Anda di halaman 1dari 28

CV.

R’ LIMA KONSULTAN 1-1


Laporan Pendahuluan

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Taman merupakan salah satu fasilitas pelengkap dalam komplek perkantoran.


Tanpa taman maka daerah perkantoran akan terlihat gersang dan kurang memiliki
nilai keindahan atau estetika. Taman juga berfungsi sebagai tempat rekreasi kecil
sebagai pelepas penat bagi masyarakat sekitar. Oleh karena itu sangat disarankan
untuk komplek perkantoran memiliki fasilitas taman, termasuk juga Komplek Polda
Lampung.

Secara geografis, fasilitas taman Polda Lampung berada di area yang strategis.
Taman Polda Lampung berada di luar komplek aktivitas kantor, sehingga
masyarakat umum dapat menikmatinya tanpa mengganggu kegiatan dalam Polda
Lampung. Di sekitar area tamanpun terdapat area parkir yang cukup luas, sehingga
tidak mengganggu kelancaran masyarakat dalam berlalu lintas.

1.2. MAKSUD DAN TUJUAN

Pengadaan Jasa Konsultansi Perencanaan Konstruksi Pemeliharaan Taman


Polda Lampung Tahun Anggaran 2019 dimaksudkan untuk menyiapkan Dokumen
Perencanaan Teknis sebagai salah satu prosedur dalam pembangunan suatu
bangunan. Dokumen Perencanaan Teknis merupakan salah satu persyaratan
Dokumen Administrasi bagi setiap Bangunan Negara.
1-2

Tujuan dari Pengadaan Jasa Konsultansi Perencanaan Konstruksi Pemeliharaan


Taman Polda Lampung Tahun Anggaran 2019 adalah untuk menuangkan secara
lengkap dan jelas Syarat-syarat Teknis/ Persyaratan Teknis taman. Dengan
terpenuhinya syarat-syarat teknis suatu bangunan Negara maka kelayakan,
fungsi dan manfaat dapat tercapai secara maksimal.

CV. R’ LIMA KONSULTAN


Laporan Pendahuluan

1.3. SASARAN

Sasaran dari pekerjaan Pengadaan Jasa Konsultansi Perencanaan Konstruksi


Pemeliharaan Taman Polda Lampung Tahun Anggaran 2019 adalah guna
terpenuhinya Standar Persyaratan Teknis. Terpenuhinya persyaratan bahan
/material/spek yang akan digunakan dalam proses pembangunan taman.
Standar taman untuk yang telah ditentukan seperti : Jenis tanaman, tinggi
tanaman,spesifikasi material bahan, dll.

1.4. KELUARAN

Keluaran yang dihasilkan dari pelaksanaan pekerjaan Pengadaan Jasa


Konsultansi Perencanaan Konstruksi Pemeliharaan Taman Polda Lampung
Tahun Anggaran 2019 ini adalah Dokumen Hasil Perencanaan dan Perancangan
berupa Detail Engineering Design (DED) sebagai dokumen Pelaksanaan
pekerjaan fisik.

CV. R’ LIMA KONSULTAN


2-1
Laporan Pendahuluan

BAB II
METODE PELAKASANAAN

Metodologi pelaksanaan pekerjaan, disusun berdasarkan pada lingkup pekerjaan


yang tertuang dalam Kerangka Acuan Kerja serta pengalaman konsultan
melaksanakan pekerjaan sejenis. Berdasarkan hal tersebut, kegiatan dapat
terbagi menjadi beberapa jenis sbb :

2.1 Pekerjaan Persiapan

2.2 Survey Lapangan

2.1. Pekerjaan Persiapan


Kegiatan persiapan merupakan tahapan awal dalam pekerjaan, dimulai setelah
diterimanya Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK). Dalam tahapan ini dilakukan
persiapan pekerjaan baik yang menyangkut persiapan administrasi dan persiapan
teknis.

2.1.1 Persiapan Administrasi

Pelaksanaan pengurusan administrasi dimaksudkan untuk memudahkan


kelancaran pekerjaan, terutama berkaitan dengan pengumpulan data dan
pekerjaan di lapangan. Kegiatan ini meliputi pengurusan surat pengantar untuk
survey dan mendapatkan data-data yang berhubungan dengan pekerjaan ini
pada instansi terkait.

2.1.2 Persiapan Teknis

Dalam persiapan teknis tercakup kegiatan penyusunan Usulan Teknis, laporan


pendahuluan, pembentukan organisasi pelaksanaan dan mobilisasasi tenaga ahli
yang akan dilibatkan dalam keseluruhan pekerjaan serta persiapan survey
lapangan.

CV. R’ LIMA KONSULTAN


2-2
Laporan Pendahuluan

2.2. Survey Lapangan

Metode pengambilan data dan informasi yang digunakan untuk mendapatkan


yang benar dan terbaru dilakukan dengan membagi data dan informasi kedalam
dua kategori, yaitu data sekunder dan data primer.

2.2.1 Sekunder
Data sekunder merupakan data yang bersifat teoritis, peliputan data sekunder
untuk memperoleh/melengkapi hasil koordinasi dan arahan Pengguna jasa yang
telah dilakukan. Secara umum data sekunder ini berisi tentang peraturan yang
dikeluarkan oleh Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Untuk mendapatkan
data sekunder ini dilakukan dengan studi pustaka serta wawancara langsung
dengan pemberi tugas/ owner dan pengguna/usser.

2.2.2 Primer
Data primer merupakan data yang didapat dengan Survey langsung dilapangan,
data ini secara langsung berhubungan dengan teknis bangunan yang akan
direncanakan, data primer dihasilkan dengan cara survey langsung, dokumentasi,
pengukuran dan penyelidikan tanah pada lokasi tapak.

Jenis data yang akan didapat dari tapak serta dianalisa untuk menentukan
konsep perancangan bangunan. Jenis data yang akan diliput dibagi dalam tiga
kategori kebutuhan perencanaan antara lain :

1. Arsitektur

Batas-batas tapak

Arah angin dan arah matahari dan,

Kegiatan Pelaksanaan Survey pada Tapak dilakukan setelah segala sesuatunya


dipersiapkan. Kegiatan ini terdiri antara lain yaitu:

1. Survey Pendahuluan

Pelaksanaan survey pendahuluan dilakukan pada tahap awal pekerjaan,


yaitu survey di lapangan untuk mendapatkan data lapangan.

CV. R’ LIMA KONSULTAN


2-3
Laporan Pendahuluan

Gambar. 2.1 Survey awal Pekerjaan


Pembangunan Pemeliharaan dan Pembuatan
Rumah Jaga Dan Fasilitas TPU

Gambar. 2.2 Survey awal Pekerjaan


Pembangunan Pemeliharaan dan Pembuatan
Rumah Jaga Dan Fasilitas TPU

CV. R’ LIMA KONSULTAN


Laporan Pendahuluan 2-4

2. Dokumentasi Foto

Dokumentasi sangat diperlukan untuk mengetahui kondisi existing TPU


sebelum dibangun dengan pada saat nanti setelah terealisasi pekerjaan
tersebut. Selain itu sebagai dokumen yang valid bila diperlukan suatu saat
nanti.

Gambar. 2.3 Foto Existing Pembangunan


Pemeliharaan dan Pembuatan Rumah Jaga
Dan Fasilitas TPU

Gambar. 2.4 Foto Existing Pembangunan


Pemeliharaan dan Pembuatan Rumah Jaga
Dan Fasilitas TPU

CV. R’ LIMA KONSULTAN


Laporan Pendahuluan 3-1

BAB III
KAJIAN PUSTAKA

3.1. Persyaratan Teknis Bangunan Gedung Negara

Peraturan yang berkaitan dengan persyaratan bangunan gedung diatur dalam


Keputusan Menteri No. 45/PRT/M/2007, pengaturan persyaratan teknis bangunan
gedung dimaksudkan untuk mewujudkan bangunan gedung yang berkualitas
sesuai dengan fungsinya. Pengaturan persyaratan teknis bangunan gedung
bertujuan terselenggaranya fungsi bangunan gedung yang aman, sehat, nyaman,
efisien, seimbang, serasi dan selaras dengan lingkungannya.

Persyaratan teknis bangunan gedung meliputi persyaratan mengenai :

a. Peruntukan dan Intensitas Bangunan

Menjamin bangunan gedung didirikan berdasarkan ketentuan tata ruang


dan tata bangunan yang ditetapkan di daerah yang bersangkutan

Menjamin bangunan dimanfaatkan sesuai dengan fungsinya

Menjamin keselamatan pengguna, masyarakat, dan lingkungan

b. Arsitektur dan Lingkungan

Menjamin terwujudnya bangunan gedung yang didirikan berdasarkan


karakteristik lingkungan, ketentuan wujud bangunan, dan budaya
daerah, sehingga seimbang, serasi dan selaras dengan lingkungannya

Menjamin terwujudnya tata ruang hijau yang dapat memberikan


keseimbangan dan keserasian bangunan terhadap lingkungannya

Menjamin bangunan gedung dibangun dan dimanfaatkan dengan tidak


menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan.

c. Struktur Bangunan Gedung

Menjamin terwujudnya bangunan gedung yang dapat mendukung


beban yang timbul akibat perilaku alam dan manusia.

CV. R’ LIMA KONSULTAN


Laporan Pendahuluan 3-2

Menjamin keselamatan manusia dari kemungkinan kecelakaan atau


luka yang disebabkan oleh kegagalan struktur bangunan.

Menjamin kepentingan manusia dari kehilangan atau kerusakan benda


yang disebabkan oleh perilaku struktur

Menjamin perlindungan properti lainnya dari kerusakan fisik yang


disebabkan oleh kegagalan struktur.

d. Pengamanan terhadap Bahaya Kebakaran

Menjamin terwujudnya bangunan gedung yang dapat mendukung


beban yang timbul akibat perilaku alam dan manusia pada saat terjadi
kebakaran.

Menjamin terwujudnya bangunan gedung yang dibangun sedemikian


rupa sehingga mampu secara struktural satbil selama kebakaran,
sehingga :

- cukup waktu bagi penghuni melakukan evakuasi secara aman

- cukup waktu bagi petugas pemadam kebakaran memasuki lokasi


untuk memadamkan api

- dapat menghindari kerusakan pada properti lainnya

e. Sarana Jalan Masuk dan Keluar

Menjamin terwujudnya bangunan gedung yang mempunyai yang layak,


aman dan nyaman kedalam bangunan dan fasilitas serta layanan di
dalamnya

Menjamin terwujudnya upaya perlindungan terhadap penghuni dari


cedera atau luka saat evakuasi pada keadaan darurat

Menjamin tersedianya aksesbilitas bagi penyandang cacat khususnya


untuk bangunan fasilitas umum dan sosial.

f. Transportasi dalam Gedung

Menjamin tersedianya alat transportasi yang layak aman, dan nyaman


didalam bangunan gedung

CV. R’ LIMA KONSULTAN


3-3

Menjamin tersedianya aksesibilitas bagi penyandang cacat khususnya


untuk bangunan fasilitas umum dan sosial

g. Pencahayaan Darurat, Tanda Arah Keluar, dan Sistem Peringatan Bahaya

Menjamin tersedianya pertandaan dini yang informatif didalam


bangunan gedung apabila terjadi keadaan darurat.

Menjamin penghuni melakukan evakuasi secara mudah dan aman


apabila terjadi keadaan darurat.

h. Instalasi Listrik, Penangkal Petir dan Komunikasi dalam Gedung

Menjamin terpasangnya instalasi listrik secara cukup dan aman dalam


menunjang terselenggaranya kegiatan didalam bangunan gedung
sesuai dengan fungsinya

Menjamin terwujudnya keamanan bangunan gedung dan penghuninya


dari bahaya akibat petir

Menjamin tersedianya sarana komunikasi yang memadai dalam


menunjang terselenggaranya kegiatan didalam bangunan gedung
sesuai dengan fungsinya

i. Instalasi Gas

Menjamin terpasangnya instalasi gas secara aman dalam menunjang


terselenggaranya kegiatan didalam bangunan gedung sesuai dengan
fungsinya

Menjamin terpenuhinya pemakaian gas yang aman dan cukup

Menjamin upaya beroperasinya peralatan dan perlengkapan secara baik.

j. Sanitasi dalam Gedung

Menjamin tersedianya sarana sanitasi yang memadai dalam menunjang


terselenggaranya kegiatan didalam bangunan gedung sesuai dengan
fungsinya

Menjamin terwujudnya kebersihan, kesehatan dan memberikan


kenyamanan bagi penghuni bangunan dan lingkungan

CV. R’ LIMA KONSULTAN


3-4

Menjamin upaya beroperasinya peralatan dan perlengkapan sanitasi


secara baik

k. Ventilasi dan Pengkondisian Udara

Menjamin terpenuhinya kebutuhan udara yang cukup, baik alami


maupun buatan dalam menunjang terselenggaranya kegiatan dalam
bangunan gedung sesuai dengan fungsinya

Menjamin upaya beroperasinya peralatan dan perlengkapan tata udara


secara baik.

l. Pencahayaan

Menjamin terpenuhinya kebutuhan pencahayaan yang cukup, baik


alami maupun buatan dalam menunjang terselenggaranya kegiatan di
dalam bangunan gedung sesuai dengan fungsinya

Menjamin upaya beroperasinya peralatan dan perlengkapan


pencahayaan secara baik

m. Kebisingan dan Getaran

Menjamin terwujudnya kehidupan yang nyaman dari gangguan suara


dan getaran yang tidak diinginkan

Menjamin adanya kepastian bahwa setiap usaha atau kegiatan yang


menimbulkan dampak negatif suara dan getaran perlu melakukan
upaya pengendalian pencemaran dan atau mencegah perusakan
lingkungan

3.2. Pedoman Teknis Pembangunan Gedung Negara

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia no.28 tahun 2002 tentang


Bangunan gedung, selanjutnya melalui Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
No.45/PRT/M/2007 tentang Pedoman Teknis Pembangunan Bangunan Gedung
Negara, maka segala ketentuan yang tercantum akan dijadikan acuan dalam
Pekerjaan Perencanaan Pembangunan Gedung, antara lain :

CV. R’ LIMA KONSULTAN


3-5

a. Bangunan Gedung memiliki definisi ”bangunan yang berfungsi sebagai tempat


manusia melakukan kegiatannya untuk kegiatan hunian atau tinggal, kegiatan
usaha, kegiatan sosial, kegiatan budaya, dan/atau kegiatan khusus.”

b. Sedangkan definisi dari Bangunan Gedung Negara adalah ”bangunan


gedung untuk keperluan dinas yang menjadi/kekayaan milik negara dan
diadakan dengan sumber pembiayaan yang berasal dari dana APBN, dan/atau
APBD, dan/atau sumber pendanaan lainnya, antara lain seperti gedung
kantor, gedung sekolah, gedung rumah sakit, gudang, dan rumah negara”.

Berdasarkan Klasifikasi Bangunan Gedung Negara, maka terdapat klasifikasi


Bangunan Tidak Sederhana, adalah bangunan gedung negara dengan karakter
tidak sederhana serta memiliki komplekstisitas dan atau teknologi tidak
sederhana. Masa penjaminan kegagalan bangunannya adalah selama 10
(sepuluh) tahun.

Yang termasuk klasifikasi bangunan Tidak Sederhana, antara lain:

Gedung kantor yang belum ada desain prototipenya, atau gedung kantor
dengan luas diatas dari 500m² atau gedung kantor bertingkat diatas 2
lantai

Bangunan rumah dinas tipe A dan B; atau rumah dinas C,D, dan E yang
bertingkat

Gedung Rumah Sakit dengan klas A,B,C, dan D

Gedung Pendidikan Tinggi Universitas/Akademik atau Gedung Pendidikan


dasar/lanjutan bertingkat diatas dua lantai.

Berdasarkan klasifikasi yang telah dijabarkan diatas maka dapat dipastikan


bahwasanya Pembangunan Pipa air dan Tapak Tenda Bumi Perkemahan
bagian Utara, Pembangunan Pipa air dan Tapak Tenda Bumi Perkemahan
bagian Selatan, Pembangunan Parkir Wisma Haji (Lanjutan), dan
Pembangunan Parkir Rumah Dinas Eks. Kesehatan Depan RSU A.YANI
adalah bangunan negara yang Tidak masuk kedalam klasifikasi Bangunan Tidak
Sederhana. Ini dikarenakan mengacu kepada komplektisitas, luasan lahan dan
bangunan yang akan direncanakan serta teknologi yang dipakai ialah sederhana.

CV. R’ LIMA KONSULTAN


Disamping telah ditetapkan klasifikasi sebagaimana telah di jelaskan diatas,
bangunan negara juga memiliki ketentuan/standar luas, yaitu:
3-6
Dalam menghitung luasan ruang bangunan gedung kantor yang diperlukan, maka
dapat dihitung berdasarkan ketentuan-ketentuan sebagai berikut:

a) Stándar luas ruang gedung kantor pemerintah yang termasuk klasifikasi


tidak sederhana rata-rata sebesar 9,6 m²/ personel

b) Standar luas ruang gedung kantor pemerintah yang termasuk klasifikasi


sederhana rata-rata sebesar 8m² / personel

Kebutuhan total luas gedung kantor dihitung berdasarkan jumlah personel


yang akan ditampung dikalikan stándar luas sesuai dengan klasifikasi
bangunannya.

Kemudian untuk bangunan gedung kantor yang memerlukan ruang-ruang


khusus atau ruang pelayanan masyarakat, kebutuhannya dihitung secara
tersendiri di luar luas ruangan untuk seluruh personel yang akan ditampung.

a. Standar Luas Gedung Negara Lainnya.

Standar luas gedung negara lainnya, seperti: sekolah/universitas, rumah sakit


dan lainnya mengikuti ketentuan-ketentuan luas ruang yang dikeluarkan oleh
instansi yang bersangkutan.

Secara umum pedoman teknis bangunan gedung negara mengikuti ketentuan


dalam:

Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No. 441/KPTS/1998 tentang


Persyaratan Teknis Bangunan Gedung.

Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No. 468/KPTS/1998 tentang


Persyaratan Teknis Aksesibilitas pada Bangunan Umum dan Lingkungan.

Keputusan Menteri Negara Pekerjaan Umum No.10/KPTS/2000 tentang


ketentuan Teknis Pengamanan terhadap Bahaya Kebakaran pada
Bangunan Gedung dan Lingkungan.

Peraturan daerah setempat tentang bangunan Gedung, serta

Standar teknis lainnya yang berlaku.

CV. R’ LIMA KONSULTAN


Persyaratan teknis bangunan gedung negara harus tertuang secara lengkap dan
jelas pada RKS (Rencana Kerja dan Syarat-syarat) dalam Dokumen
Perencanaan.

CV. R’ LIMA KONSULTAN


3-7

Secara garis besar, persyaratan teknis bangunan gedung negara adalah sebagai
berikut:

1) Persyaratan Tata Bangunan dan Lingkungan

Persyaratan tata bangunan dan lingkungan bangunan gedung negara


meliputi ketentuan-ketentuan yang harus dipenuhi dalam pembangunan
bangunan gedung negara dari segi tata bangunannya dan tata
lingkungannya, sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Rencana Tata
Ruang Wilayah (RTRW) Kapbupaten/Kota atau Peraturan Daerah tentang
bangunan Gedung Kabupaten/Kota yang bersangkutan, yaitu:

a. Peruntukan Lokasi

Setiap bangunan gedung negara harus diselenggarakan sesuai dengan


peruntukan lokasi yang diatur dalam RTRW Kabupaten/Kota yang
bersangkutan

b. Jarak antar Blok dan Massa Bangunan

Sepanjang tidak bertentangan dengan Peraturan Daerah setempat


tentang Bangunan Gedung, maka jarak antar blok/masa bangunan
harus mempertimbangkan hal-hal seperti:

1) Keselamatan terhadap bahaya kebakaran

2) Kesehatan, termasuk sirkulasi udara dan pencahayaan

3) Kenyamanan

4) Keselarasan dan keseimbangan dengan lingkungan.

c. Ketinggian Bangunan

Ketinggian bangunan gedung negara, sepanjang tidak bertentangan


dengan Peraturan Daerah setempat tentang ketinggian maksimum
bangunan pada lokasi, maksimum adalah 8 lantai

Untuk bangunan negara yang akan dibangun lebih dari 8 lantai, harus
mendapat persetujuan dari:

1) Menteri Keuangan dan Menteri Negara Perencanaan Pembangunan


Nasional/Ketua Bappenas setelah memperoleh pendapat teknis dari

CV. R’ LIMA KONSULTAN


3-8

Menteri Pemukiman dan Prasarana Wilayah, untuk bangunan


gedung negara yang pembiayaannya bersumber pada APBN

2) Gubernur, setelah memperoleh pendapat teknis dari instansi Teknis


setempat, untuk bangunan gedung negara yang pembiayaannya
bersumber pada APBD Provinsi

3) Bupati/Walikota, setelah meperoleh pendapat teknis dari instansi


teknis setempat, untuk bangunan gedung negara yang
pembiayaannya bersumber pada APBD Kabupaten/Kota

d. Ketinggian Langit-langit/Plafon

Ketinggian langit-langit bangunan gedung kantor minimum adalah 2,80


meter dihitung dari permukaan lantai. Untuk bangunan gedung
olahraga, ruang pertemuan dan bangunan lainnya dengan fungsi yang
memerlukan ketinggian langit-langit khusus, agar mengikuti
SNI(Standar Nasional Indonesia) yang berlaku

e. Koefisien Dasar Bangunan (KDB)

Ketentuan besarnya Koefisien Dasar Bangunan (KDB) mengikuti


ketentuan yang diatur dalam Peraturan Daerah setempat tentang
Bangunan Gedung untuk lokasi yang bersangkutan.

f. Koefisien Lantai Bangunan

Ketentuan besarnya Koefisien Lantai Bangunan (KLB) mengikuti


ketentuan yang diatur dalam Peraturan Daerah setempat tentang
Bangunan Gedung untuk lokasi yang bersangkutan.

g. Koefisien Daerah Hijau

Perbandingan antar luas seluruh daerah hijau dengan luas persil


bangunan gedung negara, sepanjang tidak bertentangan dengan
Peraturan Daerah Setempat tentang bangunan, harus diperhitungkan
dengan mempertimbangkan:

1) Daerah resapan air

2) Ruang Terbuka Hijau (RTH)

CV. R’ LIMA KONSULTAN


3-9

Untuk bangunan gedung yang mempunyai KDB kurang dari 40% harus
mempunyai KDH minimum sebesar 15%

h. Garis Sempadan Bangunan

Ketentuan besarnya Garis Sempadan, baik garis sempadan pagar


maupun Garis Sempadan Bangunan harus mengikuti ketentuan yang
diatur dalam Peraturan Daerah setempat tentang Bangunan Gedung
untuk lokasi yang bersangkutan

i. Wujud Arsitektur

Wujud Arsitektur bangunan gedung negara harus memenuhi kriteria-


kriteria sebagai berikut:

1) Mencerminkan fungsi sebagai bangunan gedung negara

2) Seimbang,serasi, dan selaras dengan lingkungannya

3) Indah namun tidak berlebihan

4) Effisien dalam penggunaan sumber daya dalam pemanfaatan dan


pemeliharaannya

5) Memenuhi tuntutan sosial budaya setempat

6) Pelestarian bangunan sejarah

j. Kelengkapan Sarana dan Prasarana Lingkungan Bangunan

Bangunan gedung negara harus di lengkapi dengan prasarana dan


saran bangunan yang memadai pekerjaan non-standar. Prasarana dan
sarana bangunan yang harus ada pada bangunan gedung seperti:

1) Sarana parkir kendaraan

2) Sarana untuk penyandang CACAT

3) Sarana penyediaan air bersih

4) Sarana drainase, limbah, dan sampah

5) Sarana ruang terbuka hijau

6) Sarana Hidran kebakaran halaman

7) Sarana penerangan halaman


CV. R’ LIMA KONSULTAN
3-10

8) Sarana jalan masuk dan keluar

k. Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) dan Asuransi

1) Setiap pembangunan bangunan gedung negara harus


mempengaruhi persyaratan K3, sesuai yang ditetapkan dalam surat
Keputusan Bersama Menteri Tenaga Kerja dan Menteri Pekerjaan
Umum No. Kep.174/MEN/1986 dan 104/KPTS/1986 tentang
keselamatan dan kesehatan kerja pada tempat kegiatan konstruksi,
dan atau peraturan penggantinya

2) Ketentuan Asuransi selama pelaksanaan pembangunan bangunan


gedung negara mengikuti ketentuan yang berlaku

Tabel 3.1 Persyaratan Bahan Bangunan

2) PERSYARATAN BAHAN BANGUNAN

Bahan bangunan untuk bangunan gedung negara diupayakan


menggunakan bahan bangunan setempat/produksi dalam negeri.
Termasuk bahan bangunan sebagai bagian dari sistem fabrikasi komponen
bangunan. Spesifikasi teknis bahan bangunan gedung negara meliputi
ketentuan- ketentuan:

CV. R’ LIMA KONSULTAN


3-11

a. Bahan Penutup Lantai

1) Bahan penutup lantai menggunakan bahan ubin PC, teraso,


keramik, papan kayu, vinyl, marmer, granit, granito, maupun karpet
yang disesuaikan dengan fungsi ruang dan klasifikasi bangunannya

2) Adukan/perekat yang digunakan harus memenuhi persyaratan teknis


dan sesuai dengan jenis bahan penutup yang digunakan

b. Bahan Dinding

Bahan dinding terdiri dari bahan untuk dinding pengisi atau partisi,
dengan ketentuan sebagai berikut:

1) Bahan dinding pengisi: batubata, batako, papan kayu, kaca dengan


rangka kayu/alumunium, panil grc. Dan/atau alumunium

2) Bahan dinding partisi: kayu lapis, kaca, particle board dan/atau


bangunannya.

3) Adukan/perekat yang digunakan harus memenuhi persyaratan


teknis dan sesuai dengan bahan jenis dinding yang digunakan

4) Untuk bangunan sekolah tingkat dasar, sekolah tingkat


lanjutan/menengah, rumah negara, dan bangunan gedung lainnya
yang telah ada komponen fabrikasinya, bahan dindingnya dapat
menggunakan bahan prefavrikasi yang telah ada

c. Bahan Langit-langit

Bahan langit-langit terdiri atas rangka langit-langit dan penutup langit-


langit:

1) Bahan kerangka langit-langit: digunakan bahan yang memenuhi


standard teknis. Untuk penutup langit-langit kayu lapis atau yang
setara, digunakan rangka kayu kelas kuat II dengan ukuran
minimum:

5/7cm untuk balok pembagi

6/12cm untuk balok penggantung; dan

CV. R’ LIMA KONSULTAN


5/10cm untuk balok tepi

CV. R’ LIMA KONSULTAN


3-12

Untuk bahan penutup akustik atau gypsum digunakan kerangka


alumunium yang bentuk dan ukurannya disesuaikan dengan
kebutuhan

2) Bahan penutup langit-langit: kayu lapis, alumunium, akustik,


gypsum, atau sejenis yang disesuaikan dengan fungsi dan
klasifikasi bangunannya

3) Lapisan finishing yang digunakan harus memenuhi persyaratan


teknis dan sesuai dengan jenis bahan penutup yang digunakann.

d. Bahan penutup Atap

1) Bahan penutup atap bangunan gedung negara harus memenuhi


ketentuan yang diatur dalam SNI/SKSNI/SKBI yang berlaku tentang
bahan penutup atap, baik berupa genteng, sirap, seng, alumunium ,
maupun asbes bergelombang. Untuk penutup atap dari bahan beton
harus diberikan lapisan kedap air. Penggunaan bahan penutup atap
disesuaikan dengan fungsi dan klasifikasi bangunan serta kondisi
daerahnya

2) Bahan kerangka penutup atap: digunakan bahan yang memenuhi


Standar Nasional Indonesia. Untuk penutup atap genteng digunakan
rangka kayu kelas kuat II dengan ukuran:
2/3 cm untuk reng

5/7 cm untuk kaso

e. Bahan Kosen dan Daun Pintu/Jendela


Bahan Kosen dan Daun Pintu/Jendela mengikuti ketentuan sebagai
berikut:
1) Digunakan kayu kelas kuat II dengan ukuran minimum 5.5cm x
11cm dan di cat kayu atau di pelitur sesuai dengan persyaratan
standar yang berlaku
2) Rangka daun pintu untuk pintu yang dilapis kayu lapis/teakwood
digunakan kayu kelas kuat II dengan ukuran min. 3.5cm x 10cm,
khusus untuk ambang bawah min. 3.5cm x 20cm. Daun pintu dilapis
dengan kayu lapis yang dicat kayu atau di pelitur

CV. R’ LIMA KONSULTAN


3-13

3) Daun pintu panil kayu digunakan kayu kelas kuat II, dengan ukuran
rangka min. 3,5cm x 8cm. Di cat kayu atau dipelitur

4) Daun jendela kayu, digunakan kayu kelas kuat II dengan iukuran


rangka minimum 3,5 cm x 8 cm yang dicat kayu atau dipelitur

5) Penggunaan kaca untuk daun pintu maupun jendela disesuaikan


dengan fungsi ruang dan klasifikasi bangunannya

f. Bahan Struktur

Bahan Struktur bangunan baik untuk struktur beton bertulang, struktur


kayu maupun struktur baja harus mengikuti Standar Nasional Indonesia
tentang bahan bangunan yang berlaku

Ketentuan penggunaan bahan bangunan untuk bangunan gedung


negara tersebut diatas, dimungkinkan disesuaikan dengan kemajuan
teknologi bahan bangunan, khususnya disesuaikan dengan
kemampuan sumberdaya setempat dengan tetap harus
mempertimbangkan kekuatan dan keawetannya sesuai dengan
peruntukkan yang telah ditetapkan. Ketentuan lebih rinci agar mengikuti
ketentuan yang diatur dalam SNI (Standar Nasional Indonesia) yang
berlaku.

3) Persyaratan Struktur Bangunan

Struktur bangunan gedung negara harus memenuhi persyaratan


keselamatan(safety) dan kelayanan (serviceability) dan standar konstruksi
bangunan yang berlaku. Spesifikasi teknis struktur bangunan gedung
negara secara umum meliputi ketentuan-ketentuan sebagai berikut:

a. Struktur Pondasi

b. Struktur Lantai

c. Struktur Kolom

d. Rangka Atap dan Kemiringan Atap

CV. R’ LIMA KONSULTAN


3-14

Tabel 3.2 Persyaratan Struktur Bangunan

4) Persyaratan Utilitas Bangunan

Utilitas yang berada didalam dan diluar bangunan gedung negara harus
memenuhi persyaratan standar utilitas bangunan (SNI) yang berlaku.
Spesifikasi teknis utilitas bangunan gedung negara meliputu ketentuan-
ketentuan:

a. Air Bersih

1) Setiap pembangunan baru bangunan gedung negara harus


dilengkapi dan disediakan dari saluran air minum kota (PDAM).

2) Setiap bangunan negara, selain rumah negara(yang bukan dalam


bentuk Rusun), harus menyediakan air bersih untuk keperluan
pemadaman kebakaran dengan mengikuti ketentuan dalam SNI
yang berlaku.

3) Bahan pipa yang digunakan harus mengikuti ketentuan teknis yang


ditetapkan.

b. Saluran Air Hujan

1) Pada dasarnya semua air hujan harus di alirkan ke jaringan umum


kota. Apabila belum tersedia jaringan umum kota, maka harus
dialirkan memalui proses peresapan atau cara lain dengan
persetujuan instansi teknis terkait.

2) Ketentuan lebih lanjut mengikuti ketentuan ketentuan dalam SNI


yang berlaku.
CV. R’ LIMA KONSULTAN
3-15

c. Pembuangan Air Kotor

Semua air kotor yang berasal dari Dapur, kamar mandi, dan tempat
cuci, pembuangannya harus melalui pipa tertutup dan/atau terbuka
sesuai dengan persyaratan yang berlaku:

1) Pada dasarnya pembuangan air kotor yang berasal dari dapur,


kamar mandi, dan tempat cuci, harus dibuang atau dialirkan ke
saluran umum kota.

2) Tetapi apabila ketentuan pada butir 2) tersebut tidak mungkin


dilaksanakan, karena belum terjangkau oleh saluran umum kota atau
sebab-sebab lain yang dapat diterima oleh instansi teknis yang
berwenang, maka pembuangan air kotor harus melalui proses
pengolahan/ atau peresapan.

d. Pembuangan Limbah

1) Setiap bangunan gedung negara yang dalam pemanfaatannya


mengeluarkan limbah cair atau padat harus dilengkapi dengan
tempat penampungan dan pengolahan limbah, sesuai dengan
ketentuan dari peraturan yang berlaku.

2) Tempat penampungan dan pengolahan limbah dibuat dari bahan


kedap air, dan memenuhi persyaratan teknis yang berlaku sehingga
tidak menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan.

e. Pembuangan Sampah

1) Setiap bangunan negara harus dilengkapi dengan tempat


penampungan sampah sementara yang besarnya disesuaikan
dengan volume sampah yang dikeluarkan setiap harinya, sesuai
dengan ketentuan dari peraturan yang berlaku.

2) Tempat penampungan sampah sementara harus dibuat dari bahan


kedap air, mempunyai tutup, dan dapat dijangkau secara mudah
oleh petugas pembuangan sampah dari Dinas Kebersihan
Setempat.

CV. R’ LIMA KONSULTAN


3-16

f. Sarana Pencegahan dan Penanggulangan Bahaya Kebakaran

Setiap bangunan gedung negara harus mempunyai fasilitas


pencegahan dan penanggulangan terhadap bahaya kebakaran, sesuai
dengan ketentuan yang ditetapkan dalam:

Keputusan Menteri Negara Pekerjaan Umum No. 10/KPTS/2000


tentang Ketentuan Teknis Pengamanan terhadap Bahaya
Kebakaran pada Bangunan dan Lingkungan.

Keputusan Menteri Negara Pekerjaan Umum No.11/KPTS/2000


tetntang Ketentuan Teknis Manajemen Penanggulangan Bahaya
Kebakaran di Perkotaan.

Peraturan Daerah setempat tentang penanggulangan dan


Pencegahan Bahaya Kebakaran beserta standar-standar teknis
yang berlaku.

g. Instalasi Listrik

1) Pemasangan instalasi listrik harus diperhitungkan dan aman sesuai


dengan peraturan umum instalasi listrik yang berlaku.

2) Setiap bangunan gedung negara yang dipergunakan untuk


kepentingan umum, bangunan khusus, dan gedung kantor tingkat
Departemen/Kementrian/Lembaga Tinggi/Tertinggi negara, harus
memiliki pembangkit listrik darurat sebagai cadangan, yang besar
dayanya dapat memenuhi kesinambungan pelayanan.

3) Penggunaan pembangkit tenaga Listrik harus memenuhi syarat


keamanan terhadap gangguan dan tidak boleh menimbulkan
dampak negatif terhadap lingkungan.

h. Penerangan Alam/Pencahayaan

1) Setiap bangunan gedung negara harus mempunyai penerangan


alam/pencahayaan yang cukup sesuai dengan fungsi ruang dalam
bangunan tersebut, sehingga kesehatan dan kenyamanan
pengguna bangunan dapat terjamin.

CV. R’ LIMA KONSULTAN


3-17

2) Ketentuan besarnya pencahayaan dan sarana/prasarananya


mengikuti ketentuan standar yang berlaku.

i. Tata Udara

1) Setiap bangunan harus mempunyai tata udara yang sehat gara


terjadi sirkulasi udara segar didalam bangunan untuk menjaga
kesehatan dan kenyamanan penghuni /penggunanya.

2) Pengggunaan tata udara mekanik (air-conditioning) harus mengikuti


ketentuan standar yang berlaku.

3) Pemilihan jenis tata udara mekanik harus sesuai dengan fungsi


bangunan dan perletakan instalasinya tidak mengganggu wujud
bangunan.

j. Sarana Transportasi Dalam Bangunan

1) Setiap bangunan bertingkat harus dilengkapi dengan sarana


transportasi vertikal yang memadai, baik berupa tangga, eskalator,
dan atau elevator(lift).

2) Setiap bangunan gedung negara yang bertingkat di atas 5 lantai


harus di lengkapi oleh lift.

3) Penggunaan lift harus memperhitungkan berdasarkan fungsi


bangunan, jumlah pengguna, waktu tunggu, dan jumlah lantai
bangunan.

4) Pemilihan jenis lift harus mempertimbangkan jaminan pelayanan


purna jualnya .

5) Ruang lift harus merupakan dinding tahan api.

6) Ketentuan lebih rinci harus mengikuti ketentuan dari standar sarana


komunikasi yang berlaku.

k. Sarana Komunikasi

1) Pada prinsipnya, setiap bangunan gedung negara harus dilengkapi


dengan sarana komunikasi intern dan ekstern.

CV. R’ LIMA KONSULTAN


3-18

2) Penentuan jenis dan jumlah sarana komunikasi harus berdasarkan


pada fungsi bangunan dan kewajaran kebutuhan.

3) Ketentuan lebih rinci harus mengikuti ketentuan dari standar


penangkal petir yang berlaku.

l. Penangkal Petir

1) Penentuan jenis dan Jumlah sarana penangkal petir untuk


bangunan gedung negara harus berdasarkan pada lokasi
bangunan, fungsi bangunan dan kewajaran kebutuhan.

2) Ketentuan lebih rinci harus mengikuti ketentuan daripada standar


penangkal petir yang berlaku.

m. Instalasi Gas

1) Instalasi Gas yang dimaksud meliputi instalasi gas pembakaran


seperti gas kota/LPG dan instalasi medis seperti gas oksigen, gas
Nitrogen Dioksida (N2O), udara tekan, dsb.

2) Rancangan sitem instalasi dan ukuran pipa gas mengikuti ketentuan


standar teknis yang berlaku.

n. Kebisingan dan Getaran

1) Bangunan gedung negara harus memperhitungkan baku tingkat


kebisingan dan atau getaran sesuai dengan fungsinya, dengan
mempertimbangkan kenyamanan dan kesehatan sesuai dengan
standar teknis yang berlaku.

2) Untuk bangunan gedung negara yang karena fungsinya


mensyaratkan baku tingkat kebisingan dan/atau getaran tertentu,
agar mengacu pada hasil analisis mengenai dampak lingkungan
yang telah dilakukan atau ditetapkan oleh ahli.

o. Aksesibilitas bagi penyandang cacat

1) Bangunan gedung negara yang berfungsi untuk pelayanan umum


dan sosial harus dilengkapi dengan fasilitas yang memberikan
kemudahan bagi penyandang cacat.

CV. R’ LIMA KONSULTAN


3-19

2) Ketentuan lebih lanjut mengenai aksesibilitas bagi penyandang


cacat mengikuti ketentuan dalam Keputusan Menteri Pekerjaan
Umum No.468/KPTS/1999 tentang Persyaratan Teknis Aksesibilitas
pada bangunan Umum dan Lingkungan.

Tabel 3.3 Utilitas, Prasarana dan Sarana dalam Bangunan

5) Persyaratan Sarana Penyelamatan

Setiap bangunan gedung negara haruslah dilengkapi dengan sarana


penyelamatan dari bencana atau keadaan darurat, serta harus memenuhi
persyaratan standar sarana penyelamatan bangunan (SNI) yang berlaku.
Spesifikasi teknis sarana penyelamatan bangunan gedung negara meliputi
ketentuan-ketentuan:

1. Tangga Penyelamatan

a. Setiap bangunan gedung negara yang bertingkat lebih dari atau


sama dengan 3 lantai harus mempunyai tangga penyelamatan.

b. Tangga Penyelamatan harus dilengkapi dengan pintu tahan api,


miimum 2 jam, dengan arah bukaan ke tangga dan dapat menutup
secara otomatis. Pintu harus di lengkapi dengan lampu dan petunjuk
KELUAR atau EXIT.

c. Tangga penyelamatan yang terletak didalam bangunan harus


dipisahkan dari ruang-ruang lain dengan pintu tahan api dan bebas
asap, serta jarak capai max. 25 m.

CV. R’ LIMA KONSULTAN


3-20

d. Lebar tangga penyelamatan minimum adalah 1.20 m.

e. Tangga penyelamatan tidak boleh berbentuk tangga puntir.

f. Ketentuan lebih lanjut tentang tangga penyelamatan mengikuti


ketentuan-ketantuan yang diatur dalam standar yang berlaku.

Tabel 3.4 Sarana Penyelamatan


2. Penerangan Darurat dan Tanda Penunjuk Arah Keluar

1) Setiap bangunan gedung negara untuk pelayanan dan kepentingan


umum seperti: kantor, pasar, rumah sakit, rumah, negara bertingkat
(rumah susun), asrama , sekolah, dan tempat ibadah harus
dilengkapi dengan penerangan darurat dan tanda penunjuk arah
KELUAR/EXIT.

2) Tanda KELUAR/EXIT atau panah penunjuk arah harus ditempatkan


pada persimpangan koridor, jalan keluar menuju ruang tangga,
balkon atau teras, dan pintu menuju tangga.

3) Ketentuan lebih lanjut tentang penerangan darurat dan tanda


penunjuk arah keluar mengikuti ketentuan-ketentuan yang diatur
dalam standar yang berlaku.

3. Pintu Darurat

1) Setiap bangunan gedung negara yangb bertingkat lebih dari atau


sama dengan 3 lantai harus dilengkapi dengan pintu darurat.

2) Lebar pintu darurat min. 100 cm, membuka ke arah tangga


penyelamatan, kecuali pada lantai dasar membuka kearah
keluar(halaman).
3) Jarak antara pintu darurat dalam satu blok bangunan maksimum 25
m dari segala arah.

CV. R’ LIMA KONSULTAN

Anda mungkin juga menyukai