KASUS
SOAP, PAM, FARM
SOAP = SUBJEKTIVE, OBJECTIVE, ASSESSMENT,
PLAN
• Subjective = data tentang apa yang dirasakan pasien atau apa yang dapat
diamati tentang pasien merupakan gambaran apa adanya mengenai pasien
diperoleh dengan cara mengamati, berbicara, dan berespon dengan pasien. Data
ini bersumber dari pasien atau keluarganya atau orang lain yang tidak dapat
dikonfirmasi secara independent.
• Objective = riwayat pasien yang terdokumentasi pada catatan medik dan hasil
berbagai uji dan evaluasi klinik tanda-tanda vital, hasil test lab, hasil uji
fisik, hasil radiografi, CT scan, ECG, dll. Obat yang digunakan sekarang
termasuk dalam data obyektif harus dikaitkan dengan problem kesehatan
pasien. Data ini bersumber dari hasil observasi, pengukuran yang dilakukan
oleh profesi kesehatan lain.
SOAP = SUBJEKTIVE, OBJECTIVE, ASSESSMENT,
PLAN
Assessment = Farmasis harus dapat menginterpretasikan data subyektif dan
obyektif untuk setiap problem untuk:
• mengembangkan rekomendasi terapi
• mengikuti/memonitor respon terhadap suatu terapi
• mendokumentasikan adanya adverse drug reaction
Assessment yang dilakukan
• Amati apakah suatu problem disebabkan karena obat/tidak (adverse reaction
atau karena penyakit) menentukan rencana terapi
• Amati apakah terapi obat memang dibutuhkan atau cukup dgn nondrug therapy
ASSESSMENT LANJUTAN
• Jika pasien sudah menerima terapi, harus dievaluasi ketepatannya:
apakah semua macam obat memang dibutuhkan ?
apakah ada duplikasi ?
apakah obat tsb merupakan pilihan obat yg tepat (drug of choice) bagi kondisi pasien ? (usia,
fungsi hati dan ginjal, alergi, faktor resiko, dll)
apkh bentuk sediaan dan cara pemberiannya benar ?
apakah jadwal pemberian sudah benar ?
apakah durasi penggunaan obat sudah tepat ?
• Jika pasien menerima terapi, harus dimonitor hasil terapinya dan diputuskan apakah respons
thd terapi cukup atau tidak
• Ketidakpatuhan pasien terhadap terapi dpt menyebabkan kegagalan harus diatasi
• Amati adanya interaksi obat dan adverse drug reaction
SOAP = SUBJEKTIVE, OBJECTIVE, ASSESSMENT,
PLAN
• Findings • Subjective
• Objective
• Assessment • Assessment
• Resolution
• Monitoring • Plan
FARM = FINDING, ASSESSMENT,
RESOLUTION, MONITORING
FINDING
• Semua penemuan problem harus didokumentasikan, baik yang
aktual atau potensial
• Informasi yang didokumentasikan haruslah informasi yang terkait
dan diperlukan termasuk data subyektif dan obyektif yang tekait
dengan DRP
FARM = FINDING, ASSESSMENT,
RESOLUTION, MONITORING
ASSESSMENT
• Berisi evaluasi farmasis
• Perlu menunjukkan urgensi suatu problem misalnya dengan menyatakan
bahwa suatu intervensi harus dilakukan dalam hitungan hari, bulan, atau minggu
• Perlu menyatakan outcome terapi yang diharapkan, baik jangka pendek (misal:
BP < 140/90 mmHg), atau jangka panjang (misal : mencegah kekambuhan
stroke)
FARM = FINDING, ASSESSMENT,
RESOLUTION, MONITORING
RESOLUTION
• Berisi tindakan yang diusulkan untuk mengatasi DRP (kepada dokter, pasien, atau
caregiver)
• Rekomendasi bisa berupa terapi non-farmakologi atau terapi farmakologi jika terapi
obat : harus dinyatakan dengan spesifik cara pemberiannya: nama obat, dosis, rute, waktu,
durasi
• Perlu juga menyatakan alasan pemilihan regimen obat tersebut
• Perlu diberikan juga terapi alternatif
• Jika merekomendasikan konseling isi konseling perlu dinyatakan
FARM = FINDING, ASSESSMENT,
RESOLUTION, MONITORING
MONITORING
• Dalam semangat pharmaceutical care pasien tidak boleh dibiarkan
begitu saja setelah dilakukan intervensi perlu monitoring
• Meliputi : bertanya pada pasien, mendapatkan data lab, memantau
kondisi fisik pasien
• Parameter pemantauan harus jelas terhadap outcome terapi maupn ADR
• Mis : “ monitor GI complaint” kurang spesifik, lebih baik : tanyai
pasien tentang kemungkinan terjadinya dispepsia, diare, atau konstipasi
DRP
DRUG RELATING
PROBLEM
KLASIFIKASI DRP
BERDASARKAN
PCNE
(PHARMACEUTICAL
CARE NETWORK
EUROPA):
KLASIFIKASI DRP MENURUT CIPOLLE:
KLASIFIKASI DRP MENURUT CIPOLLE:
KLASIFIKASI DRP MENURUT CIPOLLE:
KLASIFIKASI DRP MENURUT CIPOLLE:
DRP
Contoh Kasus
1. PASIEN MEMERLUKAN TAMBAHAN TERAPI
OBAT
Keluhan sudah
Kondisi yang tidak Profilaksis atau
diobati namun tidak
diterapi (indikasi terapi preventif
mencukupi (terapi
tidak terobati) (Kasus infeksi)
belum optimal)
Mis: Px mengalami Mis: Px hipertensi stage Mis: ISK >3x dalam setahun
demam >38 oC tidak 2 (TD >160/100 mmHg) (kekambuhan) terapi
profilaksis (hanya diberikan
diberi antipiretik; hanya diberi Captopril 25 tiap malam)
sesak nafas? mg 3x1 ac ; Cotrimoxazole 1x1 (1/2
Dehidrasi? TBC? dosis terapi) tiap malam
2. PASIEN MENDAPAT TERAPI OBAT YANG TIDAK PERLU
• Obat tanpa indikasi (kondisi obat tidak perlu)
Mis: Antibiotik untuk ISPA ringan pd pediatrik seharusnya diberikan antibiotik
saat demam >3 hari, warna lendir hijau
• Penggunaan obat yang adiktif / increational
Mis: Ulcer duodenum Ranitidin 150mg 2dd1 minum kopi dan konsumsi rokok
memicu peningkatan sekresi asam lambung harus dihentikan kopi dan rokok
bukan konsumsi ranitidine
• Duplikasi terapi
Mis: pasien diberi Sanmol dan Pamol / Sanmol dan Proris duplikasi terapi
antipiretik
• Terapi non farmakologi lebih baik
Mis: TD px 130/80 mmHg modifikasi gaya hidup selama 3 bln (JNC
VIII)
• ROTD yang bisa dihindari
Mis: Ulser duodenum Ranitidin 150mg (2x1)
3. PASIEN MENDAPAT OBAT YANG SALAH
• Bentuk sediaan obat tidak tepat
Mis: Bayi terkena infeksi diberikan amoxicillin puyer seharusnya amox drop
Efek yg tdk
Meningkatkan/ diinginkan
menurunkan dosis Mis: CTM mulut kering.
terlalu cepat Lemah lesu, penglihatan
(Gol Kortikosteroid) kabur
Allopurinol Ruam kulit
6. PASIEN MENDAPAT DOSIS TERLALU TINGGI
Mis: pasien anak Mis: Lisinopril diberi Mis: Obat flu (decongestan)
o diminum >5 hari terjadinya
diberi Amox 500 3x1 harusnya 1x1 ;
iritasi atau hidung tersumbat.
mg padahal Azithromisin 2x1 Oleh karena itu, harus
harusnya harusnya 1x1 diberikan untuk 5 hari saja. >5
125mg/5mL hari, obat dihentikan
7. PASIEN TIDAK PATUH
• Produk obat yang tidak tersedia ada 2 kemungkinan:
1. Tidak ada di RS atau di Indonesia
2. Obat ada di RS, tetapi tidak masuk dalam formularium/layanan kesehatan: BPJS/JKN
Mis: tablet diminum 3x1 namun diminum oleh pasien 3 tablet sekaligus seharusnya
tablet diminum tiap 8 jam
• Pasien tidak menyukai obat yang diperolehnya
Mis: karena rasanya pahit penyelesaian: diganti dgn obat yg rasanya manis Contoh:
Erithromisin tab , gnti dgn Erysanbe Chew (tab kunyah) ; Ciprofloxacin ganti dgn Sanprima
• Pasien lupa minum obat
Mis : terapi TBC 6 bulan
Untuk mencegah lupa minum obat, diminum pada pagi hari