Anda di halaman 1dari 4

II. DASAR TEORI II.

Kromatografi Gas Gas Chromatography (GC) adalah alat yang digunakan untuk pemisahan
suatu zat atau senyawa yang umumnya bersifat volatil. Senyawa volatil merupakan senyawa
yang mudah menguap pada suhu kamar. Sampel yang dapat digunakan dalam GC ini ada dua
wujud yaitu cair dan gas. Prinsip kerja dari Gas Chromatography yaitu sampel yang
diinjeksikan ke dalam aliran fase gerak, kemudian akan dibawa oleh fase gerak yang berupa
gas inert ke dalam kolom untuk dilakukan pemisahan komponen sampel berdasarkan
kemampuannya interaksi diantara fase gerak dan fase diam. Pemisahan tercapai dengan
partisi sampel antara fase gas bergerak dan fase diam berupa cairan dengan titik didih tinggi
(tidak mudah menguap) yang terikat pada zat dan penunjangnya (Khopkar 2007).

Fase Diam dan Fase Gerak pada Kromatografi Gas

a. Fase Diam Pemilihan fasa diam juga harus disesuaikan dengan sampel yang akan
dipisahkan. Untuk sampel yang bersifat polar sebaiknya digunakan fasa diam yang polar.
Begitupun untuk sampel yang nonpolar, digunakan fasa diam yang nonpolar agar pemisahan
dapat berlangsung lebih sempurna. Fase diam pada Kromatografi Gas biasanya berupa cairan
yang disaputkan pada bahan penyangga padat yang lembab, bukan senyawa padat yang
berfungsi sebagai permukaan yang menyerap (kromatografi gas-padat). Sistem gas-padat
telah dipakai secara luas dalam pemurnian gas dan penghilangan asap, tetapi kurang
kegunaannya dalam kromatografi. Pemakaian fase cair memungkinkan kita memilih dari
sejumlah fase diam yang sangat beragam yang akan memisahkan hampir segala macam
campuran.

b. Fase Gerak Disebut juga sebagai gas pembawa. Fungsi utamanya adalah untuk membawa
uap analit melalui system kromatografi tanpa berinteraksi dengan komponenkomponen
sampel. Adapun syarat-syarat fase gerak pada kromatografi gas yaitu sebagai berikut : -
Tidak reaktif - Murni (agar tidak mempengaruhi detector) - Dapat disimpan dalam tangki
tekanan tinggi. Biasanya mengandung gas helium, nitrogen, hydrogen, atau campuran argon
dan metana

II.2Komponen-komponen Penyusun Kromatografi Gas


a. Gas Pembawa Gas pembawa harus bersifat inert, artinya gas ini tidak bereaksi dengan
cuplikan ataupun fasa diamnya. Gas ini disimpan dalam gas bertekanan tinggi sehingga gas
ini akan mengalir cepat dengan sendirinya. Karena aliran gas yang cepat inilah maka
pemisahan dengan kromatografi gas berlangsung hanya dalam beberapa menit saja. Gas
pembawa yang biasa digunakan adalah gas nitrogen.

b. Injektor Injektor berada dalam oven yang temperaturnya dapat dikontrol. Suhu injektor
biasanya C di atas titik didih cuplikan.lubang injeksi didesain untuk memasukkan sampel
secara cepat dan efisien. Desain yang populer terdiri atas saluran gelas yang kecil atau tabung
logam yang dilengkapi dengan septum karet pada satu ujung untuk mengakomodasi injeksi
dengan semprit (syringe). Karena helium (gas pembawa) mengalir melalui tabung, sejumlah
volume cairan yang diinjeksikan (biasanya antara 0,1-3,0 μl) akan segera diuapkan untuk
selanjutnya di bawa menuju kolom. Berbagai macam ukuran semprit saat ini tersedia di
pasaran sehingga injeksi dapat berlangsung secara mudah dan akurat. Septum karet, setelah
dilakukan pemasukan sampel secara berulang, dapat diganti dengan mudah. Sistem
pemasukan sampel (katup untuk mengambil sampel gas) dan untuk sampel padat juga
tersedia di pasaran. Pada dasarnya, ada 4 jenis injektor pada kromatografi gas, yaitu: 1.
Injeksi langsung (direct injection), 2. Injeksi terpecah (split injection), 3. Injeksi tanpa
pemecahan (splitness injection), dan 4. Injeksi langsung ke kolom (on column injection).

c. Kolom Kolom merupakan tempat terjadinya proses pemisahan karena di dalamnya terdapat
fase diam. Oleh karena itu, kolom merupakan komponen sentral pada GC. Ada 3 jenis kolom
pada GC yaitu kolom kemas (packing column) dan kolom kapiler (capillary column); dan
kolom preparative (preparative column). Perbandingan kolom kemas dan kolom kapiler
dtunjukkan oleh gambar berikut : Kolom Kemas Kolom Kapiler Kolom kemas terbuat dari
gelas atau logam yang tahan karat atau dari tembaga dan aluminium. Panjang kolom jenis ini
adalah 1 5 meter dengan diameter dalam 1-4 mm. Kolom kapiler sangat banyak dipakai
karena kolom kapiler memberikanefisiensi yang tinggi (harga jumlah pelat teori yang sangat
besar > pelat). Kolom preparatif digunakan untuk menyiapkan sampel yang murni dari
adanya senyawa tertentu dalam matriks yang kompleks. Fase diam yang dipakai pada kolom
kapiler dapat bersifat non polar, polar, atau semi polar. Fase diam non polar yang paling
banyak digunakan adalah metil polisiloksan (HP-1; DB-1; SE-30; CPSIL-5) dan fenil 5%-
metilpolisiloksan 95% (HP-5; DB-5; SE-52; CPSIL-8). Fase diam semi polar adalah seperti
fenil 50%- metilpolisiloksan 50% (HP-17; DB-17; CPSIL-19), sementara itu fase diam yang
polar adalah seperti polietilen glikol (HP-20M; DB-WAX; CP-WAX; Carbowax- 20M).

d. Termostat (oven) Termostat (oven) adalah tempat penyimpanan kolom. Suhu kolom harus
dikontrol.

e. Detektor Detektor adalah komponen yang ditempatkan pada ujung kolom GC yang
menganalisis aliran gas yang keluar dan memberikan data kepada perekam data yang
menyajikan hasil kromatogram secara grafik.

f. Rekorder Rekorder berfungsi sebagai pencetak hasil percobaan pada lembaran kertas
berupa kumpulan puncak yang disebut kromatogram.

Rahmat, La. DKK. 2015. Praktikum Analisis kualitatif menggunakan Kromatografi


Gas (GLC). [Internet]. Dapat diakses di: https://docplayer.info/69468481-Praktikum-
analisis-kualitatif-menggunakan-kromatografi-gas-glc.html . Diakses pada: 31-10-2020
(16:24)

Pembahasan

Praktikum ini ditujukan untuk mengetahui prinsip kerja dan penggunaan kromatogrfai
gas untuk Analisa secara kualitatif dan kuantitatif, Analisa kualitatif dilakukan dengan cara
menganalisa sampel methanol kemudian amyl alcohol secara bergantian untuk mengetahui
waktu retensi dan luas area peak masing masing sampel, dan analisa kuantitatif dilakukan
dengan mengukur konsentrasi (%) amyl alcohol dan methanol yang dicampurkan dengan
membandingkan luas area cuplikan pada campuran dan luas area cuplikan pada sampel awal.

Fase diam yang digunakan dalam praktikum ini adalah fase diam polar, pemilihan fase
diam ini dilakukan karena sampel yang digunakan sama-sama bersifat polar sehingga
nantinya dalam kolom, pemisahan dapat dilakukan dengan lebih sempurna.

Gas pembawa pada kromatografi gas yang digunakan dalam praktikum ini adalah gas
helium, pemilihan ini dilakukan karena gas helium memenuhi syarat-syarat fase gerak dalam
kromatografi gas yaitu tidak reaktif, dapat disimpan dalam tekanan tinggi, dan murni
sehingga tidak memengaruhi detector. Gas pembawa yang digunakan dalam praktikum ini
diatur pada tekanan 5 bar.
Hal yang sangat perlu diperhatikan dalam praktikum penggunaan kromatografi gas
adalah siringe yang digunakan harus dibilas dengan baik setiap kali akan menginjeksi sampel
yang berbeda, hal ini dilakukan untuk mencegah kontaminasi sampel yang nantinya
mengakibatkan banyak peak yang terbentuk sehingga mengganggu proses anailsa, selain itu
siringe juga harus dipastikan bebas dari gelembung udara pada saat menginjeksi sampel agar
proses Analisa berjalan lebih optimal.

Pada proses Analisa methanol menggunakan kromatigrafi gas, diperoleh peak terbesar
atau peak methanol adalah peak pada waktu retensi 1,771 menit dengan luas area
118.470.217, selain itu juga diperoleh 2 peak kecil yaitu pada waktu retensi 1,708 menit dan
2.279 menit dengan luas area 101.627 dan 4.466.023 akibat sampel yang dianalisa tidak
betul-betul murni karena adanya zat lain yang tercampur ke dalamnya. Sehingga dapat kita
ketahui bahwa waktu retensi untuk methanol yang dianalisa menggunakan kromatografi gas
adalah sekitaran 1,771 menit

Pada proses Analisa amyl alkohol menggunakan kromatigrafi gas, diperoleh peak
terbesar atau peak amyl alkohol adalah peak pada waktu retensi 2,268 menit dengan luas area
198.555.060, selain itu juga diperoleh 3 peak kecil yaitu pada waktu retensi 1,745 menit,
2,128 menit, dan 2,468 menit dengan luas area masing-masing 166.346, 310.982, dan 21.777
akibat sampel yang dianalisa tidak betul-betul murni karena adanya zat lain yang tercampur
ke dalamnya. . Sehingga dapat kita ketahui bahwa waktu retensi untuk amyl alkohol yang
dianalisa menggunakan kromatografi gas adalah sekitaran 2,268 menit

Untuk Analisa campuran methanol dan amyl alkohol menggunakan kromatigrafi gas,
diperoleh 2 peak terbesar yang merupakan peak methanol dan peak amyl alcohol yang
didasarkan pada wakty retensi keduanya, yaitu peak pada waktu retensi 1,782 untuk peak
methanol dan peak pada waktu retensi 2,290 menit untuk peak methanol yang masing-masing
memiliki luas area 48.180.681 dan 130.216.867, selain itu juga diperoleh 3 peak kecil yaitu
pada waktu retensi 0,508 menit, 1,712 menit, dan 2,507 dengan luas area masing-masing
2.117, 39.540, dan 10.198 akibat sampel yang dianalisa tidak betul-betul murni campuran
methanol dan amyl alkohol karena adanya zat lain yang tercampur ke dalamnya.

Kemudian dalam Analisa kuantitatif untuk menentukan konsentrasi (%) amyl alcohol
dan methanol dalam campuran, dilakukan dengan membandingkan luas area cuplikan pada
campuran dan luas area cuplikan pada sampel awal. Dan diperoleh % methanol sebesar
40,67% dan % amyl alcohol adalah sebesar 65,58%

Anda mungkin juga menyukai