KELAS : XI (IBB)
MAPEL : ANTROPOLOGI
ARTIKEL
Dari kampung Sika Soge Ende Nusa Palera kedua nahkoda ini berlayar menuju kearah
timur bersama keluarganya bertepatan di pulau tiga ujung solor barat. Bertepatan di pulau
tiga ini, ada terdapat jalur pelayaran masuk menuju Larantuka. Hal ini membuat kedua
nahkoda ini bingung dalam menentukan kompas atau arah pelayaran lebih lanjut.
Sehingga kedua nahkoda ini bersepakat antara lain :
1. Nahkoda (KIA LALI MARI) berlayar masuk menuju larantuka tepatnya di Wai
Balun.
2. Nahkoda (JUANG ATA SIKA) belayar menuju ke arah timur ujung pulau solor.
Dengan tujuan yaitu : Bua Mete Tada Wutun, Dayon Mete lile wakon. Artinya
kedua nahkoda ini berlayar sambil mengintai dimana tempat yang lebih cocok
untuk keduanya berlabuh dan bisa turun kedarat dan mencari dan berburu ikan.
Sesampainya di ujung pulau solor oleh kahkoda perahu berebok oleh kencangnya arus
masuk yaitu ARU=WURA maka nahkoda Juang Meti berlayar sampai ke arah timur
Kesak Lera Gere Dalan Nuang Tawa. (LAMALERA) pulau lembata.
Dalam beberapa pecan, kedua nahkoda saling mengingat tentang kesepakatannya Bua
Mete Tada Wutun Dayon Mete Lile Wakon, maka sebagai adik nahkoda Juang Meti
berlayar menuju kea rah barat pulau lembata untuk mnecari kakaknya nahkoda Kia Lali
Mari.
Sementara nahkoda Kia Lali Mari awalnya sudah berlabu di Wai Balun, sudah berlayar
pindah kebeberapa tempat dan terakhir berlabuh di ujung Wutun Motonwutun Wakon
Wato Sadi. dalam beberapa hari berlabu di Wato Sadi, tiba-tiba dari jauh terlihat perau
Berebok sedang berlayar dari pulau Sewanggi yang hendak mencari kakaknya nahkoda
Kia Lali Mari. Maka dengan segerah nahkoda Kia Lali Mari memerintahkan anak bua
perahunya untuk memandang tiang layar dan menaikkan layarnya sehingga menujukan
kepada nahkoda perahu Berebok bahwa kakaknya nahkoda Kia Lali Mari sedang berlabu
di Wutun Motonwutun Wakon Wato Sadi.
Dengan pertanda yang diberikan oleh nahkoda Kia Lali Mari maka, perahu Berebok yang
di nahkodai Juang Ata Sika berlayar menuju Wutun Motonwutun Wakon Wato Sadi
dimana perhau Sowa sedang berlabu dan sambil menunggu adiknya.
Setelah tiba perahu Berebok tiba dan berlabu disamping perahu Sowa, kedua nahkoda
saling bercerita dan menuturkan kisah perjalanan semasa berpisah di pulau tiga di ujung
berat pulau solor barat.
Menjelang beberapa hari kemudian, kedua nahkoda ini bertemu dengan tuan tanah
kampung tanah werang yaitu :
Pertemuan antara leluhur Ama Puken Tena Tukan (kedua nahkoda perahu) dengan Ama
Puken Tana Tawa (Tuan tanah) pada kampung tanah werang.
Pertemuan mereka berempat ini adalah untuk minta persetujuan untuk kedua nahkoda
perahu bisa turun ke darat untuk Sidu Nidu Pago Maron Pa’in Ma’in.
Dalam pertemuan ini jamuan makanan mereka bertempat di Kera, yaitu alat timbah yang
di buat dari daung Koli, maka kampung ini diberi nama Lamak Di Kera Lajim disebut
LAMAKERA.
Karena Suku Songge lebih dahulu tiba di Lamakera maka sukunya disebut Kololodo atau
Lewokololodo
B. PEMBAGIAN KLEEN
Kleen Suku Lolon
Tobi Puken
Songge Kiwan
Parak Lolon
Lawan Onen
Beloweng Matan