Anda di halaman 1dari 2

Nama : Sobib

NIM : 20102010074

Kelas : Komunikasi Antar Budaya-A

NYADRAN RUWAH DI KECAMATAN GEMAWANG

Dalam kalender Hijriah, bulan sebelum bulan Ramadan adalah bulan Sya’ban. Tapi dalam
kalender Jawa, bulan sebelum Ramadan itu disebut Sasi Ruwah.  
Pada bulan Ruwah, masyarakat Kecamatan Gemawang sering
menyelenggarakan tradisi ruwahan dengan tujuan mengirimkan doa kepada  arwah para
leluhur/sesepuh kita. Karena itu bulan Ruwah sering juga disebut bulan Arwah.
Tradisi Ruwahan bisa dikatakan sebagai wujud akulturasi budaya yang dipengaruhi oleh
agama Hindu dan Budha, Tapi masih dilestarikan seiring perkembangan Agama Islam, tradisi
ruwahan di Kecamatan Gemawang memiliki nama lain, yaitu nyadran .
Biasanya sebelum nyadran Ruwah dilaksanakan, masyarakat Kecamatan Gemawang akan
bergotong - royong membersihkan makam keluarga atau leluhur mereka. Setelah
pembersihan makam, barulah tradisi nyadran digelar dengan doa-doa atau kenduri di
kompleks makam.
Usai berdoa bersama, biasanya Masyarakat Kecamatan Gemawang Akan mengadakan
Gendoren bersama-sama, Ada yang kemudian dikumpulkan dan kemudian dibagikan, ada
juga yang dibawa pulang kembali dan dinikmati bersama keluarga.
Setelah tradisi nyadran dilakukan, masing-masing keluarga biasanya melakukan ziarah ke
makam leluhur keluarga mereka. Dalam istilah Jawa, tradisi ini disebut ngirim yang
maknanya untuk dikirim doa untuk para leluhur/sesepuh yang sudah meninggal.
Ketika masyarakat ziarah ke makam biasanya disertai dengan tabur bunga masyarakat yang
masih melestarikan tradisi nyekar/menebar bunga, biasanya mendatangkan rezeki bagi para
penjual bunga. Tak heran, saat bulan Ruwah, harga bunga tabur akan mengalami kenaikan
cukup signifikan, hingga 3 kali lipat dari harga normalnya.
Biasanya masyarakat Kecematan Gemawang dalam Bulan Ruwah juga melakukan tradisi
gapem. Ngapem yaitu  tradisi membuat kue tradisional apem, yang dilengkapi dengan ketan
dan kolak. Bagi masyarakat yang melestarikan tradisi ngapem, biasanya akan membagikan
ketan kolak apem tersebut kepada kerabat dan tetangga.
Dulu, ketan kolak apem juga menjadi penanda telah datangnya bulan Ruwah, yang berarti
tak lama lagi akan memasuki bulan Ramadan atau dalam istilah Jawa disebut Sasi
Pasa/bulan puasa.

Anda mungkin juga menyukai