Anda di halaman 1dari 11

Ors.

SOHARI

URGENSI ILMU RIJAL AL-HADlTS


DALAM PERIWAYATAN

A. Pendahuluan mata hanya memperhatikan


kemampuan intelektualitas pem­
Sepantasnyalah umat Islam bawa berita. Ilmu Rijal al-Hadits
merasa bangga, karena telah menganggap shahih periwayatan
memiliki suatu disiplin ilmu yang seorang pembawa berita apabila ia
tidak dimiliki oleh umat lain di disamping memiliki kemampu-an
dunia ini. Disiplin ilmu ini berupa
Ilmu Rijal al-Hadits. Ilmu ini intelektual (J.-,dl l..JAI) juga
menerangkan secara kritis keada­ harus memiliki moralitas keadilan
an-keadaan para Rawi hadits dari yang merupakan syarat dalam
berbagai segi, baik dari segi ahliyatul 'ada. Karena boleh jadi
kemampuan intelektual, psiko­ seorang pembawa berita berdusta
logis maupun etika. demi keuntungan pribadi, politik,
Ilmu informatika modern atau ideologi suatu golongan
memproses setiap informasi dari tertentu.
berbagai peristiwa yang terjadi Atas dasar itulah penulis
berdasarkan fakta-fakta yang mengungkapkan permasalahan
ditangkap oleh alat-alat perekam ini dalam suatu tulisan yang
dan orang-orang yang memiliki berjudul "Urgensi Ilmu Rijalul
keahlian khusus di bidang ini. Had.its dalam Periwayatan".
Data konkrit dan kemampuan
intelektual merupakan persya­
ratan tingkat kesahihan suatu
B. Pengertian Ilmu Rijal al­
Hadits
informasi.
Menurut Al Zarqoni, Ilmu
Dunia informatika modern
Rijal al-Hadits adalah:
tidak memperhatikan keadaan
moralitas pembawl! berita. Atau ��I olJ.) � J� � _JibJ
dengan kata lain mereka semata-

25
�� olJ.> �I � tY wa al-Ta 'dil (M. 'Ujaj al Khothib,
"I/mu untuk mengetahui para periwayat
1989: 253).
hadits dari segi pribadi mereka sebagai
perawi hadits" (Shubhi al Shalih, 1988:
110).
C. Ilmu Sejarah para Rawi
Hadits ( olJ)I �;IJ �)
Hasbi ash Shiddiqi mende­
finisikan Ilmu Rijal al-Hadits 1. Pengertian.
sebagai:
Menurut Muhammad "Ujaj al ,.
�»I olJ.> � 4 � � Khothib, Ilmu Tarih al-Ruwat
-�� �J �L...IIJ 4-!�I iY adalah:
"I/mu yang membahas para perawi alJ_r-! �� '5.L.ll �I J-A
hadits, baik dari sahabat, dari tabi'in
maupun dari perangkatan-perangkatan � �\ �L:JI � ��I

J..,� � �w �'-'.r.
sesudahnya" (Hashbi ash Shiddiqi, 1991:
153).

Dari kedua- pengertian di ��J ,a1_,�1 Jl�I IJL-.:14


atas, dapat dipahami bahwa Ilmu
Rijal al-Hadits adalah ilmu yang
,"---3\.eJJ ''->Jlr--.11 o��J �JW
mempelajari hal-ihwal para �.., '� �� �)LiJ. J.:i,-�..,
perawi had.its. Ilmu ini merupa­
kan bagian dari 'ulmulhadits yang � rk1_,..., ��·-Ju ,4..-;S- �JJ
sangat penting. Ilmu hadits �JJ.9 �.> WJ , "?JI..,.JI ,.;;,J'")i_;,..>J
mempelajari sanad dan matan � ��J ,LA.t..,;J.1 �l�I Jt
hadits, sanad hallits adalah para
perawi had.its yang merupakan r' ��'11 Ht�' �
ohy()k pembahasan Ilmu Rijal al­ cl.J� �J OJ...tt.i
,,
JJ-Ol..i U., A..J ll
Hadits. Dengan demikian jelaslah
bagi kita akan pentingnya ilmu ,. :
,1...-!.A?-
ini. "/lmu Tarikh al Ruwat adalah ilmu yang
membahas tentang para rawi hadits dari
Ilmu Rijal al-Hadits terbagi segi yang berhubungan dengan
menjadi dua bagian disiplin periwayatan mereka terhadap hadits.
keilmuan yang penting yaitu: Menerangkan semua ha/ ihwal para rawi
Ilmu Sejarah para Perawi hadits dengan menyebut tahun ke/ahiran dan
wafatnya serta menyebutkan guru-guru
"olJ}I �oil � " dan Ilmu Al Jarh mereka, tahun kapan ia mendengar hadits
dari guru-gurunya, siapa saja yang

26
mertwayatkan hadits dartnya. Menye­ 2. Faedah llmu Tarikh al
butkan asal negara dan tempat
tinggalnya, juga menerangkan perjalanan
Ruwat.
rawi dan kedatangannya ke berbagai II.mu sejarah adalah senjata
daerah yang berbeda-beda. Menyebutkan yang ampuh untuk menolak setiap
cara mendengar rawi dari sebagian guru­
gurunya baik sebelum guru-gurunya itu bentuk manipulasi hadits yang
Jemah atau sesudah mereka Jemah dan dilakukan oleh perawi yang dusta.
segala ha/ yang berhubungan dengan Sufyan ast Stauri berkata:
urusan hadits" (M. Ujaj al Khotib, 1989:
253). yj <J1 olJr--11 J�·� ,., L.J
M
Para ulama salaf menamakan �.)L::ll � HQA ..... ,
ilmu 1m dengan nama yang "Ka/au para rawi menggunakan
berbeda-beda, setengah ulama kedustaan, kami menguji mereka dengan
I/mu Sejarah".
menyebutnya dengan "olJ)I �_JlJ''
'Ufair ibn Ma'dan al-Kila'i
"�JL:ll �"atau �l.J)IJ �;!_,_JI. menceritakan sebuah kisah
II.mu Tarikh al Ruwat tumbuh dan berikut:

�is-'Y � � � r.u
berkembang sejalan dengan per­
kembangan para perawi hadits.
I ·-'�I
..r---- Wl�l! 0

Perhatian ulama terhadap


u t l...All � L:j� :J�
0 � M 0

ilmu ini sangat besar, mereka


berusaha keras mengetahui ke­
adaan perawi yang ada dalam
I.LA�'� :u � j-51
sanad hadits. Mereka menerang­ :JL.A! ,W;U L..J 4-r �tL..a.11
kan: umur, tempat tinggal dan
tahun pertemuan rawi dengan �i � .w � 4.Jl..1..Ao .;,-! ..uL;-
guru-gurunya untuk mendengar­ 4.JLl ��JI.JS��
kan had.its. Hal ini penting �:Ju�� .)lu � . :uLoJ
diketahui oleh para ulama agar
dapat diketahui mana sanad yang JJI :u i..:-lli )
ol� �
­ M · Mo.)I
berhubungan dan yang terputus
dan mana had.its yang mursal dan
�l_o .y.wJ'JJ� L-tllll
marfu'. . t...H.•J �u-' � � l..u.o � ..U t.,:.
W.J-0 � � cl.ii �J � IJ
� .WI i.S_;->I .!)�jl� � tU4

27
·r _,J1
__, __, ),-Al iJLS" . .b.J J_._o)I fi 3. Macam-lllacam
Tarikh al Ruwat
Kitab
"Umar ibn Musa Hamash datang
kepada kami, kemudian kami berkumpu/ Kitab-kitab yang disusun oleh
dengannya di mesjid. la berkata: "Guru
kamu yang shalih menceritakan kepa­
sejarawan-sejarawan tarikh al
daku.. ". Setelah lama dia bercerita, saya ruwat beraneka ragam bentuk
bertanya kepadanya; "Siapakah guru kami dan coraknya, sesuai dengan
yang shalih itu? sebutlah namanya agar metode yang mereka gunakan.
kami mengetahuinya. la berkata "Khalid Ada yang menyusun berdasarkan
ibn Ma'dan". Saya berkata kepadanya:
''Tahun berapa kamu menjumpainya"? la
thabaqat-thabaqat ruwat yang
menja-wab: "Saya menjumpainya tahun hidup dalam suatu masa tertentu.
108". "Dimanakah kamu menjumpainya? Seperti kitab al Thabaqat al­
la menjawab: "Saya menjumpainya dalam Kubra karya Muhamad ibn Sa'd
peperangan Annenia". Kemudian saya (168 - 230 H.) dan kitab Thabaqat
berkata kepadanya: "Wahai Syaikh,
takutlah kamu kepada Allah dan janganlah al-Ruwat karya Khulaifah ibn
engkau ber'1usta. Khalid ibn Ma'dan wafat Hiyath al-'Ashfari (240 H.), kedua
pada tahun 104, dan engkau mengaku kitab ini merupakan kitab yang
telah menjumpainya sesudah pertama kali dikarang.
kematiannya, dan telah berlalu selama
empat tahun. Juga kuberitahukan Sebagian yang lain menyusun
kepadamu ha/ fain, Khalid ibn Ma'dan berdasarkan tahun wafatny.a
sama sekali tidak turut serta dalam perawi dengan menyebutkan
,peperangan Annenia, akan tetapi ia ikut
.serta·dalam peperangan Rum" (M. 'Ujaj al­
biografi perawi, seperti kitab
Khothib, 1989: 254). Tarikh al-Islam karangan al
Dzahabi. Juga mereka menyusun
Dalam kisah ini, 'Ufair ibn kitab-kitab sejarah rawi berdasar­
Ma'dan dengan berani dan jelas kan huruf bijaiyah, seperti kitab
membantah seorang perawi hadits al-Tarikh al-Kubra yang disusun
yang berusaha memalsu-kan oleh Imam Muhammad ibn Isma'il
periwayatan seorang guru. 'Ufair al Bukhari (194 - 256). Dan kitab
menggunakan Ilmu Sejarah terlengkap tentang sejarah para
sebagai senjata yang ampuh rawi adalah kitab Tahdzib al­
untuk menolak periwayatan Tahdzib karya Ibnu Hajar al­
hadits yang dusta. 'Asqalany (773 - 852 H.), kitab ini
berjumlah sepuluh jilid.
Para ulama tidak merasa
puas dengan hanya menyusun
beberapa kitab sejarah tentang

28
perawi, mereka juga menyusun "J..L-.,JI" menurut bahasa
kitab-kitab yang menerangkan
laqab-laqab, kuniyah, nasab dan berarti sesuatu yang menente­
nama-nama yang sama dari para ramkan jiwa yang menunjukkan
rawi. Seperti kitab al-Asami wa bahwa ia seorang yang teguh
al-Kuna karya Ali ibn Abdillah al­ terhadap kebenaran. "J.ul"
Madini (161-234H.), al-Kuna wa
al-Asma karangan Abi Basyar menurut istilah adalah:
Muhammad ibn Ahmad al­
Daulabi, dan kitab-kitab lain yang
J' ��_,ol � � t i:i-..o �
menerangkan laqab dan kuniyah �..u � -� J-,; L.o 4.Js- � J
perawi hadits. L.k W � . � .JI�\ ou I � �. o ......:;.
- . - .rJ � �J .J·-
L:,la,I � oU E� �\ 1,J.;--:JI
D_ llmu al-Jarh wa al-Ta'dil
.s.lijl
(j.!JA::!IJ r_.}-1 �")
"Adil adalah orang yang tidak tampak
pada dirinya dalam urusan agama dan
I. Pengertian al-Jarh wa al kehormatannya sesuatu yang dapat
Ta'dil merusaknya. O/eh karena itu ia diterima
riwayat dan kesaksiannya apabi/a telah
" c...,.--k.-1" menurut bahasa memenuhi persyaratan keah/ian
berarti "melukai", " c..,....J.-1" meriwayatkan".
menurut istilah adalah: Dengan demikian, maka yang
� "?Jl_rll � �J J.W J-A dimaksud dengan ".}.�IJ c_}.-1 �"
Wv1 h,PJ��JI�\� adalah:
JI �IJJ· 1, JA----' � �]-!. Jl�I � � '->..UI �\ _J-A

.\J.,JJ � JI ��IJJ J_,.J � i:r4 olJ)I


"Menampakkan suatu sifat kepada rawi IA�)
yang dapat merusak keadilannya atau
merusak kekuatan hafalan dan "I/mu yang membahas tentang segala
ketelitiannya serta apa-apa yang dapat keadaan para perawi dari segi diterima
menggugurkan riwayatnya atau mele­ dan ditolaknya periwayatan mereka" (M.
mahkan riwayatnya dan menyebabkan 'Ujaj al-Khothib, 1989:261).
riwayatnya ditolak" (M. 'Ujaj al Khothib,
1969:260). Menurut al Hakim Ilmu al
Jarh wa al Ta'dil ialah:

29
� ol.J_;-JI � � � _J-AJ 1�:U�L-4}1��1
�6- 7! U �L:, � �.)JLo ,.;;._;,­ .(i :ul�I) ��Li � LA�

-�� .\:,Lil� �j!. JI ".. .Persaksikanlah piutang itu dengan


dua orang saksi laki-laki dan jika tidak ada
"I/mu yang membahas tentang para dua orang laki-laki, cukuplah dengan
rawi dari segi apa-apa yang dapat seorang laki-laki dan dua orang
melemah-kannya atau membersihkannya perempuan diantara oarang-orang yang
dengan menggunakan kata-kata yang kamu sukai menjadi saksi-saksi, karena
khusus" (Shubhi al Sholih, 1988:109). jika lupa salah seorang diantara keduanya
teringat oleh yang lain.... " (Al
Kesimpulan yang dapat kita Baqoroh;282).
pahami dari kedua pengertian
diatas ialah; bahwa ilmu jarh wa Yang dimaksud dengan orang
ta'dil merupakan suatu ilmu yang yang menjadi saksi dan disukai
membahas data-data perawi ha­ adalah orang yang disukai baik
dits dari segi kelemahan dan agama dan· amanatnya, dalam
kelebihannya dalam meriwayat­ periwayatan hadits tidak disya­
kan hadits dengan membuat ratkan adanya dua orang saksi.
kualifikasi tingkat kelemahan dan Berdasarkan ayat ini, periwayat­
kelebihan perawi dengan istilah- an hadits tidak dapat diterima
kecuali periwayatan yang ber­
istilah khusus. sumber dari orang-orang yang
dapat dipercaya saja;
2. Legalitas Ilmu al Jarh wa
al Ta'dil. 3. Prinsip-prinsip Jarh wa
Kaidah umum syar'iyah Ta'dil.
mengisaratkan kewajiban atas Sebagian besar syari'at Islam
umat Islam untuk mempelajari terdewan dengan cara penukilan
Ilmu al Jarh wa al Ta'dil, sebab dan periwayatan. Oleh karena itu
mengetahui keadaan para perawi para ulama memusatkan pemikir­
hadits merupakan suatu cara annya terhadap tingkat kesahih­
yang kuat untuk menjaga sunnah an penukilan dan periwayatan
Nabi. yang dilakukan oleh para penukil
�..u, 4i 4 =�Jr ..11, Ju dan perawi hadits Nabi.

I� s.-� ,J-lt �s.u:,- 1)1 l_p,I Mereka membuat persaratan­


persaratan dan kaidah-kaidah
yang teliti dan ketat dalam me·

30
nyeleksi penukilan dan periwa­ menerangkan data-data rawi.
yatan. Tujuan mereka hanya satu Tujuannya tiada lain agar dapat
yaitu menjaga sumber syari'at dicapai suatu ketelitian ilmiah
Islam dari setiap bentuk dan hukum.
kedustaan agar sumber syari'at
itu hadir di hadapan ummat 3. Konsekwen dengan adab
dengan selamat dan dapat dalamjarh.
dijadikan hujjah baik dari segi
Ketegasan mereka dalam jarh
ilmiyah maupun amaliyah prak­
bukan dimaksudkan sebagai sikap
tis. Pembahasan mereka terhadap
permusuhan, akan tetapi dimak­
keadaan para rawi semata-mata
sudkan demi kepentingan ilmiah
bersifat ilmiyah dan obyektifitas
semata. Mereka sering berkata
Prinsip mereka adalah :
keras dan tegas seperti "yl.lS"
l. Melaksanakan amanat dan
menjaga kesucian hukum. Mereka atau "t w,J", sebagian dari mereka
menerangkan, sifat-sifat rawi berkata-kata dengan memilih
sesuai dengan apa adanya. Kalau kata-kata yang berhati-hati
mereka memuji seorang perawi
karena memang rawi itu memiliki
seperti "4JL....\JI � � t atau
sifat terpuji, dan kalau mencela
rawi, karena rawi itu memiliki
sifat-sifat tercela. Seperti kata 4. Meringkas ta 'dil dan
Muhammad Ibn Sirin: memperinci jarh.
41J• L-o �_,-<� I� I .!J L,_:,;. I � Rawi yang adil cukup
dijelaskan dengan kata singkat
a.:....,� ;5.u !J tanoa penjelasan terperinci, sebab
"Engkau berbuat Zalim kepada sifat adil itu terlalu banyak.
saudaramu apabi/a menyebut
kejelekannya dan tidak menyebut Mereka cukup berkata \:...;, W"
kebaikannya •.
atau JJ.....__, . Berbeda dengan
2. Ketelitian Pembahasan dan penjelasan mereka terhadap jarh,
Hukum. mereka memperinci sebab-sebab

Dari berbagai pendapat


jarh seperti � ,�I r.J.S.
,_;....J"
Ulama, kita mengetahui sikap dan atau ...,.,1..1.S, tujuan mereka hanya
ketelitian mereka dalam

31
untuk membedakan 11 ..:.iLAf' dan menyebabkan haditsnya tidak
dicatat biasanya menggunakan
" � ui...p" ' "�" dan ,,�,,
1-- •
kata-kata: ''l!-t�I .!JJJ-"", '¼-'IJ1 atau
11 1

11 y1.iS'11
4. Kata-kata yang digunakan
dalam Jarh dan Ta 'dil. 5. Contoh-contoh Jarh dan
Menurut Abu Hatim kata­ Ta'dil.
kata ta'dil yang menunjukkan Di bawah ini Syu'bah
tingkat keadilan rawi yang tidak menerangkan keadaan dua orang
diragukan adalah "w" kuat, 11.)-.o", rawi hadits yang bernama
Ibrohim al Saksaki dan Isma'il ibn
terpercaya, '\.:.•�" , teguh, "�",
Muslim al 'abdi:
"J�", .l:JI...>- atau �L...P 11 kuat
hapalannya.
11
,
..W-1 .:,-i tl..pU I� )1� · U.1>­

Tingkat keadilan raw1 yang


:JLJ �-I.ti .:r! �Li� .:r!
masih diragukan akan tetapi �I )'! I i.:.r,-s- .,I� ,. � � L..,
haditsnya boleh dicatat biasanya '4• �. l)L.5 :J� ',F< LJ1
menggunakan kata-kata; "J.,..L..,, 11
� 'J �L......S :JWJ 4 s�
benar, 1 1J..L..al1 �11 , kedudukannya
dipercaya atau " A..! .rl/S.", tidak
-�
"Menceritakan kepada kami (al Rozi)
keberatan dengannya. Abdurrahman, Sholih ibn Ahmad ibn
Hanbal, menceritakan kepada kami Ali ibn
Kata-kata Jarh yang sering al Madani, berkata Ali ibn al Madani; saya
digunakan antara lain ;'\:.-,t�I �11 bertanya kepada Yahya ibn Sa'id tentang
Ibrahim Al Saksiki ia berkata ; "Syu'bah
kata-kata ini tidak menunjukkan melemahkannya dan berkata ; Ibrahim al
kedaifan secara mutlak, akan Saksaki tidak baik dalam berkata-kata".
tetapi rawi mempunyai cacat yang
tidak mengurangi keadilan-nya. :JLJ �I U �)1 � U.1>­
Juga kata-kata 11 �� �
haditsnya tetap ditulis sambil :J� �1.r.1 .,r-! � ,.., �
diperhitungkan. Sedangkan kata­ JI I��I : J� � IJLl
kata yang menunjukkan tingkat ��I�.:,-! �\..:'II
kelemahan raw1 hadis yang

32
"Menceritakan kepada kami tangan dianggap tidak ada.
Abdurrohman, menceritakan kepada kami
Dengan kata lain nilai jarh
ayahnya, ia berkata : Saya mendengar
Muslim ibn Ibrahim berkata: "Syu'bah
rawi dimasa lalu telah
barkata; Pergilah kamu kepada lsma'il ibn digantikan dengan nilai ta'dil
Muslim al Abadi" (al Rozi; Juz 1 hal. 132, karena ia telah bertaubat.
t.t).
b. Mendahulukan jarh daripada
Dari kedua contoh ini kita Ta'dil, meskipun Muaddil
mendapat keterangan keadaan jauh lebih banyak dari Jarih.
rawi yang bernama lbrohim al Menurut jumhur ulama Jarh
Saksaki yang ternyata seorang tidak dapat digugurkan.
perawi yang bercacat. Sedangkan
lsma'il ibn Muslim seorang pe­ c. Mendahulukan Ta'dil dari
rawi yang kuat atau terpercaya. pada jarh, kalau Mu'adil lebih
banyak dari jarih. Sebab
mu'addil yang banyak dapat
6. Pertentangan antara Jarh menguatkan keadaan rawi
dan Ta'dil. yang lemah. Pendapat ini
Kadang-kadang para ulama menurut jumhur ulama tidak
memberikan penilaian yang sa­ dapat diterima.
ling bertentangan terhadap d. Tarjih. Apabila jarh dan ta'dil
seorang rawi yang sama. Seba­ saling bertentangan, maka
gian menganggap adil sementara pendapat yang diterima
yang lainnya menganggap adalah pendapat yang rojih
bercacat (Jarh). Kalau problema­ atau lebih kuat.
tika seperti ini terjadi maka
alternatif pemecahannya adalah
7. Problematika Ilmu Jarh
dan Ta'dil.
a. Kalau sebagian ulama
menta'jih seorang rawi pada Ilmu Jarh dan Ta'dil
merupakan bagian dari Ilmu Rijal
waktu ia masih dalam
keadaan fasik, sedangkan al Hadits yang sangat penting dan
ulama lain menta'dil setelah memiliki problematika yang pelik.
mereka mengetahuinya telah Muhaddist yang menekuni bidang
bertaubat dan tetap berpe­ ini memerlukan ketelitian dan
rilaku terpuji maka dalam disiplin yang tinggi. Ilmu ini
kasus seperti ini, perten- memiliki obyek pembahasan dan

33
•QAIAM

problematika yang bermacam­ KETIGA ; Kalau kebiasaannya


macam antara lain : hanya meriwayatkan dari rawi
yang adil, maka riwayatnya dari
shekh merupakan ta'dil
a. " J_,::..-11 11 , "Rawi yang masih terhadapnya. Apabila tidak demi­
samar" kian, maka bukan merupakan
ta'dil.
Rawi rnastur ialah rawi
diriwayatkan oleh dua orang atau
lebih sehingga ia dikenal sebagai c. Periwayatan dari Rawi yang
rawi yang pada dohirnya adil. tidak disebutkan namanya
Akan tetapi tingkat "adalah atau
jarhnya tidak berasal dari imam­
imam hadits kenamaan. Jumhur Periwayatan hadits dari rawi
ulama menolak periwayatan dari yang tidak disebutkan mananya,
ravvi mastur. Sebagian ulama menurut ulama ada dua pen­
menerimanya tanpa sarat. dapat:
Menurut Ibnu Hajar rawi mastur Rawi
Pertama: yang tidak
tidak dapat ditolak atau diterima disebutkan namanya oleh seorang
sehingga jelas keadaannya.
yang adil bukan merupakan ta'dil
baginya, sebab rawi raw1 m1
b. Periwayatan dari seorang
kadang-kadang tsiqot banya dan
syeikh. tidak bagi orang lain kalau
Para ulama herbeda pendapat disebutkan namanya. Penyebutan
tentang apakah periwayatan nama rawi dapat menghilangkan
tsiqot dari seorang syeikh keraguan hati.
merupakan ta 'dil atas syeikh itu.
Kedua : Ta'dilnya diterima
Dalam hal ini ada tiga pendapat
secara mutlak sebagaimana kalau
PERTAMA; Bukan merupakan dise-butkan namanya. Sebab ia
ta'dil, sebab kadang-kadang rawi aman dalam dua hal: ketika
yang adil meriwayatkan dari rawi namanya disebut dan ketika ia
yang tidak adil. dita'dil, ketika dita'dil dan ketika
namanya tidak disebut. Adapun
KEDUA : Merupakan ta'dil, sebab
kata-kata Imam Syafi'i dan Malik
kalau 1a meriwayatkan dari
seseorang pasti menyebutkan seperti "i.::1 ��", kata-kata ini
cacatnya kalau ia bercacat. dimaksudkan untuk mereka yang

34
sepakat dalam madzhab bukan itu dimaksudkan untuk
dimaksudkan sebagai hujjah membela mazdhabnya maka
hadits terhadap yang lain. Mereka riwayatnya ditolak.
menyebutkannya sebagai hujjah
hukum menurut penda-patnya.
DAFTAR BACAAN

Abdul Rahman, AI-Hafid Jalaluddin, Tadrib


E. Riwayat Ahli Nafsu dan
al-Rawi, Darul Fikri, Beirut
Bid'ah.
Libanon, 1988
Muhadditsin berbeda penda­
AI-Shalih, Subhi, Ulumul Hadits Ulumul wa
pat tentang periwayatan hadits
Musthalahuhu, Dar al 'ilm Li al­
dari ahli nafsu dan bid'ah. Mereka
Malayin, cet 17 Beirut, 1988
meriwayatkan hadits-hadits yang
tidak pernah ada pada masa Nabi Al Khatib, Ajaj, Usulul Hadits Ulumuhu Wa
dan sahabat. Musthalahuhu, Dar al Fikri,
Libanon, 1989
Sebagian ahli hadits berpen­
dapat bahwa riwayat hadits dari al-Thahan, Mahmud, Taisir Musthalahil
ahli bida'ah tidak bisa diterima Hadits, Syirkah Bangkul lndah,
secara mutlak, bagaimanapun Surabaya, 1985
jenis bid'ahnya.
AI-Shiddieqi, Hasbi (et. al), AI-Qur'an dan
Sebagian ulama menerima Terjemahnya, Departemen Agama
periwayatan hadits dari ahli Republik Indonesia. Jakarta, 1992
bid'ah dengan sarat-sarat:
AI-Shiddieqi, Hasbi, Sejarah dan Pengantar
llmu Hadits, Bulan Bintang,
1. Kebid'ahannya itu tidak Jakarta, 1991.
membawa kepada kekufuran.
Afif, Djalil dan Sohari, Diktat Ulumul Hadits I,
Apabila bid'ah itu membawa Fak. Syari'ah JAIN "Sunan Gunung
kekufuran, maka
Djati", Serang, 1993
periwayatannya ditolak.
2. Jika bid'ahnya itu tidak
membawa kekufuran, riwa­
yatnya diterima dengan sarat
riwayatnya adil tidak ditun­
jukkan untuk membela mazd­
habnya. Apabila riwayatnya

35

Anda mungkin juga menyukai