Toaz - Info Formula 3 Atropin Sulfat PR
Toaz - Info Formula 3 Atropin Sulfat PR
1. FORMULA
R/ Atropine Sulfate 1%
Sodium Chloride 0,9 % 0,7 %
Benzalkonium Chloride 0,02 %
Disodium edetas 0,05 %
Aqua Pro Injeksi ad 10 mL
1
2
4. MONOGRAFI
4.1 Zat Aktif
5. PERHITUNGAN
5.1 Perhitungan Konsentrasi Zat
Tabel 5.1 Perhitugan Konsentrasi Zat
Zat Perhitungan Konsentrasi C ΔTB atau E
Benzalkonium
= 0,02 gram/ 100 mL 0,02% 0,09
Chloride
6. PENIMBANGAN
Tabel 6.1 Penimbangan Bahan
6
Disodium Edetas 5 mL
Aqua Pro Injection ad 10 mL ad 13 mL
7. PROSEDUR
7.1 Prosedur Kerja
Pada pembuatan sediaan tetes mata dengan zat aktif Atropine
Sulfate, pertama disiapkan Laminar Air Flow (LAF), alat dan bahan. Semua
perlakuan dilakukan di dalam LAF. Atropine Sulfate dilarutkan dalam 2 mL
Aqua Pro Injection dan Sodium Chloride 0,1 N dilarutkan dalam 2 mL Aqua
pro injection. Larutan Atropine Sulfate dan larutan Sodium Chloride 0.1 N
dicampur. Selanjutnya ditambahkan larutan Benzalkonium Chlorid ke dalam
campuran sebelumnya, dikocok ad homogen dan ditambahkan dengan
larutan Disodium Edetas, dikocok ad homogen. Campuran larutan tersebut
ditambahkan Aqua Pro Injection ad 13 mL, dikocok ad homogen.
Kemudian di cek pH ad 3,5-6. Setelah itu dimasukkan ke dalam vial 10 mL
menggunakan spuit dan bakteri filter. Sediaan siap dikemas.
8. DATA PENGAMATAN
Tabel 8.1 Hasil Evaluasi Sediaan
Jenis Evaluasi Penilaian
Kejernihan Jernih
Penampilan fisik wadah Baik
Jumlah sediaan 1 vial
Volume 10 mL
9. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini dibuat sediaan steril obat tetes mata menggunakan
zat aktif Atropine Sulfate dengan konsentrasi 1% dan volume sediaan 10 mL.
Tetes mata Atropine Sulfate ini biasa digunakan untuk memperbesar pupil mata
dan melemaskan otot-otot mata.
Pembuatan sediaan obat tetes mata Atropin Sulfat dibuat dengan
menggunakan pelarut Aqua Pro Injeksi. Menurut Farmakope Indonesia, Atropine
Sulfate sangat mudah larut dalam air, sehingga pembuatannya juga lebih stabil
dengan pelarut tersebut. Pembawa air yang digunakan pun Aqua Pro Injeksi. Pada
formulasinya, ditambahkan zat tambahan Sodium Chlorid, yang berfungsi sebagai
pengisotonis sediaan tersebut. Setelah dilakukan perhitungan tonisitas, obat tetes
mata tidak memenuhi persyaratan yaitu hipotonis, maka perlu ditambahkan
Sodium Chlorid. Syarat sediaan tetes mata adalah isotonis dan isohidris. Isotonis
adalah tekanan yang dihasilkan sediaan tersebut sama dengan tekanan dalam
cairan tubuh. Sedangkan isohidris adalah kondisi suatu larutan zat yang pH nya
sesuai dengan pH fisiologis tubuh sekitar 7,4.
Pada proses pembuatan sediaan ini, pertama Atropine Sulfate dan Sodium
Chlorid masing-masing dilarutkan terlebih dahulu ke dalam 2 mL Aqua Pro
Injeksi dan keduanya dicampur. Setelah itu ditambahkan larutan Benzalkonium
Chlorid ke dalam campuran larutan sebelumnya. Benzalkonium Chlorid
8
digunakan sebagai pengawet. Karena sediaan tetes mata dipakai berulang kali dan
rentan terkontaminasi oleh mikroba, sehingga perlu ditambahkan pengawet untuk
menjaga stabilitas sediaan tersebut. Pengawet yang sesuai untuk sediaan tetes
mata hendaknya memiliki sifat bakteriostatik dan fungistatik, tidak mengiritasi
terhadap mata, kompatibel dengan bahan aktif dan zat tambahan lain yang
dipakai, tidak memiliki sifat alergen dan mensensitisasi, serta dapat
mempertahankan aktivitasnya pada kondisi normal penggunaan sediaan.
Setelah ditambahkan pengawet, kemudian ditambahkan larutan Disodium
edetas. Disodium edetas ditambahkan dalam formula ini karena zat aktif Atropine
Sulfate OTT dengan senyawa alkali, dan Benzalkonium Chlorid merupakan
senyawa alkali yang dapat mempengaruhi aktivitas dari zat aktif tersebut. Setelah
itu ditambahkan Aqua Pro Injeksi hingga 13 mL.
Pada larutan sediaan dilakukan uji pH untuk melihat kestabilan suatu
sediaan tersebut, karena menurut Formularium Nasional Indonesia, sediaan tetes
mata Atropine Sulfate ini stabil dalam rentang pH 3,5-6 dan sediaan tetes mata
Atropin Sulfate ini telah memenuhi syarat yakni memiliki pH 4.
Dalam pembuatan sediaan tetes mata perlu dilakukan penyaringan dengan
menggunakan kertas saring yang bertujuan untuk menyaring partikel-partikel
yang berukuran besar sehingga pada saat disaring dengan bakteri filter tidak akan
terjadi penyumbatan. Setelah disaring dengan kertas saring selanjutnya disaring
dengan menggunakan bakteri filter berukuran 0.45 µm. Penyaringan ini berfungsi
untuk menyaring partikel-partikel yang tidak bisa tersaring oleh kertas saring dan
juga untuk menyaring mikroba yang mungkin terdapat pada larutan yang terbawa
dari udara ataupun dari alat-alat yang digunakan. Larutan yang telah disaring
kemudian dimasukkan ke dalam wadah tetes mata sebanyak 10 mL. Seluruh
proses pengerjaan dilakukan menggunakan metode sterilisasi secara aseptis di
Laminar Air Flow (LAF) yang bertujuan agar proses pengerjaan ini benar-benar
steril dan sediaan yang dibuat dapat terhindar dari adanya pirogen. LAF ini
merupakan alat yang memiliki pola pengaturan dan penyaring aliran udara secara
kontinyu melewati tempat kerja, sehingga tempat kerja tersebut bebas dari debu
dan spora-spora yang mungkin jatuh ke dalam sediaan. Selain aliran tersebut,
9
10. KESIMPULAN
Sediaan steril tetes mata Atropine Sulfate yang telah dibuat dengan teknik
sterilisasi aseptis menggunakan Laminar Air Flow (LAF) dinyatakan cukup baik.
Hal ini didasarkan atas hasil pengujian evaluasi yaitu uji kejernihan dan
penampilan fisik wadah.
DAFTAR PUSTAKA
Lachman dkk. 1994. Teori Dan Praktek Farmasi Industri. Jakarta: UI Press.
Priyambodo, B. 2007. Manajemen Farmasi Industri. Yogayakarta : Global
Pustaka Utama.
11. LAMPIRAN
11.1 Kemasan Primer
11
11.3 Brosur
12
11.4 Label