Pandangan dari para komite dan pejuang Hak

Asasi Manusia bertolak belakang dengan pandangan dari dua agama yang telah

disebutkan. Menurut pihak mereka nyawa dari janin bersumber pada ibunya

sehingga nyawa ibu lebih diutamakan daripada nyawa janin, karena itu

merupakan hak asasi dari seorang wanita atau ibu untuk memutuskan apakah

dia akan melakukan tindakan aborsi atau tidak.

Terdapat persamaan antara tesis dan penelitian penulis ini yaitu tentang

bagaimana pandangan suatu agama dalam menanggapi hukum aborsi. namun

penelitian penulis berfokus pada bagaimana pengaruh ajaran agama Katolik

berkontribusi dalam hukum aborsi yang berlaku sebelum pelegalan aborsi di

Argentina.

Literature kedua yaitu skripsi dari monalisa evelyn yang berjudul strategi

Joint Action For Reproductive Justice Dalam Dekriminalisasi Larangan Aborsi

di Korea Selatan. Skripsi ini berisi tentang bagaimana strategi dari Joint Action

For Reproductive Justice yang berhasil dalam melegalisasi hukum aborsi di

korea selatan Pemerintah Korea Selatan telah menetapkan hukum larangan

aborsi sejak 1953 dan implementasinya semakin ketat sejak angka kelahiran

yang terus menurun di Korea Selatan7. Pada tahun 2019, Joint Action berhasil

mengubah kebijakan pemerintah terhadap hukum larangan aborsi dengan

inskonstitusionalnya hukum larangan aborsi di Korea Selatan. penelitian ini

menemukan bahwa strategi Joint Action for Reproductive Justice ini berhasil

7
Monalisa Evelyn, “Strategi Joint Action For Reproductive Justice Dalam Dekriminalisasi
Larangan Aborsi di Korea Selatan”, (Universitas Andalas, 2019)
10

membuat hukum larangan aborsi di Korea Selatan yang sudah berlaku selama

66 tahun menjadi inkonstitusional. Hal tersebut didapatkan dengan melakukan

penyebaran informasi melalu media sosial, menggunakan slogan “My Body My

Choice”, melakukan penyerahan amicus brief oleh aktor internasional hingga

akhirnya larangan aborsi tersebut dinyatakan inkonstitusional oleh Mahkamah

Konstitusi Korea Selatan. Untuk persamaan dengan penelitian penulis yaitu

untuk melihat suatu gerakan dapat mengubah kebijakan dalam sebuah negara

sedangkan untuk perbedaannya adalah penulis menggunakan konsep yang

berbeda dari penelitian tersebut.

Ketiga yaitu skripsi dari fanda puspitasari yang berjudul Peran Gabriela

Women’s Party Dalam Mengurangi Masalah Kekerasan Seksual Terhadap

Perempuan di Filipina Tahun 2004 – 2016. Skripsi ini bersi tentang partai

politik wanita yang sangat berpengaruh di Filipina bernama Gabriela Womens

Party yang mana partai ini sangat menjunjung tinggi hak-hak wanita 8. Sebelum

berubah menjadi partai politik, GWP adalah gerakan sosial perempuan Filipina

bernama Gabriela, kemudian pada tahun 2004 GWP resmi menjadi partai

politik independen. Tujuan dari GWP adalah memperjuangkan kelayakan

perempuan, salah satunya untuk mengurangi masalah kekerasan seksual

terhadap perempuan di Filipina. Berdasarkan hasil penelitian dapat

disimpulkan bahwa dalam mengurangi masalah kekerasan seksual terhadap

perempuan di Filipina, GWP mengambil peran melalui intra dan ekstra

parlemen. Di intra parlemen, GWP berhasil mendorong lahirnya undang-

8
fanda puspitasari, “Peran Gabriela Women’s Party Dalam Mengurangi Masalah Kekerasan
Seksual Terhadap Perempuan di Filipina Tahun 2004 – 2016”, (UMM,2019)
11

undang yang pro perempuan, yaitu UU Anti Kekerasan Terhadap Perempuan

dan Anak, dan Magna Carta Perempuan. Sedangkan di ekstra parlemen, GWP

mengadvokasi masyarakat, khususnya perempuan. Peran GWP melalui

parlemen intra dan ekstra menghasilkan dampak politik dan sosial di

masyarakat, yang kemudian berdampak pada tingkat kekerasan seksual di

Filipina. Untuk persamaannya dengan penelitian penulis adalah penulis ingin

melihat bagaiaman upaya gerakan Reproductive Right Movement dalam

mengubah kebijakan di suatu negara dan untuk perbedaannya adalah penelitian

penulis ini lebih berfokus kepada aborsi.

2.2 Konsep

Social Movement

Fenomena Gerakan Sosial, menurut Charles Tilly dalam bukunya yang

berjudul “Social Movements, 1768-2012”, pertama kali muncul pada akhir

abad ke-18 sebagai sebuah fenomena politik yang dibentuk oleh kelompok

tertentu, seringkali masyarakat sipil, yang berada dibawah pemerintah

otoriter9. Dalam sebuah Gerakan Sosial dapat ditemui beberapa peran yang

berbeda, peran yang sering ditemui ada dua yaitu Claimants (penggugat) dan

Objects of Claims (aktor yang tergugat)10. Istilah Gerakan Sosial muncul pada

awal abad ke-19 setelah mengalami penyebaran dinegara-negara Barat

terutama di Kawasan Eropa Barat dan Amerika Utara. Istilah Gerakan Sosial

tidak dimiliki oleh siapa pun dan bebas untuk digunakan oleh peneliti, aktivis,

dan kritikus, namun seorang Sosiologis dari Jerman bernama Lorenz von

9
Charles Tilly, Social Movement, 1768-2012, ( New York : Paragdism Publishers, 2013), 3-4
10
Tilly, Social Movement, hal. 3
12

Stein memperkenalkan istilah tersebut ke dalam diskusi akademik melalui

bukunya yang berjudul “History of the French Social Movement from 1789

to the Present”.

Menurut von Stein Gerakan Sosial adalah sebuah proses terjadinya

kesatuan yng berkelanjutan ketika para kelas pekerja kesadaran diri dan

kuasa. Perlu diperhatikan dalam definisi tersebut aktor yang disebutkan oleh

von Stein hanyalah masyarakat kelas pekerja, hal ini juga disebutkan dalam

sebuah tulisan sebelum tulisan von Stein milik Marx dan Engel yang berjudul

Communist Manifesto. Dalam tulisan tersebut mereka menyebutkan bahwa

gerakan-gerakan yang tertulis dalam sejarah merupakan gerakan yang berasal

dari kaum minoritas atau berkaitan dengan kepentingan minoritas. Aktor yang

disebutkan oleh von Stein dan Marx & Engel memang berbeda namun ketika

dilihat dari sisi tertentu mereka memiliki kesamaan, yaitu kelas pekerja dan

kaum minoritas (kaum proletar) pada saat itu merupakan pihak yang tertindas

atas pihak yang memiliki otoritas dan kekuasaan lebih dari pada mereka. Pada

akhir abad ke-19 para peneliti yang menganalisa Gerakan Sosial memperluas

definisi aktor dalam tulisan mereka. Aktor yang terbatas pada kelas pekerja

dan kaum proletar bertambah dengan adanya para petani dan wanita sebagai

salah satu aktor Gerakan Sosial11.

Tentunya kasus-kasus yang ada pada abad ke-17, abad ke-18 dan abad ke-

19 tidak dapat digeneralisirkan dengan kasus yang terjadi pada abad ke-21.

Gelombang yang dibawa oleh globalisasi ini melunturkan kekuasaan negara

akan kedaulatan terkait perdagangan illegal; kebebasan kapital untuk


11
Tilly, Social Movement, hal 6
13

menyebar dari satu negara ke negara lainnyal; penyebaran dan proses

pertukaran informasi dan ilmu pengetahuan; dan pergerakan migran melewati

perbatasan mereka.

Bersamaan dengan lunturnya kekuasaan negara akan aspek tertentu

kebangkitan aktor-aktor non negara pun terlihat. Aktor-aktor ini meliputi

multionational corporations (MNC); institusi keuangan dunia; organisasi

dengan pengaruh politik yang kuat seperti Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)

dan Uni Eropa; organisasi dengan pengaruh militer yang besar seperti North

Atlantic Treaty Organization (NATO); dan kelompok aktivis International

seperti Doctors Without Borders.Perubahan-perubahan ini perlu diperhatikan

ketika mengamati Gerakan Sosial pada abad ke-21.

Dalam melakukan penelitian penulis akan mengaplikasikan elemen dari

Gerakan Sosial oleh Charles Tilly yang dapat ditemui dalam bukunya yang

berjudul “Social Movements, 1768-2012”. Tilly menjelaskan bahwa terdapat

tiga elemen yang dapat ditemui dalam Gerakan Sosial, yaitu Campaign,

Social Movement Repertoire, WUNC Displays. Tiga elemen ini merupakan

elemen yang penting dan merupakan elemen-elemen yang mendorong

kelahiran dari Gerakan Sosial, tiga elemen ini juga merupakan faktor yang

membuat Gerakan Sosial berbeda dari fenomena politik lainnya.

Selain sebagai karakteristik dari sebuah gerakan sosial, 3 elemen ini juga

dapat berperan sebagai kunci dalam keberhasilan dari sebuah gerakan sosial.

Hal ini dapat berlaku dengan adanya aksi-aksi yang dilakukan pada elemen

Campaign dan Social Movement Repertoire dan dalam aksi-aksi tersebut


14

mengandung nilai-nilai atau komponen WUNC Displays yang dapat

mempengaruhi dan membantu sebuah gerakan sosial untuk mencapai hasil

yang diinginkan.

Berikut penjelasan dari 3 elemen Gerakan Sosial menurut Charles Tilly

1. Campaign

Campaign merupakan sebuah upaya masyarakat untuk

melayangkan claim bersama kepada aktor otoritas melalui upaya yang

terorganisir dan berkelanjutan. Berbeda dengan petisi, deklarasi, dan

pertemuan massal yang merupakan sebuah kegiatan yang hanya terjadi 1

kali, Campaign seperti yang telah disebutkan merupakan aksi yang

berkelanjutan dan berlangsung lebih dari satu acara atau kegiatan. Sebuah

aksi Campaign selalu mengaitkan tiga partisipan, yaitu Claimants, Objects

of Claims, dan public Claims yang dilemparkan seringkali ditujukan

kepada pemerintah namun tidak jarang yang dimaksud dengan pihak

otoritas atau yang berkuasa disini adalah pemilik sebuah properti,

kelompok keagamaan dan siapa saja yang memiliki kekuasaan dimana dia

bertanggung jawab akan tidak terpenuhinya kesejahteraan masyarakat

akibat tindakan pihak otoritas atau akibat kegagalan mereka untuk

bertindak. Gerakan Sosial tidak terbentuk dari tindakan masing-masing

tiga pihak yang telah disebutkan tetapi terbentuk dari interaksi yang terjadi

antara tiga pihak tersebut.

2. Social Movement Repertoire


15

Social Movement Repertoire merupakan sebuah penggabungan dari

beberapa aksi politik yang akan dijadikan sebagai instrument dari Gerakan

Sosial. Social Movement Repertoire tidak jauh berbeda dengan repertoar

yang dapat ditemui difenomena-fenomena politik lainnya, seperti aktivitas

satuan pedagangan dan kampanye pemilihan umum. Pada awal abad ke-20

asosiasi-asosiasi dengan tujuan khusus mulai aktif dalam melakukan

kegiatan-kegiatan dan aksi politik, dan integrasi dari kegiatan- kegiatan ini

menjadi suatu aksi kampanye yang berkelanjutanlah yang membedakan

Gerakan Sosial dari fenomena-fenomena politik lainnya. Khusus yang

dimaksud dalam Social Movement Repertoire ini adalah pelaksanaan

aktivitas gerakan sosial oleh sebuah kelompok dimana aktivitas ini disertai

oleh instrument khusus atau instrument yang bersifat simbolik, seperti

sebuah penampilan. Dengan mengimplementasikan instrument yang

khusus dan simbolik maka sebuah kelompok dapat menarik perhatian.

3. WUNC Displays

WUNC Displays (Worthiness, Unity, Numbers, dan Commitment)

merupakan sebuah nilai atau komponen yang dapat ditemui dalam aksi dan

partisipasi publik yang akan merepresentasikan keterlibatan mereka

sebagai bagian dari sebuah kelompok yang melakukan Gerakan Sosial.

WUNC Displays dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti slogan,

pernyataan, atau label yang menunjukkan Worthiness, Unity, Numbers,

dan Commitment. Representasi kolektif seringkali juga ditunjukkan

melalui idiom yang dapat dikenali oleh masyarakat lokal.


16

- Worthiness : perilaku yang tenang, pakaian yang rapih, kehadiran

tokoh masyarakat, dan orang yang berpangkat.

- Unity : kekompakan antara anggota komunitas yang dapat dapat

dikenali, baik dari pemakaian atribut yang sama seperti logo, ikat kepala,

spanduk, kostum, berbaris, dan orasi.

-Numbers : menghitung jumlah partisipan, penandatanganan petisi,

melakukan aksi di jalan.

-Commitment : berani mengikuti aksi dalam cuaca yang buruk, adanya

partisipasi dari masyarakat lansia dan penyandang disable, pertahanan dan

perlawan terhadap penindasan.

Dalam bukunya Tilly berargumen bahwa Gerakan Sosial bukan suatu

fenomena yang terbentuk atas kejadian atau aksi politik secara mandiri tetapi

merupakan sebuah fenomena yang terbentuk karena kampanye yang

interaktif. Seperti yang disebutkan beberapa kali sebelumnya bahwa Gerakan

Sosial terdiri dari interaksi yang sementara dan kadang bergeser antara

Claimants dan Objects of Claims, disertari dengan kebaradaan pihak ketiga

seperti pengawas, sekutu, Claimants lawan, pihak otoritas dan publik yang

tidak jarang memiliki peran penting dalam kampanye yang berlangsung.

Tilly juga menjelaskan bahwa Gerakan Sosial menggabungkan 3 jenis

claims, yaitu program, identitas, dan standing. Program Claims adalah sebuah

pernyataan dalam mendukung atau menentang aksi atau gagasan dari Objects

of Claims. Identity Claims merupakan sebuah pernyataan dari Claimants


17

bahwa mereka merepukan satu kesatuan yang patut diperhitungkan, Claims

ini dibantu dengan adanya WUNC Displays. Standing Claims adalah Claims

yang menegaskan bahwa mereka sebagai Claimants memiliki ikatan atau

kesamaan dengan aktor politik lainnya, seperti minoritas yang diasingkan

atau pendukung sejati dari sebuah rezim.

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian


18

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis

penelitian deskriptif, yang mana penulis akan menjabarkan data-data secara

lebih rinci. Dalam hal ini, penulis mendeskripsikan bagaimana Reproductive

Rights Movement sebagai gerakan sosial berupaya untuk mempengaruhi

kebijakan pemerintah dalam melegalisasi aborsi di Argentina dari tahun 2005-

2020.

3.2 Fokus Penelitian

Fokus penelitian penulis terkait pada upaya-upaya yang dilakukan

Reproductive Rights Movement dalam mendorong legalitas aborsi di

Argentina tahun 2005-2020.

3.3 Jenis dan Sumber Data

Jenis data dalam penelitian ini adalah data sekunder, yakni data yang

bersumber dari buku-buku terkait penelitian yang diangkat. sumbernya yaitu

media cetak seperti buku, jurnal, artikel, koran, serta sumber-sumber lain yang

berasal dari media elektronik.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan data yang akurat dalam penelitian ini, dan untuk

menunjang objektifitas hasil penelitian maka penulis menggunakan teknik

pengumpulan data telaah pustaka (library research).

3.5 Teknik Analisis Data

Pada penelitian ini peneliti akan menggunakan metode kualitatif untuk

menggambarkan temuan data yang diperoleh kedalam bentuk kata-kata atau

kalimat sehingga akan memperoleh gambaran yang jelas tentang objek kajian
19

atau masalah penelitian. Data-data yang diperoleh akan peneliti susun

sehingga akan mendapat sebuah gambaran yang utuh yang sesuai dengan

jawaban penelitian yang akan dijawab. Proses penggambaran tersebut akan

menghubungkan data satu dengan data yang lainnya sehingga seluruh data

yang diperoleh akan memiliki hubungan yang jelas dan dapat menjelaskan apa

yang ingin peneliti teliti.

DAFTAR PUSTAKA

Buku
20

Tilly, Charles. Social Movement, 1768-2012. New York : Paragdism


Publishers, 2013

Skripsi dan thesis


Evelyn, Monalisa, 2019. “Strategi Joint Action For Reproductive Justice
Dalam Dekriminalisasi Larangan Aborsi di Korea Selatan”. Prodi
Ilmu Hubungan Internasional Universitas Andalas,
Meshal Almutairi, 2017, “The Relationship Between Religion and Law in
the Sphere of Abortion Regulation: A Case Study of Saudi Arabia
and Ireland”, thesis, University of Maynooth
Puspitasari, Fanda. 2019. “Peran Gabriela Women’s Party Dalam
Mengurangi Masalah Kekerasan Seksual Terhadap Perempuan di
Filipina Tahun 2004 – 2016”, Universitas Muhammadyah Malang

Jurnal
Andrea F. Nogurea, ”Argentina’s Path To Legalizing Abortion: A
Comparative Analysis Of Ireland, The United States And
Argentina”, Southwestern Journal Of International Law Vol. 25:2
(2019)

Media
Belski, Mariela. “Argentina : After president stands by his word to legalize
abortion, now Congress must pass the bill”, amnesty international,
1 maret 2020,
https://www.amnesty.org/en/latest/news/2020/03/argentina-after-
president-stands-by-his-word-to-legalise-abortion/
Katy Watson, “no going back: the two sides in Argentina’s abortion
debate”, BBC news, 7 agustus 2018,
https://www.bbc.com/news/world-latin-america-450967

Situs web

General Statement of Human Rights, UN Children and Armed Conflict,


https://childrenandarmedconflict.un.org/keydocuments/indonesian/
universaldeclara1.html
Universal Declaration of Human Rights, United Nations,
https://www.un.org/en/about-us/universal-declaration-of-human-
rights

Anda mungkin juga menyukai