Anda di halaman 1dari 43

LAPORAN PRAKTIKUM

KIMIA DASAR

JUDUL PERCOBAAN : INDIKATOR ASAM BASA


NAMA PRAKTIKAN : DAVID BECKHAM
NIM/GRUP : 2012010703/06
TANGGAL PRAKTIKUM : KAMIS, 7 JANUARI 2021
ASISTEN : DALILAH INAS SALSABILA

LABORATORIUM KIMIA-FISIKA DASAR


UNIVERSITAS INTERNASIONAL SEMEN
INDONESIA
TAHUN AKADEMIK 2020/2021
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Asam basa sering dijumpai dikehidupan sehari-hari. Penggunaan basa
dikehidupan sehari-hari seperti saat mandi menggunakan sabun, pasta gigi, shampo dan
lainnya. Sabun disebut basa karena mempunyai kadar basa. Basa mempunyai rasa yang
pahit dan umumnya berupa kristal padat. Kalsium hidroksida atau soda kaustik adalah
basa yang sering digunakan, Kalsium hidroksida bentuknya kristal putih yang mudah
larut di air. Asam adalah larutan yang mengandung hidrogen di larutannya. Jika suatu
larutan mempunyai rasa masam, maka larutan tersebut bersifat asam. Contoh penggunaan
asam dikehidupan sehari-hari adalah cuka, garam dan lainnya.
Amoniak sering digunakan dalam asam, amoniak adalah gas yang tidak berwarna
dan tidak mempunyai bau. Amoniak digunakan sebagai bahan pembuatan asam nitrat dan
pupuk. pH dalam sebuah larutan adalah tingkat keasaman dri suatu larutan. Air murni
mempunyai sifat netral yang pHnya 7 yang di suhu 25oC. Sedangkan untuk larutan yang
bersifat asam mempunyai pH kurang dari 7 dan larutan bersifat basa mmepunyai pH lebih
dari 7.
Indikator digunakan untuk menguji sifat asam basa dalam larutan. Saat praktikum
berlangsung dalam menentukan asam basa bisa menggunakan indikator buatan dan
indikator alami. Indikator buatan bisa menggunakan kertas lakmus, caranya dengan
mencelupkan larutan yang akan diuji asam basanya. Jika kertas lakmus merah berubah
menjadi warna biru maka menandakan larutan tersebut basa dan sebaliknya jika kertas
lakmus merah tidak berubah warna maka larutan tersebut adalah asam. Indikator alami
bisa menggunakan bunga sepatu, kunyit, kubis dan lainnya. Dalam menguji asam basa
sama saja dengan mencelupkan indikator di larutan dan mengamati perubahan yang
terjadi di indikator maka akan mengetahui laruatan tersebut asam atau basa.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah dari praktikum kali ini adalah bagaimana cara menentukan sifat
asam basa dalam larutan ?

1.3 Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah unuk menentukan sifat asam basa dalam suatu
larutan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sifat Dasar Larutan
Larutan adalah campuran yang bersifat homogen antara molekul, atom ataupun
ion dari dua zat atau lebih. Disebut campuran karena susunannya atau komposisinya dapat
berubah. Disebut homogen karena susunanya begitu seragam sehingga tidak dapat
diamati adanya bagian-bagian yang berlainan, bahkan dengan mikroskop optis sekalipun.
Fase larutan dapat berwujud gas, padat ataupun cair. Larutan gas misalnya udara. Larutan
padat misalnya perunggu, amalgam dan paduan logam yang lain. Larutan cair misalnya
air laut, larutan gula dalam air, dan lain-lain.
Komponen larutan terdiri dari pelarut (solvent) dan zat terlarut (solute). Pada
bagian ini dibahas larutan cair. Pelarut cair umumnya adalah air. Pelarut cair yang lain
misalnya bensena, kloroform, eter, dan alkohol. Jika pelarutnya bukan air, maka nama
pelarutnya disebutkan. Misalnya larutan garam dalam alkohol disebut larutan garam
dalam alkohol (alkohol disebutkan), tetapi larutan garam dalam air disebut larutan garam
(air tidak disebutkan). Zat terlarut dapat berupa zat padat, gas atau cair. Zat padat terlarut
dalam air misalnya gula dan garam. Gas terlarut dalam air misalnya amonia, karbon
dioksida, dan oksigen. Zat cair terlarut dalam air misalnya alkohol dan cuka.
Umumnya komponen larutan yang jumlahnya lebih banyak disebut sebagai
pelarut. Larutan 40 % alkohol dengan 60 % air disebut larutan alkohol. Larutan 60 %
alkohol dengan 40 % air disebut larutan air dalam alkohol. Larutan 60 % gula dengan 40
% air disebut larutan gula karena dalam larutan itu air terlihat tidak berubah sedangkan
gula berubah dari padatan (kristal) menjadi terlarut (menyerupai air).
2.2 Jenis-jenis Larutan
Jenis-jenis larutan dibedakan menjadi beberapa kategori yakni:
1. Berdasarkan Daya Hantar Listrik
Larutan Elektrolit
Larutan elektrolit adalah larutan yang dapat menghantarkan arus listrik
Sedangkan kekuatan larutan elektroit ditentukan oleh beberapa faktor :
1. Jenis larutan elektrolit, elektrolit kuat dalam konsentrasi yang sama atau hampir
sama mempunyai kekuatan jauh lebih besar jika dibanding larutan elektrolit
lemah. Sebab dalam larutan elektrolit lemah hanya sebagian kecil larutan yang
terurai menjadi ionionnya (misal dengan derajat dissosiasi = 0,00001 berarti yang
terurai hanya 0,001% dari total konsentrasinya) sedangkan larutan elektrolit kuat
hampir semuanya terurai (100% dari konsentrasi terurai)
2. Kadar/Konsentrasinya. Bila sama jenisnya (sama-sama elektrolit lemah atau
sama-sama elektrolit kuat) kekuatan larutan elektrolit ditentukan oleh
konsentrasinya,semakin besar konsentrasi maka semakin besar kekuatannya.
karena semakin banyak yang mengion.
3. Jumlah ion yang terbentuk per molekul Konsentrasi larutan bukan satu2nya faktor
yang mempengaruhi kekuatan larutan elektroli tetapi jumlah ion yang terbentuk
per molekul pun juga punya pengaruh
Berdasarkan daya hantar listriknya larutan elektrolit dibedakan atas :
Elektrolit Kuat, Larutan elektrolit kuat adalah larutan yang mempunyai daya
hantar listrik kuat, karena zat terlarutnya saat berada di dalam pelarut (umumnya air),
seluruhnya berubah menjadi ion-ion (α = 1).Berdasarkan percobaan, larutan elektrolit
kuat memiliki ciri-ciri sebagai berikut: terionisasi sempurna, menghantarkan arus listrik,
lampu menyala terang - terdapat gelembung gas. Adapun yang tergolong elektrolit kuat
antara lain:
a. Asam-asam kuat, seperti : HCl, HClO3, H2SO4, HNO3 dll.
b. Basa-basa kuat, yaitu basa-basa golongan alkali dan alkali tanah,(seperti
NaOH, KOH, Ca(OH)2, Ba(OH)2 dll.)
c. Garam-garam yang mudah larut, seperti: NaCl, KI, Al2(SO4)3 dll.
Elektrolit Lemah, Larutan elektrolit lemah adalah larutan yang daya hantar
listriknya lemah dan drajad disosiasi 0 < α < 1. Berdasarkan percobaan, larutan elektrolit
lemah memiliki ciri-ciri sebagai berikut: - terionisasi sebagian - menghantarkan arus
listrik - lampu menyala redup - terdapat gelembung gas Adapun yang tergolong elektrolit
lemah meliputi:
a. Asam-asam lemah, seperti : CH3COOH, HCN, H2CO3, H2S dll.
b. Basa-basa lemah seperti : NH4OH, Ni(OH)2 dan lain-lain
c. Garam-garam yang sukar larut, seperti : AgCl, CaCrO4, PbI2 dll
Larutan Non-Elektrolit
Larutan non elektrolit adalah larutan yang tidak dapat menghantarkan arus listrik,
karena zat terlarutnya di dalam pelarut tidak dapat menghasilkan ion-ion (tidak mengion).
Berdasarkan percobaan larutan non elektrolit memiliki ciri-ciri seperti: tidak terionisasi,
tidak menghantarkan arus listrik, lampu tidak menyala, tidak terdapat gelembung gas.
Tergolong ke dalam jenis ini misalnya: Larutan urea (CO(NH2)2), Larutan sukrosa,
Larutan glukosa (C6H12O6), Larutan alkohol (C2H5OH), dan lain-lain.
2. Berdasarkan Tingkat Kejenuhan
Berdasarkan tingkat kejenuhan dapat dibagi menjadi tiga macam yaitu:
1. Larutan tak jenuh, Larutan tak jenuh yaitu larutan yang mengandung solute (zat
terlarut) kurang dari yang diperlukan untuk membuat larutan jenuh. Atau dengan kata
lain, larutan yang partikel- partikelnya tidak tepat habis bereaksi dengan pereaksi (masih
bisa melarutkan zat). Larutan tak jenuh terjadi apabila bila hasil kali konsentrasi ion lebih
kecil dari pada Ksp.
2. Larutan jenuh, Larutan jenuh yaitu suatu larutan yang mengandung sejumlah
solute yang larut dan mengadakan kesetimbangn dengan solut padatnya. Atau dengan
kata lain, larutan yang partikel- partikelnya tepat habis bereaksi dengan pereaksi (zat
dengan konsentrasi maksimal). Larutan jenuh terjadi apabila hasil konsentrasi ion sama
dengan Ksp berarti larutan tepat jenuh.
3. Larutan sangat jenuh, Larutan sangat jenuh (kelewat jenuh) yaitu suatu larutan
yang mengandung lebih banyak solute daripada yang diperlukan untuk larutan jenuh.
Atau dengan kata lain, larutan yang tidak dapat lagi melarutkan zat terlarut sehingga
terjadi endapan. Larutan sangat jenuh terjadi apabila bila hasil kali konsentrasi ion lebih
besar dari pada Ksp berarti larutan lewat jenuh (mengendap)
(Wibawa, 2015).
2.3 Asam
Asam secara umum merupakan senyawa kimia yang bila dilarutkan dalam air
akan menghasilkan larutan dengan pH lebih kecil dari 7. Dalam definisi modern, asam
adalah suatu zat yang dapat member proton (ion H+ ) kepada zat lain (yang disebut basa),
atau dapat menerima pasangan elektron bebas dari suatu basa. Suatu asam bereaksi
dengan suatu basa dalam reaksi penetralan untuk membentuk garam. Contoh asam adalah
asam asetat (ditemukan dalam cuka) dan asam sulfat (digunakan dalam baterai atau aki
mobil).
Berikut ciri-ciri asam:
- Asam memiliki rasa masam; misalnya, cuka yang mempunyai rasa asam dari
asetat dan lemon serta buah-buahan sitrun lainnya yang mengandung asam sitrat.
- Asam menyebabkan perubahan warna pada zat warna tumbuhan; misalnya
mengubah warna lakmus dari biru ke merah.
- Asam bereaksi dengan logam tertentu seperti seng, aluminium, dan besi
menghasilkan gas hidrogen.
- Asam bereaksi dengan karbonat dan bikarbonat seperti Na2CO3, CaCO3, dan
NaHCO3, menghasilkan gas karbondioksida.
- Larutan asam dalam air dapat menghantarkan listrik.
- Bersifat korosif
(Chang, 2005).
2.4 Basa
Basa adalah suatu zat yang jika dilarutkan dalam air akan menghasilkan ion
hidroksida (OH–). Jadi, pembawa sifat basa adalah ion OH– (ion hidroksida), sehingga
rumus kimia basa selalu mengandung senyawa OH (X-OH, X adalah atom atau senyawa
lain. misalnya Na (Natrium) menjadi NaOH = Natrium Hidroksida). Larutan basa
memiliki pH>7. Adapun beberapa ciri-ciri basa adalah:
- Basa memiliki rasa pahit
- Basa terasa licin; misalnya sabun yang mengandung basa memiliki sifat ini
- Basa menyebabkan perubahan warna pada zat warna tumbuhan; misalnya
mengubah warna lakmus merah menjadi biru
- Larutan basa dalam air menghantarkan arus listrik
(Chang, 2005).
2.5 Indikator Asam-Basa
Indikator dipergunakan untuk menentukan suatu asam, basa dan pH sebuah
laruatan. Larutan indikator yang sering digunakan yaitu penolptalein, metil merah, metil
jingga dan bromtimol blue. Penggunaan larutan indikator dalam proses titrasi larutan
harus dilakukan dengan teliti. Supaya saat perubahan warna ayang terjadi kita bisa
mengamatinya dengan benar. Indikator yang biasanya dipergunakan adalah dengan
bantuan kertas lakmus. Indikator alami indiktor yang terbuat dari bahan-bahan alami yang
berubah jika terkena asam dan basa. Indikator asam basa ini bisa menggunakan bungga
mawar, bayam merah dan lainnya. Untuk bunga mawar caranya dengan mencuci bunga
mawar terlebih dahulu. Kemudian bunga mawar dipotong-potong menjadi kecil. Bunga
mawar sudah bisa dipergunakan untuk mengetes asam dan basa. Untuk indikator asam
buatan menggunakan kertas lakmus biru, kertas lakmus merah dan lainnya. Untuk
penggunaan kertas lakmus merah dengan cara dicelupkan di larutan yang bersifat basa.
Maka kertas lakmus merah akan berubah menjadi warna biru. Jika kertas lakmus merh
dicelupkan asam kertas tersebut tidak berubah warna. Untk kertas lakmus biru jika
dicelupkan basa kertas lakmus biru tidak berubah warna. Tapi jika kertas lakmus biru
dicelupkan dengan asam akan berubah menjadi warna merah (Nigrum, 2005).

2.6 pH suatu Ukuran Keasaman


pH atau derajat keasaman digunakan untuk menyatakan tingkat keasaman atau
basa yang dimiliki oleh suatu larutan. Yang dimaksudkan “keasaman” disini adalah
konsentrasi ion hidrogen (H+) dalam pelarut air. Nilai pH berkisar dari 0 hingga 14. Suatu
larutan dikatakan netral apabila memiliki pH=7. Nilai pH<7 menunjukkan larutan
memiliki sifat asam, sedangkan nilai pH>7 menunjukkan larutan bersifat basa.
Setiap indikator memiliki ukuran keasaman pH dan memiliki perubahan warna
tersendiri saat berada pada larutan asam dan basa, seperti berikut :
PERUBAHAN WARNA PH TRANSISI
INDIKATOR
ASAM BASA ASAM BASA
Lakmus Merah Biru 4,5 8,3
Metil Oranye Merah Kuning 3,1 4,4
Metil Merah Merah Kuning 4,2 6,3
Metil Violet Kuning Ungu 0,1 3,2
Phenolphthalein Tak berwarna Merah muda 8,3 10.0
Bromtimol Biru Kuning Biru 6,0 7,6
(Satake, 1990).
2.7 MSDS
Setiap kegiatan kerja selalu diikuti dengan resiko bahaya yang dapat berakibat
terjadinya kecelakaan, walaupun demikian terjadinya kecelakaan seharusnya dapat
dicegah dan diminimalisasikan karena kecelakaan tidak dapat terjadi dengan sendirinya.
Terjadinya kecelakaan pada umumnya ditimbulkan oleh beberapa faktor penyebab, oleh
karena itu harus diteliti factor-faktor penyebabnya dengan tujuan untuk menentukan
usaha-usaha pembinaan dan pengawasan keselamatan yang tepat, efektif dan efisien
sehingga terjadinya kecelakaan dapat dicegah. Dalam melaksanakan eksperimen, kontak
terhadap bahan kimia akan terjadi baik langsung maupun tidak langsung. Pengetahuan
sifat dan karakter bahan kimia perlu dimiliki mengingat bahan kimia memiliki potensi
untuk menimbulkan bahaya baik terhadap kesehatan maupun bahaya kecelakaan. Hal ini
dapat dipahami karena bahan kimia dapat memiliki tipe reaktivitas kimia tertentu dan
juga dapat memiliki sifat mudah terbakar. Oleh karena itu aktivitas kerja yang selalu
memperhatikan aspek kesehatan dan keselamatan kerja perlu dibudayakan dalam bekerja
di laboratorium. Untuk dapat mendukung jaminan kesehatan dan keselamatan kerja maka
para peneliti maupun laboran yang bekerja di laboratorium harus mengetahui dan
memiliki pengetahuan serta keterampilan untuk menangani bahan kimia khususnya dari
segi potensi bahaya yang mungkin ditimbulkan. Informasi atau pengetahuan yang harus
diketahui pelaksana di laboratorium kimia dimuat dalam Material Safety Data Sheet
(MSDS). Dalam MSDS terdapat keterangan mengenai suatu bahan yaitu identitas, sifat,
penanganan dan lain-lain yang berkaitan dengan keselamatan. Untuk itu sebelum bahan
kimia tersebut diterima, disimpan dan digunakan, maka keterangaan yang ada dalam
MSDS tersebut harus dipahami. Menangani bahan berbahaya tanpa mengetahui informasi
tersebut di atas dapat mengakibatkan kecelakaan kerja dan sakit akibat kerja
(Harjanto, 2011).
2.7.1 NaOH
NaOH merupakan sebuah senyawa Alkali yang mempunyai sifat basa dan juga
mampu untuk menetralisir asam. Bentuk NaOH sendiri kristal putih dengan sifatnya yang
cepat atau mudah menyerap kelembapan. NaOH juga tergolong zat kimia yang berbahaya
maka setiap praktikan harus memakai pelindung untuk menangani zat tersebut. Agar
terhindar dari bahaya zat NaOH seorang praktikum harus memakai pakaian dan
perlindungan zat berbahaya (Hambali, 2006).
2.7.2 HCl
Larutan HCl merupakan golongan garam. HCl Berbentuk Kristal putih, tidak
berbau, merupakan garam dari ammonia yang larut dalam air. Bila dilarutkan dalam air,
sedikit asam, karena garam ini berasal dari asam kuat (HCl) dan basa lemah. Rumus kimia
NH4Cl , dengan berat molekul: 53.491 Titik didih 338 °C. Kelarutan dalam air 297 g/L
(0 °C), 372 g/L (20 °C), dan 773 g/L (100 °C); sedangkan dalam alkohol 6 g/L (19 °C).
Tidak larut dalam diethyl ether, acetone serta hampir tidak larut dalam etil asetat. HCL
juga tergolong zat kimia yang berbahaya maka setiap praktikan harus memakai pelindung
untuk menangani zat tersebut. Agar terhindar dari bahaya zat HCl, seorang praktikum
harus memakai pakaian dan perlindungan zat berbahaya
(Schwartz, 2008).
2.7.3 NaCl
NaCl juga disebut sodium chloride yang merupakan garam yang mempunyai sifat
elektrolit. NaCl berbahaya jika terkena tubuh, maka dari itu saat praktikum haruslah
berhati-hati. Jika NaCl terkena mata, segeralah bilas mata dengan air yang bersih dan
menggalir selama 7 menit atau sampai mata tidak terasa seperti terbakar. Untuk
menghindari agar saat praktikum tidak terjadi kecelakaan, praktikan harus menggunakan
perlengkapan praktikum. Penggunaan perlindung saat praktikum sangatlah penting,
dengan memakai jas lab, sarung tangan, masker dan perlengkpan lainnya saat praktikum
(Merck, 2019).

2.7.4 CaO
CaO atau Kalsium Oksida atau yang dikenal dengan kapur merupakan zat
berwarna putih dengan wujud padat. Kalsium Oksida memiliki kegunaan sebagain bahan
utama dalam pembuatan semen. Dalam penggunaanya Kalsium bisa sangat berbahaya,
iritan jika terjadi kontak kulit, iritan karena kontak mata, menelan, dan inhalasi.
Berbahaya dalam kasus kontak kulit (korosif), kontak mata (korosif). Jumlah kerusakan
jaringan tergantung pada panjang kontak. Kontak mata dapat mengakibatkan kerusakan
kornea atau kebutaan. Kontak kulit dapat menghasilkan peradangan dan terik. Menghirup
debu akan menhasilkan iritasi oada pernapasan, ditandai dengan bersin dan batuk.
Overexposure parah dapat menghasilkan kerusakan paru-paru, tersedak, pingsan atau
kematian. Radang mata ditandai kemerahan dan gatal-gatal. Peradangan kulit yang
ditandai dengan gatal, scaling, dan kemerahan. Jika terjadi kontak segera bilas dengan air
atau air hangat dan segera dibawa ke dokter (Cendekia, 2014).
2.7.5 Indikator Metil Violet
Metil violet atau disebut dengan metil ungu adalah senyawa organik yang
digunakan sebagai pewarna. Biasanya sebagia warna kuat pada sebuah cat atau tinta.
Methil violet juga bisa digunakan untuk perawatan, pencegahan penyakit. Methil violet
digunakan untuk luka kulit ataupun iritasi pada anggota tubuh. Jika mata terkena metil
violet maka bilas mata menggunakan air yang menggalir, jika masih terasa perih beri tetes
mata dan pergi kedokter. Saat praktikum menggunakan metil violet harus tetap berhati-
hati, meskipun metil violet tidak terlalu berbahaya (Labchem, 2019).

2.7.6 Indikator Phenolptalein


Biasanya phenolptalein disingkat menjadi pp. Pp biasanya digunakan sebagai
indikator Ph. Pp sangat berbahaya jika terhirup atupun terkena bagian kulit tertentu, pp
juga dapat menyebabkan timbulnya penyakit berbahya seperti kanker. Jika kulit terkena
pp pakaian yang dipakai dilepaskan dan bilas kulit dengan air. Bila terjadi kontak di mata
bilas dengan air dan segera pergi ke dokter. Karena jika terkena mata dapat
mengakibatkan mata iritasi. Menggunakan alat pelindung saat praktikum sebagai
pencegahan terkena pp. Karena keselamatan dalam melakukan pratktikum harus selalu
diutamakan (Merck, 2017).

2.7.7 Indikator Bromtimol Biru


Bromotimol biru sering digunakan dalam menetukan indikator asam basa.
Bromotimol biru juga digunakan untuk mengukur asam karbonat dalam suatu cairan.
Bromotimol biru sebagai asam lemah dalam larutan, karena menghasilkan warna kuning
atau biru. Jika mata terkena bromotimol biru saat praktikum lakukan dengan membilas
mata dengan air bersih dan menggalir, saat dibilas dnegan air pejamkan mata dan teteskan
obat tetes mata. Menggunakan jas laboratorium, masker dan perlengkapa lainnya
sangatlah pentig saat praktikum (Labchem, 2019).

2.7.8 Indikator Metil Merah

Metil merah adalah zat yang bentuknya kristal mempunyai warna merah. Metil
merah bisa digunakan untuk menetukan larutan yang sifatnya asam atau basa. Jika saat
praktikum mata terkena metil merah maka lakukan dengan membilas menggunakan air
mengalir dan bersih. Basuh mata dengan benar dan teteskan obat mata agar mata tidak
iritasi. Saat praktikum sebaiknya menggunakan perlengkapan yang benar agar terhindar
dari bahan kimia yang berbahaya (Merck, 2017).
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat dan Bahan


Berikut merupakan alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum asam-basa:
3.1.1 Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum indikator asam basa yakni:
1. Gelas Ukur 50 mL 1 buah
2. Hotplate 1 buah
3. Gelas Beaker 250 mL 1 buah
4. Tabung Reaksi 10 buah
5. Pipet ukur 5 mL 1 buah
6. Propipet 1 buah
7. Rak tabung reaksi 1 buah

3.1.2 Bahan
Bahan yang digunakan pada praktikum indikator asam basa yakni:
1. Aquades 30 mL
2. Buah naga
3. Kertas hvs
4. Asam asetat 0,5 N 20 mL
5. Sunlight
6. Baking Powder 10 mL
7. Sabun Mandi 10 mL
8. Odol 10 mL
9. Detergen
10. NaCl 0,05 N 20 mL
11. HCl 0,1 M 20 mL
12. Indikator PP
13. Bromtimol biru
14. NaOH 0,2 M 20 mL
15. Indikator Metil Violet
16. Indikator Metil Merah
17. Porstex 10% 20 mL
18. CaO 10% 20 mL
19. Indikator bunga sepatu
3.2 Cara Kerja
Berikut merupakan cara kerja praktikum asam basa:

3.2.1 Pembuatan Indikator Alami


1. Menghancurkan buah naga menggunakan blender
2. Memotong kertas hvs dengan ukuran bebas/menyesuaikan
3. Merendam kertas hvs selama 2 – 3 jam dengan hasil penghancuran buah naga
sebelumnya
4. Menjemur kertas hvs hasil rendaman dibawah sinar matahari sampai mengering
5. Menyimpan kertas hvs setelah kering
6. Menuang air buah naga hasil penghancuran ke air biasa
7. Mencelupkan indikator lakmus alami ke air biasa, kemudian meletakkan di atas
kertas hvs putih
8. Menuang air buah naga hasil penghancuran ke air sabun
9. Mencelupkan indikator lakmus alami ke air sabun, kemudian meletakkan di atas
kertas hvs putih
10. Menuang air buah naga hasil penghancuran ke air sunlight
11. Mencelupkan indikator lakmus alami ke air sunlight, kemudian meletakkan di atas
kertas hvs putih
12. Menuang air buah naga hasil penghancuran ke air detergen
13. Mencelupkan indikator lakmus alami ke air detergen, kemudian meletakkan di
atas kertas hvs putih
14. Menuang air buah naga hasil penghancuran ke air baking powder
15. Mencelupkan indikator lakmus alami ke air baking powder, kemudian meletakkan
di atas kertas hvs putih
16. Menuang air buah naga hasil penghancuran ke air odol
17. Mencelupkan indikator lakmus alami ke air odol, kemudian meletakkan di atas
kertas hvs putih
18. Mengamati perubahan warna pada setiap larutan dan perubahan pada indikator
lakmus alami
3.2.3 Pengecekan berbagai macam larutan dengan berbagai macam indikator alat
1. Mengambil 5 mL porstex dengan pipet ukur
2. Memasukkan ke dalam tabung reaksi
3. Mengambil 5 mL aquades dengan pipet ukur
4. Memasukkan ke dalam tabung reaksi
5. Mengambil 5 mL NaCl dengan pipet ukur
6. Memasukkan ke dalam tabung reaksi
7. Mengambil 5 mL pembersih lantai 10% dengan pipet ukur
8. Memasukkan ke dalam tabung reaksi
9. Mengambil 5 mL CaO 10% dengan pipet ukur
10. Memasukkan ke dalam tabung reaksi
11. Mengambil 5 mL NaOH 2M dengan pipet ukur
12. Memasukkan ke dalam tabung reaksi
13. Mengambil 5 mL asam asetat 0,5 N dengan pipet ukur
14. Memasukkan ke dalam tabung reaksi
15. Mengambil 5 mL HCl 0,1 M dengan pipet ukur
16. Memasukkan ke dalam tabung reaksi
17. Mencelupkan kertas lakmus merah pada tiap larutan. Mencatat perubahan warna
18. Mencelupkan kertas lakmus biru pada tiap larutan. Mencatat perubahan warna
19. Menambahkan 2 tetes indikator metil merah ke dalam 8 larutan yang akan diuji
20. Menghomogenkan larutan dengan mengocok tabung reaksi
21. Menambahkan 2 tetes atau 1 mL (jika konsentrasi indikator alami rendah)
indikator bunga sepatu ke dalam 8 larutan yang akan diuji
22. Menghomogenkan larutan dengan mengocok tabung reaksi
23. Menambahkan 2 tetes indikator PP ke dalam 8 larutan yang akan diuji
24. Menghomogenkan larutan dengan mengocok tabung reaksi
25. Menambahkan 2 tetes indikator metil violet ke dalam 8 larutan yang akan diuji
26. Menghomogenkan larutan dengan mengocok tabung reaksi
27. Menambahkan 2 tetes indikator bromtimol biru ke dalam 8 larutan yang akan diuji
28. Menghomogenkan larutan dengan mengocok tabung reaksi
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Analisa Data


Berdasarkan dari praktikum asam-basa yang dilakukan didapatkan data analisis
sebagai berikut:

4.1.1 Pembuatan Indikator alami


Berikut ini merupakan hasil perlakuan dan pengamatan pembuatan indikator
alami :
Tabel 4.1 Perlakuan dan pengamatan pembuatan indikator alami

Perlakuan Pengamatan
Buah naga dihancurkan menggunakan Buah naga berwujud padat dan berwarna
blender merah

Kertas hvs dipotong dengan ukuran Kertas hvs berwarna putih


bebas/menyesuaikan

Kertas hvs direndam selama 2 – 3 jam Air buah naga berwujud cair dan berwarna
dengan hasil penghancuran buah naga merah
sebelumnya
Kertas hvs hasil rendaman di jemur Proses penjemuran sekitar 1-2 hari
dibawah sinar matahari sampai
mengering

Kertas hvs disimpan setelah kering

Air biasa, di tuang air buah naga hasil Warna air berubah menjadi merah
penghancuran

Indikator alami dimasukkan ke air Kertas indikator tidak berubah warna


biasa, kemudian diletakkan di atas
kertas hvs putih
Air sabun, di tuang air buah naga hasil Air sabun berubah menjadi biru
penghancuran

Indikator alami dimasukkan ke air Kertas indikator tidak berubah warna


sabun, kemudian diletakkan di atas
kertas hvs putih

Air sunlight, di tuang air buah naga Air sunlight berubah menjadi merah
hasil penghancuran

Indikator alami dimasukkan ke air Kertas indikator tidak berubah warna


sunlight, kemudian diletakkan di atas
kertas hvs putih
Air detergen, di tuang air buah naga Air detergen berubah menjadi ungu
hasil penghancuran

Indikator alami dimasukkan ke air Kertas indikator tidak berubah warna


detergen, kemudian diletakkan di atas
kertas hvs putih

Air baking powder, di tuang air buah Air baking powder berubah menjadi ungu
naga hasil penghancuran kemerahan

Indikator alami dimasukkan ke air Kertas indikator tidak berubah warna


baking powder, kemudian diletakkan
di atas kertas hvs putih
Air odol di tuang air buah naga hasil Warna larutan air odol berubah menjadi
penghancuran ungu

Indikator alami dimasukkan ke air Tidak terjadi perubahan warna pada kertas
odol powder, kemudian diletakkan di indikator
atas kertas hvs putih

Hasil kertas indikator alami yang - Warna indikator terhadap air biasa :
diletakkan di atas kertas hvs putih warna tetap merah
- Warna indikator terhadap air sabun :
warna tetap merah
- Warna indikator terhadap air sunlight
: warna tetap merah
- Warna indikator terhadap air
detergen : warna menjadi ungu
- Warna indikator terhadap air baking
powder : warna menjadi ungu
- Warna indikator terhadap air odol :
warna menjadi ungu kemerahan

4.1.2 Pengecekan berbagai macam larutan dengan berbagai macam indikator alat
Berikut ini merupakan hasil perlakuan dan pengamatan Pengecekan berbagai
macam larutan dengan berbagai macam indikator alat:
Tabel 4.2 Perlakuan dan pengamatan Pengecekan berbagai macam larutan dengan
berbagai macam indikator alat

Perlakuan Pengamatan
Diambil 5 mL porstex dengan pipet Porstex berwarna biru dan berwujud cair
ukur

Dimasukkan ke dalam tabung reaksi

Diambil 5 mL aquades dengan pipet Aquades tidak berwarna dan berwujud cair
ukur
Dimasukkan ke dalam tabung reaksi

Diambil 5 mL NaCl dengan pipet ukur NaCl tidak berwarna dan berwujud cair

Dimasukkan ke dalam tabung reaksi

Diambil 5 mL pembersih lantai dengan Pembersih lantai berwarna hijau muda dan
pipet ukur berwujud cair
Dimasukkan ke dalam tabung reaksi

Diambil 5 mL 5 mL CaO dengan pipet CaO berwarna putih pekat dan berwujud cair
ukur

Dimasukkan ke dalam tabung reaksi

Diambil 5 mL NaOH 2 M dengan pipet NaOH tidak berwarna dan berwujud cair
ukur
Dimasukkan ke dalam tabung reaksi

Diambil 5 mL asam asetat 0,5 N dengan Asam astetat tidak berwarna dan berwujud
pipet ukur cair

Dimasukkan ke dalam tabung reaksi

Diambil 5 mL HCl 0,1 M dengan pipet HCl tidak berwarna dan berwujud cair
ukur
Dimasukkan ke dalam tabung reaksi

Dicelupkan kertas lakmus merah pada Kertas lakmus berwarna merah dan biru
tiap larutan. Dilakukan hal yang sama Pemasukkan lakmus dengan cara
terhadap lakmus biru memiringkan tabung reaksi dan melewati
bibir tabung

Hasil perubahan warna pada kertas - Warna kertas lakmus pada aquades,
lakmus merah dan biru HCl, asam asetat,dan porstex pada
lakmus merah berwarna merah
sedangkan pada CaO, NaOH, dan
pembersih lantai berubah menjadi
biru
- Warna kertas lakmus pada HCl,
asam asetat,dan porstex pada lakmus
biru menjadi berwarna merah
sedangkan pada Aquades, CaO,
NaOH, NaCl, dan pembersih lantai
tetap berwarna biru
Ditambahkan 2 tetes indikator metil Indikator metil merah berwarna merah dan
merah ke dalam 8 larutan yang akan berwujud cair
diuji

Larutan dihomogenkan dengan


mengocok tabung reaksi

Hasil uji larutan dengan indikator metil - HCl, asam asetat, porstex, berwarna
merah merah
- Aquades, NaCl, pembersih lantai,
CaO, dan NaOH berwarna kuning
- Terdapat endapan putih pada CaO

Ditambahkan 2 tetes indikator alami Indikator bunga sepatu berwarna merah dan
bunga sepatu ke dalam 8 larutan yang berwujud cair
akan diuji
Larutan dihomogenkan dengan
mengocok tabung reaksi

Hasil uji larutan dengan indikator alami - HCl, asam asetat, dan porstex
bunga sepatu berwarna merah
- Aquades, NaCl, dan pembersih lantai
tidak berwarna namun sedikit gelap
- CaO berwarna kuning pucat dengan
endapan putih
- NaOH berwarna kuning

Ditambahkan 2 tetes indikator pp ke Indikator pp tidak berwarna dan berwujud


dalam 8 larutan yang akan diuji cair
Larutan dihomogenkan dengan
mengocok tabung reaksi

Hasil uji larutan dengan indikator pp - HCl, asam asetat, aquades, NaCl,
dan pembersih lantai tidak berwarna
- Porstex berwarna biru
- CaO berwarna merah muda pekat
dengan endapan putih
- NaOH berwarna merah muda

Ditambahkan 2 tetes indikator metil Indikator metil violet berwarna ungu


violet ke dalam 8 larutan yang akan
diuji

Larutan dihomogenkan dengan


mengocok tabung reaksi

Hasil uji larutan dengan indikator metil - HCl dan porstex berwarna biru tua
violet
- Aquades, asam asetat, NaCl, dan
pembersih lantai berwarna ungu
- CaO tidak berwarna dengan endapan
putih
- NaOH tidak berwarna

Ditambahkan 2 tetes indikator Indikator bromtimol biru berwarna biru tua


bromtimol biru ke dalam 8 larutan yang dan berwujud cair
akan diuji

Larutan dihomogenkan dengan


mengocok tabung reaksi

Hasil uji larutan dengan indikator - HCl, asam asetat, aquades, dan NaCl
bromtimol biru bersih lantai berwarna kuning
- Porstex dan pembersih lantai
berwarna hijau
- CaO berwarna biru dengan endapan
putih
- NaOH berwarna biru
4.2 Tabel pengamatan
Berikut merupakan tabel pengamatan perubahan warna pada percobaan asam-
basa:
4.2.1 Percobaan Indikator Alami
Berikut ini merupakan tabel perubahan warna larutan dan indikator lakmus
alami:
Tabel 4.3 Hasil Percobaan Indikator Alami
Larutan Warna lakmus Warna larutan Sifat larutan
alami
Air biasa Merah Merah Netral
Air sabun Merah Ungu Asam
Air sunlight Merah Merah Netral
Air detergen Ungu Ungu Basa
Air baking powder Ungu Merah Basa
Air odol Merah Ungu Kemerahan Netral

4.2.2 Percobaan Indikator Alat


Berikut hasil Percobaan Indikator Asam Basa yang telah dilakukan adalah :
Tabel 4.4 Hasil Percobaan Indikator Asam Basa

Warna Larutan Dengan Indikator Alat Sifat Larutan


Larutan LM LB
MV PP MM BB
Mer Biru
Tidak
Aquades Ungu Kuning Kuning ah Netral
berubah
HCl 0,1 Biru Tidak Mer Mer
Merah Kuning Asam
M tua berwarna ah ah
Tidak Biru Biru
NaOH Merah
berwar Kuning Biru Basa
0,2 M muda
na
Asam Mer Mer
Tidak
Asetat Ungu Merah Kuning ah ah Asam
berwarna
0,5 N
NaCl Tidak Mer Biru
Ungu Kuning Kuning Netral
0,05 N berwarna ah
Tidak Biru biru
CaO Merah
berwar Kuning Biru Basa
10% muda
na
Porstex Biru Mer Mer
Biru Merah Hijau Asam
10% tua ah ah

4.3 Pembahasan
Berikut merupakan pembahasan pada praktikum asam-basa:
4.3.1 Percobaan Indikator Alami
Pada percobaan indikator alami yang terbuat dari buah naga ini yang pertama kali
dilakukan yaitu menghancurkan buah naga menggunakan blender, kemudian memotong
kertas hvs dengan ukuran bebas/menyesuaikan, setelah itu merendam kertas hvs selama
2 – 3 jam dengan hasil penghancuran buah naga sebelumnya, setelah direndam hvs hasil
rendaman dijemur dibawah sinar matahari sampai mengering, kertas hvs yang telah
kering dapat disimpan. Selanjutnya menuang air buah naga hasil penghancuran ke air
biasa, air sabun, air sunlight, air detergen, air baking powder, air odol, melihat perubahan
warna pada setiap larutan yakni air biasa, air sunlight, air baking powder berwarna merah,
sedangkan air detergen, air sabun, dan air odol berwarna ungu. Kemudian mencelupkan
indikator lakmus alami ke air biasa, air sabun, air sunlight, air detergen, air baking
powder, dan air odol kemudian meletakkan di atas kertas hvs putih, mengamati perubahan
warna pada setiap larutan dan perubahan pada indikator lakmus alami, pada air biasa, air
sunlight, air sabun, air odol warna indikator tetap/merah, sedangkan pada air baking soda
dan air detergen lakmus menjadi warna ungu. Indikator buah naga akan menjadi merah
jika pH sebuah larutan kurang dari 8, jika lebih dari delapan maka akan berubah menjadi
ungu, dan ketika larutan tersebut merupakan basa kuat (pH>12), maka akan berubah
menjadi kuning (Yulfriansyah, 2016).
4.3.2 Percobaan Indikator Buatan
Pada percobaan indikator buatan ini yang pertama dilakukan adalah mengambil 5
mL porstex, 5 mL aquades, 5 mL NaCl, 5 mL pembersih lantai 10%, 5 mL CaO 10%, 5
mL NaOH 2M, 5 mL asam asetat 0,5 N, dan 5 mL HCl 0,1 M dengan pipet ukur dan
memasukkan ke dalam masing-masing tabung reaksi, untuk asam asetat pengambilan
dilakukan dengan hati-hati melalui lemari asam agar tidak terkontaminasi zat luar,
kemudian mencelupkan lakmus merah pada setiap larutan dan meletakkan kertas lakmus
pada kertas hvs putih, hal yang sama dilakukan dengan lakmus biru. Mengamati
perubahan warna yang terjadi seperti pada tabel 4.4. Kemudian menambahkan 2 tetes
indikator PP dengan pH transisi 8,3-10,0 (berubah merah ketika asam, berubah biru ketika
basa) ke dalam larutan yang akan diuji, menghomogenkan larutan dengan mengocok
tabung reaksi, terjadi perubahan warna yakni HCl, asam asetat, aquades, NaCl, dan
pembersih lantai tidak berwarna, Porstex berwarna biru, CaO berwarna merah muda
pekat dengan endapan putih, CaO merupakan hasil pembakaran kapur mentah pada suhu
90℃ ,dan NaOH berwarna merah muda. Kemudian menambahkan 2 tetes indikator metil
violet dengan pH transisi 0,1-3,2 (berubah kuning ketika asam, berubah ungu ketika basa)
ke dalam larutan yang akan diuji, menghomogenkan larutan dengan mengocok tabung
reaksi. Terjadi perubahan warna yakni HCl dan porstex berwarna biru tua, Aquades, asam
asetat, NaCl, dan pembersih lantai berwarna ungu, CaO tidak berwarna dengan endapan
putih, dan NaOH tidak berwarna. Kemudian menambahkan 2 tetes indikator bromtimol
biru dengan pH transisi 6,0-7,6 (berubah kuning ketika asam, berubah biru ketika basa)
ke dalam larutan yang akan diuji, menghomogenkan larutan dengan mengocok tabung
reaksi, terjadi perubahan warna pada larutan yakni HCl, asam asetat, aquades, dan NaCl
bersih lantai berwarna kuning, Porstex dan pembersih lantai berwarna hijau, CaO
berwarna biru dengan endapan putih, dan NaOH berwarna biru. Selanjutnya
menambahkan 2 tetes indikator metil merah dengan pH transisi 4,2-6,3 (berubah merah
ketika asam, berubah kuning ketika basa) ke dalam larutan yang akan diuji,
menghomogenkan larutan dengan mengocok tabung reaksi, terjadi perubahan warna pada
larutan yakni HCl, asam asetat, porstex, berwarna merah, Aquades, NaCl, pembersih
lantai, CaO, dan NaOH berwarna kuning, dan Terdapat endapan putih pada CaO. Metil
merah merupakan indikator yang akan berubah menjadi merah ke kuning dengan transisi
pH 4,2-6,3. Metil violet merupakan indikator yang akan berubah warna kuning ke ungu
dengan transisi pH 0,1-3,2. Phenolphthalein merupakan indikator yang akan berubah
warna dari tak berwarna ke merah muda dengan transisi pH 8,3-10,0. Bromtimol biru
merupakan indikator yang akan berubah warna dari kuning ke biru dengan transisi pH
6,0-7,6. Dari hasil praktikum diketahui aquades bersifat netral, NaOH bersifat basa, Asam
asetat bersifat asam, NaCl bersifat netral, CaO yang merupakan oksida logam bersifat
basa, Porstex bersifat asam karena memiliki kandungan HCl yang merupakan asam kuat.
(Satake, 1990).
BAB V
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian asam-basa yang dilakukan, didapat kesimpuilan yakni:
1. Lakmus Merah akan menjadi merah jika larutan bersifat asam dan akan menjadi
biru jika larutan bersifat basa
2. Lakmus Biru akan menjadi merah jika larutan bersifat asam dan akan menjadi
biru jika larutan bersifat basa
3. Buah naga merupakan salah satu bahan yang dapat dijadikan indikator alami
dengan perubahan merah ke kuning, larutan merah jika bersifat asam atau netral
dan kuning jika bersifat basa kuat
4. Aquades dan NaCl merupakan zat bersifat netral (pH=7)
5. CaO dan NaOH merupakan zat yang bersifat basa (pH>7)
6. HCl, Porstex, dan asam asetat merupakan zat yang bersifat asam (pH<7)
7. Air Biasa, air sunlighr dan air odol bersifat netral
8. Baking soda dan detergen bersifat basa
9. Air sabun bersifat asam
DAFTAR PUSTAKA

Chang, 2005, Kimia Dasar Jilid 1, Edisi Ketiga, Jakarta, Erlangga.


Harjanto,dkk, 2011, Manajemen Bahan Kimia Berbahaya dan Beracun Sebagai Upaya
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Serta Perlindungan Lingkungan, Hal. 67, Pusat
Bahan Bakar Nuklir-BATAN.
Labchem, 2019, Lembar Data Keselamatan Bahan, Disusn oleh Labchemical.
Merck, 2017, Lembar Data Keselamatan Bahan, Disusun oleh Merck KGA.
Satake, dan T. Nagahiro. 1990. Physical Chemistry. Halaman 182. New Delhi: Modern
Dictionary.
Wibawa, 2015, Kimia Biofisika Cairan Tubuh, Hal. 52-54, Denpasar, Universitas
Udayana.
Yulfriansyah, 2016, PEMBUATAN INDIKATOR BAHAN ALAMI DARI EKSTRAK
KULIT BUAH NAGA (Hylocereus polyrhizus) SEBAGAI INDIKATOR
ALTERNATIF ASAM BASA BERDASARKAN VARIASI WAKTU
PERENDAMAN, Hal. 156, Tasikmalaya, STIKes Bakti Tunas Husada Tasikmalaya..
LAMPIRAN
Pembuatan Indikator Alami

Buah naga

Dihancurkan buah naga menggunakan blender


Dipotong kertas hvs dengan ukuran bebas/menyesuaikan
Direndam kertas hvs selama 2 – 3 jam dengan hasil penghancuran
buah naga sebelumnya
Dijemur kertas hvs hasil rendaman dibawah sinar matahari sampai
mengering
Disimpan kertas hvs setelah kering
Dituang air buah naga hasil penghancuran ke air biasa
Dicelupkan indikator lakmus alami ke air biasa, kemudian
diletakkan di atas kertas hvs putih
Dituang air buah naga hasil penghancuran ke air sabun
Dicelupkan indikator lakmus alami ke air sabun, kemudian
diletakkan di atas kertas hvs putih
Dituang air buah naga hasil penghancuran ke air sunlight
Dicelupkan indikator lakmus alami ke air sunlight, kemudian
diletakkan di atas kertas hvs putih
Dituang air buah naga hasil penghancuran ke air detergen
Dicelupkan indikator lakmus alami ke air detergen, kemudian
diletakkan di atas kertas hvs putih
Dituang air buah naga hasil penghancuran ke air baking powder
Dicelupkan indikator lakmus alami ke air baking powder,
kemudian diletakkan di atas kertas hvs putih
Dituang air buah naga hasil penghancuran ke air odol
Dicelupkan indikator lakmus alami ke air odol, kemudian
diletakkan di atas kertas hvs putih
Diamati perubahan warna pada setiap larutan dan perubahan pada
indikator lakmus alami

Hasil

Pengecekan berbagai macam larutan dengan berbagai macam indikator alat

Larutan

Diambil 5 mL porstex dengan pipet ukur


Dimasukkan ke dalam tabung reaksi
Diambil 5 mL aquades dengan pipet ukur
Dimasukkan ke dalam tabung reaksi
Diambil 5 mL NaCl dengan pipet ukur
Dimasukkan ke dalam tabung reaksi
Mengambil 5 mL pembersih lantai 10% dengan pipet ukur
Dimasukkan ke dalam tabung reaksi
Diambil 5 mL CaO 10% dengan pipet ukur
Dimasukkan ke dalam tabung reaksi
Diambil 5 mL NaOH 2M dengan pipet ukur
Dimasukkan ke dalam tabung reaksi
Diambil 5 mL asam asetat 0,5 N dengan pipet ukur
Dimasukkan ke dalam tabung reaksi
Diambil 5 mL HCl 0,1 M dengan pipet ukur
Dimasukkan ke dalam tabung reaksi
Dicelupkan kertas lakmus merah pada tiap larutan. Mencatat
perubahan warna
Dicelupkan kertas lakmus biru pada tiap larutan. Mencatat
perubahan warna
Ditambahkan 2 tetes indikator metil merah ke dalam 8 larutan
yang akan diuji
Dihomogenkan larutan dengan mengocok tabung reaksi
Ditambahkan 2 tetes atau 1 mL (jika konsentrasi indikator alami
rendah) indikator bunga sepatu ke dalam 8 larutan yang akan diuji
Dihomogenkan larutan dengan mengocok tabung reaksi
Ditambahkan 2 tetes indikator PP ke dalam 8 larutan yang akan
diuji
Dihomogenkan larutan dengan mengocok tabung reaksi
Ditambahkan 2 tetes indikator metil violet ke dalam 8 larutan
yang akan diuji
Dihomogenkan larutan dengan mengocok tabung reaksi
Ditambahkan 2 tetes indikator bromtimol biru ke dalam 8 larutan
yang akan diuji
Dihomogenkan larutan dengan mengocok tabung reaksi

Hasil

Anda mungkin juga menyukai