Anda di halaman 1dari 6

FM-BINUS-AA-FPU-78/V2R0

BINUS University

Academic Career: Class Program:


Undergraduate / Master / Doctoral *) International/Regular/Smart Program/Global Class*)
Term : Odd/Even/Short *)
 Mid Exam  Final Exam
 Short Term Exam  Others Exam : _____________

 Kemanggisan  Alam Sutera  Bekasi Academic Year :


 Senayan  Bandung  Malang 2021 / 2022

Faculty / Dept. : CBDC / Character Building Development Deadline Day / Date : Thursday / 25th
Center November 2021
Time : 14:40:00
Code - Course : CHAR6013 – Character Building Pancasila Class : All parallel class
Lecturer : Team Exam Type : Online

) Strikethrough the unnecessary items
The penalty for CHEATING is DROP OUT!!!

LEARNING OUTCOME: LO 1, LO 2, LO 3, LO 4

LO 1: Menjelaskan Pancasila sebagai dasar, ideologi negara, dan sistem philPancasila


sebagai dasar, ideologi negara, dan sistem filsafat & etika dan etika
LO 2: Menerapkan nilai-nilai Pancasila dalam tindakan nyata
LO 3: Menganalisis masalah etika yang terkait dengan perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi
LO 4: Menganalisis masalah toleransi dan keragaman

Ketentuan menjawab soal ujian:

• Jawaban ditulis dalam bentuk file Microsoft Word. • Referensi utama Handout (diktat) materi CB
• Panjang jawaban untuk soal Essay = 50 – 100 kata. • Referensi lainnya, harus ada. Referensi yang
• Panjang jawaban untuk soal Kasus = 200 – 300 kata. relevan, ilmiah, dan dari media resmi.
• Teks dari referensi lainnya. Tidak boleh diambil
begitu saja (copy-paste), melainkan harus
diolah, dengan tetap memperhatikan panjang
jawaban (jumlah kata) seperti disebutkan di
atas. Jawaban yang tidak sesuai dengan aturan
tersebut dianggap salah.
• Referensi dituliskan ditiap masing-masing
jawaban untuk tiap soal.
• Jumlah kata referensi tidak dihitung jumlah
jawaban soal
Ketentuan yang harus dipatuhi dalam menjawab soal ujian:

Verified by,

[Murty Magda Pane] (D3371) and sent to Department/Program on Oct 27, 2021
Page 1 of 6
FM-BINUS-AA-FPU-78/V2R0

1. Panjang jawaban sesuai petunjuk yang ada di setiap soal.


2. Bahan referensi untuk jawaban:
o Referensi utama  Lecture Note (diktat kuliah) materi CB.
o Referensi lainnya  Harus yang relevan, ilmiah, dan dari media resmi.
o Cantumkan referensi yang Anda pakai untuk setiap jawaban yang Anda berikan di setiap
soal (berupa buku atau artikel, termasuk sumber-sumber online, e-book), mencakup:
Nama penulis, judul buku/artikel, penerbit/link, tahun terbit, halaman.
3. Teks dari referensi  Tidak boleh diambil begitu saja (copy-paste), melainkan harus diolah,
dengan tetap memperhatikan panjang jawaban (jumlah kata) sesuai yang dicantumkan di
setiap soal.
4. Jawaban yang disubmit harus dalam format Word.
5. Jawaban yang tidak sesuai dengan ketentuan seperti tertulis di atas dianggap salah.

Essay

1. Kemukakan tantangan dalam penerapan nilai-nilai Pancasila sebagai ideologi negara bagi
generasi muda! (10 point)
Yang dapat kita ketahui sekarang, terdapat banyak aspek-aspek kemajuan zaman yang
menawarkan nilai-nilai lain lebih menarik minat anak muda, mudah dan praktis, sehingga
anak-anak muda mengikuti budaya yang tidak sejalan dengan dirinya. Namun demikian
nilai-nilai baru tersebut tidak selalu dapat menjamin kekokohan diri pribadi individu dan
juga pribadi bangsa, karena kebanyakan sifatnya semu dan instan.
Daya tawar nilai-nilai baru yang dengan mudah sampai kepada kita melalui berbagai
bentuk propaganda yang dikemas dalam wujud samar dan bahkan terang-terangan, melalui
berbagai media sosial yang sangat mudah diakses, sangat berpotensi meruntuhkan dengan
mudah nilai-nilai luhur bangsa kita yang kokoh dan kaya akan nilai.
2. Jelaskan pandangan anda tentang penyebab memudarnya nilai-nilai Pancasila pada Era
Reformasi! (10 point)
Semakin banyak masyarakat mengabaikan nilai-nilai kemanusiaan. Memaksakan
kehendak sendiri, tidak ada diskusi, apalagi demokrasi (Setiyono & Triyana, 2014). Yang
dilakukan, hanya ketaatan yang lahir dari karakter kekuasaan totaliter. Bagi mereka, teror
dan propaganda adalah cara utama untuk mendapatkan kekuasaan. Nilai persatuan yang
terkandung dalam sila ke-3 Pancasila juga memudar. Hal ini terlihat dari semakin
banyaknya kasus konflik antar kelompok masyarakat (Zahrafani, Amin, & As, 2017). Selain
itu, ujaran kebencian pun meningkat melalui berbagai akun media sosial. Nilai demokrasi
Pancasila juga semakin melemah dengan semakin maraknya praktik politik uang dan politik
identitas atau menjadikan suku, budaya, agama, lainnya sebagai alat politik.
Verified by,

[Murty Magda Pane] (D3371) and sent to Department/Program on Oct 27, 2021
Page 2 of 6
FM-BINUS-AA-FPU-78/V2R0
3. Bagaimana pandangan anda tentang potensi penyalahgunaan ilmu dan teknologi yang
bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila? (10 point)
Pancasila sebagai ideologi dapat mempersatukan kita secara politik, mewakili dan
memperhalus kepentingan apapun, mengandung pluralisme agama, dan menjamin
kebebasan berkeyakinan. Tapi sekarang di era ini, di mana teknologi berkembang pesat
diikuti dengan masuknya ideologi asing, juga membawa setiap perubahan budaya Indonesia.
Ini juga mengarah pada kemudahan infiltrasi budaya dari ideologi lain yang mampu
menggeser pandangan tentang pentingnya Pancasila sebagai dasar bertindak dan
menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini terjadi karena generasi muda
terjebak pada tren teknologi seperti televisi, jejaring sosial, itu membuat mereka lupa
tentang identitas nasional mereka, mereka lupa betapa kerasnya nenek moyang kita berjuang
untuk kemerdekaan bangsa

4. Jelaskan upaya apa saja yang dapat anda lakukan untuk menerapkan nilai-nilai Ketuhanan
dalam Sila Pancasila sebagai keadilan bagi sesama anak bangsa ini! (10 point)
Percaya dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai ajaran agama yang dianut.
Menjalankan perintah agama sesuai ajaran yang dianut, tak hanya itu wajib hukumnya bagi
kita untuk saling menghormati antarumat beragama. Hal ini juga berlaku pada bekerja sama
antarpemeluk agama dan penganut kepercayaan yang berbeda-berbeda. Menghormati orang
lain dalam kebebaan menjalankan ibadah sesuai agama dan kepercayaan masing-masing
juga diperlukan. Penting halnya bagi anak bangsa untuk tidak memaksakan satu agama dan
kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa kepada orang lain. Baik juga bila anak-anak
muda sering berdialog antar umat beragama agar meningkatkan sikap toleransi—baik
melalui kajian online maupun offline.

Studi Kasus:
SIKAP KEMANUSIAAN YANG MENGEDEPANKAN TOLERANSI, KEADILAN DAN
KEADABAN
Direktur Riset Setara Institute, Halili Hasan, mengatakan sejumlah wali kota telah memperlihatkan
gerak maju kepemimpinan toleransi. "Mengemuka semangat pemerintah kota untuk memperbaiki potret
buram intoleransi, melalui inisiatif dan arah kebijakan kota-kota yang kondusif bagi pemajuan
toleransi," kata Halili dalam keterangannya, Selasa, 13 April 2021.
Halili menyebutkan Wali Kota Bogor Bima Arya secara eksplisit ingin mengembalikan Bogor sesuai
sejarahnya, yakni kota toleran. Beberapa cara yang dilakukan Bima Arya antara lain mendorong dan
menjamin pelaksanaan pelbagai kegiatan, mulai dari perayaan Cap Gomeh, Natal, dan
perayaanperayaan lainnya.

Verified by,

[Murty Magda Pane] (D3371) and sent to Department/Program on Oct 27, 2021
Page 3 of 6
FM-BINUS-AA-FPU-78/V2R0
Dalam konteks kasus GKI Yasmin, kata Halili, Bima Arya menyatakan sudah memiliki titik terang
dan ditargetkan selesai pada 2021. Dalam beberapa kesempatan, Bima Arya pernah berjanji akan
menyelesaikan kasus tersebut pada akhir 2019 kemudian janji yang sama paling lambat medio 2020.
"Janji penyelesaian kasus GKI Yasmin ini perlu untuk terus dikawal," katanya.
Kepala daerah lainnya, Halili menyebut nama Wali Kota Malang Sutiaji yang melakukan penguatan
program deradikalisasi agar bibit-bibit yang mengarah kepada radikalisme dan ekstremisme dapat
dicegah dan diminimalisir. Wali Kota Malang juga ingin mewujudkan kota yang rukun dan toleran
berasaskan keberagaman dan keberpihakan masyarakat dan gender. "Menariknya, inisiatif-inisiatif yang
dilakukan Wali Kota Malang tersebut tetap dengan menghargai kebebasan berpikir dan berpendapat dari
masyarakatnya, sehingga tidak dilakukan dengan cara-cara yang represif," ujar Halili.
(sumber: https://nasional.tempo.co/read/1452142/setara-sebut-wali-kota-bogor-malang-dan-
salatigatunjukkan-semangat-toleransi/ )

5. Berikan analisis anda mengenai masalah ini berdasarkan teori tentang nilai-nilai
toleransi antar Umat Beragama! (30 point)
Saat ini, gagasan toleransi antarumat beragama menyiratkan kerja sama tidak hanya
antarumat beriman, tetapi semua anggota masyarakat dalam tujuan kebaikan, dan
merupakan syarat penting untuk memperkuat perdamaian dan stabilitas. Mampu
menerima perbedaan satu sama lain dapat memiliki efek positif pada kesejahteraan
seseorang. Menjadi toleran menghilangkan hambatan yang dipaksakan sendiri dan
memungkinkan seseorang untuk berpikir lebih luas dan menikmati kedamaian batin yang
lebih besar.
Konstitusi memberikan jaminan kebebasan beragama dan hak untuk beribadah
menurut keyakinannya sendiri, tetapi warga negara harus menerima pembatasan yang
ditetapkan oleh hukum untuk melindungi hak orang lain, sebagaimana dicatat dalam
konstitusi, untuk memenuhi “tuntutan yang adil berdasarkan pertimbangan moral, nilai-
nilai agama, keamanan, dan ketertiban umum dalam masyarakat demokratis.”
Terdapat salah satu indeks untuk menilai tingkat toleransi antar umat beragama di
kota. Dimana ada 4 variabel untuk IKT. Pertama regulasi pemerintah, regulasi sosial,
ketiga aksi pemerintah, dan terakhir demografi agama. Dari 4 indikator tersebut,
menurunkannya menjadi bagian spesifik.
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) dengan bobot 10%,
kebijakan pemerintah kota tentang toleransi atau non-diskriminasi 20%, insiden intoleransi
20%, dinamika masyarakat sipil 10% kemudian tindakan atau pernyataan pemerintah
kepada publik 10%. Tindakan pemerintah dalam bentuk aksi nyata 15%, kemudian
demografi ymenggambarkan heterogenitas agama adalah 5%, inklusi sosial-keagamaan
adalah 10.

Verified by,

[Murty Magda Pane] (D3371) and sent to Department/Program on Oct 27, 2021
Page 4 of 6
FM-BINUS-AA-FPU-78/V2R0
6. Bagaimana solusi anda mengenai kasus tersebut berdasarkan teori tentang sikap
kemanusiaan yang berkeadilan dan berkeadaban! (30 point)
Pemuda adalah warga negara yang harus memahami dan mampu menjalankan
tugasnya dengan baik dalam segi hak dan kewajiban sebagai individu, peka dan
memiliki tanggung jawab sosial, dapat memecahkan masalah dan masalah sosialnya
sesuai dengan fungsi dan perannya (sensitif, responsif sosial, dan kecerdasan sosial).
Anak muda harus dibentuk dan dilatih untuk memiliki jiwa nasionalisme dan
patriotisme terhadap bangsa dan negara. Namun, sebagian mereka terjerumus ke dalam
jebakan radikalisme dan terorisme. Mereka didoktrin dengan paham anti Pancasila,
UUD 1945 Konstitusi NKRI, Bhineka Tunggal Ika dan membenarkan rasa intoleransi
terhadap orang, kelompok, bahkan negara jika tidak sejalan dengan mereka (Yusoff &
Mahmud, 2005).
Solusinya adalah melibatkan anak muda dalam misi kemanusiaan yang adil dan
beradab serta penggunaan sarana kebijakan pidana yang memiliki 2 (dua) model, yaitu
sarana hukuman (penal) dan non-penal (non-penal) (Mukhtar, 2016). Sarana hukuman
yang digunakan dengan hukum pidana bersama dengan sanksi pidana, yaitu:
diwujudkan dalam pembentukan subsistem hukum pidana (struktur, substansi, dan
budaya).
Menyikapi persoalan radikalisme dan terorisme yang masih ada, sebuah inovasi
muncul, yaitu Pemuda Indonesia harus berjuang keras dan berperilaku masohi berbasis
militansi pada semangat idealisme, nasionalisme, dan patriotisme untuk menanggulangi
radikalisme dan terorisme. Masohi memiliki arti sama dengan “Gotong Royong” yaitu
bekerja sama mencapai hasil yang diinginkan.

Verified by,

[Murty Magda Pane] (D3371) and sent to Department/Program on Oct 27, 2021
Page 5 of 6
FM-BINUS-AA-FPU-78/V2R0

REFERENSI

Diktat Character Building Pancasila.


Setiyono, B., & Triyana, B. (2014). Revolusi Belum Selesai. Serambi Ilmu Semesta.
Yusoff, Z. H. M., & Mahmud, F. (2005). Gerakan Teroris dalam Masyarakat Islam:
Analisis Terhadap Gerakan Jemaah Islamiyah (JI). Jurnal Usuluddin, 21, 39–62.
Retrieved from http:// Masohi Militancy: Youth Efforts to Eradicate Radicalism And
Terrorism
Zahrafani, U., Amin, M. J., & As, A. (2017). Upaya Pemerintah Dalam Menangani
Konflik. EJournal Ilmu Pemerintahan, 5(4), 1585–1598. Retrieved from
https://ejournal.ip.fisip-
unmul.ac.id/site/wcontent/uploads/2017/10/01_format_artikel_ejournal_mulai_hlm_gan
jil (10-26-17-08-53-18).pdf

Verified by,

[Murty Magda Pane] (D3371) and sent to Department/Program on Oct 27, 2021
Page 6 of 6

Anda mungkin juga menyukai