DOSEN PEMBIMBING :
EKSI WIDYANANTO, M.Eng
DISUSUN OLEH :
LEMBAR PENGESAHAN
TUGAS DESAIN PONDASI
Kelompok 11 :
1. Abdul Azizit Taqiyyuddin (182510059)
2. Dicky Khukuh W (182510060)
3. Adib Alfikri (182510062)
4. Nefika Ayuningtias (182510063)
Mengetahui,
Dosen Pembimbing
Alhamdulillah, dengan rasa syukur kehadirat Allah SWT karena atas limpahan rahmat,
karunia, dan hidayah serta inayah-Nya Laporan Tugas Desain Pondasi dapat terselesaikan
tanpa halangan apapun.
Tugas merupakan sarana yang sangat penting dalam menunjang kreatifitas mahasiswa
dalam menerapkan teori-teori yang telah diperoleh dalam perkuliahan. Selain itu, juga tugas
sangat membantu mahasiswa dalam memperoleh bekal berupa pengalaman yang sangat
berguna dikemudian hari.
Tugas ini tidak akan terlaksana tanpa adanya dukungan dari beberapa pihak, oleh karena
itu saya ingin mengucapkan terimakasih kepada :
1. Bapak H. Agung Setiawan, M.T., selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas
Muhammadiyah Purworejo.
2. Bapak Eksi Widyananto , M.Eng., selaku dosen mata kuliah Tugas Desain Pondasi.
3. Seorang yang telah memberikan dukungan dan kasih sayang kepada penyusun.
4. Kepada semua pihak yang telah membantu, baik secara fisik maupun moral.
Dalam penyusunan Laporan Tugas Desain Pondasi ini tentulah masih jauh dari
kesempurnaan dan adanya kekurangan maupun kesalahan, oleh karena itu penyusun
memohon kritik dan saran yang bersifat membangun.
Demikian yang dapat penyusun sampaikan, semoga dapat diterima sebagaimana dengan
ketentuan yang telah disyaratkan.
Penyusun
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOREJO
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
Alamat : Jl. K.H.A Dahlan 3 Telepon / Fax. (0275) 321494 Purworejo 54111
LEMBAR ASISTENSI
TUGAS DESAIN PONDASI
Kelompok 11 :
1. Abdul Azizit Taqiyyuddin (182510059)
2. Dicky Khukuh W (182510060)
3. Adib Alfikri (182510062)
4. Nefika Ayuningtias (182510063)
Kelompok 11B
Kelompok 11B
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOREJO
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
Alamat : Jl. K.H.A Dahlan 3 Telepon / Fax. (0275) 321494 Purworejo 54111
Kelompok :
Note:
Beban Plesteran Keramik 20 kN/m3
Beban Mekanikal dan Elektrikal 0,2 kN/m2
SRPMM (Struktur Rangka Pemikul Momen Menengah) diambil R = 5
Data Uji Sondir diambil dari buku Hanggoro TCA, UNNES 2006
Kelompok 11B
Uji Standart Penetration Test (SPT) sbb:
Purworejo
Kedalaman (m) Diskripsi Tanah N
0
lempung
1
2
3 17
4
5
pasir
6 19
7
8
9 30
10
11 lempung coklat
12 32
Kelompok 11B
Tugas Desain Pondasi
BAB 1
LANDASAN TEORI
A. Umum
Penggunaan pondasi tiang pancang sebagai pembangunan apabila tanah yang
berada di bawah dasar bangunan tidak memiliki daya dukung (bearing capacity) yang
cukup untuk memikul berat bangunan dan beban-beban yang bekerja padanya (Sardjono,
1998). Atau apabila tanah keras yang bekerja padanya berada sangat dalam, dengan
kedalaman > 8 m (Bowles, 1993)
Pondasi tiang pancang pada umumnya di pancang tegak lurus kedalam tanah
sampai pada kedalaman tertentu untuk mencapi kuat dukung yang diinginkan dan
dianggap telah mampu memikul beban yang bekerja diatasnya sehingga jika terjadi
penurunan masih dalam batas-batas yang diizinkan. Fungsi dari tiang pancang adalah
sebagai transfer beban dari struktur atas dan meneruskannya kelapisan tanah keras yang
letaknya sangat dalam.
B. Tanah
Tanah adalah sebagai dasar pendukung suatu bangunan atau bahan konstruksi dari
bangunan itu sendiri. Tanah didefinisikan sebagai material yang terdiiri dari agregat
(butiran) mineral-mineral padat yang tidak tersemenisasi (terikat secara kimia) satu sama
lainnya dari bahan-bahan organik yang telah melapuk (yang berpartikel padat) disertai
dengan zat cair dan gas yang mengisi ruang-ruang kosong diantara partikel-partikel padat
tersebut (Das, 1998)
Pada umumnya semua bangunan dibuat diatas dan dibawah permukaan tanah,
maka diperlukan suatu sistem pondasi yang akan menyalurkan beban dari bangunan ke
tanah. Untuk menentukan dan mengklasifikasikan tanah diperlukan suatu pengamatan
dilapangan. Tetapi jika hanya mengandalkan pengamatan dilapangan, maka akan terjadi
kesalahan-kesalahan yang disebabkan oleh perbedaan pengamatan yang dilakukan oleh
perorangan.
Untuk memperoleh hasil klasifikasi yang objektif, biasanya tanah itu secara
sepintas dibagi dalam tanah berbutir kasar dan tanah berbutir halus berdasarkan suatu
hasil analisa mekanis. Selanjutnya tahap klasifikasi tanah berbutir halus diadakan
berdasarkan percobaan konsistensi (Sosrodarsono dan Nakazawa, 1990).
Kelompok 11B
Tugas Desain Pondasi
C. Macam-macam Pondasi
Pondasi adalah suatu bagian dari bangunan yang bertugas meletakkan bangunan
dan meneruskan beban bangunan atas kedalam tanah yang cukup kuat mendukungnya
(Hrdiyatmo, 2002).
1. Pondasi dangkal
Pondasi dangkal adalah pondasi yang mendukung beban secara langsung, seperti :
a. Pondasi memanjang
Pondasi memanjang yaitu pondasi yang digunakan untuk mendukung dinding
memanjang atau sederetan kolom yang berjarak dekat sehingga bila dipakai
pondasi telapak sisinya akan berimpit satu sama lain (Gambar 1.1a)
b. Pondasi telapak
Pondasi telapak yaitu pondasi yang berdiri sendiri dalam mendukung kolom
(Gambar 1.1b)
c. Pondasi rakit (raft foundation)
Pondasi rakit yaitu pondasi yang digunakan untuk mendukung bangunan yang
terletak pada tanah lunak atau digunakan bila susunan kolom-kolom jaraknya
sedemikian dekat disemua arahnya, sehingga bila dipakai pondasi telapak, sisi-
sisinya berimpit satu sama lain (Gambar 1.1c)
2. Pondasi dalam
Pondasi dalam adalah pondasi yang meneruskan beban bangunan ke tanah keras atau
batuan yang terletak relatif jauh dari permukaan (Hardiyatmo, 2002). Macam-macam
tipe pondasi dalam, seperti :
a. Pondasi sumuran atau kaison (pier foundation/caisson)
Pondasi sumuran yaitu pondasi yang merupakan peralihan antara pondasi
dangkal dan pondasi tiang (Gambar 1.1d), digunakan bila tanah keras relatif
dalam. Peck, dkk (1953) membedakan pondas sumuran dengan pondasi dangkal
dari nilai kedalamannya ( ) dibagi lebarnya (B). Untuk pondasi sumuran
4, sedangkan untuk pondasi dangkal 1.
b. Pondasi tiang (pile foundation)
Pondasi tiang digunakan bila tanah pondasi pada kedalaman yang normal tidak
mampu mendukung beban yang bekerja dan tanah keras terletak sangat dalam.
Pondasi tiang umumnya berdiameter lebih kecil dan lebih panjang dibandingkan
dengan pondasi sumuran (Gambar 1.1e).
Kelompok 11B
Tugas Desain Pondasi
dinding kolom
Pondasi telapak
Pondasi memanjang
(a ) (b )
kolom
rakit
Pondasi rakit
(c )
Pilar
jembatan kolom
Pondasi sumuran (e )
(d )
Kelompok 11B
Tugas Desain Pondasi
2. Klasifikasi Tiang Berdasarkan Metode Pelaksanaan
Klasifikasi tiang yang didasarkan pada metode pelaksanaannya (Hardiyatmo, 2010) di
bagi tiga yaitu :
a. Tiang pancang (driven pile), tiang dipasang dengan cara membuat bahan
berbentuk bulat atau bujur sangkar memanjang yang dicetak lebih dulu dan
kemudian dipancang atau ditekan kedalam tanah.
b. Tiang bor (drilled shaft), tiang dipasang dengan cara mengebor tanah lebih dulu
sampai kedalaman tertentu, kemudian tulangan baja dimasukkan dalam lubang
bor dan kemudian diisi/ dicor dengan beton.
c. Kaison (caisson), suatu bentuk kotak atau silinder telah dicetak lebih dulu,
dimasukkan kedalam tanah, pada kedalaman tertentu kemudian diisi beton.
Kadang – kadang kaison juga disebut tiang bor yang berdiameter/ lebar besar,
sehingga kadang–kadang membingungkan dalam penyebutan.
3. Jenis Pondasi Tiang Menurut Cara Pemindahan Beban
Menurut cara pemindahan beban, tiang pancang (Hardiyatmo, 2002) dibagi dua yaitu :
a. Point bearing pile (and bearing pile) atau tiang pancang dengan tahanan ujung.
Tiang ini meneruskan beban melalui tahanan ujung ke lapisan tanah keras yang
mampu memikul beban yang diterima oleh tiang tersebut. Lapisan tanah keras itu
dapat berupa lempung keras sampai pada batu – batuan yang sangat keras.
b. Friction pile (tiang pancang yang bertahan dengan pelekatan antara tiang dengan
tanah) dibagi dua :
- Friction pile pada tanah dengan butiran – butiran tanah kasar dan sangat
mudah melewati air. Tiang ini meneruskan beban ketanah melalui geseran
kulit (skinfriction). Proses pemancangan tiang – tiang ini dilalukan dalam satu
group (kelompok), menyebabkan tanah diantara tiang menjadi padat karena itu
di kategorikan “compaction pile”.
- Friction pile pada tanah dengan butiran – butiran tanah halus dan sangat sulit
melewati air. Tiang ini juga meneruskan beban ke tanah melalui (skin
friction). Akan tetapi pada proses pemasangan tiang – tiang ini tidak
menyebabkan tanah diantara tiang menjadi padat, karena itu tiang – tiang ini
termasuk dalam kategori “floating pile foundation”.
4. Jenis Pondasi Tiang Menurut Bahan yang Digunakan
Menurut bahan yang digunakan tiang pancangdibagi enam (Hardiyatmo,2010) yaitu :
Kelompok 11B
Tugas Desain Pondasi
1. Tiang kayu
Tiang kayu adalah tiang yang dibuat dari kayu, umumnya berdiameter
antara 10 – 25 cm. Tiang kayu cerucukyang banyak dipakai di Indonesia untuk
perbaikan kapasitas dukung tanah lunak berdiameter antara 8 – 10 cm dan panjang
4 meter. Tiang pancang kayu lebih murah dan mudah penggunaanya dari pada
tiang jenis lainnya.
Permukaan tiang dapat dilindungi ataupun tidak, dapat tergantung dari
kondisi tanah. Tiang kayu ini mengalami pembusukan atau rusak akibat dimakan
serangga dan lama – kelamaan akanmengalami pelapukan.Untuk menghindari
terjadinya kerusakan pada tiang kayu terutama pada waktu pemancangan maka
ujung tiang dilindungi dengan sepatu dari besi.Beban maksimum yang dapat
dipikul oleh tiang kayu tunggal dapat mencapai 270 – 300 kN.
2. Tiang beton pracetak
Tiang beton pracetak yaitu tiang yang terbuat dari beton yang dicetak
disuatu tempat dan diangkut ke lokasi rencana bangunan. Tiang beton pada
umumnya berbentuk prisma atau bulat dan ukuran diameternya yang biasa dipakai
untuk tiang yang tidak berlubang diantara 20 – 60 cm. Sedangkan untuk tiang yang
berlubang diameternya dapat mencapai 140 cm dan panjang tiang beton pracetak
biasanya berkisar anta 20 – 40 meter untuk yang tidak berlubang. Untuk tiang yang
tidak berlubang bisa mencapai 60 meter. Beban maksimum yang dapat dipikul
untuk tiang ukuran kecil berkisar antar 300 – 800 kN.
Keuntungan pemakaian tiang pancang pracetak antara lain :
- Bahan tiang dapat diperiksa sebelum pemancangan.
- Prosedur pelaksanaan tidak dipengaruhi oleh air tanah.
- Tiang dapat dipancang sampai kedalaman yang dalam.
- Pemancangan tiang dapat menambah kepadatan tanah granular.
Kerugian pemakaian tiang pancang pracetak antara lain :
- Penggembungan permukaan tanah dan gangguan tanah akibat pemancangan
dapat menimbulkan masalah.
- Kepala tiang kadang – kadang pecah akibat pemancangan.
- Pemancangan akan sulit bila diameter tiang terlalu besar.
- Banyaknya tulangan dipengaruhi oleh tegangan yang terjadi pada waktu
pemancangan dan pengangkutan tiang.
Kelompok 11B
Tugas Desain Pondasi
- Pemancangan menimbulkan gangguan suara, getaran dan deformasi tanah yang
dapat menimbulkan kerusakan bangunan disekitarnya.
Nilai – nilai beban maksimum tiang beton pracetak pada umumnya ditinjau dari
segi kekuatan bahan tiangnya dapat dilihat pada Tabel 1.1.
Tabel 1.1. Nilai – nilai tipikal beban izin tiang beton pracetak (Hardiyatmo, 2010)
Kelompok 11B
Tugas Desain Pondasi
Tiang baja propil termasuk tiang pancang dengan bahan yang dibuat dari
baja profil.Tiang ini mudah penanganannya dan dapat mendukung beban pukulan
yang besar pada waktu dipancang pada lapisan yang keras. Tiang baja profil
berbentuk profil H, empat persegi panjang, segi enam dan lain – lainnya.
5. Tiang Komposit
Beberapa kombinasi bahan tiang pancang atau tiang bor dengan tiang
pancang dapat digunakan untuk mengatasi masalah – masalah pada kondisi tanah
tertentu.Problem pembusukan tiang kayu diatas muka air tanah misalnya, dapat
diatasi dengan memancang tiang komposit yang terdiri dari tiang beton dibagian
atas yang disambung dengan tiang kayu dibagian bawah zona muka air tanah.
5. Jenis Pondasi Tiang Menurut Bahan yang Digunakan
Tiang pancang beton berdasarkan cara pembuatannya dibedakan menjadi tiga macam
(Sardjono, 1991) yaitu :
a. Precast reinforced concreate pile
Precast reinforced concreate pile adalah tiang pancang beton bertulang
yang dicetak dan dicor dalam acuan beton (bekisting) yang telah cukup keras lalu
diangkat dan dipancangkan. Karena tegangan tarik beton kecil dan praktis
dianggap sama dengan nol, sedangkan berat sendiri beton besar maka tiang
pancang beton ini harus di beri tulangan yang cukup kuat agar pada saat
pengangkatan dan pemancangan mampu memikul momen lentur.
Pada jenis tiang pancang beton ini dapat memikul beban lebih besar dari
pada 50 ton untuk masing – masing tiang, sedangkan penampangnya dapat berupa
lingkaran, segi empat, dan segi delapan.
Kelompok 11B
Tugas Desain Pondasi
b. Frecast presstressed concreate pile
Frecast presstressed concreate pile adalah tiang pancang yang dalam
pelaksanaannya percetakannya sama seperti pembuatan beton presstres, yaitu
menarik besi tulangannya ketika dicor dan dilepaskan setelah mengeras. Untuk
jenis tiang pancang ini biasanya dibuat di pabrik khusus, mengenai ukuran tiang
pancang dapat dipesan langsung sesuai dengan yang diperlukan.
Gambar 1.3. Tiang pancang frecast presstressed concreate pile (Bowles, 1991)
c. Cast In Place
Cast in Place adalah tiang pancang yang dicor ditempat dengan jalan
membuat lubang ditanah terlebih dengan cara pengeboran. Pada Cast in place
dapat dibedakan dengan dua cara yaitu :
1. Dengan pipa baja yang dipancang kedalam tanah kemudian diisi dengan
beton dan di tumbuk sambil pipa baja ditarik keatas.
2. Dengan pipa baja yang dipancang kedalam tanah kemudian diisi dengan
beton sedangkan pipa baja tersebut tetap tinggal didalam tanah.
Kelompok 11B
Tugas Desain Pondasi
6. Metode Pelaksanaan Pemancangan Tiang Pancang
1) Pekerjaan Persiapan
a. Membubuhi tanda, tiap tiang pancang harus dibubuhi tanda serta tanggal saat
tiang tersebut dicor. Titik – titik angkat yang tercantum pada gambar harus
dibubuhi tanda dengan jelas pada tiang pancang. Untuk mempermudah
perekaan, maka tiang pancang diberi tanda setiap 1 meter.
b. Pengangkatan/pemindahan, tiang pancang harus dipindahkan/diangkat dengan
hati – hati sekali guna menghindari retak maupun kerusakan lain yang tidak
diinginkan.
c. Rencanakan final set tiang, untuk menentukan pada kedalaman mana
pemancangan tiang dapat dihentikan, berdasarkan data tanah dan data jumlah
pukulan terakhir (final set).
d. Rencanakan urutan pemancangan, dengan pertimbangan kemudahan manuver
alat. Lokasi stock material agar diletakkan dekat dengan lokasi pemancangan.
e. Tentukan titik pancang dengan theodolit dan tandai dengan patok.
f. Pemancangan dapat dihentikan sementara untuk peyambungan batang
berikutnya bila level kepala tiang telah mencapai level muka tanah sedangkan
level tanah keras yang diharapkan belum tercapai.
Proses penyambungan tiang :
- Tiang diangkat dan kepala tiang dipasang pada helmet seperti yang
dilakukan pada batang pertama.
- Ujung bawah tiang didudukkan diatas kepala tiang yang pertama
sedemikian sehingga sisi – sisi pelat sambung kedua tiang telah berhimpit
dan menempel menjadi satu.
- Penyambungan sambungan las dilapisi dengan anti karat.
- Tempat sambungan las dilapisi dengan anti karat.
g. Selesai penyambungan, pemancangan dapat dilanjutkan seperti yang dilakukan
pada batang pertama. Penyambungan dapat diulangi sampai mencapai
kedalaman tanah keras yang ditentukan.
h. Pemancangan tiang dapat dihentikan bila ujung bawah tiang telah mencapai
lapisan tanah keras/final set yang ditentukan.
i. Pemotongan tiang pancang pada cut off level yang telah ditentukan.
Kelompok 11B
Tugas Desain Pondasi
2) Proses Pengangkutan
a. Pengangkatan tiang untuk disusun dengan dua tumpuan
Metode pengangkatan dengan dua tumpuan ini biasanya pada saat
penyusunan tiang beton, baik itu dari pabrik ke trailer ataupun dari trailer ke
penyusunan lapangan. Persyaratan umum dari metode ini adalah jarak titik
angkat dari kepala tiang adalah 1/5 L. Untuk mendapatkan jarak harus
diperhatikan momen maksimum pada bentangan, haruslah sama dengan
momen minimum pada titik angkat tiang sehingga dihasilkan momen yang
sama. Pada prinsipnya pengangkatan dengan dua tumpuan untuk tiang beton
adalah dalam tanda pengangkatan dimana tiang beton pada titik angkat berupa
kawat yang terdapat pada tiang beton yang telah ditentukan dan untuk lebih
jelas dapat dilihat pada Gambar 1.5.
1 3 1
5 L 5 L 5 L
Kelompok 11B
Tugas Desain Pondasi
Kepala tiang
Kabel baja pengangkat
Ujung tiang
1
3 L
2
3 L
(+ )
Gambar lintang
D=0 (- )
(+ )
(- )
Gambar Momen
(+ )
Momen Max
Kelompok 11B
Tugas Desain Pondasi
b. Jika pondasi harus menahan beban horizontal. Pondasi dalam dapat menahan
momen dan vertikal secara bersamaan. Contohnya adalah pondasi untuk gedung
tinggi, jembatan,dermaga dsb.
Kelompok 11B
Tugas Desain Pondasi
c. Pada tanah yang ekspansif. Tanah yang ekspansif dapat mengalami pengembangan
(swelling) dan penyusutan (shrinkage) tergantung kepada kondisi kadar airnya.
d. Pondasi harus menahan uplift forces. Hal ini misalnya terjadi pada basement
dengan muka air tanah yang tinggi.
e. Adanya erosi tanah pada abutment dan pier jembatan.
f. Pondasi harus menahan gerakan tanah lateral. Pondasi tiang dapat digunakan
sebagai perkuatan lereng atau sekaligus sebagai pondasi bangunan yang berdiri di
atas tanah berlereng.
Kelompok 11B
Tugas Desain Pondasi
dukung tiang diperlukan klasifikasi tiang dalam mendukung beban yang bekerja. Menurut
Terzaghi, klasifikasi tiang didasarkan pada pondasi tiang yaitu :
1. Tiang gesek (friction pile), bila tiang pancang pada tanah berbutir. Akibat
pemancangan tiang, tanah disekitar tiang menjadi padat. Porositas dan
kompresibilitas tanah akibat getaran pada waktu tiang dipancang menjadi berkurang
dan angka gesekan antara butir–butir tanah dan permukaan tiang pada arah lateral
menjadi bertambah.
2. Tiang lekat (cohesion pile), bila tiang dipancang pada tanah lunak (permeabilitas
rendah) atau tanah mempunyai kohesi yang tinggi.
3. Tiang mendukung dibagian ujung tiang (point/end bearing pile), bila tiang dipancang
dengan ujung tiang mencapai tanah keras sehingga seluruh beban yang dipikul oleh
tiang diteruskan ke tanah keras melalui ujung tiang.
4. Tiang tekan, bila tiang telah menumpu pada tanah keras dan mendapatkan tekanan
vertikal dari beban mati maupun beban hidup.
5. Tiang tarik, bila tiang pancang pada tanah berbutir mendapat gaya yang bekerja dari
lendutan momen yang mengakibatkan tiang mengalami gayatarik.
Pada kenyataannya di lapangan, tanah sangat heterogen dan pada umumnya
merupakan kombinasi dari ke-lima hal tersebut di atas. Berbagai metode dalam usaha
menentukan kapasitas dukung tiang ini, tapi umumnya dibedakan dalam dua kategori
yaitu untuk tiang tunggal (single pile) dan kelompok tiang (pile group).
a. Kuat Dukung Tiang Tunggal (Single Pile)
Daya dukung single pile adalah daya dukung persatu tiang pancang.
Berdasarkan faktor pendukungnya pondasi tiang pancang dibedakan menjadi tiga
macam (Hardiyatmo, 2002) yaitu :
- End bearing
Tiang dimasukkan kedalam tanah keras teoritisnya dianggap bahwa tiang di
pindahkan ke tanah keras melalui ujung tiang. Tanah keras disini adalah sifat nya
relatif, tergantung dari beberapa faktor diantanya adalah beban yang harus dipikul
oleh tiang. Untuk melihat suatu tanah dikatakan baik, dapat dilihat ketentuan
sebagai berikut :
a. Lapisan non kohesif (pasir kerikil) mempunyai harga Standar Penetrasi Test
(SPT) N > 35
b. Lapisan kohesif mempunyai harga kuat tekan bebas (Unconfined
Compression Strength) Qu atau kira – kira nilai SPT – nya N > 15 – 20
Kelompok 11B
Tugas Desain Pondasi
Untuk menaksir gaya perlawanan lapisan tanah keras terhadap ujung tiang
pancang dengan menggunakan peralatan Dutch Cone Penetration Test (sondir).
Dari hasil sondir dapat diketahui harga perlawanan konus (qc) > 150 kg/cm2 untuk
lapisan tanah non kohesif dan (qc) > 70 kg/cm2 untuk lapisan tanah yang kohesif.
- Friction bearing
Dalam tumpuan geser letak tanah kerasnya sangat dalam sekaligus sebagai
pemancangan tiang sampai lapisan tanah keras sangat sukar dilaksanakan. Maka
dalam hal ini dipergunakan tiang pancang yang daya dukung nya yang dihitung
berdasarkan perlekatan tiang dengan tanah lempung. Perlawanan pada ujung tiang
sangat kecil dibanding dengan perlawanan akibat perlekatan akibat perletakan
antara tiang dengan tanah jadi dalam hitungannya, perlawanan ujung tiang sering
diabaikan.
Untuk menentukan besarnya perlawanan lekatan tiang dengan tanah dapat
digunakan peralatan sondir dengan menggunakan alat “Bikonus”. Bikonus dapat
mengukur perlawanan ujung, juga dapat mengukur perlawanan perlekatan antara
konus dengan tanah. Gaya ini disebut dengan hambatan pelekat, yang didalam
penggambaran grafik hasil sondir sudah merupakan jumlah hambatan peletak dari
permukaan tanah sampai pada kedalaman yang bersangkutan.
- End Bearing and Friction Pile
Jika memancang tiang pancang sampai kedalaman tanah keras melalui
tanah lempung. Maka untuk menghitung kapasitas tiang diperlukan
memperhatikan berdasarkan tahanan ujung (and bearing) maupun gaya pelekat
antara tiang dengan tanah (Friction pile).
b. Kuat Dukung Tiang Kelompok (Pile Group)
Pada keadaan sebenarnya dilapangan jarang sekali dipancang yang berdiri
sendiri (single pile) akan tetapi kita sering mendapati pondasi tiang pancang dalam
bentuk kelompok (pile group). Untuk mempersatukan tiang – tiang tersebut dalam
suatu kelompok tiang biasanya diatas tiang tersebut diberi poer (Floating)
(Hardiyatmo, 2002). Dalam perhitungan poer dianggap atau dibuat kaku sempurna,
sehingga :
1. Bila beban-beban yang bekerja pada kelompok tiang tersebut menimbulkan
penurunan, maka setelah penurunan bidang poer tetap merupakan bidang datar.
2. Gaya – gaya yang bekerja pada tiang berbaris lurus dengan penurunan tiang –
tiang tersebut.
Kelompok 11B
Tugas Desain Pondasi
Kelompok 11B
Tugas Desain Pondasi
1 2 3
s s
Kelompok 11B
Tugas Desain Pondasi
Keterangan :
N = Beban yang diterima tiap – tiap tiang pancang (ton)
ΣV = Resultan gaya – gaya normal sentris (ton)
n = Banyaknya tiang pancang Σ
V
Poer
Gambar 1.9. Beban normal sentris pada kelompok tiang pancang (Sardjono,1988)
V My.xi
Pi ........................................................................... (1.2)
n x2
Keterangan :
Pi = Beban yang diterima oleh tiang pancang ke-1 (ton)
ΣV = Jumlah beban vertikal yang bekerja pada pusat kelompok tiang (ton)
xi = Absis atau jarak tiang ke pusat berat kelompok tiang ke tiang lainnya (m)
My = Momen terhadap sumbu y (tm)
x2 = Jumlah kuadrat jarak tiang ke pusat berat kelompok tiang (m2)
c. Kelompok tiang yang menerima beban normal sentris dan momen yang bekerja
pada dua arah.
Kelompok tiang yang bekerja dua arah (x dan y) yang akan mempengaruhi
terhadap kapasitas kuat dukung tiang tiang pancang.
Kelompok 11B
Tugas Desain Pondasi
V
Poer
P1 P2
P3
P4
x2 x3
x1 x4
Untuk menghitung tekanan aksial pada masing – masing tiang adalah sebagai
berikut :
V My.xi Mx. yi
Pi ............................................................. (1.3)
n x2 y2
Pi = Beban yang diterima oleh tiang ke-I (ton)
ΣV = Jumlah beban vertikal yang bekerja pada pusat kelompok tiang (ton)
xi = Absis atau jarak tiang ke pusat berat kelompok tiang ke tiang lainnya (m)
yi = Absis atau jarak tiang ke pusat berat kelompok tiang ke tiang lainnya (m)
Mx = Momen terhadap sumbu x (tm)
My = Momen terhadap sumbu y (tm)
x 2 = Jumlah kuadrat absis – absis tiang pancang (m2)
Apabila pengaturan tiang pada satu poer telah mengikuti persyaratan maka
kuat dukung grup tiang tidak sama dengan kapasitas kuat dukung satu tiang pancang
Kelompok 11B
Tugas Desain Pondasi
dikalikan dengan banyaknya tiang tetapi dikalikan lagi dengan efisiensi grup tiang
pancang atau di tulis dengan rumus sebagai berikut :
Dimana :
Qg = Kuat dukung maksimum grup tiang pancang (ton)
Eg = Efisiensi grup tiang pancang
n = Banyaknya tiang
Qa = Kuat dukung maksimum satu tiang (ton)
Ada beberapa persamaan untuk mencari efisiensi grup tiang pancang diantaranya
sebagai berikut :
a. Methode feld
C B B C
B A A B
B A A B
C B B C
Disini kelompok tiang pancang terdiri dari 16 buah tiang pancang dimana total
efisiensinya adalah 10,75. Jadi efisiensi satu tiang adalah 0,672 tiang.
Kelompok 11B
Tugas Desain Pondasi
D = Diameter tiang (cm)
m = Jumlah baris
n = Jumlah tiang dalam satu baris
Ɵ = Arc tgD/s
3. Pondasi Menahan Beban Aksial Kolom
= +
= q. + f.
= Kapasitas ultimit pondasi tiang tunggal (kN)
= Tahanan ujung tiang (kN)
= Tahanan gesek tiang (kN)
Kelompok 11B
Tugas Desain Pondasi
5. Mekanisme Transfer Beban
Mekanisme transfer beban dari tiang ke dalam tanah adalah sangat kompleks.
Beban pondasi akan ditransfer melalui tahanan gesek tiang ( ) dan tahanan
ujung tiang ( ). Pada saat pembebanan tiang, perpindahan tiang ke arah
bawah diperlukan untuk memobilisasi tahanan gesek tiang ( ). Tanpa
memperhatikan jenis tanah, jenis tiang dan dimensinya, besarnya perpindahan
relatif ini biasanya tidak melebihi 0,5 cm meskipun ada yang sampai mendekati 1,0
cm. Perpindahan ujung tiang yang dibutuhkan agar tahanan ujung tiang ( )
termobilisasi seluruhnya lebih besar daripada gerakan yang dibutuhkan untuk
termobilisasinya tahanan gesek tiang ( ) secara penuh. Secara umum tahanan
gesek tiang ultimit ( ) termobilisasi lebih awal daripada tahan ujungnya
( ).
Kelompok 11B
Tugas Desain Pondasi
Mekanisme transfer beban juga tergantung pada jenis tanah, jenis tiang,
panjang tiang dan seberapa tinggi tingkat pembebanannya. Pada umumnya, saat
awal pembebanan, sebagian besar beban didukung oleh tahanan gesek tiang
( ) pada tiang bagian atas. Ketika beban dilepas dan kemudian dibebani
kembali dengan beban yang lebih besar, jika tahanan gesek tiang ( ) telah
mencapai maksimum, sebagian beban akan didukung oleh tahanan ujung tiang
( ). Pada saat terjadi keruntuhan, dimana pergerakan vertikal tiang terus
bertambah hanya dengan penambahan beban yang sedikit, maka tidak ada lagi
kenaikan transfer beban ke tahanan gesek tiang ( ) dan tahanan ujung tiang
( ) telah mencapai nilai maksimumnya.
Kelompok 11B
Tugas Desain Pondasi
6. Perbedaan
Faktor aman (SF) diperlukan untuk memprediksi besarnya kapasitas ijin
pondasi tiang tunggal ( ) berdasarkan prediksi nilai . Alasan
diperlukannya faktor aman dalam mendesain pondasi tiang antara lain adalah :
- Untuk memberikan keamanan terhadap tidak kepastian metode hitungan yang
digunakan.
- Untuk memberikan keamanan terhadap penyerderhanaan profil tanah serta
parameternya yang digunakan dalam desain.
- Untuk meyakinkan bahwa penurunan total yang terjadi pada tiang tunggal atau
kelompok tiang masih dalam batas toleransi.
- Untuk meyakinkan bahwa penurunan tidak seragam di atara tiang-tiang masih
dalam batas toleransi.
Kelompok 11B
Tugas Desain Pondasi
Kelompok 11B
Tugas Desain Pondasi
Berdasarkan pengalaman di lapangan, grafik sondir dapat di kelompokan
menjadi 5 tipe grafik seperti Gambar 1.25. sampai Gambar 1.29. Untuk memenuhi
persyaratan kapasitas dukung tanah dan penurunan tanah, maka perlu dilihat
terlebih dahulu seberapa besar beban yang akan didukung oleh tanah. Jika tanah
pendukung sangat kompresibel dan terlalu lemah mendukung struktur atas, maka
penggunaan pondasi tiang sangat disarankan.
Selain itu, faktor (1) ekonomis, (5) kemudahan pelaksanaan dan (6) dampak
lingkungan merupakan bahan pertimbangan untuk pemilihan beberapa sistem
pondasi yang masih memenuhi persyaratan (2) kapasitas dukung tanah dan (3)
penurunan tanah.
Kelompok 11B
Tugas Desain Pondasi
gerakan kebawah kecepatan penekanan kira – kira 10 mm/detik.Pembacaan tahanan
krucut statis dilakukan dengan melihat arloji pengukur, dilakukan pada tiap – tiap
penembusan dalam 20 cm. tahanan ujung serta tahanan gesekan selimut alat sondir
dicatat. Dari sini diperoleh grafik tahanan kerucut statis atau grafik sondir yang
menyajikan nilai keduanya.
Gambar 1.13. Pengujian kerucut statis, (a) Gambar skema alat pengujian
(b) Contoh hasil pengujian (Hardiyatmo, 2002)
Untuk perhitungan dengan metode statis dapat dilakukan dengan berbagai macam
cara dan formula, dan metode ini berdasarkan tiang pancang tunggal dan kelompok pada
pondasi tiang pancang. Kapasitas tiang tunggal dimana kapasitas ultmit netto tiang
tunggal (Qu) tahanan ujung bawah ultimit (Qb) dan tahanan gesek ultimit (Qs).
Kelompok 11B
Tugas Desain Pondasi
2. Spesifikasi Minipiles
Tabel 1.4. Spesifikasi Prestressed Concrete Piles Ex-FRANKI MINIPILE
Kelompok 11B
Tugas Desain Pondasi
Tabel 1.5. Spesifikasi Prestressed Concrete Piles Ex-TONGGAK AMPUH
Tabel 1.6. Spesifikasi Prestressed Piles Ex-Mini Pile Ex-PATON BUANA SEMESTA
Kelompok 11B
Tugas Desain Pondasi
I. Kapasitas Tiang Tunggal Berdasarkan Data Uji Lapangan
1. Berdasarkan Data SPT
Gambar 1.14 Rumus Kapasitas dukung tiang berdasarkan data N-SPT Mayerhof
(1967) dapat digunakan pada data hasil pemboran ini.
Kelompok 11B
Tugas Desain Pondasi
Tabel 1.8. Kapasitas dukung ijin (kN) berdasarkan nilai tahanan ujung bawah
Tiang pancang pada tanah non-kohesif (Wika PC Piles, 2001)
Kelompok 11B
Tugas Desain Pondasi
2. Berdasarkan Data Sondir
Dalam Wesley (1977) disebutkan kapasitas dukung tiang ijin untuk tiang yang
dipancang sampai lapisan pasir :
Q ijin = ( ) +( . O)/5
Qujung Qfriksi
Qijin =( ) +( . O)/10
Qijin =( ) +( . O)/10
Dimana :
Qijin = Kapasitas ijin pondasi tiang tunggal (kg)
Qc = Perlawanan Ujung sondir (kg/cm2)
Tf = Total friction sondir (kg/cm’)
Aujung = Luas permukaan ujung tiang (cm2)
O = Keliling tiang (cm)
3. Kuat dukung berdasarkan data Standart Penetration Test (SPT) dengan Metode Broms
Tahanan ujung ultimit tiang yang terletak pada tanah kohesif atau lempung dan
lanau (φ = 0) bertambah dengan kedalamannya, yaitu 2 di permukaan tanah sampai
8 – 12 pada kedalaman kira – kira 3 kali diameter tiang.
Persamaan Broms kapasitas dukungnya sama dengan Terzaghi, hanya didalam
persamaannya mempengaruhi bentuk pondasi. Untuk persamaan kapasitas dukung,
untuk perhitungan dengan menggunakan cara Broms rumus – rumus yang dipakai
adalah sebagai berikut :
Qs = Σ As .Kd .tg δ . Po’.……………………………………………... (1.6)
Kelompok 11B
Tugas Desain Pondasi
Qu = Qb + Qs ……………………………………………… ……...... (1.8)
Keterangan :
Qb = Kapasitas daya dukung ujung bawah tanah (kN)
Po’ = Tekanan overburden (kN/m2)
Nc = Faktor daya dukung dibawah ujung tiang pancang
Nq = Faktor daya dukung dibawah ujung tiang pancang
Nγ = Faktor daya dukung dibawah ujung tiang pancang
Ab = Luas penampang tiang pancang (m2)
Qs = Daya dukung gesek tiang (kN)
D = Diameter tiang (m)
Cu = Kohesi
As = Luas selimut tiang (m2)
Peck, dkk (1974) menyarankan hubungan antara N-SPT dengan φ dapat dilihat pada
Gambar 1.15.
Terzaghi dan Peck menyarankan hubungan antara N-SPT dengan Undrained Shear
Strength (cu) pada tanah kohesif dapat dilihat pada Gambar 1.16.
Kelompok 11B
Tugas Desain Pondasi
Dengan memakai kurva Mc Clleland (1974) didapatkan faktor adhesi (α) dengan
mengkorelasikannya dengan nilai cu seperti pada Gambar 1.17.
Gambar 1.17. Faktor adhesi (α) untuk tiang pancang dalam tanah lempung
(Mc Clelland, 1974).
William. T, dkk, (1962) menyarankan hubungan antara berat jenis tanah kohesif (γ)
dengan N-SPT seperti pada Tabel 1.9.
Kelompok 11B
Tugas Desain Pondasi
Tabel 1.9. Korelasi berat jenis tanah kohesif (γ) dengan N-SPT
(William. T, dkk, 1962)
N <4 4-6 6-12 16-25 >25
Untuk nilai Kd Broms (1956) menyarankan dengan tipe bahan tiang pancang, seperti
ditunjukkan pada Tabel 1.10.
Kd
Bahan Tiang
Pasir Tak Padat Pasir Padat
Untuk kapasitas ultimit tiang dapat dihitung secara empiris dengan nilai N hasil uji
standart penetration test (SPT). Dalam menghitung tahanan gesek digunakan nilai –
nilai δ, nilai δ ditentukan dari hubungan sudut gesek dalam efektif tanah (φ). Untuk
sudut gesek tiang Aas (1966) menyarankan seperti terlihat pada Tabel 1.11.
Baja 200
Beton 0,75 φ
Kayu 0,66 φ
Kelompok 11B
Tugas Desain Pondasi
Faktor kapasita dukung Terzaghi dapat dilihat pada Gambar 1.18 dengan
mengkorelasikan sudut geser tanah (φ).
Gambar 1.18. Hubungan antara sudut geser tanah (φ) dengan Nc, Nγ, Nq
(Terzaghi, 1943).
4. Faktor Aman
Untuk memperoleh kapasitas izin tiang yang kokoh terhadap struktur, maka
perlu membagi kapasitas ultimit tiang dengan faktor aman tertentu. Faktor aman ini
diberikan dengan maksud :
a. Untuk memberikan keamanan terhadap ketidakpastian metode hitungan yang di
gunakan.
b. Untuk memberikan keamanan terhadap variasi kuat geseran kompresibilitas tanah.
c. Untuk meyakinkan bahwa tiang cukup aman untuk mendukung beban yang
bekerja.
d. Untuk meyakinkan bahwa penurunan total yang terjadi pada tiang tunggal atau
kelompok masih dalam batas toleransi.
e. Untuk meyakinkan bahwa penurunan tidak seragam diantara tiang-tiang masih
dalam batas toleransi.
Pemilihan faktor aman (SF) untuk perencanaan pondasi tiang (Recse & O’Neill, 1989)
menyarankan seperti Tabel 1.12.
Kelompok 11B
Tugas Desain Pondasi
J. Penurunan Tiang
Pada tiang dibebani tiang akan mengalami pemendekan dan tanah disekitarnya akan
mengalami penurunan (Hardiyatmo, 2010). Selain dari kegagalan kuat dukung tanah,
pada setiap proses penggalian selalu dihubungkan dengan perubahan keadaan tegangan
didalam tanah. Perubahan tegangan paeti akan disertai dengan perubahan bentuk. Pada
umumnya hal ini menyebabkan penurunan pada pondasi tiang pancang (Hardiyatmo,
1996).
Kelompok 11B
Tugas Desain Pondasi
Penurunan tiang pancang kelompok sama dengan perpindahan sebuah tiang
pancang sama dengan perpindahan sebuah tiang pancang ditambah pemendekan elastisn
diantara lingkup titik. Untuk tiang pancang dukung titik maka perpindahan titik relatif
kecil sedangkan perpindahan utama adalah pemindahan elastis dari tiang pancang.Untuk
tiang pancang gesekan perpindahan titik merupakan kuantitas penting yang menyebabkan
penurunan. Tapi perhatikan bahwa perpindahan titik disebabkan oleh bahan titik dan
penurunan dari tanah yang mendasari tegangan – tegangan pada gesekan poros atau
urugan luas ataupun penurunan (Subsidence) tambang tanah.
1. Penurunan Tiang Tunggal
Menurut Paulos dan Davis (1980) penurunan jangka panjang untuk pondasi
tiang tunggal tidak perlu dilakukan peninjauan karena penurunan tiang akibat
terkonsolidasi dari relatip kecil.Hal ini disebabkan karena pondasi tiang direncanakan
terhadap kuat dukung ujung dan kuat dukung friksinya atau penjumlahan dari
keduanya (Hardiyatmo, 2003).
Perkiraan penurunan tiang tunggal dapat dihitung berdasarkan :
a. Untuk tiang apung atau tiang friksi
P.I
S .................................................................................... . (1.11)
E S .D
I = I0. Rk. Rh. Rµ
Keterangan :
S = Penurunan untuk tiang tunggal (cm)
P = Beban yang bekerja (kg)
I0 = Faktor pengaruh penurunan untuk tiang yang tidak mudah mampat
Rk = Faktor koreksi kemudahmampatan tiang
Rh = Faktor koreksi untuk ketebalan lapisan yang terletak pada tanah keras
Rµ = Faktor koreksi angka poisson µ
Rb = Faktor koreksi kekakuan lapisan pendukung
h = Kedalaman total lapisan tanah dari ujung tiang kemuka tanah (m)
D = Lebar atau diameter tiang pancang (cm)
Kelompok 11B
Tugas Desain Pondasi
E p .R A
K ................................................................................(1.13)
Es
Keterangan :
K = Faktor kekakuan tiang
Ep = Modulus elastisitas dari bahan tiang (kg/cm2)
Es = Modulus elastisitas tanah disekitar tiang (kg/cm2)
Ardiansyah menyarankan korelasi nilai N-SPT dengan qc dapat dilihat pada
Gambar 1.19.
Dapat dilihat pada Gambar 1.20 bahwa penurunan tiang berkurang jika panjang
tiang bertambah.
Gambar 1.20. Faktor penurunan I0 (Poulos dan Davis, dalam Hardiyatmo, 2010)
Kelompok 11B
Tugas Desain Pondasi
Untuk menentukan faktor kekakuan tiang dapat dilihat pada Gambar 1.21.
Gambar 1.21. Koreksi kompresi, Rk (Poulos dan Davis dalam Hardiyatmo, 2010)
Dalam perkiraan penggunaan koreksi angka poisson (Rµ), dapat dilihat pada
Gambar 1.23.
Kelompok 11B
Tugas Desain Pondasi
Perkiraan angka poisson (µ) dapat dilihat pada Tabel 1.13. Terzaghi
menyarankan nilai µ = 0,3 untuk tanah pasir, µ = 0,4 sampai 0,43 untuk tanah
lempung. Umumnya, banyak digunakan µ = 0,3 sampai 0,35 untuk tanah pasir
dan µ = 0,4 sampai 0,5 untuk tanah lempung.
Kelompok 11B
Tugas Desain Pondasi
Lanau 0,30 – 0,35
Dari analisa yang dilakukan secara mendetail oleh Mayerhoff, untuk nilai
modulus elastisitas tanah dibawah ujung tiang (Eb) kira – kira 5 –10 kali harga
modulus elastisitas tanah disepanjang tiang (ES).
Kelompok 11B
Tugas Desain Pondasi
Jika penurunan yang terjadi pada suatu bangunan berjalan lambat dalam
menyesuaikan diri terhadap penurunan yang terjadi tanpa adanya kerusakan struktur
dengan ketetapan yang memadai, umunya dapat diadakan hubungan antara penurunan
maksimum. Dimana syarat perbandingan penurunan yang aman yaitu STotal ≤ SIzin.
Kelompok 11B
Tugas Desain Pondasi
SIzin = 10 %. D .......................................................................................(1.17)
Keterangan :
n = jumlah tiang dalam satu pile cap.
Σ (x2) = jumlah kuadrat jarak x terhadap titik pusat berat kelompok tiang (O).
Σ (y2) = jumlah kuadrat jarak y terhadap titik pusat berat kelompok tiang (O).
Xi = jarak tiang ke-i terhadap titik O searah sumbu x.
yi = jarak tiang ke-i terhadap titik O searah sumbu y.
Kelompok 11B
Tugas Desain Pondasi
Tabel 1.13. Spesifikasi Drop Hammer untuk Minipiles – Paton B.S
Keterangan :
Qijin = Kapasitas dukung tiang (kg)
Wp = Berat tiang pancang (kg)
Wr = Berat Hammer (kg)
H = Tinggi Jatuh (cm)
eh = Faktor Efisiensi = 0,90
N = Koefisiensi Restitusi = 0,50
SF = Faktor Keamanan =6
S = Final set untuk satu kali pukulan (cm)
Kelompok 11B
Tugas Desain Pondasi
Kelompok 11B
Tugas Desain Pondasi
Gambar 1.26. Pemilihan sistem pondasi tiang pancang ditunjukan untuk mempercepat
proses konstruksi karena meminimalkan pekerjaan penggalian atau pengurugan
Kelompok 11B
Tugas Desain Pondasi
Kelompok 11B
Tugas Desain Pondasi
Kelompok 11B
Tugas Desain Pondasi
Kelompok 11B
Hasil Perhitungan Tanah di Kota Purworejo
Batuan (B) Tanah Keras (C) Tanah Sedang (D) Tanah Lunak (E)
T (detik) SA (g) T (detik) SA (g) T (detik) SA (g) T (detik) SA (g)
0 0.207 0 0.225 0 0.246 0 0.242
T0 0.517 T0 0.563 T0 0.615 T0 0.605
TS 0.517 TS 0.563 TS 0.615 TS 0.605
TS+0 0.418 TS+0 0.479 TS+0 0.53 TS+0 0.548
TS+0.1 0.351 TS+0.1 0.417 TS+0.1 0.465 TS+0.1 0.501
TS+0.2 0.302 TS+0.2 0.369 TS+0.2 0.414 TS+0.2 0.462
TS+0.3 0.265 TS+0.3 0.331 TS+0.3 0.374 TS+0.3 0.428
TS+0.4 0.237 TS+0.4 0.3 TS+0.4 0.34 TS+0.4 0.399
TS+0.5 0.213 TS+0.5 0.275 TS+0.5 0.312 TS+0.5 0.374
TS+0.6 0.194 TS+0.6 0.253 TS+0.6 0.289 TS+0.6 0.351
TS+0.7 0.179 TS+0.7 0.234 TS+0.7 0.268 TS+0.7 0.331
TS+0.8 0.165 TS+0.8 0.219 TS+0.8 0.251 TS+0.8 0.314
TS+0.9 0.153 TS+0.9 0.205 TS+0.9 0.235 TS+0.9 0.298
TS+1 0.143 TS+1 0.192 TS+1 0.222 TS+1 0.283
TS+1.1 0.134 TS+1.1 0.181 TS+1.1 0.209 TS+1.1 0.27
TS+1.2 0.127 TS+1.2 0.172 TS+1.2 0.198 TS+1.2 0.258
TS+1.3 0.12 TS+1.3 0.163 TS+1.3 0.189 TS+1.3 0.248
TS+1.4 0.113 TS+1.4 0.155 TS+1.4 0.18 TS+1.4 0.238
TS+1.5 0.108 TS+1.5 0.148 TS+1.5 0.172 TS+1.5 0.228
TS+1.6 0.103 TS+1.6 0.142 TS+1.6 0.164 TS+1.6 0.22
TS+1.7 0.098 TS+1.7 0.136 TS+1.7 0.157 TS+1.7 0.212
TS+1.8 0.094 TS+1.8 0.13 TS+1.8 0.151 TS+1.8 0.204
TS+1.9 0.09 TS+1.9 0.125 TS+1.9 0.145 TS+1.9 0.198
TS+2 0.086 TS+2 0.12 TS+2 0.14 TS+2 0.191
TS+2.1 0.083 TS+2.1 0.116 TS+2.1 0.135 TS+2.1 0.185
TS+2.2 0.08 TS+2.2 0.112 TS+2.2 0.13 TS+2.2 0.179
TS+2.3 0.077 TS+2.3 0.108 TS+2.3 0.126 TS+2.3 0.174
TS+2.4 0.075 TS+2.4 0.105 TS+2.4 0.122 TS+2.4 0.169
TS+2.5 0.072 TS+2.5 0.101 TS+2.5 0.118 TS+2.5 0.164
TS+2.6 0.07 TS+2.6 0.098 TS+2.6 0.115 TS+2.6 0.16
TS+2.7 0.068 TS+2.7 0.095 TS+2.7 0.111 TS+2.7 0.156
TS+2.8 0.066 TS+2.8 0.093 TS+2.8 0.108 TS+2.8 0.152
TS+2.9 0.064 TS+2.9 0.09 TS+2.9 0.105 TS+2.9 0.148
TS+3 0.062 TS+3 0.088 TS+3 0.102 4 0.147
TS+3.1 0.06 TS+3.1 0.085 TS+3.1 0.1 - -
TS+3.2 0.059 TS+3.2 0.083 TS+3.2 0.097 - -
TS+3.3 0.057 TS+3.3 0.081 4 0.095 - -
TS+3.4 0.056 4 0.08 - - - -
4 0.055 - - - - - -
Batuan (B) Tanah Keras (C) Tanah Sedang (D) Tanah Lunak (E)
Variabel Nilai Variabel Nilai Variabel Nilai Variabel Nilai
PGA (g) 0.365 PGA (g) 0.365 PGA (g) 0.365 PGA (g) 0.365
SS (g) 0.776 SS (g) 0.776 SS (g) 0.776 SS (g) 0.776
S1 (g) 0.327 S1 (g) 0.327 S1 (g) 0.327 S1 (g) 0.327
CRS 1.02 CRS 1.02 CRS 1.02 CRS 1.02
CR1 0 CR1 0 CR1 0 CR1 0
FPGA 1 FPGA 1.035 FPGA 1.135 FPGA 1.005
FA 1 FA 1.09 FA 1.19 FA 1.169
FV 1 FV 1.473 FV 1.746 FV 2.691
PSA (g) 0.365 PSA (g) 0.378 PSA (g) 0.414 PSA (g) 0.367
SMS (g) 0.776 SMS (g) 0.845 SMS (g) 0.923 SMS (g) 0.907
SM1 (g) 0.327 SM1 (g) 0.482 SM1 (g) 0.571 SM1 (g) 0.881
SDS (g) 0.517 SDS (g) 0.563 SDS (g) 0.615 SDS (g) 0.605
SD1 (g) 0.218 SD1 (g) 0.321 SD1 (g) 0.381 SD1 (g) 0.587
T0 T0 T0 T0
0.084 0.114 0.124 0.194
(detik) (detik) (detik) (detik)
TS TS TS TS
0.422 0.57 0.619 0.971
(detik) (detik) (detik) (detik)
Tugas Desain Pondasi.sdb 11/06/2020
OK BALO
BA L K
OK BAL
BAL
KOLOM
OK OK BAL
BAL OK
OK BAL
KOLOM
BAL
KOLOM
OK OK BAL
BA L OK LO
K B A LO
BA
KOLOM
BA K
OK
KOLOM
OK
BAL LO
L OK BAL
BAL
KOLOM
K BAL OK
BA OK OK BAL
AL
KOLOM
KOLOM
OK B OK K
BAL LO
KOLOM
OK BA BAL OK OK BAL BA
BAL L
KOLOM
LO BA OK
L OK BA
KOLOM
K
OM
BA LO
OK
KOLOM
OK BA
KOL O
BAL LO K OK BA
L BAL
K
BA OK K
KOL
KO
K K L
LOBA L OK LO
KOL
BA BAL
LO BBAALOK
KOLOM
BA OK
BA
LOOM
KOLOM
L
M
OK
KOLOM
K
M
K B A BA
AL O
KOLOM
ALO
M
B LO LO
K O LO
K OL
B K K
K K LOLOLOK BA
LO BAL
KOLOM
AA
BB A BA OK K BA
KOLOM
B K O K LL LO
KOLOM
B A OK L BAL
K
KOLOM
OK
OM
BA LO OK K
KOLOM
KOLOM LO
KOLOM
OK BA K BA
BAL ALO
BA K BA
M
L BA
OM
LO O
OK BOK AL
OK
LO
BA
KOL O
K B BA
KOL
KOLO
BA L KOLOM
AL
K
BA LO B K LO K
KOL
BA BALO
KOLOM
L K BA
KO
OK K K LO LO
KOL
OM
LO BA
KOLOM
K BA LO K K
KOLOM
K BA B LO BA
K
LO
LO BA LO
M
AL LO LO
OK
KOLOM
BA BA K K BA
BA
KO
O OK K AL
M
KOLOM
LO
OM
K BA LO
M LOM
KOLOM
L B K
LO BA LO BA LOK
K O LO
K OL
KOLOM
K BA
LO K
M
K BA K LO
BA BA
BA K
KOLOM
L OBKALO
KOLOM
KOLO
LO K K O
KOLOMKOLOM
OM
K BA LKO LO
K BA B L
OM
LO BA LO ALOK BA
KOLOM
BA
KOLOM
BA LO OK
KO L O
K K K BA
LO BA L
LO
KOL
KOLOM
K BA LO
M
BA
K
LO
K BA B LO
K K
LO
KOLO
BA AL BA
KOLOM
KOLOM
BA
KOLO
M
BA L OK
OK
L OK BA B A LO
K O
K
KOLOM
BA K LO
M
KOL
OK L
BA LO LO K BA BA
K O LO
KOLOMKOLOM
K OL
L
KOLOM
LO K LO
K BBA BA LO K
M
KOLOM
K K LO
OM
BA B A
OM
LO BA AL
KOLOM
K K
LO BA BA
OM
KOLO
LO OK K
BA LO K
K OL
K LO
KOLOM
LOK BALO BA
KOLOM
K
BA BA LO K LO BA
OK
M
KOLOM
LO
M
K Z K BA
BA LO AL KOLO K
M
Y X K B LO
KOLO
KO L
BA
KOL
BA
BA
KOLO
K
KOLOM
L O ALO BA OBKAL
OM
LO
KOLOM
OM
KOLOM
K
B
K
KOLOM
LL O BK
BAOK LOALO K
KOLOM
K BA
M
KOLOM
BA LO K
M
L K K
BA K LO LO
KOLO
BA BA
KOL
KOLOM KOLOM
BA
OM
KOLO
K
LO
LO BA
BBAA
KOLOM
K
LO
KOLOM
LO K K
M
LO
K
L OK BA
BA
KOLO
KOLOM
M
BA
K
LO
LO
KOLOM
K
BA
KOLOM
A B C D E F
4
3
28,57
28,57
X
2
1
A B C D E F
4
3
42,44
42,44
X
2
1
28, 57
57 2 8,
2850,84
42
,44 ,44
4234,34 42
42 4
,4 4 ,4
42
4234,34
42
,4 4 ,44
42
Z
4234,34
Y X
SAP2000 20.0.0
23,03 23,03 23,03 16,19
Tugas Desain Pondasi.sdb
X
11,48 11,48 11,48 5,74
KN, m, C
11,48 11,48 11,48 5,74
SAP2000 20.0.0
34,58 34,58 34,58 26,64
Tugas Desain Pondasi.sdb
X
11,48 11,48 11,48 5,74
KN, m, C
SAP2000 20.0.0
11,48 11,48 11,48 5,74
Tugas Desain Pondasi.sdb
Y
11,48 11,48 11,48 5,74
KN, m, C
11/06/2020
SAP2000 20.0.0
11,48 11,48 11,48 5,74
Tugas Desain Pondasi.sdb
Y
11,48 11,48 11,48 5,74
KN, m, C
11/06/2020
Tugas Desain Pondasi.sdb 11/06/2020
2,64
2,64
2,64
2,64
2,64
7,89
7,89
7,89
7,89
7,89
7,89
7,89
7,89
7,89
7,89
7,89
7,89
7,89
7,89
7,89
5,28
5,28
5,28
5,28
5,28
15,79
15,79
15,79
15,79
15,79
15,79
15,79
15,79
15,79
15,79
15,79
15,79
15,79
15,79
15,79
2,64
2,64
2,64
7,89
7,89
7,89
7,89
7,89
7,89
7,89
7,89
7,89
5,28
5,28
5,28
15,79
15,79
15,79
15,79
15,79
15,79
15,79
15,79
15,79
Z
Y X
Z
Y X
Z
Y X
Z
Y X
f'c 22,5
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
4,5 m
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
PURWOREJO
4,5 m
TUGAS
18 m DESAIN PONDASI
PORTAL TAMPAK
TIMUR - BARAT
1 : 200
0,81 m
DIGAMBAR
ABDUL AZIZIT T
NIM : 182510059
DICKI KHUKUH W
11 m NIM : 182510060
ADIB ALFIKRI
NIM : 182510062
NEFIKA AYUNINGTIAS
NIM : 182510063
27,5 m
1 4
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
4,5 m
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
PURWOREJO
4,5 m
TUGAS
18 m
DESAIN PONDASI
PORTAL TAMPAK
UTARA - SELATAN
4,5 m SKALA GAMBAR
1 : 200
0,81 m
DIGAMBAR
ABDUL AZIZIT T
NIM : 182510059
DICKI KHUKUH W
11 m NIM : 182510060
ADIB ALFIKRI
NIM : 182510062
NEFIKA AYUNINGTIAS
NIM : 182510063
21 m
2 4
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
PURWOREJO
TUGAS
7m
DESAIN PONDASI
JUDUL GAMBAR
DENAH TITIK
TIANG PANCANG
7m
SKALA GAMBAR
1 : 200
DIGAMBAR
ABDUL AZIZIT T
7m NIM : 182510059
DICKI KHUKUH W
NIM : 182510060
ADIB ALFIKRI
NIM : 182510062
NEFIKA AYUNINGTIAS
5,5 m 5,5 m 5,5 m 5,5 m 5,5 m NIM : 182510063
SKALA 1 : 200
3 4
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
KOLOM
50 x 50 UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
D 19 - 31 PURWOREJO
D 25 - 23
40
D19 - 31 TUGAS
1 2 DESAIN PONDASI
JUDUL GAMBAR
4 3 ABDUL AZIZIT T
NIM : 182510059
40
DICKI KHUKUH W
NIM : 182510060
ADIB ALFIKRI
40 120 40 NIM : 182510062
200 NEFIKA AYUNINGTIAS
NIM : 182510063
200
POTONGAN A-A
EKSI WIDYANANTO, M.Eng
SKALA 1 : 20 NIDN. 0611106701
4 4