PERILAKU ORGANISASI
Studi perilaku keorganisasian adalah suatu ilmu yang sangat menarik untuk dipelajari, karena
berkaitan dengan perilaku manusia dan organisasi. Keterkaitan diantara ke duanya inilah
sehingga tak ada habisnya untuk dibicarakan. Menurut saudara :
Dilihat dari alasan mengapa sebuah organisasi didirikan, secara garis besar
organisasi bisa dibedakan menjadi dua jenis, yaitu organisasi berorientasi ekonomi
(biasa disebut sebagai organisasi berorientasi laba – profit oriented organization)
dan organisasi tidak berorientasi ekonomi (disebut organisasi nirlaba – not-for-profit
organization). Organisasi berorientasi ekonomi adalah jenis organisasi yang
sengaja didirikan untuk membantu manusia memenuhi kebutuhan ekonomi,
khususnya kebutuhan ekonomi para pendirinya atau pemilik organisasi tersebut.
Masyarakat umum mengenal organisasi seperti ini sebagai organisasi perusahaan
atau secara sederhana disebut perusahaan. Oleh karena berorientasi ekonomi maka
ukuran keberhasilan perusahaan adalah sejauh mana organisasi mampu meningkatkan
kesejahteraan ekonomi para pendiri yang diukur dengan meningkatnya jumlah
kekayaan (biasanya dinyatakan dalam satuan mata uang) para pendiri.
Sederhananya, organisasi perusahaan sejak awal memang sengaja didirikan untuk
menghasilkan uang. Sejak awal, mindset para pendiri perusahaan adalah
menggunakan uang untuk menghasilkan uang. Bahkan para pekerjanya juga
dituntut untuk memiliki mindset yang sama. Itulah sebabnya laba menjadi salah
satu ukuran penting dalam menilai keberhasilan organisasi perusahaan (proses
penciptaan nilai tambah akan diuraikan pada bagian berikut).
3. Jelaskan tren perkembangan studi perilaku organisasi di masa yang akan datang?
Turbulensi perubahan lingkungan eksternal yang begitu tinggi yang terjadi dalam 20
tahun terakhir ini menyebabkan para manajer tidak bisa lagi mengelola organisasi
yang di pimpinannya secara tradisional layaknya mengelola organisasi, seperti pada
tahun 1950-an dan 1960-an, ketika lingkungan eksternal organisasi relatif masih
stabil. Di masa mendatang peranan para manajer dalam mengelola organisasi
banyak mengalami perubahan. Para manajer dengan demikian dituntut lebih inovatif,
kreatif, dan harus lebih adaptif agar organisasi yang dipimpinnya bisa survive dan
mencapai tujuan-tujuannya. Oleh karenanya mereka dituntut untuk melakukan desain
ulang dalam mengelola organisasi yang dipimpinnya dan orang-orang yang
bekerja di dalamnya. Hal ini misalnya secara eksplisit dikemukakan oleh
Sumantra Ghoshal dan Christopher Barlett dalam tiga seri tulisannya yang dimuat
dalam Harvard Business Review. Ghoshal dan Barlett mengatakan bahwa seorang
pimpinan puncak tidak bisa lagi berkutat dan memberi perhatiannya semata-mata
kepada masalah strategi organisasi, tetapi sudah harus beralih kepada masalah
penetapan tujuan organisasi. Demikian juga, proses untuk mencapai tujuan harus
lebih diprioritaskan ketimbang semata-mata mempersoalkan struktur organisasi dan
terakhir, memperhatikan persoalan manusia lebih bermakna ketimbang sekadar
persoalan sistem organisasi.