Anda di halaman 1dari 8

AGAMA DAN MODERASI AGAMA

Ismul Maisah

Prodi Ilmu Hadis

Ushuluddin Dan Adab UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten

Imashm2@Gmail.com

Abstrak

Moderasi beragama adalah proses memahami sekalogus mengamalkan ajaran


agama secara adil dan seimbang, agar terhindar dari ajaran yang tidak diajarkan
oleh agama. Kita harus memandang hal ini dengan cara pandang sikap moderat
dalam beragama, karena ini sangat penting dalam kehidupan kita sehari-sehari,
terkhususnya di Negara Indonesia yang mempunyai berbagai macam suku dan
agama. Moderasi beragama sangatlah penting, mengapa demikian? Karena
bahwasannya perbedaan adalah sunnatullah,keanekaragaman adalah fitrah
bangsa,pancasila merupakan cerminan nilai asli masyarakat, dan bangsa Indonesia
adalah umat beragama.

Pendahuluan

Agama adalah sebuah koleksi terorganisir dari kepercayaan, sistem


budaya, dan pandangan dunia yang menghubungkan manusia dengan
tatanan/perintah dari kehidupan. Banyak agama memiliki narasi, simbol, dan
sejarah suci yang dimaksudkan untuk menjelaskan makna hidup dan atau
menjelaskan asal usul kehidupan alam semesta. Dari keyakinan mereka tentang
kosmos dan sifat manusia, orang memperoleh moralitas, etika, hukum agama atau
gaya hidup yang disukai. Menurut beberapa perkiraan, ada sekitar 4.200 agama di
dunia.1

Sumber ajaran agama islam adalah Alquran dan Hadis Nabi Muhammad
Saw. Rujukan paling utama dalam ajaran islam yaitu kalam Allah yang
diwahyukan kepada Nabi Muhammad Saw. untuk disampaikan kepada umat
manusia. Hakikat diturunkannya Al-qur’an adalah acuan moral secara universal
bagi umat manusia dalam memecahkan problematik sosial yang timbul ditengah-
tengah masyarakat. Dalam pandangan umat islam, dari sekian banyak agama,
ideologi, dan falsafah yang terkemuka di dunia, hanya islam yang mampu
bertahan menghadapi tantangan-tantangan zaman.

Pandangan ini bahkan bagi sebagian dari mereka sudah menjadi


keyakinan. Pandangan ini berdasarkan pada sebuah kenyataan yang tidak dapat
terbantahkan bahwa hanya islam sebagai sebuah agama yg memiliki sifat
universal dan komprehensif. Sifat inilah yang kemudian meniscayakan sejumlah
keitimewaan-keistimewaan yang melekat pada islam dan tidak pada agama-agama
lain.

Pembahasan

1. Pengertian Agama

Secara sederhana, pengertian agama dapat dilihat dari sudut kebahasaan


(etimologis) dan sudut istilah (terminologis). Mengartikan agama dari sudut
kebahasaan akan terasa lebih mudah daripada mengartikan agama dari sudut
istilah karena pengertian agama dari sudut istilah ini sudah mengandung muatan
subjektifitas dari orang yang mengartikannya. Pengertian agama dari segi bahasa
dapat kita ikuti antara lain uraian yang diberikan Harun Nasution. Menurutnya,
dalam masyarakat indonesia selain dari kata agama,dikenal pula kata “Din” dari
bahasa arab dan kata religi dalam bahasa eropa menurut satu pendapat, demikian
Harun Nasution mengatakan, kata itu tersusun dari dua kata, A=tidak dan

1
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Agama, pada tanggal 12 Oktober 2019 pukul 20:22.
gam=pergi, jadi agama artinya tidak pergi, tetap ditempat,diwarisi secara turun
menurun. 2

Pengertian agama yang dikutip diatas sudah pasti tidak akan mendapatkan
kesepakatan dan hal ini sudah dapat di duga sebelumnya karena bagaimana
dikatakan diatas,bahwa kita sulit sekali bahkan mustahil dapat menjumpai definisi
agama yang dapat diterima semua pihak.

Selanjutnya karena demikian banyaknya definisi tentang agama yang di


kemukakan para ahli, Harun Nasution mengatakan bahwa dapat diberi definisi
sebagai berikut: (1) Pengakuan terhadap hubungan manusia dengan kekuatan
ghaib yang harus dipatuhi, (2) Pengakuan terhadap adanya kekuatan ghaib yg
menguasai manusia, (3) Mengikatkan diri pada suatu bentuk hidup yang
mengandung pengakuan pada suatu sumber yang berada diluar diri manusia yg
mempengaruhi perbuatan-perbuatan manusia, (4) Kepercayaan pada suatu
kekuatan ghaib yang menimbulkan cara hidup tertentu, (5) Suatu sistem tingkah
laku (code of conduct) yg berasal dari kekuatan ghaib, (6) Pengakuan terhadap
adanya kewajiban-kewajiban yang diyakini bersumber pada suatu kekuatan ghaib,
(7) Pemujaan terhadap kekuatan ghaib yang timbul dari perasaan lemah dan
perasaan takut terhadap kekuatan misterius yang terdapat dalam alam sekitar
manusia, (8) Ajaran yg diwahyukan tuhan kepada manusia melalui rasul.3

2. Pengertian Moderasi

Moderasi adalah kegiatan untuk mengatur, memandu serta menengahi


komunikasi interaktif baik yang berbentuk lisan ataupun tulisan. Moderasi juga
diartikan sebagai suatu kegiatan untuk melakukan peninjauan agar tidak
menyimpang dari aturan yang berlaku yang telah ditetapkan. Adapun istilah
moderasi menurut Khaled Abou el Fadl dalam The Great Theft adalah paham
yang mengambil jalan tengah, yaitu paham yang tidak ekstrim kanan dan tidak
ekstrim kiri.4
2
Abudin Nata, Metodologi Studi Islam, (Jakarta: Rajawali Pers, 2014), cet.21, hal 9.
3
Abudin Nata,Metodologi Studi Islam, hal 13-14.
4
Zuhairi Misrawi, Hadratussyaikh Hasyim Asy’ari Moderasi, Keutamaan, dan
kebangsaan, (Jakarta: PT Kompas Media Nusantara, 2010), hal. 13.
3. Moderasi Agama Islam

Moderasi Islam dalam bahasa arab disebut dengan al-Wasathiyyah al-


Islamiyyah. Al-Qardawi menyebut beberapa kosakata yang serupa makna
dengannya termasuk kata Tawazun, I’tidal, Ta’adul dan Istiqomah. Sementara
dalam bahasa Inggris sebagai Islamic Modeation. Moderasi Islam adalah suatu
pandangan atau sikap yang selalu berusaha mengambil posisi tengah dari dua
sikap yang bersebrangan dan berlebihan sehingga salah satu dari kedua sikap yang
dimaksud tidak mendominasi dalam pikiran dan sikap seseorang. Dengan kata
lain seorang Muslim moderat adalah Muslim yang memberi setiap nilai atau aspek
yang bersebrangan bagian tertentu tidak lebih dari porsi yang semestinya.

K.H. Abdurrahman Wahid pun merumuskan bahwa moderasi harus senantiasa


mendorong upaya untuk mewujudkan keadilan sosial yang dalam agama dikenal
dengan al-maslahah al-‘ammah. Bagaimanapun hal ini harus dijadikan sebagai
fondasi kebijakan publik, karena dengan cara yang demikian itu kita betul-betul
menerjemahkan esensi agama dalam ruang publik. Dan setiap pemimpin
mempunyai tanggungjawab moral yang tinggi untuk menerjemahkannya dalam
kehidupan nyata yang benar-benar dirasakan oleh publik.5

Islam selalu bersikap moderat dalam menyikapi setiap persoalan, bahkan


prinsip moderasi ini menjadi karakteristik Islam dalam merespon segala
persoalaan.6 Dalam konteks keseimbangan, Rasulullah pun melarang umatnya
untuk tidak terlalu berlebihan meski dalam menjalankan agama sekalipun. Beliau
lebih senang jika hal itu dilakukan secara wajar tanpa adanya pemaksaan diri dari
yang berlebihan. Dalam realitas kehidupan nyata, manusia tidak dapat
menghindarkan diri dari perkara-perkara yang berseberangan. Karena itu al-
Wasathiyyah Islamiyyah mengapresiasi unsur rabbaniyyah (ketuhanan) dan
Insaniyyah (kemanusiaan), mengkombinasi antara Maddiyyah (materialisme) dan
ruhiyyah (spiritualisme), menggabungkan antara wahyu (revelation) dan akal

5
Zuhairi Misrawi, Hadratussyaikh Hasyim Asy’ari Moderasi, Keutamaan, dan
kebangsaan, hal. 14.
6
Alif Cahya Setiyadi, “Pendidikan Islam Dalam Lingkaran Globalisasi”, Jurnal
University of Darussalam Gontor vol. 7, No. 2, Oktober 2019, hal. 252.
(reason), antara maslahah ammah (al-jamāiyyah) dan maslahah individu (al-
fardiyyah).

Beberapa gambaran keseimbangan inilah yang biasa dikenal dengan istilah


“moderasi”. Kata moderasi sendiri berasal dari bahasa inggris, moderation, yang
artinya adalah sikap sedang atau sikap tidak berlebihan. Jika dikatakan orang itu
bersikap moderat berarti ia wajar, biasa-biasa saja, dan tidak ekstrim. Sementara
dalam bahasa arab, kata moderasi biasa diistilahkan dengan wasat atau wasatiyah;
orangnya disebut wasit. Kata wasit sendiri sudah diserap ke dalam bahasa
Indonesi yang memiliki tiga pengertian, yaitu 1) penengah, pengantara (misalnya
dalam perdagangan, bisnis, dan sebagainya), 2) pelerai (pemisah, pendamai),
antara yang berselisih, dan 3) pemimpin di pertandingan.7

Moderasi Islam hadir sebagai wacana atau paradigma baru terhadap


pemahaman keislaman yang menjunjung tinggi nilai-nilai tasamuh, plural dan
ukhuwah, islam yang mengedepankan persatuan dan kesatuan umat, dan islam
yang membangun peradaban dan kemanusiaan. Moderasi islam diharapkan
mampu membawa wajah islam yang hancur akibat konflik menjadi lebih baik,
toleran, aman, damai, dan tentram. Semua itu dapat terwujud apabila konsep
moderasi islam diterapkan dengan baik. Konsep tersebut berupa keseimbangan di
antara dua sisi ang berbeda, dalam hal ini fundamentalis dan liberalis.8

Secara tidak sadar, moderasi Islam sebenarnya sudah sejak lama diterapkan di
Indonesia, hal ini terlihat dari bentuk penyebaran Islam di Indonesia yang
dilakukan dengan cara damai, tidak memaksa, dan menghargai budaya lokal.
Penyebaran Islam di Indonesia tidak lepas dari peran Walisongo yang
mendakwahkan Islam ke wilayah Indonesia, yang terpusat di Jawa. Mereka
mengajarkan Islam dengan cara-cara unik yang dikemas dalam bentuk kesenian

7
https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://sc.syekhnurjati.ac.id/
esscamp/risetmhs/
BAB21414341083.pdf&ved=2ahUKEwjOyMjP9pflAhXVfSsKHdgsAK8QFjAAegQIARAB&usg
=AOvVaw0076KhwSYKg_o5kJnw8m73 , diakses pada tanggal 13 Oktober 2019, pukul -7:04.
8
Ahmad Agis Mubarok, dkk. “Islam Nusantara: Wujud Moderasi Islam di Indonesia
(Membangun Keharmonisan Sosial, Budaya, dan Agama)”, Jurnal, Academia edu, diakses pada
tanggal 10 Oktober 2019, hal. 4.
seperti wayang kulit, dan gamelan. Cara-cara seperti ini lah yang membuat Islam
bisa diterima oleh masyarakat Indonesia dan membentuk sebuah corak Islam baru,
yaitu Islam Nusantara. Islam Nusantara lahir sebagai alternatif model pemikiran,
pemahaman, dan pengamalan Islam yang moderat, terhindar dari paham
radikalisme dan liberalisme. Islam Nusantara menawarkan sebuah konsep dan
gagasan anti mainstream. Konsep dan gagasan ini diharapakan mampu
membangun sebuah keharmonian sosial, budaya, dan agama, serta membangun
peradaban dan kemanusian Islam di Indonesia maupun Dunia.9

Moderasi Islam merupakan suatu cara untuk membawa umat Islam bersatu
dalam keberanekaragaman. Moderasi Islam menjadi penengah dari segala bentuk
pemahamn yang ektrim dan menyimpang. Moderasi Islam sebagai rahmat bagi
semesta, artinya moderasi Islam berperan penting untuk terciptanya sebuah
keamanan dan perdamaian dunia. Manfaat yang dirasakan dari bentuk moderasi
Islam tidak hanya dirasakan oleh internal umat Islam saja, namun oleh semesta
pada umumnya.

Dalam konteks Indonesia, lahir sebuah istilah “Islam Nusantara” yang


merupakan bentuk dari moderasi Islam di Indonesia, yaitu Islam yang damai,
ramah, dan santun. Islam yang menghargai tradisi dan budaya, namun teguh
dalam menegakkan syariat. Islam Nusantara adalah perwujudan dari Islam
rahmatan lil alamin, yaitu Islam yang membawa sebuah kedamain dan kebahagian
untuk seluruh umat di dunia. bentuk perwujudan Islam Nusantara sebagai
rahmatan lil alamin bisa di lihat dari kondisi sosial, budaya, dan agama di
Indonesia yang harmoni dan bersatu. Islam sebagai agama mayoritas di Indonesia,
mampu membangun sebuah keharmonian sosial, budaya, dan agama. Islam tidak
menghapus budaya lokal, namun memodifikasi sesuai dengan ketentuan syariat,
Islam tidak melarang agama lain untuk berkembang, melainkan memberikan
sebuah kebebasan (toleransi). Ini lah yang membedakan Islam di Indonesia
dengan Islam di Arab atau Islam yang ada di belahan dunia lainnya.10

9
Djohan Efendi, Pembaruan Tanpa Membongkar Tradisi, (Jakarta : Kompas Media
Nusantara, 2010), hal. 109.
10
Djohan Efendi, Pembaruan Tanpa Membongkar Tradisi, hal. 109.
Kesimpulan

Moderasi Islam terbentuk dari dua pemikiran yang kontradiktif yaitu


fundamentalis dan liberalis. Fundamentalis adalah sebuah pemikiran yang sempit
dan kaku, hanya melihat sesuatu dari teks, tanpa melihat kepada konteks.
Sementara itu liberal merupakan sebuah pemikiran yang bebas dan terbuka.
Moderasi Islam hadir sebagai penengah dari kedua paham tersebut. Dalam
konteks Indonesia, moderasi Islam diidentikkan dengan dua organisasi Islam,
yaitu Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah. Kedua organisasi Islam ini memiliki
peran penting dalam mengembangkan keislaman di Indonesia.

Islam Nusantara merupakan wujud moderasi Islam di Indonesia, yang


memiliki prinsip toleransi, menghargai dan menjaga kearifan lokal, serta tidak
mengekang pemeluknya. Munculnya istilah Islam Nusantara dilatarbelakangi oleh
struktur sosial dan historis masuknya Islam ke Indonesia, yang dilakukan oleh
Walisongo. Penyebaran Islam di Indonesia dilakukan dengan damai, tanpa ada
pertumpahan darah antara penyebar Islam dan rakyat pribumi. Hal ini yang
membuat Islam bisa diterima oleh masyarakat Indonesia yang memiliki kultur dan
budaya beragam. Perpaduan antara kultur budaya lokal dengan ajaran Islam
menjadikan lahirnya istilah Islam Nusantara.
DAFTAR PUSTAKA

Efendi, Djohan. 2010. Pembaruan Tanpa Membongkar Tradisi, Kompas Media


Nusantara: Jakarta.
Misrawi, Zuhairi. 2010. Hadratussyaikh Hasyim Asy’ari Moderasi, Keutamaan,
dan kebangsaan, PT Kompas Media Nusantara: Jakarta.
Mubarok, Ahmad Agis, dkk. “Islam Nusantara: Wujud Moderasi Islam di
Indonesia (Membangun Keharmonisan Sosial, Budaya, dan Agama)”,
Jurnal, Academia edu, diakses pada tanggal 10 Oktober 2019.
Nata, Abudin. 2014. Cet 21. Metodologi Studi Islam, Rajawali Pers: Jakarta.
Setiyadi, Alif Cahya. “Pendidikan Islam Dalam Lingkaran Globalisasi”, Jurnal
University of Darussalam Gontor vol. 7, No. 2, Oktober 2019.
https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://
sc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/risetmhs/
BAB21414341083.pdf&ved=2ahUKEwjOyMjP9pflAhXVfSsKHdgsAK8QFjAA
egQIARAB&usg=AOvVaw0076KhwSYKg_o5kJnw8m73 , diakses pada tanggal
13 Oktober 2019, pukul 07:04.
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Agama, pada tanggal 12 Oktober 2019 pukul
20:22.

Anda mungkin juga menyukai