Anda di halaman 1dari 4

1 Ust. Sudarman Pusi, Lc. M.H.

I
Pondok Pesantren Alkhairaat Tilamuta Kab. Boalemo

Khutbah Jum’at
MENGENAL SIFAT DUNIA

Diriwayatkan oleh Imam Muslim, sayyidina Jabir bin Abdullah mengisahkan;


Suatu ketika, Rasulullah lewat di sebuah pasar, sehingga para sahabat yang ada di pasar itu
datang mengelilingi beliau. Sesaat kemudian Rasulullah melihat bangkai anak kambing yang cacat
telinganya. Beliau mengambil dan mengangkat bangkai itu sambil berkata, “Siapa di antara kalian
yang mau membeli bangkai kambing ini seharga satu dirham?” Para sahabat menjawab, “Kami tidak
menginginkannya sekalipun dijual dengan sangat murah, lagi pula, apa yang bisa kami lakukan dengan
bangkai ini?” Rasulullah berkata lagi, “Kalau begitu, maukah kalian memilikinya dengan gratis dan cuma-
cuma.” Mereka menjawab, “Demi Allah, bahkan seandainya kambing ini dalam keadaan hidup, tetap saja
kami tidak menginginkannya karena tidak berharga lantaran cacat telinganya. Apalagi sudah menjadi bangkai
seperti ini.” Mendengar jawaban mereka, Rasulullah bersabda:
» ‫اَّلل ِم ْن َه َذا َعلَْي ُك ْم‬
ِ‫اَّلل لَلدُّنْ يا أ َْهو ُن َعلَى ه‬
َ َ
ِ‫« فَ و ه‬
َ
“Demi Allah, sungguh dunia ini lebih rendah dan hina di hadapan Allah, dibanding dengan tidak
berharganya bangkai kambing ini bagi kalian.”
Lebih tegas lagi, Rasulullah menyatakan dalam riwayat lainnya:
‫يها إِهَّل ما ابتغي به وجه للا‬ِ
َ ‫الدُّنْ يَا َملْعُونَةٌ َملْعُو ٌن َما ف‬
"Dunia itu terlaknat, dan terlaknat pula segala yang di dalamnya, kecuali yang digunakan untuk mencari
ridha Allah.
Kaum Muslimin Jama’ah Jum’at yang dimuliakan Allah
Riwayat-riwayat tadi, hanya hanya sebahagian kecil dari sekian banyak nash baik ayat al-
Qur’an maupun hadits Rasul, yang menggambarkan tentang hina dan rendahnya nilai dunia.
Selaras dengan maknanya secara bahasa, “ad-dunya” berarti sesuatu yang rendah dan tak berharga.
Di samping itu, dunia yang hina dan tak berharga itu sangat berbahaya dan mampu
mencelakakan manusia. Sayyidina ‘Ali r.a pernah mengingatkan, “Dunia secara zahir ibarat ular yang
lembut kala disentuh, tapi sangat berbisa dan mampu membunuh.”
Dari peringatan ini, hendaknya membuat setiap mukmin berhati-hati terhadap dunia, dan
berusaha mengenali watak dan tabiat dunia dengan sebaik-baiknya, agar selamat dari tipuan dan
rayuannya. Melalui khutbah sederhana ini, sejenak kita merenungi dan mengenali sifat-sifat dunia.
Sifat yang Pertama, Dunia tidak akan pernah mencukupi.
Sebanyak apapun kenikmatan dunia yang diperoleh manusia, akan selalu dirasa tidak pernah
cukup. Manusia yang mengejar kenikmatan dunia, ibarat minum air laut. Semakin banyak air
diminum, semakin haus manusia dibuatnya. Semakin laju manusia mengejar dunia, semakin cepat
dia berlari menebarkan pesona. Semakin banyak kemewahan dunia diraih, semakin banyak pula
kemewahan lain yang ingin dimiliki. Sungguh, dunia tidak akan pernah mencukupi.
Sihir dunia inilah yang membelenggu manusia selama ini. Membuat manusia sibuk bekerja
tanpa henti, banting tulang siang dan malam, mencari kenikmatan duniawi sekuat tenaga,
mengumpulkan materi sebanyak-banyaknya, kadang sampai menzhalimi hak orang lain, kadang
sampai mengabaikan aturan halal dan haram, kadang sampai memalingkannya dari urusan akhirat,
bahkan melalaikan kewajibannya beribadah kepada Allah.
Realitas ini kian diperparah oleh sifat nafsu manusia, yang memang tidak pernah mengenal
puas. Selalu berusaha memiliki lebih banyak dari apa yang sudah dimilikinya.
2 Ust. Sudarman Pusi, Lc. M.H.I
Pondok Pesantren Alkhairaat Tilamuta Kab. Boalemo

Punya rumah ingin menambah rumah, padahal yang butuh ditinggali hanya satu saja. Punya
kendaraan ingin menambah lagi, padahal yang butuh dinaiki cukup satu saja. Punya jabatan ingin
menambah jabatan, padahal untuk satu jabatan saja kadang belum mampu menunaikan amanah
dengan sebaik-baiknya. Punya isteri tetap ingin menambah jua, padahal tenaga dan usia sudah
semakin renta dan tua. Rasulullah bersabda tentang hal ini:
ِ ِ ْ َ‫آدم ُك ُّل َشيء إَِّله اثْ ن‬ ِ
‫ص َواْلََم ُل‬
ُ ‫ ا ْل ْر‬:‫ي‬ ْ َ َ ‫يَ ْه ُرُم من ابْ ِن‬
“Segala sesuatu dalam diri manusia pasti akan menjadi tua kecuali dua perkara, yaitu hasrat rakusnya
terhadap dunia dan angan-angan panjangnya untuk memilikinya.
Pada riwayat lain oleh Imam Bukhari, Rasulullah menggambarkan tentang nafsu manusia:
‫اب‬َُّ ‫آد َم إَِّله‬
ُ ‫الُّت‬ َ ‫ َوَّلَ َيَْألُ َج ْو‬، ‫آد َم َو ِاد ََي ِن ِم ْن َمال َّلَبْ تَ غَى ََثلِثًا‬
َ ‫ف ابْ ِن‬ َ ‫ل َْو َكا َن َِّلبْ ِن‬
“Seandainya manusia memiliki dua lembah yang dipenuhi harta dunia, pasti dia masih akan mencari lembah
yang ketiga. Dan manusia tidak akan pernah merasa puas, kecuali tanah kuburan telah memenuhi mulutnya.
Manusia terus berlari mengejar dunia, padahal semua itu tidak menjamin bahagia. Manusia
terus berusaha menghimpun dunia, tak sadar ajal telah menunggu di ujung usia. Manusia tidak
berhenti memburu dunia, kecuali jika liang kubur telah menganga baginya.
‫أَ ْْلَا ُك ُم الته َكاثُ ُر ؛ َح هَّت ُز ْرُُتُ ال َْم َقابَِر ؛‬
“Bermegahan dan ingin memiliki lebih banyak telah melalaikan kalian, hingga kalian masuk ke dalam kubur.”
Kaum Muslimin yang dimuliakan Allah
Sifat dunia yang kedua, Semakin banyak dunia didapat, semakin kuat manusia
mencintainya, semakin takut akan kehilangannya, dan semakin kikir pula manusia dibuatnya.
Perhatikanlah keadaan manusia. Ketika memiliki harta yang sedikit, seseorang mampu
berbagi dalam jumlah banyak dengan orang orang lain, bahkan hingga setengah dari seluruh harta
yang dimilikinya. Ketika hanya memiliki uang Rp. 20.000 saja, seseorang sanggup bersedekah
hingga Rp. 10.000 atau separuh dari total harta miliknya. Tetapi manakala diberi lebih banyak lagi;
Rp. 200.000 misalnya, merasa berat manusia untuk menyedekahkan hingga Rp. 100.000 atau
setengah dari hartanya. Lebih-lebih jika memiliki Rp. 2 juta, Rp. 20 juta, apalagi hingga Rp. 200 juta,
semakin besar kecintaan manusia terhadap hartanya, semakin takut dia kehilangannya, dan
semakin kikir pula manusia berinfak untuk akhiratnya.
Maka, berhati-hatilah dengan keinginan memiliki harta dunia yang lebih banyak. Karena
hakikatnya, semakin banyak kemewahan nikmat dunia yang berhasil dimiliki, semakin kuat pula
belenggu cinta dunia menguasai hati dan memperbudak diri.
Para hukama mengingatkan, “Tidak berbahaya perahu yang mengapung apa adanya di tengah air
lautan. Tapi manakala air laut telah masuk dan memenuhi dalam perahu, itulah bahaya yang sesungguhnya.
Pun, tidak berbahaya jika manusia hidup apa adanya di dalam dunia. Tetapi ketika dunia telah masuk
merasuk dan menguasai hatinya, itulah bahaya yang sesungguhnya
Kaum Muslimin...
Sifat dunia yang ketiga, dunia adalah kenikmatan yang singkat dan sangat sedikit.
Dibanding akhirat yang sejati, kenikmatan dunia ini sangatlah sedikit, singkat, dan tidak
berarti. Allah telah mengingatkan dalam al-Qur’an:
‫يل َو ْاْل ِخ َرةُ َخ ْْيٌ لِ َم ِن اته َق ٰى َوََّل تُظْلَ ُمو َن فَتِ ًيل‬ِ
ٌ ‫قُ ْل َمتَاعُ الدُّنْ يَا قَل‬
“Katakanlah: “Kesenangan di dunia ini hanya sebentar dan akhirat itu lebih baik untuk orang-orang yang
bertakwa. Dan mereka tidak dizhalimi sedikitpun. (QS. An-Nisa: 77)
3 Ust. Sudarman Pusi, Lc. M.H.I
Pondok Pesantren Alkhairaat Tilamuta Kab. Boalemo

Rasulullah menggambarkan perbandingan kenikmatan dunia dan akhirat:


‫صبَ َعهُ ِِف الْيَ ِهم فَ ْليَ ْنظُْر ِِبَ يَ ْرِج ُع؟‬ ِ ِ ِ ِ
ْ ِ‫َح ُد ُك ْم إ‬
َ ‫َوللاه َما الدُّنْ يَا ِِف اْلخ َرة إَِّله مثْ ُل َما ََْي َع ُل أ‬
“Demi Allah, tiadalah kenikmatan dunia itu dibanding dengan kenikmatan akhirat, kecuali ibarat seseorang
yang mencelupkan jari ke dalam luasnya samudera, lalu mengeluarkannya. Lihatlah sebanyak apa air yang
menempel di jarinya?”
Begitulah perumpamaan kenikmatan dunia. Tiada lain kecuali seperti air yang menempel di
jari ketika dicelupkan ke dalam lautan, sementara kenikmatan akhirat ibarat air samudera yang luas
tak terbatas. Sungguh, betapa naifnya manusia, jika hanya demi mengejar nikmat dunia yang hanya
setets air, dia mengorbankan nikmat akhirat yang lebih banyak seluas air samudera.
Salah seorang khalifah pernah ditimpa penyakit susah buang air kencing hingga berhari-hari.
Semua tabib hebat kerajaan tidak ada yang mampu menyembuhkan. Harapan yang tersisa tinggal
seorang tabib yang saleh. Sang Tabib pun berkata, “Jika saya mampu menyembuhkan penyakit Khalifah,
berapa harga yang sanggup Khalifah bayarkan?” Khalifah berkata, “Aku akan memberikanmu separuh
kerajaanku. Tabib itu berkata lagi, “Jika setelah sembuh nanti, kemudian Khalifah akan ditimpa penyakit
kencing terus-menerus dan tidak bisa berhenti, berapa harga yang akan Khalifah bayar untuk
kesembuhannya?” Khalifah berkata, “Aku akan memberikan separuh kerajaanku lagi.” Sang Tabib
kemudian mengucapkan kalimat penuh hikmah, “Demi Allah wahai khalifah, tiadalah harga kerajaan
dunia itu, kecuali hanya senilai air kencing yang keluar dengan lancar dan apa adanya.”
Kaum Muslimin...
Sifat kemewahan dunia yang keempat, sebagaimana disampaikan oleh Imam ‘Ali r.a,
‫اب‬ ِ ِ
[ ٌ ‫ َو َح َر ُام َها ع َق‬،‫اب‬
ٌ ‫س‬َ ‫] َحلَلُ َها ح‬. Yang halal dari dunia akan dihisab, haramnya akan diazab.
Itulah kenikmatan dunia. Hasil yang didapat dengan cara yang halal, di akhirat akan
menyebabkan lamanya hisab dan pemeriksaan di hadapan Allah. Bahkan ketika seseorang akan
masuk surga pun, dia akan terhambat lama oleh proses hisab terhadap harta dunianya.
Bahkan untuk para manusia mulia pun, ketetapan itu tetap berlaku adanya, sebagaimana
yang akan kelak berlaku pada Nabiyullah Sulaiman a.s dan sahabat Rasul Sayyidina Abdurrahman
bin ‘Auf r.a. Karena kerajaan dan kekayaan yang mereka miliki di dunia, keduanya harus
mengalami proses hisab yang panjang di akhirat sehingga lambat untuk masuk surga. Imam al-
Ghazali dalam kitab ‘Ihya meriwayatkan, Rasulullah bersabda:
ِ ِ ‫آ ِخر اْلَنْبِياَء ُد ُخوَّلُ الْ جنهةَ سلَْيما َن بْن َداو َد َعلَْي ِهما الس َلم لِم َك‬
ْ َ‫ َوآخ ُر أ‬، ‫ان ُم ْلكِ ِه‬
‫ص َح ِاب ُد ُخوًَّل الْ َجنهةَ َع ْب ُد ال هر ْحَ ْن‬ َ ُ َ َ ُ ُ َ ُ َ َ ُ
ِ ِ ‫بِن َعوف لِم َك‬
ُ‫ان غنَاه‬ َ ْ
“Nabi yang terakhir masuk surga adalah Nabi Sulaiman karena lama dihisab atas kerajaannya. Dan
sahabatku yang terakhir masuk surga adalah ‘Abdurrahman bin ‘Auf, karena lamanya proses pemeriksaan
atas kekayaannya.
Jika nikmat dunia yang halal dan dimiliki oleh manusia mulia saja, bisa menyebabkan hisab
dan perhitungan yang begitu lama, maka bagaimana dengan aneka kemewahan dunia yang
didapat dengan jalan yang haram? Pasti, bukan saja akan menghadapi hisab yang panjang, tapi juga
akan menyebabkan azab akhirat yang berkepanjangan.
Kaum Muslimin...
Kelima, sifat dunia itu fana dan sementara, sebatas sandiwara dan fatamorgana belaka.
Allah berfirman dalam QS. Ali Imran : 185: [ ‫الْغُ ُروِر‬ ُ‫] َوَما ا ْلَيَاةُ الدُّنْ يَا إِهَّل َمتَاع‬
“Tiadalah kehidupan dunia itu kecuali hanyalah kesenangan yang fana dan mempedaya.
4 Ust. Sudarman Pusi, Lc. M.H.I
Pondok Pesantren Alkhairaat Tilamuta Kab. Boalemo

Dalam ayat lainnya, QS. Al-An’kabut : 64 Allah mengingatkan:


‫الدار اْلخرةَ َْلِ َي اليوا ُن لو كانُوا يَعلمو َن‬ ِ ُّ ُ‫َوَما َه ِذهِ الْ َحيَاة‬
ٌ ‫الدنْ يَا إَِّله لَْه ٌو ولَع‬
َ ‫ب وإ هن‬
“Dan tiadalah kehidupan dunia ini, selain dari main-main dan senda gurau belaka. Dan sungguh kampung
akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa, seandainya manusia memahaminya?”
Belum cukupkah semua peringatan Allah dan Rasul-Nya, untuk dipahami dan diyakini
manusia? Bahwasanya dunia ini terlalu singkat dan sementara, di banding akhirat yang kekal

selamanya. Bahwasanya dunia ini akan fana dan binasa, [ ‫َو ْاْل ِخ َرةُ َخ ْْيٌ َوأَبْ َقى‬ ] dan kehidupan
akhirat itu lebih baik dan abadi sepanjang masa.
Kaum Muslimin
Jika sifat dunia sangat buruk semuanya, apakah mencari dunia menjadi terlarang dan tercela?
Sejatinya, memperbaiki nasib kehidupan dunia tidak apa-apa, selama tidak membuat kita lalai
dengan urusan akhirat, minimal menyeimbangkan keduanya. Mencari dunia tidak tercela, selama
digunakan untuk meraih ridha Allah. Sejatinya, mencari dunia tidak dilarang, selama tetap
memperhatikan aturan halal dan haramnya Allah. Karena kaidah kenikmatan dunia sangat tegas;
halalnya akan dihisab, haramnya akan diazab.
Kaum Muslimin...
Semoga Allah senantiasa melindungi kita dari tipu daya dunia yang fana ini, membimbing
kita untuk tidak melalaikan nasib kehidupan di akhirat yang lebih abadi. Semoga Allah
memberikan taufik kepada kita semua menuju ridha-Nya.
Amin ya Rabbal Alamin...

Anda mungkin juga menyukai