Anda di halaman 1dari 3

NOTULENSI

Hari, Tanggal : Minggu, 31 Oktober 2021


Pukul : 13.00 -
Pemateri 1 : apt. Risani Andalasia putri, M.Pharm
Judul : Chemoterapy Induced Nausea and Vomiting
Notulen : apt. Tri Tanayawati, S. Farm

Materi:
1. Efek samping obat kemo pada umumnya : mual, muntah, kebotakan
2. ESO yang bikin stres adalah vomiting
3. Efek samping mual muntah terjadi karena tidak diberi profilaksis obat mual dan muntah
4. Konsekuensi CINV 95% terjadi
DRP: untuk mempertimbangkan pilihan terapi lanjut atau tidak
5. Jika pengalaman pertama mual muntah hebat sebelumnya sampai masuk RS disebut
antispatori;
6. Fase akut 1-2 jam pertama setelah kemo, delay : 1-5 hari setelah kemo
7. Obat-obat baru tergantung patofisiologi melalui jalur perifer atau sentral
8. Reseptor: opiate, dopamine, 5HT3, substansi P
9. Penilaian resiko, untuk menentukan terapi:
10. resiko berhubungan dengan terapi :
a) low atau moderat,
b) cara pemberian parenteral atau oral, iv resiko > oral;
c) dosis tinggi resiko lebih tinggi daripada dosis rendah;
11. resiko berhungan dengan pasien:
a) pengalamann buruk mual muntah sebelumnya, sampai nafsu makan terganggu
bahkan masuk rumah sakit. Ini mempengaruhi terapi obat anti vomiting nanti
b) riwayat hamil dengan hyperemesis, perlu edukasi
c) usia, usia mudah pengalaman neusia lebih banyak dibanding orang tua; penggunaan
alcohol;
d) ansietas
12. klasifikasi
a) high: 100 pasein, 90 pasien mual muntah
b) moderat
c) low:
13. potensial emetogenik
high: carboplatin auc>=4
cycloposphamin>1500 mg/m2
dacarbozine
doksurubisin
ifosfamid
low:
bentuximab
citarabin low dosis
minimal:
etolozumab dll

14. pencegahan emesis baik akut maupun delay, ada beberapa terapi tergantung jenis
klasifikasinya high, moderat atau low
15. pencegahan mual muntah pada obat oral kemo, salah satunya 5HT3,
16. Pencegahan emesis antisepatori, harus dicegah duluan dengan menggunakan optimal obat
antiemetic setiap stase kemonya, untuk mengihdari penolakan pasien karena pengalaman
buruk sebelumnya. Bisa diberi penambahan lorazepam malam sebelum kemo .
Jika pasien terkontrol maka antiemetiknya sesuai jadwal, tidak PRN.
Jika tidak terkontrol perlu evaluasi.
Untuk pasien rawat jalan lebih baik dalam bentuk obat kemo oral
17. Kepatuhan pasien dalam mengkonsumsi obat dan antiemetik, juga perlu dipertimbangkan
18. Efek samping blok 5HT3: pusing, kardioaritmia (perlu dimonitor), konstipasi
Contoh:
a) ondansetron dosis yang direkomendasikan adalah 8-16 mg IV; granisetron,
dolasteron (gen 1);
b) palonosetron (gen 2) menghambat substans P efektik emetic akut maupun delay,
T1/2 panjang.

19. Neurokinin 1RA


Eso: pusing, asthenia, fatigue
Netupetan : berikan secara selektif reseptor NK1
20. Kortikosteroid , dosis rekomendasi 8-20 mg baik oral maupun IV, efektif untuk emetic akut
maupun delay,
Eso: insomnia, hiperglisemia
21. Olanzapine: off label untuk emetic, antagonis multiple reseptor termasuk di dopamine,
serotonin, histamine; termasuk emetic superior dibandingan antiemetic yang lain.
Hati-hati untuk pasien lansia, dosis rekomendasi adlah 5 mg diberikan saat waktu istirahat.
22. Obat lain :
a) benzodiazepine, lorazepam ,
b) scopolamine
23. interaksi obat
olanzapine dan metoklopramid : meningkat ekstrapiramidal, sehingga perlu dihindari.
24. Obat-obat overdosis bisa menyebabkan hiperserotonin
25. Startegi untuk mencapai target terapi: factor, resiko, kenyamanan pasien, interaksi obat
26. Edukasi pasien, memberikan empati pasien, menyiapkan pasien untuk pasien bisa
menggunakan obat sendiri, bagaimana melaporkan efek samping obat, bagaimana
membuang sisa obat.
27. Tools kit: Cek klis, hal yang perlu ditanyak untuk tenaga medis, kapan mengalami mual
muntah yang ditulis selama 30 hari., bagaimana komunikasi dengan pasien.
28. CINV Risk Assesment, kunjungi: MASCC/ESMO, NCCN and ASCO.
29. Prinsip memilih antiemetic: obat kemo, factor resiko, pengalaman pasien sebelumnya.
Pertanyaan:
1. Untuk pasien dengan alergi kortikosteroid, tetapi dalam protab kemoterapi seharusnya
terdapat dexametason, apakah dapat diabaikan untk kortikosteroidnya? (tjoa indrawati)
Jawab:
Kortikosteroidnya tidak dipakai, pakai obat yang lain.
a) Kortikosteroid diganti dengan dipenhidramin dan ranitidine injeksi.
b) Metiprednisolon injeksi, tapi ini belum menutup kemungkinan juga alergi
Atau dengan olanzapine sebagai profilaksis mual muntah (tetapi belum banyak dipakai), PR
untuk farmasis agar dokter bisa sesuai guideline.

Anak dengan nyeri kemoterapi anak tidak boleh pakai codein. Tetapi memakai morphin.

2. Untuk pasien bagaimana dan kapan waktu pemberiannya dapat di berikan aprepitant,
fosapititant dan netupitant? (leny)
Jawab:
netopitan kombinasi dengan ondansetron (yang tersedia di Indonesia) diberikan 1 jam
sebelum kemoterapi sebagai profilaksis tidak efektif sebgai treatment.

3. izin bertanya, apakah kortikosteroid injeksi lain dapat menggantikan dexamaetason? misal
hidrokortison atau metilprednisolon sebagai agen antiemetik? (dendhi)
jawab:
bisa, hika tidak pakai deksametason bisa pakai metilprednisolon injeksi, belum ada
informassi penggunaan hidrokortison injeksi sebagai pemakaian pengganti deksametason
injeksi.

4. Bagaimana penggunaan olanzepin ?(fitri)


jawab: olanzapen diberikan pada high atau moderat emetic risk.

5. Siang Bu, ijin bertanya. Pada pasien dgn kemoterapi durasi 4-5 hari. (Kalau tidak salah
regimen : doxetacel, carboplatin dan curacil). Utk penggunaan antiemetic, misl palosetron
telah di berikan di hari 1, apakah dapat diberikan kembali di hari ke 3/4? Dengan kondisi
pasien nausea vomit yg ckp berat. Terimakasih (fenty)
6. Ijin bertanya Bu, bagaimana untuk pasien kemo anak ? bisa sharing sedikit pustaka atau
pengalaman Terimakasih. (reni)
7. mohon izin bertanya. bagaimana menanggapi Olanzapin yang restriksi Fornas hanya
diresepkan oleh dokter Sp.KJ? dan biasanya bagaimana penggunaan pada pasien CINV?
(salahudin)

Anda mungkin juga menyukai