Anda di halaman 1dari 45

PENGARUH SENAM KEGEL TERHADAP PENGURANGAN

RASA NYERI LUKA PERINEUM IBU POST PARTUM DI


RSUD MAJALAYA KABUPATEN BANDUNG
TAHUN 2018

LAPORAN TUGAS AKHIR


Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna menyelesaikan Pendidikan

Program Studi DIII Kebidanan STIKes Bhakti Kencana Bandung

RATNA MEILA JUWITA


NIM : CK.1.15.071

PROGRAM STUDI D-III KEBIDANAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BHAKTI KENCANA
BANDUNG
2018
ABSTRAK

Pada masa post partum ibu nifas akan mengalami berbagai gangguan meliputi
gangguan libido 38,2%, orgasme 56,4%, dan yang terbanyak adalah gangguan
nyeri yang mencapai 70,9%. Penyebab utama nyeri tersebut adalah jahitan
perineum. Luka perineum biasanya akan menyebabkan keluhan-keluhan bahkan
komplikasi pada ibu yang menderitanya, keluhan tersebut seperti jahitan luka
lama kering, rasa sakit atau nyeri terutama saat berjalan, ketika jongkok, ketika
berdiri dan ketika bangun dari tidur, rasa perih saat Buang Air Kecil (BAK) dan
saat Buang Air Besar (BAB). Berbagai hal telah dilakukan untuk mengurangi
nyeri perineum setelah melahirkan, salah satunya dengan melakukan senam kagel.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh senam kegel terhadap
pengurangan rasa nyeri luka perineum ibu post partum di RSUD Majalaya
Desain penelitian ini menggunakan metode Quasi Eksperimental dan jenis
rancangan secara acak dengan tes awal dan tes akhir. (One Group Pretest-
Posttest Design), yaitu rancangan penelitian dimana kelompok eksperimen yang
diberikan tes awal dan tes akhir kelompok tunggal. Populasi penelitian ini yaitu
semua ibu nifas, sampel diambil dengan Purposif sampling dengan jumlah sampel
63 responden. Analisis data menggunakan analisis univariat dan bivariat
menggunakan Wilcoxon Signed-Rank.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa rata-rata tingkat nyeri sebelum
dilakukan senam kegel adalah sebesar 2.11 dan sesudah dilakukan senam kegel
adalah sebesar 1.41. Penurunan nyeri diketahui bahwa nilai alpha adalah 0.000
sedangkan nilai p value (0,000) < 0,05 berarti Ho ditolak dan Ha diterima artinya
terdapat pengurangan rasa nyeri luka perineum sebelum dan sesudah dilakukan
senam kegel. Dengan demikian, dapat diambil keputusan bahwa terdapat
pengaruh senam kegel terhadap pengurangan rasa nyeri luka perineum ibu post
partum.
Berdasarkan hasil penelitian, perlu dijadikan masukan untuk melaksanakan
senam kegel bagi setiap ibu post partum dengan luka perineum di RSUD
Majalaya.

Kata Kunci : Senam Kegel, Nyeri Perineum


Kepustakaan : 10 Buku (2009 -2015)
3 Jurnal (2013-2014)
4 Website (2013-2016)
ABSTRACT

During the post partum period, postpartum mothers will experience various
disorders including 38.2% libido disorder, 56.4% orgasm, and the most are pain
disorders which reach 70.9%. The main cause of the pain is perineal seams.
Perineal wounds will usually cause complaints and even complications in the
mother who suffers, such complaints as old dry wound stitches, pain or pain,
especially when walking, when squatting, when standing and when you wake up
from sleep, pain when urinating (BAK ) and when defecating. Various things have
been done to reduce perineal pain after childbirth, one of them is by doing shock
exercises. This study was conducted to determine the effect of Kegel exercises on
the reduction of postpartum maternal perineal pain in Majalaya Hospital
The design of this study uses Quasi Experimental and randomized design types
with initial and final tests. (One Group Pretest-Posttest Design), which is a
research design where the experimental group is given an initial test and a single
group final test. The population of this study was all postpartum mothers, samples
were taken by purposive sampling with a sample of 63 respondents. Data analysis
using univariate and bivariate analysis using Wilcoxon Signed-Rank.
Based on the results of the study showed that the average level of pain before
doing kegel exercise was 2.11 and after doing kegel exercise was 1.41. The
decrease in pain is known that the alpha value is 0.000 while the value of p value
(0,000) <0.05 means that Ho is rejected and Ha is accepted, meaning that there is
a reduction in pain of the perineal wound before and after doing kegel exercise.
Thus, a decision can be made that there is an effect of Kegel exercises on
reducing pain in perineal wounds of post partum mothers.
Based on the results of the study, it is necessary to be used as input to carry out
Kegel exercises for each post partum mother with perineal wounds in Majalaya
Regional Hospital.

Keywords: Kegel Gymnastics, Perineal Pain


Literature: 10 Book (2009 -2015)
3 Jurnal (2013-2014)
4 Website (2013-2016)
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT dan shalawat

serta salam semoga dilimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW. Demikian pula

semoga rahmat dan karunia-Nya dicurahkan kepada semua hamba-hamba-Nya.

Atas berkat rahmat-Nya Alhamdulillah penulis dapat menyelesaikan laporan tugas

akhir yang berjudul “PENGARUH SENAM KEGEL TERHADAP

PENGURANGAN RASA NYERI LUKA PERINEUM IBU POST PARTUM

DI RSUD MAJALAYA TAHUN 2018”

Laporan tugas akhir ini disusun dengan maksud untuk memenuhi salah

satu persyaratan menyelesaikan tugas program studi D III Kebidanan STIKes

Bhakti Kencana Bandung.

Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan pengarahan dari berbagai

pihak, laporan tugas akhir ini tidak dapat diselesaikan dengan baik. Oleh karena

itu penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada :

1. H.Mulyana,SH.,M.Pd.,MH.Kes.,sebagai ketua yayasan Adhi Guna

Kencana Bandung.

2. R. Siti Jundiah, S.Kep.,M.Kep sebagai ketua STIkes Bhakti Kencana

Bandung.

3. Dewi Nurlaela Sari, M.Keb., sebagai ketua program Studi kebidanan

STIkes Bhakti Kencana Bandung.

4. Dewi Nurlaela Sari, M.Keb., sebagai pembimbing laporan tugas akhir

yang telah sabar dan meluangkan waktunya dalam setiap bimbingan.


5. Pihak RSUD Majalaya Kabupaten Bandung yang telah bersedia untuk

menjadi tempat penelitian.

6. Dosen dan staf pendidikan STIKes Bhakti Kencana Bandung program

studi DIII Kebidanan Bandung.

7. Kedua Orang tua tercinta Papah Suherman, S.Pd dan Mamah Esih

Sukaesih yang telah memberikan dukungan dan do’a tiada henti.

8. Kakak – kakak tersayang Teteh Imas Heriasih, S.Sn., Teteh Pipit Puspita,

S.Pd dan Aa Agih Nugraha S.Sn yang telah memberikan dukungannya.

9. Sahabat-sahabat tercinta Patma, Wini, Elmi, Pina, Nurul, Novia, Dea ,

Dika, Imas yang selalu memberikan semangat dan dukungannya.

10. Rekan-rekan seperjuangan yang telah memberikan motivasi, terima kasih

telah berjuang bersama-sama.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan tugas akhir ini masih

banyak kekurangan, oleh karenanya penulis mengharapkan saran dan kritik yang

membangun dari para pembaca untuk perbaikan di masa yang akan datang.

Semoga laporan tugas akhir ini dapat bermanfaat khusunya bagi penulis dan

umumnya bagi semua pihak yang menggunakannya.

Bandung, Juli 2018

Penulis
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN ............................................................................... i

LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................. ii

PERNYATAAN PENULIS .................................................................................. iii

ABSTRAK............................................................................................................ iv

KATA PENGANTAR ......................................................................................... vi

DAFTAR ISI ....................................................................................................... viii

DAFTAR TABEL ................................................................................................ x

DAFTAR BAGAN ............................................................................................... xi

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian ................................................................................ 1

1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................... 5

1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................................ 5

1.3.1 Tujuan Umum ..................................................................................... 5

1.3.2 Tujuan Khusus .................................................................................... 5

1.4 Manfaat Penelitian ........................................................................................... 5

1.4.1 Manfaat Penelitian ............................................................................... 5

BAB II TINJAUAN TEORI

2.1 Masa Nifas ...................................................................................................... 7

2.1.1 Pengertian Masa Nifas ......................................................................... 7


2.2 Nyeri Luka Perineum ...................................................................................... 8

2.2.1 Pengertian .......................................................................................... 8

2.2.2 Etiologi................................................................................................ 10

2.2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Luka Perineum ........... 11

2.2.4 Jenis – Jenis Ruptur Perineum ............................................................. 14

2.2.5 Komplikasi Luka Perineum ................................................................ 16

2.2.6 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Nyeri Luka Perineum ............... 17

2.2.7 Tahapan Penyembuhan ........................................................................ 18

2.2.8 Pengurangan Nyeri Perineum............................................................... 20

2.3 Senam Kegel .................................................................................................. 18

2.3.1 Pengertian Senam Kegel ..................................................................... 24

2.3.2 Manfaat Senam Kegel ........................................................................ 25

2.3.3 Senam Kegel dalam Masa Nifas ......................................................... 26

2.3.4 Metode Senam Kegel ........................................................................... 27

2.3.5 Hubungan Senam Kegel dengan Pengurangan Rasa Nyeri Luka

Perineum Ibu Post Partum.................................................................... 29

2.4 Penilaian Nyeri .............................................................................................. 31

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian ............................................................................................ 34

3.2 Variable Penelitian .......................................................................................... 35

3.3 Populasi dan Sample ....................................................................................... 35

3.3.1 Populasi ............................................................................................. 35


3.3.2 Sample ............................................................................................... 35

3.3.3 Teknik Pengambilan Sample ............................................................... 36

3.4 Kerangka Penelitian ........................................................................................ 37

3.4.1 Kerangka Pemikiran ........................................................................... 37

3.4.2 Kerangka Konsep .............................................................................. 39

3.5 Defini Operasional ......................................................................................... 40

3.6 Teknik Pengumpulan Data dan Prosedur Penelitian ......................................... 42

3.6.1 Teknik Pengumpulan Data................................................................. 42

3.6.2 Prosedur Penelitian ............................................................................ 42

3.7 Hipotesis ........................................................................................................ 43

3.8 Instrumen Penelitian ....................................................................................... 44

3.9 Metode Pengolahan dan Analisis Data ............................................................ 44

3.9.1 Metode Pengolahan ........................................................................... 44

3.9.2 Analisis Data ................................................................................... 46

3.10 Uji Normalitas............................................................................................... 48

3.11 Lokasi dan Tempat Penelitian........................................................................ 48

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian .............................................................................................. 49

4.1.1 Analisis Univariat ............................................................................. 49

4.1.2 Analisis Bivariat ............................................................................... 51

4.2 Pembahasan ................................................................................................... 52


4.3 Keterbatasan Penelitian .................................................................................. 60

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan .................................................................................................... 61

5.2 Saran .............................................................................................................. 62

LAMPIRAN
DAFTAR TABEL

1.1 Skala Nyeri dengan Observasi Perilaku ........................................................... 32

3.1 Rancangan Penelitian ...................................................................................... 34

3.2 Definisi Operasional ....................................................................................... 40

4.1 Distribusi Frekuensi Tingkat Rasa Nyeri Luka Perineum Ibu Post Partum

Sebelum Dilakukan Senam Kegel ................................................................... 49

4.2 Distribusi Frekuensi Tingkat Rasa Nyeri Luka Perineum Ibu Post Partum

Sebelum Dilakukan Senam Kegel ................................................................... 50

4.3 Distribusi Frekuensi Tingkat Rasa Nyeri Luka Perineum Ibu Post Partum

Sebelum Dilakukan Senam Kegel ................................................................... 51


DAFTAR BAGAN

3.2 Kerangka Konsep .................................................................................... 32


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Mortalitas dan morbilitas pada wanita hamil dan bersalin adalah

masalah besar di Negara berkembang. Diperkirakan setiap tahunnya

300.000 ibu di dunia meninggal ketika melahirkan. Sebanyak 99 persen

kasus kematian ibu terjadi di Negara berkembang. (Pudiastuti, 2011)

Infeksi pada masa nifas yang merupakan morbiditas bagi ibu pasca

bersalin. Penyebab infeksi tersebut adalah bakteri endogen dan eksogen.

Faktor predisposisi infeksi masa nifas meliputi nutrisi yang buruk,

defisiensi zat besi, partus lama, ruptur membrane, episiotomy, atau seksio

cesarea. Ibu beresiko mengalami infeksi postpartum karena adanya luka

pada area pelepasan plasenta, laserasi pada saluran genital, dan episiotomy

pada perineum. (Saiffudin, 2009)

Ibu bersalin umumnya mengalami robekan pada vagina dan

perineum yang menimbulkan perdarahan dalam jumlah bervariasi dan

banyak. Sehingga robekan perineum tersebut memerlukan penjahitan yang

banyak. Luka dan jahitan pada perineum harus dirawat dengan baik karena

bila tidak akan menimbulkan masalah baru seperti infeksi dan nyeri.

(Saifuddin, 2009)
Setelah melahirkan ibu juga akan mengalami berbagai gangguan

psikologi meliputi gangguan libido 38,2%, orgasme 56,4%, dan yang

terbanyak adalah gangguan nyeri yang mencapai 70,9%. Penyebab utama

nyeri tersebut adalah jahitan perinium, dari hasil penelitian tersebut

dampak nyeri yang timbul antara lain pada psikologis adalah stress,

bahkan traumatik, takut terluka, dan depresi (Puji, 2009).

Nyeri perineum merupakan nyeri yang diakibatkan oleh robekan

yang terjadi pada perineum, vagina, serviks, atau uterus dapat terjadi

secara spontan maupun akibat tindakan manipulatif pada pertolongan

persalinan. (Prawirohardjo, 2014)

Faktor yang mempengaruhi nyeri luka perineum, terdapat faktor

Eksternal dan Internal. Faktor Eksternal meliputi pengetahuan, social

ekonomi, kondisi ibu, nutrisi dan faktor internal meliputi usia,

vaskularisasi, penanganan jaringan, perdarahan, hipovolemia, faktor lokal

edema, status gizi, defisit oksigen, medikasi, merokok, obesitas dan

diabetes mellitus. Dengan perineum yang masih utuh pada primigravida

akan mudah terjadi robekan perineum Robekan ini biasanya disebabkan

oleh episiotomi, robekan spontan perineum, forseps dan vakum atau versi

ekstraksi. (Prawirohardjo, 2014)

Respon nyeri pada setiap individu adalah unik dan relatif berbeda.

Hal ini dipengaruhi antara lain oleh pengalaman, persepsi, maupun sosial

kultural individu. Setiap ibu nifas memiliki persepsi dan dugaan yang unik

tentang nyeri pada masa nifas, yaitu tentang nyeri dan bagaimana
kemampuan mengatasi nyeri. Nyeri yang dirasakan oleh ibu nifas akan

berpengaruh terhadap mobilisasi yang dilakukan oleh ibu, pola istirahat,

pola makan, pola tidur, suasana hati ibu, kemampuan untuk buang air

besar (BAB) atau buang air kecil (BAK), aktivitas sehari-hari, antara lain

dalam hal mengurus bayi, mengerjakan pekerjaan rumah tangga,

sosialisasi dengan lingkungan dan masyarakat, dan menghambat ketika ibu

akan mulai bekerja (Judha, 2012).

Berbagai hal telah dilakukan untuk mengurangi nyeri perineum

setelah melahirkan seperti terapi farmakologi dengan analgetik, maupun

terapi nonfarmakologi seperti dibasuh dengan relaksasi, air hangat,

penggunaan bantal karet busa berbentuk cincin yang keras serta dengan

melakukan senam. Salah satu senam yang dapat dilakukan adalah senam

kagel. (Widianti & Proverawati, 2010)

Senam kagel dapat melatih otot-otot dasar panggul, otot-otot

vagina, perut, yang pada saat persalinan pervaginam mengalami

peregangan dan kerusakan terutama bagian perineum dapat menyebabkan

nyeri setelah melahirkan, dengan melakukan senam kagel otot-otot akan

kembali pulih seperti semula sehingga ibu tidak lagi mengalami nyeri.

Selain itu dengan melakukan senam kagel akan memperlancar peredaran

darah menuju perineum, keadaan darah yang kaya akan oksigen yang

bersih diharapkan akan membantu dalam proses penyembuhan sehingga

persepsi nyeri yang dirasakan berkurang (Pramila, 2013)


Senam kegel akan mengurangi rasa nyeri secara maksimal jika

dilakukan pengulangan kira-kira 3 kali dalam 1 hari (Sulistyawati, 2012).

Setelah dilakukan senam kagel selama 3 hari ibu mengalami penurunan

rasa nyeri hal ini sesuai dengan teori bahwa senam kagel bertujuan untuk

melatih/menguatkan otot-otot dasar panggul (pelvic floor muscle). Otot

panggul akan melemah karena kehamilan, persalinan, kegemukan dan

batuk berat dapat menjadi beban bagi otot panggul. Bila dasar otot panggul

melemah akan menimbulkan banyak komplikasi. (Makzizatunnisa, 2014)

Hasil studi pendahuluan di RSUD Majalaya dalam periode tahun

2017 sekitar 68% atau 648 kasus yang mengalami luka perineum dari 945

persalinan normal. Hal ini membuktikan bahwa ibu yang mengalami

rupture perineum dan mengalami rasa nyeri perineum lebih banyak

daripada yang tidak mengalaminya. Setelah dilakukan wawancara pada 10

ibu post partum dengan luka perineum, semua ibu mengeluh mengalami

rasa nyeri dan 4 diantaranya mengeluh merasa kesulitan untuk BAK dan

BAB akibat adanya luka di perineum.

Berdasarkan latar belakang di atas penulis tertarik untuk

melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Senam Kegel Terhadap

Pengurangan Rasa Nyeri Luka Perineum Ibu Post Partum di RSUD

Majalaya?”

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, penulis

mengambil masalah rumusan masalah yaitu “Pengaruh Senam Kegel

Terhadap Pengurangan Rasa Nyeri Luka Perineum Ibu Post Partum di RSUD

Majalaya?”

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui pengaruh senam kegel terhadap

pengurangan rasa nyeri luka perineum ibu post partum.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui rasa nyeri luka perineum ibu post partum

sebelum dilakukan senam kegel

2. Untuk mengetahui rasa nyeri luka perineum ibu post partum setelah

dilakukan senam kegel

3. Untuk mengetahui pengaruh senam kegel terhadap pengurangan

rasa nyeri luka perineum ibu post partum

1.4 Manfaat Penelitian

1. Bagi Ilmu Pengetahuan

Dapat menambah pengetahuan terutama dalam keilmuan

tentang pengurangan rasa nyeri yaitu senam kegel untuk luka perineum ibu

post partum.

2. Bagi Ibu Nifas


Menambah pengetahuan ibu nifas tentang pengurangan rasa nyeri pada

luka perineum ibu post partum.

3. Bagi Tempat Penelitian

Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat untuk menjadi salah satu

referensi yang dapat di terapkan pada setiap ibu post partum dengan luka

perineum untuk mengurangi rasa nyeri yang dialaminya.

4. Bagi Peneliti

Penelitian ini untuk menambah pemahaman penulis mengenai

pengurangan rasa nyeri luka perineum dan melakukan penerapan secara

lansung sebagai salah satu solusi.

5. Bagi Institusi

Menjadi tambahan bahan kepustakaan serta meningkatkan

wawasan peneliti selanjutnya.


BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Masa Nifas

2.1.1 Pengertian Masa Nifas

Periode pascapartum adalah masa dari kelahiran plasenta dan selaput

janin (menandakan akhirnya periode intrapartum) hingga kembalinya

traktus reproduksi wanita pada kondisi tidak hamil, bukan kondisi

prahamil, seperti yang sering dikatakan. Periode ini disebut juga

puerperium, dan wanita yang mengalami puerperium disebut puerpera.

(Varney, 2008)

Masa nifas dimulai setelah 2 jam postpartum dan berakhir ketiak

alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil, biasanya

berlangsung selama 6 mingguatau 42 hari, namun secara keseluruhan baik

secara fisiologis maupun psikologis akan pulih dalam waktu 3 bulan. Jiga

secara fisiologis sudah terjadi perubahan pada bentuk semula (sebelum

hamil), tapi secara psikologis masih terganggu maka dikatakan masa nifas

tersebut belum berjalan dengan normal atau sempurna. (Nunung, 2013)

Pada masa pascapersalinan, seorang ibu memerlukan :

1. Informasi dan konseling tentang:

a. Perawatan bayi dan pemberian ASI


b. Apa yang terjadi termasuk gejala adanya masalah yang

mungkin timbul.

c. Kesehatan pribadi, hygiene, dan masa penyembuhan

d. Kehidupan seksual

e. Kontrasepsi

f. Nutrisi

2. Dukungan dari :

a. Petugas kesehatan

b. Kondisi ekonomi dan psikologis suami serta keluarganya

3. Pelayanan kesehatan untuk kecurigaan dan munculnya tanda

terjadinya komplikasi. (Sarwono, 2008)

2.2 Nyeri Luka Perineum

2.2.1 Pengertian

Nyeri adalah kebutuhan fisiologis. Nyeri merupakan perasaan yang

tidak nyaman yang sangat subyektif dan hanya orang yang

mengalaminya yang dapat menjelaskan dan mengevaluasi perasaan

tersebut. (Hierarki Maslow). Nyeri adalah perasaan tidak nyaman baik

ringan maupun berat (Mubarok,207:208)

Perineum adalah jaringan antara vestibulum vulva dan anus dan

panjang kira-kira 4 cm. Sedangkan menurut kamus Dorland perineum

adalah daerah antara kedua belah paha, antara vulva dan anus. Perineum
terletak antara vulva dan anus, panjangnya rata-rata 4 cm. (Saiffudin,

2009). Sedangkan menurut Wiknjosastro perineum meruakan bagian

permukaan dari pintu bawah panggul yang terletak antara vulva dan

anus. Perineum terdiri dari otot dan fascia urogenitalis serta diafragma

pelvic. (Wiknjosatro, 2007)

Laserasi perineum adalah robekan jaringan antara pembukaan

vagina dan rektum. Luka jahitan perineum bisa disebabkan oleh

rusaknya jaringan secara alamiah karena proses desakan kepala janin

atau bahu pada saat proses persalinan maupun tindakan episiotomi

(Rukiyah, 2010). Robekan jalan lahir merupakan penyebab kedua dari

perdarahan pascapersalinan. Robekan dapat terjadi bersamaan dnegan

atonia uteri. Perdarahan pascapersalinan dengan kontraksi uterus yang

baik umumnya disebabkan oleh robekan jalan lahir (rupture perineum

dinding vagina dan robekan serviks). Hal ini dapat diidentifikasi dengan

cara melakukan pemeriksaan yang cermat dan seksama pada jalan lahir.

(Salemba, 2008)

Jadi dapat disimpulkan bahwa nyeri jahitan perineum adalah

perasaan tidak nyaman yang di rasakan pasien post partum akibat

jahitan dari terpotongnya selaput lendir,vagina,cincin hymen,jaringan

septum rektovagina. (Dewi, 2013)


2.2.2 Etiologi

Nyeri jahitan perineum sebagai manifestasi dari luka bekas

penjahitan yang dirasakan klien akibat ruptur perineum pada kala

pengeluaran, yaitu bagian terdepan dari anak telah berada di dasar

panggul.Ruptur perineum tidak selalu dihindarkan, tetapi dengan

pertolongan yang baik pada waktu lahirnya anak robekan itu dapat

dikurangi.Kalau terjadi robekan perineum, harus diperiksa dimana robekan

itu, bagaimana panjangnya, bagaimana dalamnya dan rata atau tidak.

(Nunung, 2013)

Ruptur perineum harus secepat mungkin dijahit, sebab jika terlalu

lama, luka baru itu akan menjadi luka lama yang mempunyai potensi

untuk terkena infeksi. (Nunung, 2013). Dalam menjahitan harus dijaga

kerapian dan kerapatannya, sehingga perineum dapat rata kembali sebelum

terjadi robekan. Adanya cedara jaringan lunak yang direkontruksi dengan

benar dengan cara menjahit robekan perineum mempunyai resiko

perdarahan dan infeksi luka. Untuk itu dibutuhkan teknik perawatan yang

benar dan hati-hati untuk mencegah terjadinya infeksi dan luka jahitan

perineum. (Dewi, 2013)

2.2.3 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Luka Perineum

a. Faktor Predisposisi
Faktor penyebab ruptur perineum diantaranya adalah faktor
ibu, faktor janin, dan faktor persalinan pervaginam. Diantara
faktor-faktor tersebut dapat diuraikan sebagai berikut

1) Faktor Ibu

a) Paritas

Pada primipara robekan perineum hampir selalu terjadi dan


tidak jarang berulang pada persalinan berikutnya (Sarwono ,
2008).

b) Meneran

Secara fisiologis ibu akan merasakan dorongan untuk

meneran bila pembukaan sudah lengkap dan reflek ferguson

telah terjadi. Ibu harus di dukung untuk meneran dengan

benar pada saat ia merasakan dorongan dan memang ingin

mengejang Ibu mungkin merasa dapat meneran secara lebih

efektif pada posisi tertentuMenganjurkan ibu untuk tidak

mengangkat bokong saat meneran. (Manuaba, 2010).

2) Faktor Janin

a) Berat Badan Bayi Baru lahir

Makrosomia disertai dengan meningkatnya resiko

trauma persalinan melalui vagina seperti distosia bahu,

kerusakan fleksus brakialis, patah tulang klavikula, dan


kerusakan jaringan lunak pada ibu seperti laserasi jalan

lahir dan robekan pada perineum(Prawirohardjo, 2014)

b) Presentasi

3) Faktor Persalinan Pervaginam

a) Vakum ekstrasi

Komplikasi yang dapat terjadi pada ibu adalah robekan

pada serviks uteri dan robekan pada vagina dan ruptur

perineum. (Mansjoer A, 2009).

b) Ekstrasi Cunam/Forsep

Komplikasi yang dapat terjadi pada ibu karena tindakan

ekstrasi forsep antara lain ruptur uteri, robekan portio,

vagina, ruptur perineum, syok, perdarahan post partum,

pecahnya varices vagina. (Mansjoer A, 2009).

c) Embriotomi

Komplikasi yang mungkin terjadi atara lain perlukaan

vagina, perlukaan vulva, ruptur perineum yang luas bila

perforator meleset karena tidak ditekan tegak lurus pada

kepala janin atau karena tulang yang terlepas saat

sendok tidak dipasang pada muka janin, serta cedera


saluran kemih/cerna, atonia uteri dan infeksi (Mansjoer

A, 2009).

d) Persalinan Presipitatus

Persalinan presipitatus adalah persalinan yang

berlangsung sangat cepat, berlangsung kurang dari 3

jam, dapat disebabkan oleh abnormalitas kontraksi

uterus dan rahim yang terlau kuat, atau pada keadaan

yang sangat jarang dijumpai, tidak adanya rasa nyeri

pada saat his sehingga ibu tidak menyadari adanya

proses persalinan yang sangat kuat (Cunningham,

2010).

4) Faktor Penolong Persalinan

Penolong persalinan adalah seseorang yang mampu dan

berwenang dalam memberikan asuhan persalinan. Pimpinan

persalinan yang salah merupakan salah satu penyebab

terjadinya ruptur perineum, sehingga sangat diperlukan

kerjasama dengan ibu dan penggunaan perasat manual yang

tepat dapat mengatur ekspulsi kepala, bahu, dan seluruh

tubuh bayi untuk mencegah laserasi (Sarwono, 2015).


2.2.4 Jenis - Jenis Ruptur Perineum

a. Rupture perineum spontan

Rupture perineum spontan yaitu luka pada perineum yang

terjadi karena sebab-sebab tertentu tanpa dilakukan tindakan

perobekan atau disengaja. Luka ini terjadi pada saat persalinan

dan biasanya tidak teratur. Luka pada perineum yang terjadi

karena sebab-sebab tertentu tanpa dilakukan tindakan perobekan

atau disengaja. Luka ini terjadi pada saat persalinan dan biasanya

tidak teratur. (manuaba, 2010)

Tingkat robekan perineum dapat dibagi atas 4 derajad :

1) Derajad I yaitu robekan hanya terjadi pada selaput lender

vagina dengan atau tanpa mengenai kulit perineum sedikit

2) Derajad II yaitu : robekan yang terjadi lebih dalam yaitu

selama mengenai selaput lendir vagina juga mengenai

muskulus perinei transversalis, tapi tidak mengenai sfingter

ani

3) Derajad III yaitu robekan yang terjadi mengenai seluruh

perineum sampai mengenai otot-otot sfingter ani. Ruptur

perinei totalis yaitu termasuk dalam robekan derajat III.

4) Derajad IV yaitu : robekan hingga epitel anus. Robekan

mukosa rectum tanpa robekan sfingter ani sangat jarang dan

tidak termasuk dalam klasifikasi diatas.


b. Rupture perineum yang disengaja (episiotomi)

Rupture perineum yang disengaja yaitu luka perineum yang

terjadi karena dilakukan pengguntingan atau perobekan pada

perineum. Episiotomi adalah torehan yang dibuat pada perineum

untuk memperbesar saluran keluar vagina. Episiotomi adalah

suatu tindakan insisi pada perineum yang menyebabkan

terpotongnya selaput lendir vagina, cincin selaput dara, jaringan

pada septum rektovaginal, otot-otot dan fasia perineum dan kulit

sebelah depan perineum. (Manuaba, 2010)

2.2.5 Komplikasi Luka Perineum

Terkadang komplikasi yang terjadi saat proses pemulihan juga

harus di atasi, agar tidak terlalu menyiksa dan mengganggu

kenyamanan dalam ibu beraktivitas saat “mengurus bayi” yang baru

lahir. Komplikasi yang sering timbul antara lain:

1. Jahitan luka Episiotomi lama kering.

2. Rasa sakit atau nyeri terutama saat berjalan, ketika jongkok, ketika

berdiri dan ketika bangun dari tidur.

3. Rasa perih saat Buang Air Kecil (BAK), dan saat Buang Air Besar

(BAB).

4. Jahitan mengalami pembengkakan, muncul benjolan warna merah,

hingga timbul keloid pada bekas jahitan yang mengering.


5. Jahitan mengeluarkan cairan (darah disertai nana) dan berbau.

6. Terasa panas dan gatal disekitar jahitan luka Episiotomi.

7. Jahitan lepas sehingga luka Episiotomi terbuka kembali.

8. Infeksi saluran kencing

Sebenarnya apabila luka jahitan dirawat dengan baik dan kondisi

(daya tahan tubuh) ibu dalam keadaan prima, jahitan luka Episiotomi

akan kering dengan baik antara 1-2 minggu. Namun proses

penyembuhan sempurna luka Episiotomi biasanya berlangsung 3-6

bulan. (Dewi, 2013)

2.2.6 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Nyeri Luka Perineum

1. Mobilisasi, ibu yang mobilisasi kurang akan menyebabkan lamanya

masa penyembuhan luka perineum yang secara tidak langsung

membuat rasa nyeri semakin lama.

2. Paritas, biasanya ibu nifas anak pertama lebih merasakan nyeri yang

sangat dalam.

3. Usia, jika usia dewasa biasanya melaporkan nyeri jika sudah

patologis dan mengalami kerusakan fungsi

4. Makna nyeri, berhubungan dengan bagaimana pengalaman

seseorang terhadap nyeri dan bagaimana mengatasinya.

5. Pengalaman masa lalu, seseorang yang pernah berhasil mengatasi

nyeri dimasa lampau dan saat ini nyeri yang sama timbul, maka ia

akan lebih mudah mengatasi nyerinya.


6. Obat – obatan yaitu steroid dapat menyamarkan adanya infeksi

dengan mengganggu respon inflamasi normal, abtikoagulan dapat

menyebabkan hemoragi dan anastesi dapat menyebabkan hilangnya

sensasi rasa sakit pada tubuh dengan cara mencegah tubuh mengirim

sinyal keotak dengan menghambat kerja saraf pada bagian yang

diaplikasikan obat. (Dewi, 2013). Salah satu obat-obatan yang sering

di pakai pada saat persalinan adalah lidokain yang digunakan pada

saat akan dilakukan penjahitan perineum sebagai anastesi yaitu suatu

tindakan menghilangkan rasa sakit ketika melakukan pembedahan.

Anastesi ini bekerja dalam kurun waktu 1,5 – 2 jam pada bagian

tubuh yang diaplikasikan obat tergantung dosis. (Syarif, 2007)

2.2.7 Tahapan penyembuhan

Luka jahitan perineum Luka jahitan perineum dialami oleh 75%

ibu yang melahirkan pervaginam. Tahapan penyembuhan luka jahitan

perineum menurut Boyle (2008) dapat dibagi sebagai berikut :

1. Hemostatis (0 – 3 hari) Vasokontriksi sementara dari pembuluh darah

yang rusak terjadi pada saat sumbatan trombosit dibentuk dan diperkuat

juga oleh serabut fibrin untuk membentuk sebuah bekuan.

2. Inflamasi Respon inflamasi akut terjadi beberapa jam setelah cedera,

dan efeknya bertahan hingga 5 – 7 hari. Karakteristik Inflamasi yang

normal antara lain kemerahan, kemungkinan pembengkakan, suhu

sedikit meningkat diarea setempat (atau pada kasus luka yang luas,
terjadi periksia sistematis), kemungkinan ada nyeri. Selama peralihan

dari fase inflamasi ke fase proliferasi jumlah sel radang menurun dan

jumlah fibroblas meningkat.

3. Proliferasi (3 – 24 hari) Selama fase proliferasi, pembentukan pembuluh

darah yang baru berlanjut di sepanjang luka. Fibroblas meletakkan

substansi dasar dan serabut – serabut kolagen serta pembuluh darah

baru mulai menginfiltrasi luka. Tanda inflamasi mulai mulai berkurang

dan berwarna merah terang

4. Maturasi (24 – 1 bulan) Bekuan fibrin awal digantikan oleh jaringan

granulasi, setelah jaringan granulasi meluas hingga memenuhi defek

dan defek tertutupi oleh permukaan epidermal yang dapat bekerja

dengan baik, mengalami maturasi. Terdapat suatu penurunan progesif

dalam vaskularitas jaringan parut, yang berubah dari merah kehitaman

menjadi putih. Serabut – serabut kolagen mengadakan reorganisasi dan

kekuatan regangan luka meningkat.

5. Parut Maturasi jaringan granulasi mungkin menjadi faktor kontributor

yang paling penting dalam berkembangnya masalah parut. Setelah

penyembuhan, jaringan ini lebih tebal dibandingkan dengan kulit

normal, tetapi tidak setebal jika dibandingkan dengan luka tertutup yang

baru saja terjadi. Folikel rambut dan sebasea atau kelenjar keringat

tidak tumbuh lagi pada jaringan parut.


2.2.8 Pengurangan Nyeri Perinieum

Menurut Helen Varney (2008) beberapa tindakan kenyaman

perineum dapat meredakan ketidaknyaman atau nyeri akibat laserasi

atau episotomi dan jahitan laserasi atau episotomi tersebut. Sebelum

tindakan dilakukan penting untuk memeriksa perineum untuk

menyingkirkan kemungkinan adanya komplikasi, seperti hematoma.

Pemeriksaan ini juga mengindikasikan tindakan lanjut apa yang

mungkin paling efektif

a. Kantong Es Sesuai Kebutuhan.

Jika kantong es kimiawi tidak ada, kantong es dapat dibuat dengan

memasukan es yang dihancurkan atau bongkahan ke dalam sarung

tangan karet tanpa bedak dan mengikatnya pada manset sarung

tangan dengan pengikat karet. Semua kantong es sebaiknya

dibungkus dalam pelindung yang lembut, yang menyerap dibgian

luar, demi kebersihan, dan perlindungan terhadap cedera karena

kedinginan.

b. Kompres dengan kantong es dilakukan sesuai kebutuhan.

Kompres ini sangat bermanfaat untuk mengurangi pembengkakan

dan membuat perineum baal pada periode pascapartum. Es harus

selalu dikompreskan pada laserasi derajat tiga atau empat, dan jika
ada edema perineum signifikan. Manfaat optimum dicapai dengan

kompres dingin selama 30 menit [22].

c. Anestesis Topikal Sesuai Kebutuhan.

Contoh anestesis topikal adalah sprai Dermoplast, salep

Nupercaine, sprai atau salep Americane, dan salep Surfacaine. Jika

menggunakan salep, wanita harus dianjurkan mencuci tangan

sebelum mengoleskannya. Salep dioleskan selama beberapa hari

pertama pascapartum selama periode penyembuhan akut baik

karena jahitan atau jika ada hemoroid. Wanita yang perlu

melanjutkan penggunaan salep ini setelah beberapa hari untul

memutuskan apakas muncul masalah lain.

d. Rendam Duduk Dua sampai Tiga Kali Sehari.

Adanya toilet rendam duduk fit-in untuk sekali pakai membuat

prosedur rendam duduk menjadi sederhana, nyaman, dan sesuai

serta dapat digunakan oleh wanita di rumah. Beberapa wanita

lebih suka menggunakan air dingi n, bukan air hangat-bukan panas

yang umumnya diperbolehkan.

e. Modifikasi dari ide yang sama adalah dengan mengalirkan air

hangat diatas perineum.

Tindakan tersebut dapat menjadi bagian perawatan perineum rutin

setelah berkemih maupun defekasi. Gteko atau wadah kecil atau

botol dapat memfasilitasi metode ini.


Kehangatan air baik untuk rendam duduk atau pengaliaran harus

diuji pertama kali dibagian tubuh lain yang sensitif, tetapi tidk

mudah trauma, seperti bagian dalam pergelangan tangan.

Kehangatan air meningkatkan sirkulasi dan mendukung

penyembuhan.

f. Rendam duduk es juga dianjurkan oleh Droegmueller [23].

Jelas bahwa dingin adalah terapi yang dianjurkan untuk terapi

awal cedera jaringan lunak dan kondisi inflasmasi pada atletik.

Nyeri pascapartum hilang dengan penggunaan rendam duduk

dingin termasuk oenurunan respons pada ujung saraf dan juga

vaskonstriksi lokal, yang mengurangi pembengkakan dan spasme

otot. Dalam melakukan tindakan rendam duduk es, mulailah

dengan suhu air kamar dan tambahkan dengan es hingga dicapai

suhu yang tepat.

g. Kompres Witcg hazel (Hamamelis virginiana) mengurangi edema

dan merupakan analgesik.

Kompres ini dibuat berukuran 4x4 dalam mangkuk atau baskom

kecil, peras sekali, dan letakkan para perineum. Orang yang

mempersiapkan kompres harus mencuci tangan dengan cermat.

Tucks Pad, variasi komersial dari tindakan kenyamanan ini

merupakan saturasi campuran witch hazel, gliserin, dan air juga

dapat digunakan.

h. Cincin Karet.
Penggunaan cincin karet mendapat kritik karena kemungkinan

mengganggu sirkulasi. Akan tetapi, penggunaan yang benar dapat

memberikan pemulihan yang aman jika terjadi penekanan akibat

posisi dai area perineum. Cincin Karet sebaiknya digembungkan

secukupnya untuk menghilangkan tekanan tersebut. Cincin karet

harus besar dan diposisikan sedemikian rupa sehingga tidak ada

titik tekanan di area panggul.

i. Pengencangan perineum ( Senam Kegel).

Melakukan pengencangan perineum atau latihan kegel

meningkatkan sirkulasi ke area tersebut sehingga meningkatkan

penyembuhan. Latihan ini juga mulai mengembalikan tonus otot

pada susunan otot panggul. Tindakan ini merupakan salah satu

tindakan kenyamanan yang paling bermanfaat dan sering kali

menghasilkan akibat dramatis dalam memfasilitasi kemudahan

pergerakan dan membuat wanita lebih nyaman. (Varney H, 2009)

2.3 Senam Kegel

2.3.1 Pengertian senam kegel

Senam kegel adalah senam untuk menguatkan otot panggul. Nama

senam ini diambil dari penemunya Arnold Kegel, seorang dokter

spesialis kandungan di Los Angeles sekitar tahun 1950-an Senam kegel

adalah senam yang bertujuan untuk memper kuat otot-otot dasar panggul
terutama otot pubococcygeal sehingga seorang wanita dapat memperkuat

otot-otot saluran kemih (berguna saat proses persalinan agar tidak terjadi

“ngompol”) dan otot-otot vagina. .(Widianti & Proverawati, 2010)

Latihan kegel adalah suatu bentuk kegiatan fisik yang memberikan

pengaruh baik terhadap tingkat kemampuan fisik manusia bila

dilaksanakan dengan tepat dan terarah. Kegel yaitu suatu latihan yang

dilakukan secara aktif dengan mengontraksikan otot dasar panggul untuk

meningkatkan kekuatan otot dasar panggul.(Pujiastuti & Utomo. 2008).

Senam Kegel awalnya ditujukan untuk mengatasi inkotinensia

(ketidakmampuan menahan pipis) pada wanita. Inkontinensia bisa timbul

paska persalinan atau sebab lainnya. Senam ini bertujuan untuk melatih

atau menguatkan otot-otot dasar panggul (pelvic floor muscle). (Varney

H, 2009)

2.3.2 Manfaat Senam Kegel

Menurut Widianti & Proverawati, (2010) senam kegel dapat

memberikan manfaat bila dilakukan secara benar dan rutin antara lain :

a. Memudahkan kelahiran bayi tanpa banya merobek jalan lahir (tanpa

atau sedikit “jahitan”).

b. Mempercepat pemulihan kondisi vagina setelah melahirkan.


c. Menyembuhkan ketidakmampuan menahan kencing (inkontinensia

urine)

d. Mencegah ambeien/wasir.

e. Vagina akan lebih sensitif dan peka rangsang memudahkan

peningkatan kepuasan seksual.

Dasar panggul terdiri atas kelompok levator ani, yang keluar dari

masing-masing sisi panggul pada permukaan posterior pubis, dan

kondensasi fasia (garis putih) yang menutup otot obturator internus, dan

sisi pelvik spina iskhiadika. Otot tersebut mempunyai beberapa bagian

otot yang diberi nama otot pubokoksigeus, otot levator ani dan otot

koksigeus. Serabut-serabut ini melandai kearah bawah dan ke depan serta

saling berjalin dengan serabut-serabut otot dari kelompok levator ani dari

sisi yang berlawanan sehingga membentuk difragma otot tempat

lewatnya uretra, vagina dan rektum. Otot-otot ditutupi fascia dan

membentuk diafragma pelvis. (Varney, 2008)

2.3.3 Senam Kegel dalam Masa Nifas

Struktur penyokong uterus dan vagina dapat terluka saat

melahirkan dan berkontribusi pada masalah ginekologi di kemudian hari.

Jaringan penyokong dasar panggul yang sobek atau teregang saat

melahirkan dapat membutuhkan waktu sampai 6 bulan untuk

mendapatkan tonusnya kembali. Latihan kegel, yang membantu untuk

memperkuat otot perineum dan meningkatkan penyembuhan,


direkomendasikan untuk dilakukan setelah melahirkan. Dikemudian hari,

pasien akan mengalami relaksasi panggul, memanjang dan melemahnya

jaringan fasia penyokong struktur panggul. Struktur ini termasuk uterus,

dinding vagina posterior atas, uretra, kandung kemih, dan rectum.

Meskipun relaksasi panggul dapat terjadi pada semua wanita, hal ini

biasanya merupakan komplikasi, baik langsung ataupun tidak langsung

dari melahirkan. (Lowdermilk, 2013)

Pengencangan perineum. Melakukan pengencangan perineum

atau latihan kegel meningkatkan sirkulasi ke area tersebut sehingga

meningkatkan penyembuhan. Latihan ini juga mulai mengembalikan

tonus otot pada susunan otot panggul. Tindakan ini merupakan salah satu

tindakan kenyamanan yang paling bermanfaat dan sering kali

menghasilkan akibat dramatis dalam memfasilitasi kemudahan

pergerakan dan membuat wanita lebih nyaman. (Varney, 2008)

2.3.4 Metode Senam Kegel

Menurut Widianti & Proverawati (2010) Latihan kegel dapat dilakukan

dengan cara seperti di bawah ini :

1. Posisi Duduk

a. Posisi duduk tegak pada kursi dengan panggul dan lutut tersokong

dengan rileks.
b. Badan sedikit membungkuk dengan lengan menyangga pada

bahu.

c. Konsentrasikan pada daerah vagina, uretra dan rektum.

d. Konsentrasikan otot dasar panggul seperti menahan defekasi dan

berkemih.

e. Rasakan kontraksi otot dasar panggul.

f. Pertahankan kontraksi sebatas kemampuan kurang lebih 10 detik.

g. Selanjutnya rileks, dan rasakan otot dasar panggul yang rileks.

h. Kemudian kontraksikan otot dasar panggul lagi, pastikan otot

berkontraksi dengan benar tanpa ada kontraksi otot abdominal;

misalnya dengan tidak menahan nafas. Kontrol kontraksi otot

abdominal dengan meletakkan tangan pada perut.

i. Rileks, coba rasakan perbedaan saat berkontraksi dan rileks.

j. Sesekali kontraksi dipercepat.

k. Lakukan kontraksi yang cepat beberapa kali. Pada latihan awal,

lakukan 3 kali pengulangan karena otot yang lemah akan mudah

lelah.

2. Posisi berbaring terlentang dengan lutut dan kaki rata pada lantai.

b. Pertama posisikan tubuh anda tidur terlentang menghadap keatas.

c. Sejajarkan kedua tangan anda lurus menyentuh lantai disamping

tubuh anda, telapak tangan menghadap kebawah dan posisi kedua

kaki sedikit mengangkang.


d. Kemudian tekuk lutut anda, lalu gunakan telapak kaki, bahu

belakang dan kepala belakang sebagai penyangga sambil

mengangkat berat badan anda keatas.

e. Tekan kedua otot-otot bokong bersama-sama serta tarik lubang

rektum masuk seperti mencegah BAB. lakukan hal ini sampai

cepat dan kuat.

f. Sementara melakukan latihan di atas, tarik ke atas seperti

mencegah pengosongan kandung kemih

g. Kencangkan hanya otot-otot sekeliling kandung kemih dan liang

senggama, seperti mencegah kerja kandung kemih

h. Pertahankan posisi ini selama 5 - 10 detik. Dan ulangi kembali 12

- 14 kali berturut-turut sambil beristirahat disela-sela

melakukannya.

2.3.5 Hubungan Senam Kegel dengan Pengurangan Rasa Nyeri Luka

Perineum ibu Post Partum

Sebagai tindakan kenyamanan, pengencangan perineum bertujuan

menghilangkan ketidaknyamanan dan nyeri yang dialami wanita ketika

duduk atau hendak berbaring dan bangun dari tempat tidur.pada kedua

kondisi tersebut area perineum merupakan subjek tekanan langsung dan,

terutama saat hendak berbaring atau bangun dari tempat tidur, area

jahitan akan mengalami gesekan. Pengencangan perineum menarik area

yang terkena keatas dan kedalam, sehingga tidak mendapat tekanan


langsung atau gesekan; otot gluteus menerima efek ini. Wanita sebaiknya

mengencangkan perienumnya, menariknya ke atas dan kedalam serta

mempertahankan kondisi kontraksi ini sebelum berpindah dari tempat

tidur atau menurunkan tubuhnya di atas kursi pada saat duduk. (Varney,

2008)

Untuk mendapatkan hasil yang lebih maksimal, lakukan

pengulangan senam kegel ini kira-kira sebanyak 3 kali dalam 1 hari. Otot

panggul akan melemah karena kehamilan, persalinan, kegemukan dan

batuk berat dapat menjadi beban bagi otot panggul. Bila dasar otot

panggul melemah akan menimbulkan banyak komplikasi.

(Makzizatunnisa, 2014)

Nyeri yang dirasakan ibu setelah senam kagel dapat berkurang

dengan melakukan senam kagel dengan benar akan memperlancar

sirkulasi darah ke daerah perineum dan sekitarnya serta terjadinya

peregangan pada otot-otot perineum hal ini mungkin akan membantu

mengurangi rasa nyeri yang dirasakan ibu karena ibu akan lebih nyaman

dengan keadaan luka perineum setelah melahirkan telah terbiasa

digerakkan selain itu luka perineum juga akan segera pulih, karena fungsi

otot dan peredaran darah kembali normal (Suddarth, 2005).

Hal ini sesuai dengan teori bahwa dengan senam kagel ibu akan

mendapatkan berbagai manfaat salah satunya mengurangi nyeri perineum

dimana dengan melakukan senam kegel dengan benar akan


memperlancar sirkulasi darah ke daerah perineum dan sekitarnya hal ini

akan semakin membantu dalam pengurangan nyeri, serta dengan senam

kagel akan terjadi peregangan pada otot-otot perineum otot perineum

yang semula tegang setalah prsalinan akan menjadi regang sehingga ibu

merasa lebih nyaman dan akan mengurangi rasa nyeri yang dirasakan ibu

karena ibu akan lebih nyaman dengan keadaan luka perineum (Suddarth,

2005).

Hal lain adalah dengan senam kagel ibu akan terbiasa

menggerakan otot pada daerah perineum yang mengalami luka,

kebiasaan ini akan mengurangi implus nyeri sampai ke otak sehingga

nyeri yang dirasakan oleh ibu akan berkurang, selain itu juga terdapat

manfaat lain yaitu luka perineum juga akan segera pulih. Hal ini sesuai

dengan teori bahwa manfaat lain dari senam kegel yang dilakukan ibu

juga akan membuat ibu merasa lebih nyaman dengan keadaan luka

perineum setelah melahirkan karena telah terbiasa digerakkan sehingga

sensor nyeri yang dirasakan akan berkurang selain itu manfaat lainnya

adalah luka perineum juga akan segera pulih (Suddarth, 2005).

Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Widijati Lestari (2010) yang

berjudul pengaruh peningkatan frekuensi latihan Kegel terhadap

penurunan frekuensi buang air kecil pada wanita 50-60 tahun dengan

stress urinary incontinence, dimana diungkapkan bahwa dengan pelatihan

kegel satu kali perminggu dan tiga kali perminggu selama empat bulan
dapat menurunkan frekuensi buang air kecil, yang berarti dengan senam

kafel akan memperkuat otot perineum ibu.

2.4 Penilaian Nyeri

Untuk mengetahui karakteristik dari tingkatan nyeri maka digunakan berbagai

macam skala sebagai berikut : (Saryono, 2010)

1. Skala Numeris

2. Skala Deskriptif

3. Skala Analog Visual

4. Skala Wajah

5. Skala Nyeri dengan Observasi Perilaku

Tabel 2.4

Skala Nyeri dengan Observasi Perilaku

FLACC Behavioral Pain Assessment Scale

Skor
Kriteria
0 1 2

Face (wajah) Tidak ada ekspresi Sesekali meringis atau Sering sampai konstan

tertentu atau mengerutkan kening, mengerutkan kening,

senyum menarik diri, tidak rahang terkatup, dagu

tertarik gemetaran

Legs (kaki) Posisi normal atau Cemaas, gelisah, tegang Menendang atau menarik

santai kaki

Activity Berbaring tenang, Menggeliat, mondar- Melengkung, kaku atau


(aktivitas) posisi normal, mandir, tegang menyentak

bergerak dengan

mudah

Cry (tangis) Tidak ada teriakan Mengerang atau Menangis terus, teriak atau

(terjaga atau merintih, sesekali isak tangis, sering

tertidur) mengeluh mengeluh

Consolability Puas/senang, santai Sesekali diyakinkan Sulit untuk dihibur atau

dengan sentuhan, dibuat nyaman

pelukan atau diajak

bicara, dialihkan

Keterangan :

1-3 : Nyeri ringan : secara obyektif klien dapat berkomunikasi dengan

baik.

4-6 : Nyeri sedang : Secara obyektif klien mendesis, menyeringai,

sanggup menunjukkan ruangan nyeri, sanggup

mendeskripsikannya, bisa mengikuti perintah bersama baik.

7-10 : Nyeri berat : secara obyektif klien terkadang tidak dapat

mengikuti perintah namun masih respon terhadap tindakan, bisa

menunjukkan lokasi nyeri, tidak dapat mendeskripsikannya, tidak

dapat diatasi dengan alih posisi nafas panjang & distraksi

Anda mungkin juga menyukai