I
Pondok Pesantren Alkhairaat Tilamuta Kab. Boalemo
Khutbah Jum’at
MENGENAL SIFAT DUNIA
Punya rumah ingin menambah rumah, padahal yang butuh ditinggali hanya satu saja. Punya
kendaraan ingin menambah lagi, padahal yang butuh dinaiki cukup satu saja. Punya jabatan ingin
menambah jabatan, padahal untuk satu jabatan saja kadang belum mampu menunaikan amanah
dengan sebaik-baiknya. Punya isteri tetap ingin menambah jua, padahal tenaga dan usia sudah
semakin renta dan tua. Rasulullah bersabda tentang hal ini:
ِ ِ ْ َآدم ُك ُّل َشيء إَِّله اثْ ن ِ
ص َواْلََم ُل
ُ ا ْل ْر:ي ْ َ َ يَ ْه ُرُم من ابْ ِن
“Segala sesuatu dalam diri manusia pasti akan menjadi tua kecuali dua perkara, yaitu hasrat rakusnya
terhadap dunia dan angan-angan panjangnya untuk memilikinya.
Pada riwayat lain oleh Imam Bukhari, Rasulullah menggambarkan tentang nafsu manusia:
ابَُّ آد َم إَِّله
ُ الُّت َ َوَّلَ َيَْألُ َج ْو، آد َم َو ِاد ََي ِن ِم ْن َمال َّلَبْ تَ غَى ََثلِثًا
َ ف ابْ ِن َ ل َْو َكا َن َِّلبْ ِن
“Seandainya manusia memiliki dua lembah yang dipenuhi harta dunia, pasti dia masih akan mencari lembah
yang ketiga. Dan manusia tidak akan pernah merasa puas, kecuali tanah kuburan telah memenuhi mulutnya.
Manusia terus berlari mengejar dunia, padahal semua itu tidak menjamin bahagia. Manusia
terus berusaha menghimpun dunia, tak sadar ajal telah menunggu di ujung usia. Manusia tidak
berhenti memburu dunia, kecuali jika liang kubur telah menganga baginya.
أَ ْْلَا ُك ُم الته َكاثُ ُر ؛ َح هَّت ُز ْرُُتُ ال َْم َقابَِر ؛
“Bermegahan dan ingin memiliki lebih banyak telah melalaikan kalian, hingga kalian masuk ke dalam kubur.”
Kaum Muslimin yang dimuliakan Allah
Sifat dunia yang kedua, Semakin banyak dunia didapat, semakin kuat manusia
mencintainya, semakin takut akan kehilangannya, dan semakin kikir pula manusia dibuatnya.
Perhatikanlah keadaan manusia. Ketika memiliki harta yang sedikit, seseorang mampu
berbagi dalam jumlah banyak dengan orang orang lain, bahkan hingga setengah dari seluruh harta
yang dimilikinya. Ketika hanya memiliki uang Rp. 20.000 saja, seseorang sanggup bersedekah
hingga Rp. 10.000 atau separuh dari total harta miliknya. Tetapi manakala diberi lebih banyak lagi;
Rp. 200.000 misalnya, merasa berat manusia untuk menyedekahkan hingga Rp. 100.000 atau
setengah dari hartanya. Lebih-lebih jika memiliki Rp. 2 juta, Rp. 20 juta, apalagi hingga Rp. 200 juta,
semakin besar kecintaan manusia terhadap hartanya, semakin takut dia kehilangannya, dan
semakin kikir pula manusia berinfak untuk akhiratnya.
Maka, berhati-hatilah dengan keinginan memiliki harta dunia yang lebih banyak. Karena
hakikatnya, semakin banyak kemewahan nikmat dunia yang berhasil dimiliki, semakin kuat pula
belenggu cinta dunia menguasai hati dan memperbudak diri.
Para hukama mengingatkan, “Tidak berbahaya perahu yang mengapung apa adanya di tengah air
lautan. Tapi manakala air laut telah masuk dan memenuhi dalam perahu, itulah bahaya yang sesungguhnya.
Pun, tidak berbahaya jika manusia hidup apa adanya di dalam dunia. Tetapi ketika dunia telah masuk
merasuk dan menguasai hatinya, itulah bahaya yang sesungguhnya
Kaum Muslimin...
Sifat dunia yang ketiga, dunia adalah kenikmatan yang singkat dan sangat sedikit.
Dibanding akhirat yang sejati, kenikmatan dunia ini sangatlah sedikit, singkat, dan tidak
berarti. Allah telah mengingatkan dalam al-Qur’an:
يل َو ْاْل ِخ َرةُ َخ ْْيٌ لِ َم ِن اته َق ٰى َوََّل تُظْلَ ُمو َن فَتِ ًيلِ
ٌ قُ ْل َمتَاعُ الدُّنْ يَا قَل
“Katakanlah: “Kesenangan di dunia ini hanya sebentar dan akhirat itu lebih baik untuk orang-orang yang
bertakwa. Dan mereka tidak dizhalimi sedikitpun. (QS. An-Nisa: 77)
3 Ust. Sudarman Pusi, Lc. M.H.I
Pondok Pesantren Alkhairaat Tilamuta Kab. Boalemo
selamanya. Bahwasanya dunia ini akan fana dan binasa, [ َو ْاْل ِخ َرةُ َخ ْْيٌ َوأَبْ َقى ] dan kehidupan
akhirat itu lebih baik dan abadi sepanjang masa.
Kaum Muslimin
Jika sifat dunia sangat buruk semuanya, apakah mencari dunia menjadi terlarang dan tercela?
Sejatinya, memperbaiki nasib kehidupan dunia tidak apa-apa, selama tidak membuat kita lalai
dengan urusan akhirat, minimal menyeimbangkan keduanya. Mencari dunia tidak tercela, selama
digunakan untuk meraih ridha Allah. Sejatinya, mencari dunia tidak dilarang, selama tetap
memperhatikan aturan halal dan haramnya Allah. Karena kaidah kenikmatan dunia sangat tegas;
halalnya akan dihisab, haramnya akan diazab.
Kaum Muslimin...
Semoga Allah senantiasa melindungi kita dari tipu daya dunia yang fana ini, membimbing
kita untuk tidak melalaikan nasib kehidupan di akhirat yang lebih abadi. Semoga Allah
memberikan taufik kepada kita semua menuju ridha-Nya.
Amin ya Rabbal Alamin...