Abstract
The use of the internet in conveying information digitally is also used in
conveying related information from a company to reach more customers. One of
the screen printing and convection companies in Makassar is CV. Tapada Berkah
Bersama, using visual content on social media, especially Instagram to provide
information to the audience and potential customers.
The research method used is quantitative to measure the level of
understanding of the information received by the audience from a visual content to
examine whether the use of visual content on Instagram can affect brand awareness
and buying interest from the audience and the public regarding the company.
The results of this study found that there was a strong influence of visual
elements and the type of content simultaneously 54.3% on brand awareness, and
47.6% on buying interest.
It can be seen that the use of social media and digital platforms can build
brand awareness and interest from potential customers to companies that use
social media as public media to introduce company profiles and products offered.
LANDASAN TEORI
Stimulus Respon (SR) yang dicetuskan oleh John Dollard dan Neal E. Miller.
Inti utama dari teori Stimuls Respon mengemukakan bahwa ketika suatu individu
atau seseorang diberikan atau mendapatkan stimulus (pesan) tertentu, maka
individu tersebut akan memberikan dan memberikan reaksi atau respon tertentu.
Teori SR dibagi menjadi tiga unsur yang saling berkesinambungan dan tidak dapat
terpisahkan. Unsur-unsur dari teori SR tersebut adalah (1) pesan atau stimulus
sebagai informasi yang diberikan kepada (2) komunikan atau organism sebegai
penerima pesan yang akan memberikan (3) efek dan reaksi sebagai respon dari
pesan yang diberikan.
Media sosial adalah salah satu bentuk dari perkembangan teknologi informasi
yang memanfaatkan penggunaan internet. Pemanfaatan ini dapat memudahkan
terjadinya proses komunikasi dan berpatisipasi secara jaringan yang terhubung dari
jarak jauh dimana saja. Sebuah postingan di sebuah blog, sebuah cuitan ditwitter,
atau sebuah video yang diunggah di youtube mudah untuk di akses dan dinikmati
secara instan dari mana saja. Meike dan Young mengartikan bahwa media sosial
adalah bentuk dari konvergensi antara komunikasi personal untuk individu dan
individu (to be shared one-two-one) dengan media massa sebagai bentuk dari
media yang dapat diakses publik secara bebas dan dapat dibagikan kepada setiap
individu tanpa ada batasan kekhusus.
Gahran (2015) mengatakan bahwa konten adalah sesuatu yang disampaikan,
dapat melalui teks, gambar, foto, musik dan lainnya. Istilah konten visual biasanya
merujuk kedalam artian informasi bergambar yang dimuat dalam media digital.
Elemen visual adalah bagian-bagian yang terkandung dari sebuah visualisasi
desain yang mengandung beberapa unsur di dalamnya. Adapun unsur-unsur
dalam elemen visual yaitu, penggunaan warna, penggunaan jenis huruf dan
tipografi, serta penggunaan tata letak yang baik dan nyaman untuk dipandang oleh
mata.
Jenis konten visual dapat dibagi kedalam beberapa kategori. Salah satunya
yaitu menurut content engagement yang dapat menarik dan berinteraksi dengan
audiens dari konten visual yang dibuat untuk kebutuhan pemasaan. Selain itu
menurut Forrester (2007), customer engagement merupakan salah satu cara
pengukuran kegiatan pemasaran pada media online. Berikut ini beberapa jenis-
jenis konten visual menurut content engagement-nya:
a. Konten Informasi, informasi yang disajikan bertujuan untuk memberikan
pengetahuan kepada audiens mengenai profil sebuah perusahaan
secara singkat.
b. Konten edukasi adalah salah satu jenis konten visual yang dapat
memberikan edukasi atau fakta menarik untuk audiens.
c. Konten Hiburan adalah salah satu jenis konten visual yang dibuat untuk
tujuan memberikan kesenangan dan hiburan untuk audiens yang
melihat konten tersebut.
d. Konten Pemasaran adalah salah satu jenis konten yang bertujuan
untuk memikat audiens untuk melakukan pembelianproduk atau jasa
dari yang ditawarkan sebuah brand/perusahaan.
Kesadaran merek (brand awareness) merupakan bentuk dari perasaan sadar
dari seorang calon pembeli untuk dapat mengenali dan mengingat suatu merek
sebagai bagian dari sebuah produk yang ditawarkan oleh merek atau perusahaan
tersebut. (Amanah, 2018) Pada dasarnya komunikasi pemasaran (promosi) adalah
suatu kegiatan memberitahukan (information), membujuk (persuation) dan
mempengaruhi (influences). Dengan melakukan periklanan (publisitas),
penampakan simbol, pemakaian slogan atau jingle terhadap merek, maka
kesadaran merek dapat dibangun sehingga sebuah merek dapat dikenal.
Kesadaran merek dibagi menjadi empat tahap, yaitu:
a. Unware of brand (tidak menyadari merek) adalah tingkat paling rendah
dalam piramida brand awareness di mana konsumen tidak dapat
mengenali atau menyadari adanya suatu merek dari sebuah produk.
b. Brand Recognition (pengenalan merek) adalah tingkat minimal brand
awareness, di kondisi ini audiens mulai dikenalkan untuk suatu brand
muncul lagi setelah dilakukan pengingatan kembali lewat bantuan
(aided recall).
c. Brand Recall (pengingatan kembali merek) adalah kondisi dimana
audiens memiliki rangsangan untuk kembali bisa mengingat suatu
merek tanpa bantuan (unaided recall).
d. Top of Mind (puncak pikiran) adalah puncak tertinggi dari kesadara
merek. Merek yang disebutkan pertama kali oleh konsumen atau yang
pertama kali muncul dalam benak konsumen untuk sebuah produk
maka itulah top of mind dari sebuah brand awareness.
Minat beli adalah sebuah bentuk respon dari sesuatu setelah mendapatkan
suatu pesan mengenai sebuah produk yang dilihatnya. Minat beli (Eliasari, 2017)
mewakili kemungkinan bahwa konsumen akan merencanakan atau bersedia untuk
membeli produk atau jasa tertentu di masa depan. Terjadinya peningkatan minat
beli dari sebuah individu berarti akan terjadi pula peningkatan kemungkinan
pembelian produk yang diinginkan. Menurut Ferdinand (2009:129) dalam Hariani
(2013:54) minat beli dapat diidentifikasi melalui beberapa indikator yaitu:
a. Minat transaksional, dimana minat ini adalah perasaan kecenderungan
seseorang untuk membeli produk.
b. Minat refrensial, dimana minat ini adalah perasaan kecenderungan
seseorang untuk merefrensikan sebuah produk yang diketahui kepada
orang lain.
c. Minat prefrensial, dimana minat ini menggambarkan perilaku seseorang
yang memiliki prefrensi utama pada produk tersebut. Prefrensi ini
hanya dapat diganti jika terjadi sesuatu dengan produk prefrensinya.
d. Minat eksploratif, dimana minat ini menggambarkan perilaku seseorang
untuk berusaha mencari informasi mengenai produk yang diminatinya,
dan mencari informasi untuk membeli barang tersebut.
2. METODE PENELITIAN
Dalam penyusunan penelitian ini yang membahas tentang pengaruh elemen
visual dan jenis konten melalui Instagram dalam meningkatkan brand awareness
dan minat beli di CV. Tapada Berkah Bersama, dengan menggunakan pendekatan
kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah followers aktif dari akun Instagram
@tapada_id yang saat ini tanggal 19 Maret 2021 pukul 20.21 berjumlah 13.593
followers. Penulis mempersempit jumlah sampel dari total jumlah seluruh followers
sebagai populasi sebanyak 13.593 followers dengan menggunakan teknik Slovin
menurut Sugiyono (2011:87). Berdasarkan perhitungan, sampel yang mejadi
responden dalam penelitian ini adalah sebanyak 99 followers namun peneliti
membulatkannya menjadi 100 responden dari total followers di akun Instagram
@tapada_id. Dalam penenelitian ini, digunakan teknik pengumpulan data
kuesioner. Teknik analisi data dalam penelitian menggunakan analisis statistik
deskriptif melalui uji validitas, uji reliabelitas, dan analisis jalur.
3. PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil tanggapan 100responden, terdapat jumlah responden laki-
laki 52 orang atau sebesar 52% sedangkan jumlah responden perempuan berjumlah
48 orang atau sebesar 48%. Berdasarkan karakteristik usia, jumlah responden dengan
usia 18 - 24 tahun adalah 39 atau sebesar 39%, jumlah usia 25 - 34 tahun adalah 56
atau sebesar 56%, jumlah usia > 35 tahun adalah 5 atau sebesar 5%. Berdasarkan
pekerjaan saat ini. Dari 385 responden, jumlah responden dengan pekerjaan
pelajar/mahasiswa adalah 30 atau sebesar 30%, jumlah pegawai negeri/BUMN adalah
8 atau sebesar 8%, jumlah karyawan swasta adalah 38 atau sebesar 38%, jumlah
wiraswasta adalah 15 atau sebesar 15% dan jumlah ibu rumah tangga adalah 3 atau
sebesar 3% dan lainnya adalah 6 atau sebesar 6%.
Variabel Sig.
(R t
(< Ket. R
Independen Dependen square) hitung
0,05)
Brand
Elemen
Awareness 3,583
Visual (X1)
(Y1)
0,00 Signifikan 0,737 0,543
Brand
Jenis
Awareness 2,674
Konten (X2)
(Y1)
Nilai signifikan pada tabel 2 bernilai 0,000 yang menunjukka nilai yang lebih
kecil dari standar signifikan 0,05, berarti variabel Elemen Visual (X1) dan variabel
Jenis Konten (X2) memiliki pengaruh terhadap variabel Brand Awareness (Y1).
Tabel 4.13 menunjukkan koefisien korelasi (r) dengan nilai 0,737. Maka,
menurut tabel koefisien kolerasi (Tabel 4.12) dapat dikatakan bahwa variabel
Elemen Visual (X1) dan variabel Jenis Konten (X2) memiliki hubungan yang kuat
terhadap variabel Brand Awareness (Y1).
Nilai R Square digunakan untuk menganalisa hasil koefisien determinasi (KD),
dimana nilainya didapat dari rumus KD = R Square x 100% sama dengan (0,543 x
100%) maka hasilnya 54,3%. Koefisien determinasi tersebut menunjukkan bahwa
variabel bebas Konten Visual yang terdiri dari variabel Elemen Visual dan Jenis Konten
memberikan pengaruh bersama-sama sebesar 54,3% terhadap Brand Awareness dan
sisanya 45,7% mendapatkan pengaruh oleh variabel lain di luar penelitian. Maka dapat
diartikan bahwa baik variabel Elemen Visual (X1) maupun variabel Jenis Konten (X2)
memiliki pengaruh nyata terhadap Brand Awareness (Y1).
Berdasarkan tabel 1 dapat diketahui t hitung masing- masing variabel dan
distribusi t tabel dengan rumus df = n – k (100 – 2 = 98) diperoleh nilai 1,664. Maka,
dapat dianalisis bahwa:
1. Variabel Elemen Visual memiliki nilai t hitung lebih besar dari nilai t tabel.
Didapatkan hasil 3,858 > t tabel (1,664) maka dapat diketahui bahwa
secara langsung terdapat pengaruh signifikan dari Elemen Visual
terhadap Brand Awareness.
2. Variabel Jenis Konten memiliki nilai t hitung lebih besar dari nilai t tabel.
Didapatkan hasil 2,674 > t tabel (1,664) maka dapat diketahui bahwa
secara langsung terdapat pengaruh signifikan dari Jenis Konten terhadap
Brand Awareness.
Variabel Sig.
(R t
(< Ket. R
Independen Dependen square) hitung
0,05)
Elemen Minat Beli
-0,434
Visual (X1) (Y2)
Jenis Minat Beli
3,768
Konten (X2) (Y2) 0,00 Signifikan 0,690 0,476
Brand
Minat Beli
Awareness 2,771
(Y2)
(Y1)
Nilai signifikan pada tabel 2 bernilai 0,000 yang menunjukka nilai yang lebih
kecil dari standar signifikan 0,05, berarti berarti variabel Elemen Visual (X1),
variabel Jenis Konten (X2), dan Brand Awareness (Y1) memiliki pengaruh terhadap
variabel Minat Beli (Y2).
Tabel 2 menunjukkan koefisien korelasi (r) dengan nilai 0,690. Maka, menurut
tabel koefisien kolerasi (Tabel 4.12) dapat dikatakan bahwa variabel Elemen Visual
(X1), variable Jenis Konten (X2) dan variable Brand Awareness (Y1) memiliki
hubungan yang kuat terhadap variable Minat Beli (Y2).
Nilai R Square digunakan untuk menganalisa hasil koefisien determinasi (KD),
dimana nilainya didapat dari rumus KD = R Square x 100% sama dengan (0,476 x
100%) maka hasilnya 47,6%. Koefisien determinasi tersebut menunjukkan bahwa
variabel bebas Konten Visual yang terdiri dari variabel Elemen Visual, Jenis Konten,
dan Brand Awareness memberikan pengaruh bersama-sama sebesar 47,6% terhadap
Minat Beli dan sisanya 52,4% mendapatkan pengaruh oleh variabel lain di luar
penelitian. Maka dapat diartikan bahwa baik variabel Elemen Visual (X1), Jenis Konten
(X2) dan BrandAwareness (Y1) memiliki pengaruh terhadap Minat Beli (Y2).
Berdasarkan tabel 4.14 dapat diketahui t hitung masing- masing variabel dan
distribusi t tabel dengan rumus df = n – k (100 – 3 = 97) diperoleh nilai 1,664. Maka,
dapat dianalisis bahwa:
1. Variabel Elemen Visual memiliki nilai t hitung lebih kecil dari nilai t tabel.
Didapatkan hasil -0,434 < t tabel (1,664) maka dapat diketahui bahwa
secara langsung tidak terdapat pengaruh signifikan dari Elemen Visual
terhadap Minat Beli.
2. Variabel Jenis Konten memiliki nilai t hitung lebih besar dari nilai t tabel.
Didapatkan hasil 3,768 > t tabel (1,664) maka dapat diketahui bahwa secara
langsung terdapat pengaruh signifikan dari Jenis Konten terhadap Minat Beli.
3. Variabel Brand Awareness memiliki nilai t hitung lebih besar dari nilai t
tabel. Didapatkan hasil 2,771 > t tabel (1,664) makadapat diketahui bahwa
secara langsung terdapat pengaruh signifikan dari Brand Awareness
terhadap Minat Beli.
Sig >
Uraian a b SEa SEb Ket
1,96
Elemen Visual
mempengaruhi
0,423 0,110 2,25 Signifikan
Minat Beli melalui
Brand Awareness
0,347 0,125
Jenis Konten
mempengaruhi Tidak
0,260 0,097 1,92
Minat Beli melalui Signifikan
Brand Awareness
Dari hasil pengujian pengaruh tidak langsung dari elemen visual terhadap
minat beli melalui brand awareness dengan menggunakan sobel test di atas,
diperoleh nilai nilai z hitung adalah 2,25. Nilai ini lebih besar dari nilai z mutlak 1,96
(2,25 > 1,96). Sehingga dapat dianalisis bahwa ternyata Elemen Visual (X1) tidak
signifikan pengaruhnya secara langsung terhadap ke Minat Beli (Y2), dan siginifikan
pengaruhnya secara tidak langsung terhadap Minat Beli (Y2) melalui Brand
Awaraness (Y1).
Dari hasil pengujian pengaruh tidak langsung dari jenis konten terhadap minat
beli melalui brand awareness dengan menggunakan sobel test di atas, diperoleh
nilai nilai z hitung adalah 1,92. Nilai ini lebih kecil dari nilai z mutlak 1,96 (1,92 <
1,96). Sehingga dapat dianalisis bahwa ternyata Jenis Konten (X2) signifikan
pengaruhnya secara langsung terhadap ke Minat Beli (Y2) dan tidak siginifikan
pengaruhnya secara tidak langsung terhadap Minat Beli (Y2).
4. KESIMPULAN
Berdasarkan uraian dan hasil pembahasan yang telah dilakukan dalam
penelitian ini, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Elemen visual memberikan pengaruh langsung terhadap brand
awareness.
2. Elemen visual tidak memberikan pengaruh langsung terhadap minat beli.
3. Elemen visual memberikan pengaruh tidak langsung terhadapminat beli
melalui brand awareness.
4. Jenis konten memberikan pengaruh langsung terhadap brand
awareness.
5. Jenis konten memberikan pengaruh langsung terhadap minat beli.
6. Jenis konten tidak memberikan pengaruh tidak langsung terhadapminat
beli melalui brand awareness.
7. Brand awareness memberikan pengaruh langsung terhadap minat beli.
5. SARAN
Dari hasil penelitian dan kesimpulan di atas, maka dapat dikemukakan
saran sebagai berikut:
5.1 Saran Akademis
Daftar Pustaka
Apriliani, D., Adi, K., & Gernowo, R. 2015. Implementasi Metode Promethee Dan
Borda Dalam Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan Lokasi Pembukaan
Cabang Baru Bank. J. Sist. Inf. Bisnis, 5(2), 145-150
Arief, G. M., & Millanyani, H. 2015. Pengaruh social media marketing melalui
instagram terhadap minat beli konsumen sugar tribe. eProceedings of
Management, 2(3).
Atmoko, Bambang Dwi. 2012. Instagram Handbook. Jakarta: Media Kita.
Brogan, C. 2010. Social Media 101: Tactics And Tips To Develop Your Business
Online. John Wiley & Sons.
Cangara, H. Hafied. 2018. Pengantar Ilmu Komunikasi. Edisi Ketiga. Depok:
Rajawali Pers.
Deddy. 2005. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Efendi, M. 2009. Peranan Internet Sebagai Media Komunikasi. Komunika: Jurnal
Dakwah dan Komunikasi, 3(2), 130-142.
Effendy, Onong Uchjana. 2003. Ilmu, teori dan filsafat komunikasi. Bandung: Citra
Aditya Bakti.
Hakim, Lukmanul dan Mutmainah, Siti. 2003. Rahasia dan Trik Mendesain Situs
Cantik. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.
Herliyani, E., & Suryana, J. 2015. DKV Sebagai Perancangan Media Promosi
Jurusan Desain Komunikasi Visual (DIII) Undiksha Berbasis Web. Prasi:
Jurnal Bahasa, Seni, dan Pengajarannya.
Indika, D. R., & Jovita, C. 2017. Media Sosial Instagram Sebagai Sarana Promosi
Untuk Meningkatkan Minat Beli Konsumen. Jurnal Bisnis Terapan, 1(01),
25-32.
Irvanto, O., & Sujana, S. 2020. Pengaruh Desain Produk, Pengetahuan Produk,
Dan Kesadaran Merek Terhadap Minat Beli Produk Eiger. Jurnal Ilmiah
Manajemen Kesatuan, 8(2), 105-126.
Kurniawan, D. 2018. Komunikasi Model Laswell Dan Stimulus-Organism-
Response Dalam Mewujudkan Pembelajaran Menyenangkan. Jurnal
Komunikasi Pendidikan, 2(1), 60-68.
Kusrianto, Adi. 2007. Pengantar Desain Komunikasi Visual. Yogyakarta: C.V. Andi
Offset.
Lubis, E. E., & Fauzi, V. P. 2016. Pemanfaatan Instagram Sebagai Social Media
Marketing Er-Corner Boutique Dalam Membangun Brand Awareness Di
Kota Pekanbaru. Doctoral dissertation: Riau University.
Maryolein, S., Hapsari, N. D., & Oktaviani, R. C. 2019. Instagram Sebagai Media
Publikasi Dalam Membangun Brand Awareness Jakarta Aquarium. Avant
Garde, 7.1: 19-41.
McQuail Denis. 2011. Teori Komunikasi Massa. Jakarta: Salemba Humanika.
Munandar, H., & Maman, S. 2016. Aktivitas Komunikasi Pemerintahan Ridwan Kamil
di Media Sosial. Prosiding Hubungan Masyarakat ISSN, 2460, 6510.
Nasrullah, R. 2016. Teori dan Riset Media Siber (Cybermedia). Jakarta: Kencana.
Rangkuti, F. 2004. The Power of Brands. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Rizali,
M., Warhat, Z., & Zebua, E. Pengaruh Elemen-Elemen Desain Komunikasi
Visual (Dkv) Box Art Game Terhadap Story Line Berdasarkan Persepsi
Gamers Pada Video Game Populer Di Indonesia. Gorga: Jurnal Seni Rupa,
8(2), 295-302.
Romli, Asep Syamsul M. 2012. Jurnalistik Online Panduan Praktis Mengelola
Media Online. Bandung: Nuansa Cendikia.
Rulli Nasrullah. 2015. Media Sosial Perspektif Komunikasi, Budaya dan
Sosioteknologi. Bandung: Simbiosa Rekatama.
Saputra, Didin Hadi dkk. 2020. Digital Marketing: Komunikasi Bisnis Menjadi Lebih
Mudah. Medan: Yayasan Kita Menulis.
Sihombing, D. 2001. Tipografi Dalam Desain Grafis. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama.
Sudaryono, S. 2011. Aplikasi Analisis (Path Analysis) Berdasarkan Urutan
Penempatan Variabel dalam Penelitian. Jurnal Pendidikan dan
Kebudayaan, 17(4), 391-403.
Sugiyono. 2011. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Yenata, S. T., & Herawati, F. A. 2014. Pengaruh Tingkat Ketertarikan pada Desain
Logo dan Nama Merek Terhadap Brand Image (Studi Eksplanatif
Mengenai Pengaruh Tingkat Ketertarikan pada Desain Logo dan Nama
Merek Terhadap Brand Image Zupparella). Skripsi pada Universitas Atma
Jaya Yogyakarta.