Anda di halaman 1dari 118

PERANCANGAN VERTICAL GARDEN DAN ROOF GARDEN

SEBAGAI STRATEGI MENGURANGI DAMPAK


PEMANASAN GLOBAL
(Kegiatan Magang di Oemardi_Zain Landscape Consultant, Bogor)

DIMAS MUSA WIGUNA

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP


FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2012
LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul


“PERANCANGAN VERTICAL GARDEN DAN ROOF GARDEN SEBAGAI
STRATEGI MENGURANGI DAMPAK PEMANASAN GLOBAL (Kegiatan
Magang di Oemardi_Zain Landscape Consultant, Bogor)”, adalah benar
merupakan hasil karya sendiri dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber
data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun
tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan
pada daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Desember 2012

DIMAS MUSA WIGUNA


A44070058
RINGKASAN

DIMAS MUSA WIGUNA. Perancangan Vertical Garden dan Roof Garden


sebagai Strategi Mengurangi Dampak Pemanasan Global. (Kegiatan Magang
di Oemardi_Zain Landscape Consultant, Bogor). Dibimbing oleh ALINDA
FM ZAIN

Pemanasan global (global warming) adalah suatu kondisi yang


menunjukkan terjadinya peningkatan suhu di permukaan bumi yang bisa
mengakibatkan terjadinya perubahan iklim. Pemanasan global yang terjadi
dikarenakan peningkatan kadar gas rumah kaca seperti (CO2, CH4, NOx, SOx, dan
CFC) yang umumnya disebabkan oleh aktivitas manusia. Dampak dari pemanasan
global lebih dirasakan di perkotaan seperti Jakarta, banyaknya jumlah manusia
dan aktivitasnya menambah jumlah gas rumah kaca, dan juga kurangnya ruang
hijau yang seharusnya mampu menyerap gas tersebut.
Banyaknya manusia dan aktivitasnya berdampak pada meningkatnya
pembangunan gedung-gedung bertingkat di perkotaan, terutama kota besar seperti
Jakarta. Bahkan, terkadang pembangunan tersebut mengalihfungsikan ruang, dari
ruang terbuka menjadi ruang terbangun. Hal ini tentunya akan mengurangi ruang
terbuka yang bisa dimanfaatkan sebagai ruang terbuka hijau yang sebenarnya
sangat bermanfaat bagi peningkatan kualitas lingkungan kota. Undang - Undang
No. 26 Tahun 2007 tentang penataan ruang mensyaratkan kota harus memiliki
RTH minimal sebesar 30 persen dari total luas kota secara keseluruhan.
Sebaliknya, dengan bertambahnya bangunan akan mengakibatkan degradasi
lingkungan perkotaan. Ditambah lagi bangunan saat ini yang menggunakan
sumber daya alam dan energi yang terlalu berlebihan.
Oemardi_Zain Landscape Consultant adalah sebuah konsultan lanskap
yang sudah memiliki pengalaman yang cukup lama di bidang Arsitektur Lanskap.
Pada perusahaan tersebut terdapat proyek perancangan vertical garden dan roof
garden, sehingga bisa dijadikan bahan studi mahasiswa.
Tujuan umum dari kegiatan magang ini adalah mempelajari dan
meningkatkan soft skill serta keterampilan merancang dalam lingkup keprofesian
Arsitektur Lanskap, menambah pengetahuan mengenai dunia kerja profesi
Arsitektur Lanskap, meningkatkan wawasan dan pengalaman keprofesian dalam
bidang perancangan Arsitektur Lanskap. Sedangkan tujuan khususnya, antara lain:
menganalisis perancangan vertical garden, menganalisis perancangan roof garden
dan menganalisis kelebihan dan kekurangan vertical garden serta roof garden.
Kegiatan magang dilakukan di Oemardi_Zain Landscape Consultant yang
bertempat di Bumi Menteng Asri blok BE no. 2 Bogor 16111 Jawa Barat,
Indonesia, dari bulan Maret 2011-Juni 2011. Jadwal kerja harian magang dimulai
pada pukul 09.00 – 17.30 WIB. Batasan magang adalah mengikuti proses
perancangan vertical garden dan roof garden pada Oemardi_Zain Landscape
Consultant, baik kegiatan studio maupun kegiatan lapang.
Perancangan vertical garden berlokasi di Jalan K.H.Wahid Hasyim,
Menteng, Jakarta Pusat. OZ menerima proyek ini melalui tender, pihak pemberi
kerja atau klien dalam hal ini adalah PT Icon Menara Samudera. Proses
perancangan pada proyek ini bermula dari tahap persiapan (penerimaan proyek),
kemudian dilanjutkan ke tahap riset dan analisis, dalam hal ini OZ melakukan
survei tapak dan juga melakukan analisis terhadap data-data yang diperoleh. Data
yang didapat baik berupa data primer atau sekunder dianalisis sesuai tujuan yang
ingin dicapai. Selain menganalisis data tersebut, dilakukan diskusi dengan pihak
klien agar mengetahui secara langsung keinginan dari klien. Tahapan berikutnya
adalah konsep, tahap konsep desain adalah tahapan lanjutan setelah didapat hasil
dari tahapan analisis. Konsep desain pada proyek ini dibuat oleh konseptor
sekaligus direktur utama Oemardi_Zain yang kemudian diterjemahkan secara
bersama-sama dengan para staf dalam satu pertemuan, pada tahap ini diciptakan
ide-ide yang sesuai denga tujuan, kemudian dilanjutkan ke tahap pengembangan
desain, hingga diakhiri dengan pembuatan gambar kerja.
Perancangan roof garden berlokasi di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo
yang terletak di Jalan Diponegoro No. 71, Kenari, Senen, Jakarta Pusat. Nama
proyek ini adalah perancangan lanskap Pusat Kesehatan Ibu dan Anak (PKIA).
Pada proyek ini pihak RSCM sebagai klien. Proses perancangan berawal dari
penerimaan proyek, OZ mendapatkan proyek ini melalui kerja sama dengan
konsultan arsitektur. Setelah penerimaan proyek, dilakukan riset dan analisis
terhadap kondisi eksisting tapak. Melalui kegiatan ini didapatkan data yang akan
menjadi bahan analisis konsultan untuk dilanjutkan ke tahap konsep. Konsep
umum perancangan lanskap Pusat Kesehatan Ibu dan Anak ini adalah Healing,
Activities, and Green Visual. Konsep desain terinspirasi dari bentukan sel dan
fetus/ janin. Setelah selesai tahap konsep, tahap selanjutnya adalah pengembangan
desain. Dalam tahap ini produk gambar yang dihasilkan berupa gambar denah,
potongan, ilustrasi 3 dimensi, dan planting plan. Tahap akhir dari proses ini
adalah pembuatan gambar kerja.
Kelebihan vertical garden diantaranya, lebih efektif dalam penyerapan
polutan, mereduksi angin, mereduksi kebisingan (15-24 db), biaya perancangan
yang lebih murah, menghalangi limpasan hujan ke dinding bangunan, dan
mampu mereduksi suhu ruangan sebesar 10 ° C. Kelebihan roof garden
diantaranya memberikan ruangan tambahan (interaksi sosial, produksi, habitat
satwa), menurunkan suhu permukaan (11-25 °C) dan suhu ruangan (3-4 °C),
efektif mengurangi runoff (75 % tertahan, 25 % runoff), lebih banyak pilihan
jenis tanaman, mengurangi kebutuhan energi untuk pendingin (75%), dan mampu
menambah usia atap bangunan.
Dengan adanya vertical garden dan roof garden bisa menjadi alternatif
pilihan perancangan taman bagi owner yang memiliki lahan terbatas, menjadikan
gedung-gedung diperkotaan menjadi lebih hijau, mampu menciptakan iklim mikro
yang nyaman, dan keberadaan taman ini sangat membantu mengurangi gas rumah
kaca dan juga polusi terutama di Jakarta, gas yang menjadi penyebab pemanasan
global seperti CO2, CFC, NOx, SOx, dan CH4 yang berada diudara dapat
direduksi oleh tanaman-tanaman pada taman ini, sehingga dengan
adanyaperancangan vertical garden ataupun roof garden ini bisa menjadi salah
satu strategi mengatasi pemanasan global.

Kata Kunci : Pemanasan Global, Perancangan, Vertical Garden, Roof Garden.


® Hak Cipta IPB, tahun 2012
Hak Cipta dilindungi Undang-undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah, dan pengutipan tersebut tidak merugikan IPB.

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apapun tanpa izin IPB
PERANCANGAN VERTICAL GARDEN DAN ROOF GARDEN
SEBAGAI STRATEGI MENGURANGI DAMPAK
PEMANASAN GLOBAL
(Kegiatan Magang di Oemardi_Zain Landscape Consultant,Bogor)

DIMAS MUSA WIGUNA


A44070058

Skripsi :
Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada
Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian
Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP


FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2012
LEMBAR PENGESAHAN

Judul Magang : Perancangan Vertical Garden dan Roof Garden


Sebagai Strategi Mengurangi Dampak Pemanasan Global
(Kegiatan Magang di Oemardi_Zain Landscape
Consultant, Bogor)
Nama Mahasiswa : Dimas Musa Wiguna
NRP : A44070058
Departemen : Arsitektur Lanskap

Menyetujui,
Dosen Pembimbing

Dr. Ir. Alinda F.M Zain, MSi


19660126 199103 2 002

Mengetahui,
Ketua Departemen Arsitektur Lanskap

Dr. Ir. Siti Nurisjah, MSLA


NIP. 19480912 197412 2 001

Tanggal Lulus :
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Puji dan Syukur ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi yang
berjudul Perancangan Vertical Garden dan Roof Garden sebagai Strategi
Mengurangi Dampak Pemanasan Global (Kegiatan Magang di
Oemardi_Zain Landscape Consultant, Bogor) disusun melalui hasil magang di
Oemardi_Zain Landscape Consultant, Bogor. Shalawat dan salam kepada Nabi
dan Rasulullah Muhammad SAW, dan para sahabat. Tak lupa doa dan harap
semoga Allah meridhoi segala hal yang kita lakukan.
Dalam proses penyusunan skripsi ini penulis menerima banyak masukan
dan saran dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih
kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini antara
lain sebagai berikut :
1. Dr. Ir. Alinda FM Zain, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi atas segala
saran, kritik, dan bimbingan dalam proses penyusunan skripsi ini,
2. Dr. Afra DN Makalew, M.Sc selaku dosen pembimbing akademik,
3. Fitriyah Nurul H. Utami, ST, MT dan Akhmad Arfin Hadi, SP, MALA selaku
dosen penguji,
4. Kedua orang tua H. Wardi, S.Pd dan Hj. Sri Rejeki, S.Pd terima kasih atas
semua yang telah diberikan dan juga atas doa-doanya, abang saya Kukuh (FKH
IPB ‘41), adik-adikku Rayi, Rahajeng, dan Damar,
5. Teman ARL 44, Starland, Kosan Hamas, Teman sebimbingan (Prita dan Pirka)
dan Meri Marlina,
6. Seluruh dosen dan staf Departemen Arsitektur Lanskap,
7. Oemardi_Zain Landscape Consultant (Bapak Ir. Umar Zain, Ibu Dini, Pak
Budhi, Mas Hardian, Mas Rahmat, Mbak Citra, Mbak Dwi, Mas Beny, Mbak
Dince, Bang Yudi, Mas Nanang, dan Didin).
Bogor, Desember 2012

Penulis
RIWAYAT HIDUP

Dimas Musa Wiguna dilahirkan di Kota Kisaran, Kabupaten Asahan,


Provinsi Sumatera Utara, pada tanggal 03 September 1989. Penulis merupakan
anak kedua dari lima bersaudara dari pasangan Bapak H. Wardi, S.Pd dan Ibu Hj.
Sri Rejeki, S.Pd.
Jenjang pendidikan formal penulis dimulai pada tahun 1994-1995 di TK
ABA II Kisaran, kemudian melanjutkan pendidikan di SD N 010097 Kisaran pada
tahun 1995-2001. Pada tahun 2001 penulis masuk ke SMP N 1 Kisaran hingga
tahun 2004, kemudian melanjutkan pendidikan di SMA N 1 Kisaran hingga tahun
2007.
Pada tahun 2007 penulis melanjutkan pendidikan di Institut Pertanian
Bogor melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB). Setelah
melewati Tingkat Persiapan Bersama (TPB) selama 1 tahun, dan pada tahun 2008
penulis secara resmi masuk ke Departemen Arsitektur Lanskap.
Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif dalam organisasi dari Badan
Eksekutif Mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama (BEM TPB), Forum
Komunikasi Rohis Departemen, Faperta (FKRD-A), dan Himpunan Mahasiswa
Arsitektur Lanskap (HIMASKAP), dan membentuk sebuah klub musik
Landcoustic. Penulis juga pernah mengikuti beberapa kepanitiaan seperti, Ketua
Kontingen TPB 44 di Olimpiade Mahasiswa IPB 2008 dan mendapatkan gelar
Juara Umum, dan menjadi panitia Workshop Nasional Mahasiswa Arsitektur
Lanskap 2010.
Penulis juga mengembangkan minat dan bakatnya di bidang musik, dan
mendapatkan beberapa penghargaan diantaranya : Juara 1 lomba Cipta Jingle
Tetranology Fakultas Teknik Pertanian IPB di Jungle Mall 2009, Juara 1 Lomba
Cipta Lagu Masa Perkenalan Kampus Mahasiswa Baru 46 IPB 2009 (MPKMB
46), Juara 1 Lomba Cipta Lagu Masa Perkenalan Kampus Mahasiswa Baru 47
IPB 2010 (MPKMB 47), Juara 1 Lomba Cipta Lagu EKOLOGI di Botani Square
BOGOR 2010, dan Juara 3 Lomba Cipta Lagu EKOLOGI di Botani Square
BOGOR 2011. Pada akhirnya penulis memperoleh pengalaman magang kerja di
Oemardi_Zain Landscape Consultant Bogor.
DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR ISI ............................................................................................... x
DAFTAR TABEL ....................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .............................................................................. 1
1.2 Tujuan........................................................................................... 2
1.3 Manfaat ......................................................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Taman ........................................................................................... 4
2.2 Taman Vertikal atau Vertical Garden ............................................ 4
2.3 Taman Atap atau Roof Garden ...................................................... 6
2.4 Perancangan Lanskap .................................................................... 8
2.5 Pemanasan Global (Global Warming) ........................................... 12
2.6 Konsultan Lanskap ........................................................................ 12
BAB III METODOLOGI
3.1 Lokasi dan Waktu Magang ............................................................ 13
3.2 Metode Magang ............................................................................ 13
3.3 Data Magang ................................................................................. 14
3.4 Tahapan Kegiatan Magang ............................................................ 14
3.5 Batasan Magang ............................................................................ 15
BAB IV KONDISI UMUM PERUSAHAAN
4.1 Sejarah .......................................................................................... 16
4.2 Visi dan Misi ................................................................................ 16
4.3 Data Umum................................................................................... 16
4.4 Struktur Organisasi ....................................................................... 17
4.5 Tenaga Kerja dan Sistem Kerja ..................................................... 17
4.6 Bidang Pekerjaan .......................................................................... 19
4.7 Layout Studio ................................................................................ 19
xi
4.8 Referensi dan Pengalaman Kerja .................................................. 19
4.9 Aplikasi Teknologi dan Informasi ................................................ 21
4.10 Sistem Komunikasi ...................................................................... 21
4.11 Prosedur Pelaksanaan Proyek ....................................................... 22
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Proses Perancangan Vertical Garden ............................................. 23
5.1.1 Deskripsi Umum ................................................................ 23
5.1.2 Persiapan ........................................................................... 23
5.1.3 Riset dan Analisis .............................................................. 24
5.1.4 Konsep............................................................................... 31
5.1.5 Pengembangan Desain ....................................................... 32
5.1.6 Rancangan Vertical Garden ............................................... 45
5.2 Proses Perancangan Roof Garden ................................................. 50
5.2.1 Deskripsi Umum ................................................................ 50
5.2.2 Persiapan ........................................................................... 51
5.2.3 Riset dan Analisis .............................................................. 52
5.2.4 Konsep............................................................................... 56
5.2.5 Pengembangan Desain ....................................................... 58
5.2.6 Pembuatan Gambar Kerja .................................................. 77
5.3 Kelebihan dan Kekurangan Vertical Garden serta Roof Garden .... 81
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan ................................................................................... 89
6.2 Saran............................................................................................. 90
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 91
LAMPIRAN ................................................................................................ 94
DAFTAR TABEL

Halaman
1. Rincian Data ........................................................................................... 14
2. Perangkat Lunak/ Software yang Digunakan OZ ..................................... 21
3. Jenis Hardware yang Ada di OZ ............................................................. 21
4. Jenis Tanaman yang Digunakan pada Vertical Garden ............................ 33
5. Sifat Arsitektural dan Hortikultural Tanaman .......................................... 33
6. Tanaman yang Dapat Digunakan pada Vertical Garden .......................... 48
7. Suhu dan Kelembaban Kota Jakarta ........................................................ 54
8. Bahan – Bahan yang Biasa Digunakan Beserta Bebannya ....................... 66
9. Aktivitas Manusia dan Bebannya ............................................................ 67
10. Jenis Tanaman dan Kedalaman Penanaman pada Roof Garden................ 71
11. Tanaman yang Dapat Digunakan pada Roof Garden................................ 72
12. Tanaman yang Digunakan pada Roof Garden RSCM .............................. 76
13. Reduksi Suhu Bangunan ......................................................................... 82
14. Penurunan Penggunaan Energi untuk Pendingin ...................................... 86
15. Sistem Drainase dan Irigasi ..................................................................... 88
DAFTAR GAMBAR

Halaman
1. Peta Lokasi Magang ................................................................................ 13
2. Struktur Organisasi OZ ........................................................................... 18
3. Susunan Layout Studio dan Kondisi Tempat Magang .............................. 20
4. Alur Pelaksanaan Proyek pada OZ .......................................................... 22
5. Bangunan yang Digunakan sebagai Vertical Garden ............................... 25
6. Bagian Depan dan Samping Bangunan .................................................... 25
7. Peta Lokasi Perancangan ......................................................................... 26
8. Tampak Depan Vertical Garden .............................................................. 28
9. Tampak Samping Vertical Garden .......................................................... 29
10. Pola Bagian Depan .................................................................................. 32
11. Pola Bagian Samping .............................................................................. 32
12. Media Tanam .......................................................................................... 34
13. Planter Box ............................................................................................. 35
14. Vertical Greening Module ....................................................................... 35
15. Dimensi Wadah Tanam (Tampak Depan dan Samping) ........................... 36
16. Detil Planter box ..................................................................................... 36
17. Contoh Besi RHS .................................................................................... 37
18. Pola Rangka Besi .................................................................................... 38
19. Detil Pemasangan Rangka Besi ke Dinding ............................................. 38
20. Proses Pengeboran, Dynabolt, dan Steel Plate ......................................... 39
21. Detil Konstruksi Vertical Garden Bagian Depan ..................................... 40
22. Detil Konstruksi Vertical Garden Bagian Samping ................................. 41
23. Sistem Drainase dan Irigasi pada Planter Box ......................................... 42
24. Sistem Drainase dan Irigasi Vertical Garden Bagian Depan ................... 43
25. Sistem Drainase dan Irigasi Vertical Garden Bagian Samping ................ 44
26. Ilustrasi Penyusunan Planter Box ............................................................ 45
27. Rancangan Vertical Garden Bagian Depan ............................................. 46
28. Rancangan Vertical Garden Bagian Samping .......................................... 47
29. Proses Perancangan Booth (1983) dan Oemardi_Zain ............................. 51
30. Peta Lokasi Perancangan ......................................................................... 52
xiv

31. Kecepatan Angin dan Kenyamanan ......................................................... 54


32. Sel dan Janin ........................................................................................... 57
33. Elemen Hardscape .................................................................................. 58
34. Denah Lanskap Roof Garden RSCM ....................................................... 60
35. Potongan Roof Garden RSCM (1) ........................................................... 61
36. Potongan Roof Garden RSCM (2) ........................................................... 62
37. Ilustrasi Pengambilan Pola Garis pada Sel ............................................... 63
38. Ilustrasi Pengambilan Pola Oval pada Janin ............................................ 63
39. Ilustrasi Penerapan Pola Garis dan Oval pada Roof Garden ..................... 63
40. Posisi Kolom Struktural pada Lantai 4 .................................................... 65
41. Posisi Pohon Besar pada Roof Garden RSCM ......................................... 67
42. Pit untuk Pohon....................................................................................... 68
43. Pit Pohon pada Roof Garden RSCM........................................................ 68
44. Lapisan Bawah Roof Garden ................................................................... 69
45. Lapisan Bawah Roof Garden RSCM ....................................................... 69
46. Gambar Nordrain Mat, Geotextile, dan Pemasangan ............................... 69
47. Sistem Drainase Permukaan dan Drainase Resapan ................................. 70
48. Kerusakan Atap Plat Beton Akibat Genangan.......................................... 70
49. Gambar 3 Dimensi Roof Garden ............................................................. 76
50. Working Drawing Segmen A .................................................................. 78
51. Working Drawing Segmen B ................................................................... 79
52. Working Drawing Segmen C ................................................................... 80
53. Vertical Garden (Indoor) ........................................................................ 82
54. Vertical Garden di Singapura .................................................................. 83
55. Shelterbelts ............................................................................................. 84
56. Vertical Garden dengan Menggunakan Geotextile................................... 85
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
1. Saluran Drainase dan Irigasi Roof Garden RSCM (1)................................ 95
2. Saluran Drainase dan Irigasi Roof Garden RSCM (2)................................ 96
3. Saluran Drainase dan Irigasi Roof Garden RSCM (3)................................ 97
4. Proyek yang Pernah Diikuti Selama Magang (1) ....................................... 98
5. Proyek yang Pernah Diikuti Selama Magang (2) ....................................... 99
6. Proyek yang Pernah Diikuti Selama Magang (3) ....................................... 100
7. Proyek yang Pernah Diikuti Selama Magang (4) ....................................... 101
8. Penilaian Hasil Magang ............................................................................ 102
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pemanasan global (global warming) adalah suatu kondisi yang
menunjukkan terjadinya peningkatan suhu di permukaan bumi yang bisa
mengakibatkan terjadinya perubahan iklim. Pemanasan global yang terjadi
dikarenakan peningkatan kadar gas rumah kaca seperti (CO2, CH4, NOx, SOx,
dan CFC) yang umumnya disebabkan oleh aktivitas manusia (Karyono, 2010).
Pada perkotaan dampak dari pemanasan global lebih terasa, salah satu contohnya
adalah Jakarta. Banyaknya populasi manusia dan aktivitasnya yang menambah
jumlah gas rumah kaca, tingginya tingkat kemacetan sehingga mengakibatkan
akumulasi polusi dari transportasi, dan kurangnya ruang hijau yang seharusnya
mampu menyerap gas tersebut.
Banyaknya manusia dan aktivitasnya berdampak pada meningkatnya
pembangunan gedung-gedung bertingkat di perkotaan, terutama kota besar seperti
Jakarta. Bahkan, terkadang pembangunan tersebut mengalihfungsikan ruang, dari
ruang terbuka menjadi ruang terbangun. Hal ini tentunya akan mengurangi ruang
terbuka yang bisa dimanfaatkan sebagai ruang terbuka hijau yang sebenarnya
sangat bermanfaat bagi peningkatan kualitas lingkungan kota. Undang - Undang
No. 26 Tahun 2007 tentang penataan ruang mensyaratkan kota harus memiliki
RTH minimal sebesar 30 persen dari total luas kota secara keseluruhan.
Sebaliknya, dengan bertambahnya bangunan tersebut mengakibatkan penurunan
kualitas lingkungan perkotaan, ditambah lagi bangunan saat ini yang
menggunakan sumber daya alam dan energi tidak ramah lingkungan.
Hal yang lebih penting saat ini mencari solusi mengurangi gas rumah kaca,
di tengah banyaknya bangunan yang tidak ramah lingkungan, dan minimnya
ruang terbuka hijau di Jakarta, serta keterbatasan lahan yang ada. Sebuah
perkembangan pengetahuan saat ini memberikan solusi dengan menjadikan
bangunan menjadi sesuatu yang hijau dan lebih ramah lingkungan yaitu dengan
konsep taman vertikal atau vertical garden dan taman atap atau roof garden
sebagai salah satu usaha mengurangi gas rumah kaca, sekaligus memberikan nilai
2

keindahan bagi bangunan, memberikan sumbangan oksigen dan memberikan


iklim mikro yang nyaman.
Taman vertikal merupakan penanaman yang dilakukan pada struktur
vertikal seperti dinding atau panel yang dilakukan dimana saja (Arifin dkk, 2008
dalam Noviandi, 2011). Vertical garden bisa manjadi salah satu solusi
menghadirkan taman pada ruang yang terbatas. Selain memberikan keindahan
pada bangunan, manfaat ekologis juga dapat dirasakan pemiliknya, menyerap gas
rumah kaca, serta memberikan iklim mikro yang nyaman. Konsep ini akan
membuat bangunan-bangunan di perkotaan menjadi lebih ramah lingkungan.
Roof garden atau taman atap adalah satu bentuk penghijauan dengan
wadah tanam atau ruang pada atap gedung dan struktur buatan lainnya
(Pramukanto, 2005 dalam Lestari, 2008). Roof garden atau taman atap, khususnya
di kota-kota besar (metropolis) memiliki peran penting seperti halnya ruang hijau
lainnya. Pembangunan gedung-gedung diperkotaan dapat diimbangi dengan
konsep taman ini. Taman ini memberikan manfaat seperti filter alami terhadap
polusi udara, megendalikan iklim mikro, memberikan iklim mikro yang nyaman
menampilkan keindahan visual, sebagai habitat satwa liar, dan menambah nilai
ekonomi bangunan (Sulistyantara, Juwana, Sukaton, 2004).
Untuk mengetahui proses perancangan vertical garden dan roof garden
tersebut mahasiswa mengikuti kegiatan magang di Oemardi_Zain Landscape
Consultant. Oemardi_Zain Landscape Consultant adalah sebuah konsultan
lanskap yang sudah memiliki pengalaman yang cukup lama dibidang Arsitektur
Lanskap. Pendirinya adalah Umar Zain yang sangat berpengalaman di bidang
Arsitektur Lanskap dan didukung oleh 20 orang staf. Pada perusahaan tersebut
terdapat proyek perancangan vertical garden dan roof garden, sehingga bisa
dijadikan bahan studi mahasiswa, bersama dengan staf lainnya mahasiswa bisa
belajar mengenal proses perancangan lanskap secara umum dan perancangan
vertical garden dan roof garden secara khusus.

1.2 Tujuan
Tujuan umum dari kegiatan magang ini adalah mempelajari dan
meningkatkan soft skill serta keterampilan merancang dalam lingkup keprofesian
3

Arsitektur Lanskap, menambah pengetahuan mengenai dunia kerja profesi


Arsitektur Lanskap, meningkatkan wawasan dan pengalaman keprofesian dalam
bidang perancangan Arsitektur Lanskap. Sedangkan tujuan khususnya, antara lain:
1. menganalisis perancangan vertical garden,
2. menganalisis perancangan roof garden,
3. menganalisis kelebihan dan kekurangan vertical garden serta roof
garden.

1.3 Manfaat
Melalui kegiatan magang mahasiswa memperoleh manfaat antara lain:
berkembangnya sikap profesionalisme kerja dalam lingkup keilmuan Arsitektur
Lanskap yang terwujud melalui kegiatan praktek perancangan, meningkatnya
keterampilan teknik perancangan dan menambah pengalaman serta sebagai media
pertukaran informasi, ilmu dan teknologi dalam Arsitektur Lanskap antara
mahasiswa dan pihak tempat magang,
Selain itu, meningkatnya soft skill mahasiswa dalam menghadapi dunia
kerja, khususnya pada proses perancangan sebuah proyek, dan terjalinnya
kerjasama dan hubungan yang baik antara Departemen Arsitektur Lanskap dengan
perusahaan tempat magang.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Taman
Eckbo (1964) mengemukakan bahwa taman adalah ruang yang memiliki
keterbatasan penggunaan dan bentuk yang fleksibel, dibangun dengan konstruksi
yang minimum dan memaksimalkan material alami tanpa diproses terlebih
dahulu, untuk beristirahat, viewing, kontemplasi, mediasi, tidur, bermimpi,
sosialisasi yang pasif dan bermain bebas.
Selanjutnya Crow (1981) juga mengemukakan bahwa dalam pembuatan
sebuah taman lebih baik berbeda dengan yang sudah ada atau yang jarang
ditemui. Desain taman adalah sebuah seni, seperti dalam pengetahuan melukis dan
bermusik yang tidak hanya mementingkan tampilannya tetapi juga
memperhitungkan sampai kenyamanan secara keseluruhan sehingga dapat
dinikmati, jadi ilmu desain lanskap tidak hanya untuk dinikmati oleh satu pribadi,
tapi untuk kesenangan orang lain juga yang melihat taman tersebut.

2.2 Taman Vertikal atau Vertical Garden


Vertical garden dipelopori oleh Patrick Blanc yang berasal dari Perancis.
Vertical garden adalah suatu jawaban untuk mengatasi permasalahan saat ini yaitu
pemanasan global. Selain itu dorongan lain muncul karena lahan yang semakin
sempit dipenuhi bangunan-bangunan tinggi. Hal tersebut juga diikuti dari isu-isu
pemanasan global yang semakin marak.
Dengan konsep vertical garden, sumbangan oksigen (O2) bagi manusia
akan semakin bertambah. Konsep ini akan membuat bangunan-bangunan di
perkotaan menjadi eco-friendly. Karena salah satu syarat bangunan yang eco-
friendly adalah mengurangi pertambahan emisi dan zat-zat yang dapat mengurangi
ozon serta energi yang efisien. Vertical garden dapat membuat gedung pencakar
langit di perkotaan menjadi bertambah nilai estetikanya serta menjadi ramah
lingkungan (eco-friendly).
Vertical garden dapat menciptakan iklim sendiri yang spesifik dan
menciptakan iklim mikro yang nyaman di sekitarnya. Model ini didominasi oleh
5

tanaman, karena tanaman berperan penting dalam keseimbangan lingkungan.


Tanaman dapat menyediakan ruang yang sejuk dan kaya oksigen untuk manusia.
Konsep ini memberikan manfaat antara lain: (1) menambah keindahan alami
lingkungan, (2) menciptakan taman indah di lahan terbatas, (3) menahan panas
dari luar, (4) mengurangi tingkat kebisingan suara, (5) mengurangi polusi udara,
(6) menangkap partikel-partikel polutan, (7) meningkatkan suplai oksigen (Blanc,
2008).
Vertical garden bisa membantu mengurangi dampak global warming
dengan skala mikro. Vertical garden juga bisa menjadi solusi bagi orang-orang
yang ingin memiliki taman untuk menambah nilai keindahan dari bangunan atau
rumahnya, walau dengan lahan yang terbatas. Pembuatan taman ini sebenarnya
juga cocok bila dikembangkan di kota-kota besar di Indonesia. Namun, menurut
Papilaya (2012), faktor kendala dalam perkembangan perancangan vertical
garden di Indonesia adalah karena material konstruksi yang sulit dan harga yang
mahal, serta jarangnya sumber daya manusia yang mempunyai pengetahuan dan
keterampilan.
Vertical garden terdiri dari tiga bagian utama, yaitu: bingkai logam,
lapisan PVC dan lembaran holding. Bingkai logam digantungkan di dinding dan
berdiri sendiri. Hal ini dapat memberikan lapisan udara yang bertindak sebagai
sistem isolasi yang efisien. Lapisan PVC, lapisan ini memberikan ke seluruh
struktur sehingga membuat struktur tersebut tahan air. Lapisan holding, lapisan ini
terbuat dari poliamida dan tahan korosi serta mempunyai kapilaritas tinggi yang
memungkinkan distribusi air homogen (Blanc, 2008).
Perancangan vertical garden merupakan hasil kreasi yang inovatif untuk
menumbuhkan tanaman tanpa menggunakan tanah sebagai media pertumbuhan.
Ditemukannya sistem pertumbuhan vertical garden, maka berkurangnya beban
yang harus ditopang pada sebuah dinding sehingga memudahkan dalam penataan
desain taman vertikal dalam skala dinding yang luas. Perancangan vertical garden
dapat menjadi solusi pembuatan taman pada lokasi lahan yang terbatas.
Dalam perancangan vertical garden, menurut Tambayong (2009), ada
beberapa teknik yang digunakan yaitu dengan planter box, modul, dan substrat.
6

Penggunaan teknik tersebut disesuaikan dengan kondisi bangunan. Teknik-teknik


tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. teknik planterbox menggunakan wadah yang disusun secara tegak yang di
dalamnya diberi media,
b. teknik modul, merupakan modifikasi pot yang dirancang khusus untuk
taman vertikal. Modul dipasang pada kerangka besi yang direkatkan pada
dinding bangunan,
c. teknik substrat, merupakan teknik penanaman vertical garden dimana
tanaman yang digunakan langsung ditanam pada kulit bangunan. Akar
tanaman berpegang pada substrat yang ditempelkan dengan teknik khusus
pada dinding. Dinding dapat dilindungi dengan lapisan kedap air pada
bagian bawah substrat.
Menurut Blanc (2008), media penanaman taman vertikal yang digunakan
untuk bangunan yang tinggi yaitu menggunakan felt. Felt adalah bahan semacam
kain yang dibuat dari bulu binatang. Bahan ini digunakan untuk tempat pegangan
akar. Sehingga memungkinkan membuat zona perakaran yang tipis, tidak lebih
dari 5 cm.

2.3 Taman Atap atau Roof Garden


Pengembangan taman atap modern (roof garden atau green roof)
merupakan fenomena yang relatif baru. Teknologi taman atap pertama kali
dikembangkan di Jerman pada tahun 1980-an yang selanjutnya menyebar ke
berbagai negara Eropa lainnya seperti Swiss, Belanda, Austria, Inggris, Italia,
Perancis, dan Swedia.
Keberadaan taman atap, khususnya di kota-kota besar (metropolis)
memiliki peran penting seperti halnya ruang hijau lainnya. Ancaman terhadap
eksistensi RTH akibat pembangunan infrastruktur-infrastruktur kota dapat
diimbangi atau dikompensasi dengan mengembangkan taman atap. Pada
umumnya manfaat taman atap (roof garden) adalah sebagai berikut (Tecta Green,
2010):
1. mengurangi tingkat polusi udara, vegetasi pada taman atap mampu
merubah polutan (toksin) di udara menjadi senyawa tidak berbahaya
7

melalui proses reoksigenasi; taman atap juga berperan dalam menstabilkan


jumlah gas rumah kaca (karbon dioksida) di atmosfir kota sehingga dapat
menekan efek rumah kaca,
2. menurunkan suhu udara, keberadaan taman atap dapat mengurangi efek
panas radiasi sinar matahari yang berasal dari dinding bangunan maupun
dari tanah (heat island effect),
3. mengurangi polusi suara/kebisingan, komposisi vegetasi pada taman atap
memiliki potensi yang baik dalam meredam kebisingan yang berasal dari
luar bangunan (suara bising kendaraan bermotor atau aktivitas industri),
4. menampilkan keindahan pada aspek bangunan (estetika), sama halnya
dengan fungsi taman pada umumnya, taman atap (green roof)
menyediakan keindahan bagi aspek bangunan sehingga tampak lebih
hidup, asri, dan nyaman,
5. meningkatkan keanekaragaman hayati kota, taman atap dapat berfungsi
sebagai habitat sekaligus penghubung bagi pergerakan organisme
(wildlife) antar ruang hijau di kawasan perkotaan.
Melihat jenis, ragam tanaman, dan ketebalan media tanam, taman atap bisa
dibedakan menjadi taman atap intensif dan taman atap ekstensif. Meskipun
sama-sama menarik, keduanya memiliki detil pembuatan peruntukan fungsi utama
dan tingkat pemeliharaan yang berbeda. Berikut adalah jenis roof garden tersebut
(Lestari, 2008):
1. Intensive Roof Garden
Jenis ini memiliki desain yang lebih rumit daripada jenis ekstensif.
Ketebalan media yang digunakan minimum 6 inci dengan beban lebih dari
200 kg/m2 . Proporsi hijauan dan hard material pada roof garden ini cukup
seimbang. Hal ini dikaernakan oleh adanya perkerasan pada taman
digunakan untuk menunjang aktivitas penggunanya. Jenis tanaman yang
digunakan beragam, mulai dari groundcover, semak, hingga pohon tinggi
sehingga mampu menghadirkan sebuah ekosistem.
2. Extensive Roof Garden
Taman atap jenis ini memiliki beban 60-150 kg/ m2 dan ketebalan media
tanah minimum 3-6 inci. Umumnya taman bersifat pasif, artinya taman
8

digunakan sekedar sebagai estetika dan penghijauan. Perawatannya tak


sesulit taman atap intensif. Jenis tanaman yang lazim digunakan ialah
rumput dan groundcover yang memiliki perakaran dangkal.
Pada kawasan perkotaan yang sebagian besar ruangnya dipenuhi dengan
bangunan-bangunan besar (pencakar langit), memiliki potensi besar untuk
dikembangkan taman atap (roof garden). Aplikasi taman atap saat ini telah
berkembang luas, tidak hanya terbatas pada gedung-gedung pencakar langit
melainkan dapat dikembangkan pada bangunan rumah sekalipun.
Dalam membuat taman di atas gedung harus dipertimbangkan dulu
konstruksi atap bangunan, apakah memang didesain untuk mendukung beban
media tanam berupa tanah dan pepohonan yang akan ditanam di atasnya atau
tidak. Taman atap harus didukung struktur dan konstruksi atap yang kuat.
Timbunan tanah dan tanaman akan menambah beban mati, beban angin, dan
tambahan beban air pada atap bangunan dan gedung juga harus memiliki sistem
drainase yang berfungsi baik.
Untuk menanam pohon berukuran besar, plat lantai lokasi harus didukung
kolom struktural agar plat beton tidak runtuh. Selain itu, perlu dibuat dinding
penahan tanah karena pohon memerlukan ketebalan tanah yang cukup, atau
membuat lubang pada atap bangunan di bawah pohon.
Perlu diingat juga bahwa konstruksi atap rawan bocor, sehingga harus
dilengkapi saluran pembuangan air. Lapisan drainase seperti kerikil, pasir, dan
batu apung perlu ditambahkan agar air mudah mengalir ke lubang saluran
pembuangan. Filter disarankan terbuat dari geotextile atau ijuk karena berfungsi
mengalirkan air ke bawah tetapi tetap menahan butiran tanah agar tidak
menyumbat lubang pembuangan.

2.4 Perancangan Lanskap


Perancangan adalah sebuah proses kreatif yang mengintegrasikan aspek
teknologi, sosial, ekonomi dan biologi serta efek psikologis dan fisik yang
ditimbulkan dari bentuk, warna dan ruang, hasil dari pemikiran yang saling
berhubungan (Simonds dan Starke, 2006).
9

Christensen (2005) mengemukakan bahwa perancangan lanskap


merupakan kegiatan menggambar, membuat permodelan atau melakukan
pengaturan struktur, merancang kesesuaian aktivitas pada suatu lahan, merancang
fasilitas untuk rekreasi, merancang vegetasi dan tutupan lahan, memperhitungkan
metode pengairan dan irigasi serta memperhitungkan dan merancang untuk
antisipasi area yang rawan bencana.
Prinsip-prinsip desain menurut Ingles (2004) yaitu:
1. Balance (keseimbangan)
Keseimbangan adalah sesuatu yang bagus dilihat. Apabila tidak seimbang
akan merasa tidak nyaman dalam penglihatan. Terdapat tiga macam
keseimbangan yaitu symmetric (simetris), asymmetric (asimetris) dan
proximal/distal.
2. Focalization of interest (pusat perhatian)
Focal points (pusat perhatian) dapat diciptakan dengan menggunakan
tanaman, elemen keras, elemen arsitektur, warna, pergerakan, tekstur, atau
kombinasi dari beberapa fitur tersebut.
3. Simplicity
Seperti keseimbangan, simplicity juga dimaksudkan agar membuat nyaman
sesuatu untuk dilihat pada suatu lanskap. Simplicity bukan berarti
sederhana, membosankan, atau kurang imajinasi. Hanya saja menghindari
terlalu banyak penggunaan banyak spesies, terlalu banyak warna, tekstur,
bentuk, kurva, dan sudut dalam area.
4. Rhythm and Line (ritme dan garis)
Ketika terjadi pengulangan terhadap sesuatu dalam suatu waktu dengan
adanya standar jarak dan memiliki interval diantara pengulangan tersebut,
maka akan terbentuk rhythm (ritme). Garis tercipta ketika material yang
berbeda bertemu. Kesatuan dari dua batas suatu material akan membentuk
garis pula.
5. Proportion (proporsi)
Proporsi terpusat pada hubungan ukuran antara semua fitur lanskap,
termasuk hubungan vertikal dan horizontal.
10

6. Unity (kesatuan)
Kesatuan merupakan sesuatu yang paling mudah untuk diukur jika kelima
prinsip desain sebelumnya telah dimasukkan ke dalam desain. Sebuah
kesatuan desain adalah satu dari banyak bagian yang berkontribusi untuk
mengkreasikan desain keseluruhan.
Proses desain menurut Booth (1983) yaitu: penerimaan proyek (project
acceptance), riset dan analisis (research and analysis), desain (design), gambar
konstruksi (construction drawings), dan setelah keempat tahap tersebut
dilaksanakan tahap berikutnya adalah tahap pelaksanaan, serta evaluasi setelah
konstruksi, dan pengelolaan.
Penerimaan proyek (project acceptance) merupakan tahap pertama, pada
tahap ini proposal proyek telah diterima dan disetujui oleh kedua belah pihak
yaitu arsitek lanskap dan klien. Pada pertemuan pertama klien menjelaskan
keinginannya kepada arsitek lanskap, kemudian terjadi kesepakatan diantara
kedua belah pihak. Selanjutnya arsitek lanskap mempersiapkan proposal detail
yang mencakup pelayanan, produk, dan biaya. Jika klien setuju maka kedua belah
pihak menandatangani kontrak.
Tahap kedua adalah riset dan analisis (research and analysis) pada tahap
ini arsitek lanskap membutuhkan rencana dasar tapak dan mengadakan
inventarisasi tapak dan analisis. Kegiatan ini dilakukan dengan mengunjungi
(survey) tapak merupakan hal yang penting untuk melengkapi tahap ini,
mewawancarai pemilik dan menyusun program.
Setelah tahap riset dan analisis, tahap ketiga adalah desain atau
perancangan (design), pada tahap desain terdapat hal penting yaitu :
a. diagram fungsi ideal (ideal functional diagram), yaitu permulaan dari
pembuatan grafis suatu desain. Tujuan dibuat diagram ini adalah untuk
mengidentifikasi hubungan yang paling tepat antara fungsi usulan utama
dengan ruang perancangan/desain,
b. diagram fungsi keterhubungan tapak (site-related functional diagram), tahap
ini mengadopsi hubungan yang telah terbentuk dalam diagram fungsi ideal
untuk mengetahui kondisi dari tapak tersebut,
11

c. rencana konsep (concept plan) merupakan perkembangan langsung menjadi


besar dari diagram keterhubungan fungsi tapak. Secara keseluruhan, area
terdiri dari diagram fungsi keterhubungan tapak dan membagi semuanya ke
dalam beberapa penggunaan yang spesifik pada area tersebut,
d. studi tentang komposisi bentuk (form composition study) dalam tahap ini
desainer telah setuju dengan rasional, pertimbangan yang praktis dari fungsi
dan lokasi. Dengan kata lain desainer telah mampu menyelesaikan masalah,
e. desain awal (preliminary master plan), dalam desain awal semua elemen
desain dimasukan dan dipelajari kesatuan antara satu dengan yang lainnya,
gaya grafis semi komplit. Semua elemen desain dipertimbangkan, untuk
pertama kalinya, sebagai komponen yang berhubungan dalam keseluruhan
lingkungan,
f. rencana induk (master plan) merupakan perbaikan/penghalusan dari desain
awal. Perbedaannya dengan desain awal yaitu revisi desain dalam gaya grafis.
Walaupun sama memakai gambar tangan tapi memiliki ketepatan bagian-
bagian tertentu seperti garis properti, garis bangunan, dan batas dari struktur
elemen keras (dinding, lantai, jalan, dek, dll.),
g. desain skematik (schematic design), untuk beberapa proyek proses desain
dilanjutkan dengan rencana skematik. Pada skala kecil seperti perumahan atau
vest-pocket park, rencana induk dan rencana skematik dianggap sama. Namun,
pada skala yang besar dengan tata guna lahan yang banyak, desain skematik
dipelajari lagi lebih dalam dengan detail yang dalam pula,
h. design development merupakan tahap terakhir dalam proses mendesain. Dalam
tahap ini desainer lebih berkonsentrasi terhadap detail penampilan dan
kesatuan dari material,
Tahap keempat adalah pengerjaan gambar konstruksi (construction
drawings). Dalam tahap ini desainer mempersiapkan gambar-gambar konstruksi.
Gambar-gambar tersebut yaitu gambar rencana layout, grading plan, rencana
penanaman, dan detail konstruksi dengan spesifikasinya. Semua gambar-gambar
tersebut dipersiapkan sebagai komunikasi bagaimana membangun semua elemen
dalam proyek.
12

2.5 Pemanasan Global (Global warming)


Pemanasan global adalah gejala naiknya suhu permukaan bumi karena
naiknya intensitas efek rumah kaca. Terjadinya efek rumah kaca ini juga
disebabkan adanya gas rumah kaca yang berada di lingkungan seperti CO2, CFC
(Chloro Fluoro Carbon), Metana, NO2, dan Ozon (Soemarwoto, 1991).
Salah satu hal yang menyebabkan pemanasan global adalah gas rumah
kaca. Segala sumber energi yang terdapat di bumi berasal dari matahari. Ketika
energi ini tiba di permukaan bumi, ia berubah dari cahaya menjadi panas yang
menghangatkan bumi. Permukaan bumi akan menyerap sebagian panas dan
memantulkan kembali sisanya. Sebagian dari panas ini berwujud radiasi
inframerah gelombang panjang ke angkasa luar. Namun, sebagian panas tetap
terperangkap di atmosfer bumi akibat menumpuknya jumlah gas rumah kaca
antara lain karbon dioksida (CO2), sulfur dioksida, dan metana yang menjadi
perangkap gelombang radiasi ini.

2.6 Konsultan Lanskap


Konsultan lanskap adalah individu kunci atau organisasi yang bertanggung
jawab memberikan saran dan mendesain sebuah proyek. Di dalam sebuah
konsultan lanskap terdapat kontrak, yaitu persetujuan antara pemilik dan desainer
dalam menetapkan tanggung jawab untuk mendesain sebuah proyek (Morrow,
1988).
Menurut Gold (1980), konsultan lanskap adalah pengembang yang
memiliki tanggung jawab moral dalam hal penyediaan ruang dan fasilitas rekreasi
dalam kota. Perencana kota dan arsitektur lanskap berperan penting dalam
kegiatan preservasi, perancangan ruang terbuka, pembangunan fasilitas rekreasi,
dan program sosial sebagai pelayanan kebutuhan rekreasi bagi manusia.
13

BAB III
METODOLOGI

3.1 Lokasi dan Waktu Magang


Kegiatan magang dilakukan di Oemardi_Zain Landscape Consultant yang
bertempat di Bumi Menteng Asri blok BE no. 2 Bogor 16111 Jawa Barat,
Indonesia. Lokasi magang dapat dilihat pada Gambar 1. Kegiatan magang
dilaksanakan dari bulan Maret 2011-Juni 2011. Jadwal kerja harian magang
dimulai pada pukul 09.00 – 17.30 WIB.

Bogor

(No Scale)
Sumber : Penelusuran Google

Gambar 1. Peta Lokasi Magang

3.2 Metode Magang


Metode magang untuk kegiatan perancangan di Oemardi_Zain Landscape
Consultant dilakukan dengan cara :
1. partisipasi aktif dalam kegiatan yang berlangsung di dalam
perusahaan, terutama pada kegiatan perancangan vertical garden dan
roof garden,
2. menganalisis elemen yang terdapat pada vertical garden dan roof
garden,
3. melakukan wawancara dan studi pustaka untuk memperoleh data
mengenai Oemardi_Zain Landscape Consultant,
14

4. melakukan pengamatan langsung di lapangan terhadap proyek-proyek


yang telah selesai dikerjakan,
5. melakukan studi pustaka mengenai vertical garden dan roof garden
untuk mengetahui masing-masing kelebihan dan kekurangannya.

3.3 Data Magang


Bentuk data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder baik
secara kualitatif maupun kuantitatif. Secara lebih rinci bentuk-bentuk data yang
digunakan diuraikan dalam Tabel 1.
Tabel 1. Rincian Data
No Jenis data Bentuk Data Sumber Data
1 Perusahaan :
- Sejarah Deskriptif
- Tujuan Deskriptif
- Data umum Deskriptif
- Struktur organisasi Deskriptif/ Gambar Oemardi_Zain
- Tenaga kerja dan sistem Landscape Consultant
kerja Deskriptif
- Bidang pekerjaan Deskriptif
- Layout studio Deskriptif/ Gambar
2 Proses perancangan :
1. Penerimaan proyek Deskripsi
2. Riset dan Analisis Deskripsi/ Gambar
Oemardi_Zain
3. Konsep Deskripsi/ Gambar Landscape Consultant
4. Pengembangan Desain Deskripsi/ Gambar
5. Gambar Kerja Deskripsi/ Gambar

3.4 Tahapan Kegiatan Magang


Tahapan kegiatan magang yang dilakukan pada perusahaan Oemardi_Zain
Landscape Consultant dengan cara sebagai berikut:
1. Orientasi, merupakan tahap pengenalan mahasiswa terhadap tempat
magang seperti struktur organisasi, sejarah perusahaaan, pembagian kerja,
staf, sistem kerja, proyek yang dikerjakan, jadwal kerja, peralatan kerja,
dan juga sistem penyimpanan file proyek. Pada tahap ini mahasiswa
magang belum terlibat langsung ke proyek, mahasiswa lebih banyak
melihat proyek-proyek yang sudah dikerjakan, membaca buku-buku
15

referensi yang ada di Oemardi_Zain. Kegiatan ini berlangsung selama dua


minggu pertama.
2. Kegiatan studio dan lapang, kegiatan studio dimulai setelah melalui tahap
orientasi selama dua minggu selesai. Pada kegiatan studio mahasiswa
sudah dilibatkan dalam proses pengerjaan proyek. Selain terlibat dalam
proyek yang dijadikan tugas akhir, mahasiswa juga dilibatkan dalam
proyek lainnya. Kegiatan lapang dilakukan dalam porsi yang lebih sedikit,
kegiatan ini dilakukan hanya beberapa waktu. Pada waktu magang
mahasiswa mengikuti kegiatan lapang seperti melihat proyek yang sudah
selesai dikerjakan, dan juga melihat kebun pembibitan tanaman yang
merupakan mitra kerja perusahaan.
3. Analisis data, merupakan tahapan yang dilakukan setelah mahasiswa
selesai melakukan kegiatan magang. Kegiatan analisis data ini
menggunakan data-data yang diperoleh baik melalui data primer dan
sekunder terkait dengan perusahaan dan data proyek. Kemudian tahap
berikutnya, data-data yang telah diperoleh diolah dengan membandingkan
hasil data dengan teori. Pada tahap ini dilakukan studi pustaka, diskusi,
dan referensi-referensi.

3.5 Batasan Magang


Batasan magang difokuskan pada proses perancangan vertical garden dan
roof garden pada Oemardi_Zain Landscape Consultant, baik kegiatan studio
maupun kegiatan lapang.
16

BAB IV
KONDISI UMUM PERUSAHAAN

4.1 Sejarah
Oemardi_Zain Landscape Consultant (OZ) adalah sebuah perusahaan
konsultan lanskap yang berdiri pada tahun 2004 di Bogor. Pendiri Oemardi_Zain
atau sering disingkat dengan OZ adalah Ir. Umar Zain dan Ir. Dini Arfianti. Ir.
Umar Zain adalah seorang yang sangat berpengalaman di bidang lanskap. Terlihat
dari pengalaman kerja dan proyek yang telah dilaksanakan tidak hanya di
Indonesia, tetapi juga beberapa negara seperti Singapura dan Hongkong. Selain di
Bogor, OZ memiliki studio lainnya yaitu di Singapura, Surabaya, dan Bali. Di
ketiga kota ini OZ berbentuk asosiasi, gabungan, ataupun merupakan bagian dari
suatu perusahaan.

4.2 Visi dan Misi


Oemardi_Zain Landscape Consultant memiliki visi dan misi. Visi dari OZ
adalah menjadi leader “to be a world class landscape consultant”. Sedangkan
misinya adalah “memberikan servis lanskap dengan produk yang terbaik dengan
harga yang relatif murah”.

4.3 Data Umum


Data umum perusahaan merupakan data yang informasinya dapat diakses
secara umum serta menjadi identitas suatu perusahaan. Data umum perusahaan
sebagai berikut :
Nama perusahaan : Oemardi_Zain Landscape Consultant / OZ
Asal kota : Bogor
Asal negara : Indonesia
Tahun pembentukan : 2004
Alamat : Bumi Menteng Asri blok BE No. 2 Bogor 16111
No. Telepon/ fax : +62 251 319 664
Email : oemardi_zain@yahoo.com
Website : www.oemardizain.com
17

4.4 Struktur Organisasi


Struktur organisasi perusahaan yang ada di OZ terdiri dari 6 bagian bidang
kerja sebagai berikut :
1. Direktur, memiliki tugas sebagai pemimpin perusahaan, yang
menentukan segala kebijakan perusahaan, termasuk mengenai proyek-
proyek yang ditangani (bertindak sebagai konseptor).
2. Bagian Administrasi dan Keuangan, memiliki tugas sebagai pengatur
segala keperluan yang menyangkut administrasi perusahaan, serta dalam
hal keuangan perusahaan.
3. Studio Manager, bertugas mengatur kegiatan di dalam studio, mengecek
tugas-tugas yang sedang dikerjakan staf, dan membuat daftar proyek-
proyek yang dikerjakan.
4. Bidang Teknik, bertugas menjaga dan mengatur segala hal yang
berhubungan dengan aset perusahaan, seperti komputer, printer, dan
scanner.
5. Arsitek Lanskap dan Arsitek, bertugas mengembangkan dan mendesain
hasil dari konsep yang telah ditentukan oleh direktur.
6. Drafter, bertugas menggambar hasil desain yang telah ditentukan.
Pada tahun 2012 Oemardi_Zain menambah jumlah stafnya, tiga orang
arsitek lanskap dan empat orang drafter. Gambar 2 adalah gambar skema struktur
organisasi perusahaan.

4.5 Tenaga Kerja dan Sistem Kerja


Tenaga kerja yang ada di OZ saat ini (Oktober 2012) berjumlah 20 orang,
terdapat 10 orang arsitek lanskap, 3 orang arsitek, 5 orang drafter, dan 1 orang
bagian administrasi dan keuangan, dan 1 driver.
Sistem kerja yang diterapkan di OZ adalah teamwork, yaitu setiap proyek
yang ada, nantinya akan ditangani oleh seorang project manager yang kemudian
membentuk sebuah tim kerja yang saling melengkapi. Namun, untuk
pelaksanaannya dapat juga dikerjakan oleh staf yang lain diluar tim awal yang
telah dibentuk. Project manager biasanya mendapat tugas langsung dari direktur
mengenai proyek yang dipegang.
18

DIREKTUR/ OWNER
Ir. Umar Zain

Bagian Adm. & Keuangan Studio manager Bagian Teknis


Budhy S. Hardian N. Beny S

Arsitek Lanskap Arsitek

Citra I. Dwi Juliana Nanang Lisa H Aditya Novi

Chandra N. Irfan Bulan Lisyta

Drafter
Didin

Drafter 1, 2, 3, 4

Gambar 2. Struktur Organisasi OZ


(Sumber: Oemardi_Zain, 2011)

18
19

4.6 Bidang Pekerjaan


Jasa yang diberikan oleh OZ dikhususkan pada pekerjaan perencanaan,
perancangan, dan supervisi konstruksi lanskap. Lingkup pekerjaan yang ditangani
Oemardi_Zain Landscape Consultant terbagi ke dalam 4 kategori yaitu 1) hotel,
club, and resort, 2) residential, 3) theme park, 4) civic and commercial.

4.7 Layout Studio


Studio kerja pada OZ dibagi menjadi beberapa ruangan , antara lain ruang
tamu, ruang kerja, dan ruang rapat/ ruang pertemuan. Masing-masing ruang
tersebut ditata saling berhubungan guna mempermudah kinerja dan komunikasi
bagi para staf. Gambar 3 adalah gambar layout kondisi tempat magang pada tahun
2011, pada tahun 2012 setelah melakukan penambahan jumlah staf OZ melakukan
penataan kembali studionya.

4.8 Referensi dan Pengalaman Kerja


Beberapa referensi dan pengalaman kerja OZ terkait proyek-proyek yang
telah dikerjakan OZ antara lain :
1. Kota Baru Parahyangan Country Club, Bandung
2. Landscape Bungalows at Safari Resort, Singapura
3. Sport Center Graha Raya, Tangerang
4. Cluster Pine Forest, Sentul City, Bogor
5. Cluster Alpensia, Sentul City, Bogor
6. Bukit Menteng, Bintaro Jaya, Tangerang
7. Al Muneera at Khor Al Raha, Abu Dhabi (UEA)
8. Apartement CT 01, Ciputra Hanoi International City, Vietnam
9. Islamic Center, Cibubur
10. Elephent Exhibit, Singapore Zoological Garden, Singapura
11. Universitas Tarumanegara, Jakarta
12. Bale Pare, Dine, and Shopping Experience – Kota Baru Parahyangan,
Bandung
20

/
(No Scale)

LA : Landscape Architect A B C D
A : Architect
D : Drafter

Gambar 3. Susunan Layout Studio dan Kondisi Tempat Magang


(Sumber : Oemardi_Zain, 2011)

20
21

4.9 Aplikasi Teknologi dan Informasi


Pada pengerjaan perancangan, beberapa aplikasi perangkat komputer
digunakan dalam bentuk software dan hardware untuk memperlancar kinerja
konsultan. Beberapa aplikasi tersebut dapat dilihat pada Tabel 2. Sedangkan Tabel
3 menunjukkan jenis hardware yang ada di OZ.
Tabel 2. Perangkat Lunak/ Software yang Digunakan OZ.
No Software Kegunaan
1 AutoCAD 2005, 2007 CAD Drawing
2 3D Studio Max 3D Rendering dan Animasi
3 Adobe Photoshop 3D Rendering
4 Google Sketch Up 3D Rendering
5 Google Earth Map Searching
6 Google Document Searchig
7 Adobe Acrobat Document Publishing
8 Microsoft Office 2007 Document Publishing
9 Yahoo Massanger Internal Communication

Tabel 3. Jenis Hardware yang Ada di OZ


No Hardware Jumlah
1 Server 1
2 Workstation (PC) Laptop 21
3 Printer A3 dan A4 3
4 Scanner A4 1
5 Pesawat Telephone dan Fax 1
6 LCD 1

4.10 Sistem Komunikasi


Komunikasi sangat penting guna mempermudah efektivitas dan efisiensi
kerja. Komunikasi internal OZ dilakukan oleh semua staf, baik dengan sesama
staf ataupun antara staf dengan atasan/direktur. Komunikasi internal tersebut
terkait dengan hal-hal yang berhubungan dengan studio maupun proyek, seperti
perkembangan terbaru proyek yang dilakukan, kendala-kendala yang dialami staf,
dan pembagian proyek kepada semua staf. Cara yang dilakukan dalam
komunikasi internal antara lain :
1. E-mail dari manajemen, yaitu mengenai status perkembangan proyek dan
perihal yang berhubungan dengan proyek yang bersangkutan
2. Pemberitahuan di papan informasi, berupa daftar proyek-proyek yang
sedang dan akan dikerjakan serta perkembangannya
22

3. Rapat internal, diikuti oleh semua staf beserta direktur, membahas segala
sesuatu yang berhubungan dengan studio dan proyek
4. Komunikasi melalui faximile, berupa pengiriman atau penerimaan
dokumen-dokumen proyek yang dilakukan antara staf dan klien
5. Komunikasi melalui telepon, dilakukan baik antara staf dengan klien, staf
dengan atasan, dan staf dengan sesama staf
6. Komunikasi dengan bantuan software, dilakukan pada saat kerja dengan
sesama staf.

4.11 Prosedur Pelaksanaan Proyek


Dalam mengerjakan suatu proyek, OZ melakukan serangkaian tahapan
kerja yang dinamakan prosedur pelaksanaan proyek, alur tersebut dapat dilihat
pada Gambar 4.

Undangan Tender

Tahap Konsep Desain (Design Concept)

Pembuatan Proposal Konsep

Konsep Disetujui

Turun SPK dan Membuat Kontrak

Tahap Pengembangan Desain (Design Development)

Tahap Gambar Kerja (Working Drawing)

Gambar 4. Alur Pelaksanaan Proyek pada OZ


(Sumber : Oemardi_Zain, 2011)
23

BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Proses Perancangan Vertical Garden


5.1.1 Deskripsi Umum
Proyek ini merupakan perancangan lanskap sebuah apartemen di Jakarta
yang berlokasi di Jalan K.H.Wahid Hasyim, Menteng, Jakarta Pusat, dengan
memasukkan konsep taman vertikal. Oemardi_Zain menerima proyek ini melalui
tender, OZ membuat proposal pengajuan kerjasama ke klien bersama dengan
konsultan lainnya, dan pada akhirnya OZ dipilih untuk terlibat dalam proyek ini.
Adapun pihak – pihak yang terlibat pada proyek perancangan lanskap apartemen
ini adalah :
- Owner/ developer/ klien : PT Icon Menara Samudera
- Konsultan Lanskap : Oemardi_Zain
- Konsultan Arsitektur : Aboday Design
- Manajemen Konstruksi : PT Ciriajasa Cipta Mandiri
- Konsultan struktur : Junaedi Masil Assosiates
- M/E Consultant : PT Policipta Multidesain

5.1.2 Persiapan
Pada tahap persiapan pihak konsultan dan klien ( PT Icon Menara
Samudera) melakukan perumusan tujuan, program dan berbagi informasi tentang
berbagai keinginan, yang diikuti dengan adanya persetujuan kerja antara pihak
konsultan dengan klien. Namun sebelum melakukan persetujuan kerja ini
Oemardi_Zain diminta oleh klien untuk membuat sebuah proposal penawaran
kerja kepada pihak klien, mengenai profil perusahaan, lingkup kerja perusahaan,
tahapan/ program kerja proyek dan penawaran pada klien.
Pada tahap ini tidak hanya Oemardi_Zain (OZ) yang memberikan proposal
penawaran, namun ada beberapa konsultan lain yang juga ikut memberikan
proposal penawarannya. Melalui pertimbangan dari pihak klien, ditentukan
Oemardi_Zain sebagai konsultan untuk menangani bidang lanskap pada proyek
eightrium ini. Kemudian dilakukan pertemuan internal antara OZ dan klien untuk
24

membahas lebih lanjut mengenai program kerja yang akan dilakukan pada proyek
tersebut.
Tahap persiapan pada OZ sama dengan halnya tahapan penerimaan proyek
atau project acceptance yang ada pada proses perancangan oleh Booth (1983).
Menurut Booth (1983) penerimaan proyek (project acceptance) merupakan tahap
pertama, pada tahap ini proposal proyek telah diterima dan disetujui oleh kedua
belah pihak yaitu arsitek lanskap dan klien. Pada pertemuan pertama klien
menjelaskan keinginannya kepada arsitek lanskap, kemudian terjadi kesepakatan
diantara kedua belah pihak. Selanjutnya arsitek lanskap mempersiapkan proposal
detail yang mencakup pelayanan, produk, dan biaya. Jika klien setuju maka kedua
belah pihak menandatangani kontrak.
Pada tahap persiapan, OZ mengajukan sebuah proposal penawaran kerja
yang berisi profil perusahaan, lingkup kerja perusahaan, tahapan/program kerja
proyek. Hal-hal tersebut yang akan menjadi pertimbangan klien untuk memilih
konsultan lanskap yang akan diajak kerja sama.

5.1.3 Riset dan Analisis


Pada tahap riset dan analisis terdapat beberapa kegiatan, antara lain
kegiatan inventarisasi tapak dan analisa tapak. Kegiatan inventarisasi tapak
dilakukan oleh OZ bersama dengan pihak konsultan lainnya dan juga bersama
klien. Dari tahap ini didapat data primer mengenai tapak, terkait dengan lokasi
tapak, luasan tapak, dan batas tapak, untuk memperoleh data yang lebih lengkap
mengenai tapak yang akan didesain, OZ juga menerima data sekunder dari klien.
Setelah didapat data-data primer dan sekunder, tahap selanjutnya
dilakukan analisis. Proses analisis ini lebih banyak dilakukan di studio, dengan
pertimbangan-pertimbangan yang telah didapat dari kegiatan inventarisasi tapak
atau kunjungan langsung ke tapak. Melalui inventarisasi tapak ini konsultan juga
melakukan diskusi dengan klien baik di lapang atau pada saat inventariasasi atau
sesuai kesepakatan lainnya baik di studio maupun via e-mail.
Proses riset dan analisis ini merupakan tahapan kedua yang dilakukan OZ
setelah tahapan persiapan atau penerimaan proyek, pada tahap ini OZ
mengunjungi tapak secara langsung, mengumpulkan data-data primer dan
25

sekunder yang nantinya dibutuhkan untuk dianalisis sehingga bisa menjadi


pertimbangan dalam mendesain tapak.
Tahapan ini hampir sama dengan proses yang dilakukan menurut Booth
(1983) tahap selanjutanya setelah penerimaan proyek adalah riset dan analisis
(research and anlysis). Selanjutnya arsitek lanskap membutuhkan rencana dasar
tapak dan mengadakan inventarisasi tapak dan analisis. Mengunjungi (survey)
langsung ke tapak merupakan hal yang penting untuk melengkapi tahap ini.
Mewawancarai pemilik dan menyusun program termasuk bagian dari tahap ini
pula. Pada tahap ini diperoleh data-data sebagai berikut :
a. Aspek Fisik
Lokasi tapak berada di Jakarta Pusat, tepatnya di Jl. K.H. Wahid Hasyim
No.70, Kebon Sirih, Menteng, Jakarta Pusat. Terlihat pada Gambar 5 dan Gambar
6, menunjukkan ilustrasi 3 dimensi dari bangunan empat lantai yang akan
digunakan sebagai vertical garden. Berikut adalah Gambar 7 yang menunjukkan
lokasi perancangan vertical garden ini. Tampak dari atas terlihat bagian gedung
yang akan digunakan sebagai vertical garden.

Gambar 5. Bangunan yang Digunakan SebagaiVertical Garden


(Sumber : Oemardi_Zain, 2011)

Gambar 6. Bagian Depan dan Samping Bangunan


(Sumber : Oemardi_Zain, 2011)
26

26
Gambar 7. Peta Lokasi Perancangan
(Sumber : Oemardi_Zain, 2011)
27

Vertical garden dibangun pada bangunan berlantai empat yang posisinya


dekat dengan jalan raya. Lokasi perancangan vertical garden terdapat pada
bangunan gedung di bagian depan seluas 35 m2 dan bagian samping seluas 100
m2.
Pemilihan gedung ini salah satunya dikarenakan faktor biaya. Ukuran
bangunan yang kecil bisa menekan biaya perancangan vertical garden. Selain itu
ruang-ruang di sekitar gedung adalah ruang yang berfungsi sebagai ruang
penyimpanan, ruang genset, ruang keamanan, dan dapur. Bagian samping dari
bangunan ini merupakan area yang berfungsi sebagai loading area atau area
bongkar muat barang. Tingginya tingkat mobilisasi kendaraan akan menghasilkan
gas sisa kenderaan yang cukup besar. Gas yang berasal dari asap kendaraan
tersebut dapat diserap oleh tanaman dengan adanya vertical garden.
Berikut adalah Gambar 8 yang menunjukkan gambar tampak depan lokasi
perancangan vertical garden, sedangkan Gambar 9 menunjukkan gambar tampak
samping lokasi perancangan vertical garden.
Bangunan ini sudah disiapkan oleh konsultan arsitektur untuk
dikombinasikan dengan menghadirkan vertical garden. Setelah gambar dari
konsultan arsitektur selesai, tahap berikutnya OZ melakukan perancangan vertical
garden dengan berpedoman pada gambar dari konsultan arsitektur. Selesainya
desain vertical garden, OZ melakukan konsultasi ke konsultan struktur untuk
mengetahui daya dukung bangunan dengan perancangan vertical garden yang
sudah dibuat. Kemudian konsultan struktur melakukan analisis perhitungan dari
beban yang akan ditimbulkan vertical garden dengan kekuatan dari bangunan.
Dari tahap itu, konsultan struktur menyatakan bahwa bangunan mampu menahan
beban vertical garden tersebut. Dalam hal ini OZ tidak memperoleh hasil
perhitungan tersebut. Kemudian dilanjutkan diskusi dengan konsultan M/E untuk
mengetahui sistem drainase dan irigasinya.
28

28
Gambar 8. Tampak Depan Vertical Garden
(Sumber : Oemardi_Zain, 2011)
29

29
Gambar 9. Tampak Samping Vertical Garden
(Sumber : Oemardi_Zain, 2011)
30

Persiapan yang telah dilakukan OZ dengan melakukan konsultasi kepada


konsultan struktur dan konsultan M/E sudah sangat tepat, hal ini akan menjadikan
rancangan yang dibuat bisa sesuai daya dukung dari bangunan, sehingga
bangunan mampu menahan beban yang dihadirkan dengan adanya vertical garden
seperti (konstruksi, media tanam, tanaman, sistem drainase dan irigasi, planter
box) dapat didukung oleh bangunan, yang dalam jangka waktu panjang tidak
merusak bangunan. Sehingga fungsi adanya taman ini memberikan manfaat yang
maksimal.
b. Aspek Biofisik
Iklim, Jakarta memiliki suhu udara yang panas dan kering atau beriklim
tropis. Suhu rata-rata tahunannya sekitar 28,4°C, dengan kelembaban 75% dan
kecepatan angin 1,38 m/s (Joga, 2011).
Suhu eksisting jakarta berada diatas batas kenyamanan, sedangkan tingkat
kelembaban Kota Jakarta berada di batas tertinggi, mendekati kondisi yang tidak
nyaman. Menurut Laurie (1986) iklim ideal bagi manusia adalah udara yang
bersih dengan suhu udara kurang lebih 27°C sampai dengan 28°C, dan
kelembaban udara antara 40% sampai dengan 75%, udara yang tidak terperangkap
dan tidak berupa angin kencang, serta keterlindungan terhadap hujan.
Lokasi perancangan cukup terbuka dan sebagian terlindungi oleh gedung
oleh karena itu dipilih tanaman dengan kebutuhan cahaya penuh dan semi
naungan. Berada dekat dengan jalan menjadikan lokasi ini dekat dengan sumber
polusi yang bersumber dari kendaraan bermotor. Sumber polusi yang ada di kota
Jakarta sebagian besar berasal dari transportasi yakni CO2 (92%), NOx (73,4%),
dan SOx (26,5%), selebihnya dari industri, pemukiman dan sampah (Joga, 2011).
Ketiga gas tersebut adalah gas yang termasuk dalam gas yang mengakibatkan
terjadinya global warming. Adanya vertical garden ini diharapkan mampu
mengurangi kadar gas rumah kaca tersebut.
c. Aspek Sosial
Pengguna yang ada di sekitar lokasi adalah pengguna apartemen,
pengendara yang berada diluar lokasi, yang secara tidak langsung dapat melihat
adanya vertical garden nantinya, dan pejalan kaki. Jenis kendaraan yang melintasi
31

mulai dari mobil pribadi, angkutan umum, dan sepeda motor. Frekuensi
mobilisasi cukup tinggi dengan kemacetan dan asap kenderaan.
Pengguna apartemen yang membawa kendaraan ke dalam kawasan
apartemen akan menambah polusi di dalam kawasan apartemen. Banyaknya
bangunan yang ada dalam kawasan apartemen bisa dimanfaatkan sebagai
penangkap gas polutan tersebut. Selain itu, adanya vertical garden ini
memberikan visualisasi yang baik bagi pengguna di luar apartemen.

5.1.4 Konsep
Tahap konsep desain adalah tahapan lanjutan setelah didapat hasil dari
tahapan analisis. Konsep desain pada proyek ini ditentukan oleh konseptor
sekaligus direktur utama Oemardi_Zain yang kemudian diterjemahkan secara
bersama-sama dengan para staf dalam satu pertemuan.
Konsep dasar, penerapan konsep green building, menambah nilai keindahan
(estetika) bangunan dan memberikan kenyamanan, memberikan manfaat ekologis
bagi lingkungan (penyerapan polutan). Konsep desain, membuat pola
perancangan dengan sederhana, tidak terlalu mendetail, agar dapat dinikmati juga
oleh pengendara yang berada agak jauh di luar apartemen. Konsep perancangan
meliputi pola warna dan bentuk. Pola yang digunakan berbentuk geometris
vertikal dan horizontal, sedangkan pola warna yang digunakan adalah kombinasi
warna hijau muda, hijau tua, dengan warna merah. Menurut Lin (1993) dalam
Fauzi (2012) bentuk rectalinier menciptakan kesan kaku, tegas, dan formal. Pola
penanaman dapat dilihat pada Gambar 10 untuk bagian depan dan Gambar 11
menunjukkan pola penanaman pada vertical garden bagian samping.
32

Gambar 10. Pola Bagian Depan


(Sumber : Oemardi_Zain, 2011. Digambar oleh : Wiguna, 2011)

Gambar 11. Pola Bagian Samping


(Sumber : Oemardi_Zain, 2011. Digambar oleh : Wiguna, 2011)

5.1.5 Pengembangan Desain


a. Jenis Tanaman
Jenis tanaman yang digunakan adalah jenis ground cover dan tanaman
merambat. Untuk pemilihan tanamannya lebih kepada tanaman yang memiliki
daun indah baik dari segi warna dan juga teksturnya, tanaman berbunga, toleran
terhadap sinar matahari, dan memiliki nilai tambahan dalam hal penyerapan
polutan dan gas rumah kaca. Berikut jenis tanaman yang digunakan pada vertical
garden (Tabel 4) dan pada Tabel 5 menunjukkan sifat arsitektural dan
hortikultural dari masing-masing tanaman.
33

Tabel 4. Jenis Tanaman yang Digunakan pada Vertical Garden.


No Nama Tanaman Syarat Tumbuh Zat yang diserap
1 Asplenium nidus/ Semi naungan CO2, partikel halus
kadaka
2 Bromelia sp. Semi naungan Menyerap berbagai polutan
pada malam hari
3 Nephrolepis sp. Semi naungan Formaldehid
4 Scindapsus aureus Penuh atau semi CO, benzena, formaldehid,
naungan NO2, logam berat ,
5 Thunbergia Penuh NO2, CO, formaldehid,
grandiflora benzene
(Andayani dkk, 2012)
Tabel 5. Sifat Arsitektural dan Hortikultural Tanaman.
Jenis Tanaman Arsitektural Hortikultural
Asplenium nidus -Warna daun hijau, tepi -Pemupukan 1 kali/ 3-4
bergelombang, ujung bulan (pupuk cair)
meruncing -Semi naungan
-Susunan daun -Penyiraman intensif
melingkar dalam bentuk
roset
Bromelia sp. -Warna daun -Penyiraman intensif
terang(merah,hijau) -Pemupukan 1 kali/ bulan
-Daun berduri -Semi naungan
-Tekstur halus
-Berbunga
Nephrolepis sp. -Bentuk daun lurus, -Penyiraman intensif
keriting -Pemupukan 1 kali/ bulan
-Daun berwarna hijau (pupuk cair)
tua, hijau muda -Semi naungan

Scindapsus aureus -Daun berbentuk hati -Penyiraman intensif


-Warna gradasi hijau -Pemupukan 1 kali/ 3
bulan (pupuk cair)
-Cahaya penuh, semi
naungan

Thunbergia grandiflora -Bunga berwarna -Pemupukan 1 kali/ 4-6


kuning, putih, ungu bulan
-Penyiraman intensif
-Cahaya penuh

(Lestari dan Kencana, 2008)


34

b. Media Tanam
Media tanam yang digunakan pada vertical garden ini adalah campuran
sekam bakar atau kokopit yang dicampur dengan kompos. Media tanam yang
digunakan dipilih yang ringan dan mampu menyediakan makanan bagi tanaman
(Sujayanto, 2011). Keuntungan menggunakan media tanam yang ringan namun
dengan fungsi yang maksimal akan mengurangi beban yang akan ditanggung oleh
bangunan. Untuk mempertahankan kesuburan media tanam akan digunakan
pupuk cair yang disatukan dengan sistem penyiraman. Berikut adalah gambar
media tanam yang digunakan (Gambar 12).

Sumber : Penelusuran Google

Gambar 12. Media Tanam

Sekam bakar mampu memperbaiki struktur tanah sehingga sistem aerasi


dan drainase di media tanam menjadi lebih baik. Sekam bakar juga memiliki
kandungan karbon (C) yang tinggi sehingga membuat media tanam ini menjadi
gembur. Kelebihan kokopit sebagai media tanam lebih dikarenakan
karakteristiknya yang mampu mengikat dan menyimpan air dengan kuat sesuai
untuk daerah panas, dan mengandung unsur-unsur hara esensial, seperti kalsium
(Ca), magnesium (Mg), kalium (K), natrium (N), dan fosfor (P). Kelebihan dari
penggunaan kompos sebagai media tanam adalah sifatnya yang mampu
mengembalikan kesuburan tanah melalui perbaikan sifat-sifat tanah, baik fisik,
kimiawi, maupun biologis. Selain itu, kompos juga menjadi fasilitator dalam
penyerapan unsur nitrogen (N) yang sangat dibutuhkan oleh tanaman (Anonim,
2011).
c. Wadah Tanam
Pada perancangan vertical garden di apartemen ini menggunakan teknik
planter box, menggunakan wadah yang disusun secara tegak yang di dalamnya
diberi media. Dimensi planter box adalah 90x30x30 cm. Penggunaan media ini
lebih murah dibandingkan dengan menggunakan VGM yang umumnya
35

digunakan. Menurut Tambayong (2009), ada beberapa teknik yang digunakan


yaitu dengan planter box, modul, dan substrat. Penggunaan teknik tersebut
disesuaikan dengan kondisi bangunan. Teknik-teknik tersebut dapat dijelaskan
sebagai berikut:
a. Teknik planter box (Gambar 13) menggunakan wadah yang disusun secara
tegak yang di dalamnya diberi media.

Sumber : Penelusuran Google


Gambar 13. Planter Box

b. Teknik modul/ VGM (vertical greening module), merupakan modifikasi


pot yang dirancang khusus untuk taman vertikal. Modul dipasang pada
kerangka besi yang direkatkan pada dinding bangunan (Gambar 14).

Sumber : Penelusuran Google

Gambar 14. Vertical Greening Module

c. Teknik substrat, merupakan teknik penanaman pada vertical garden


dimana tanaman yang digunakan langsung ditanam pada kulit bangunan.
Akar tanaman berpegang pada substrat yang ditempelkan dengan teknik
khusus pada dinding. Dinding dapat dilindungi dengan lapisan kedap air
pada bagian bawah substrat.
Keuntungan menggunakan wadah tanam ini adalah menggunakan biaya yang
lebih murah dibanding menggunakan VGM (Vertical Greening Module). Menurut
Syaiful dalam Sujayanto (2011), teknologi VGM memang inovatif hanya saja
masih ditemukan kendala, terutama masalah biaya. Jika dihitung, per meter
persegi biayanya mencapai Rp 2.500.000,00 hingga Rp 3.000.000,00 harga
36

tersebut meliputi modul, kerangka besi, sistem irigasi, tanaman, media, dan
pemasangannya. Gambar 15 menunjukkan dimensi atau ukuran dari planter box
yang digunakan.

Gambar 15. Dimensi Wadah Tanam (Tampak Depan dan Samping)


(Sumber : Oemardi_Zain, 2011. Digambar oleh : Wiguna, 2011)

Dengan pertimbangan biaya tersebut klien meminta OZ untuk melakukan


inovasi, dengan tujuan yang sama namun menggunakan wadah tanam yang
berbeda. Gambar 16 menunjukkan detil planter box yang digunakan OZ pada
perancangan vertical garden pada proyek ini.

Gambar 16. Detil Planter box


(Sumber : Oemardi_Zain, 2011. Digambar oleh : Wiguna, 2011)

Planter box yang digunakan pada perancangan vertical garden yang


dirancang oleh OZ menggunakan beberapa komponen tambahan antara lain
dripper mini sprinkler, drain net, geotextile layer, dan zip drain. Dripper mini
sprinkler pada planter box ini berguna untuk membagi sama rata air ke seluruh
media tanam di planter box. Sumber air berasal dari tandon air yang
diintegerasikan dengan pipa-pipa, sehingga mengalir ke seluruh bagian.
Penyiraman ini menggunakan sistem yang otomatis, diatur sesuai dengan waktu
yang telah ditentukan. Penyiraman dengan metode ini akan lebih memudahkan
dibanding dengan penyiraman secara manual, karena vertical garden ini memang
agak sulit untuk dicapai.
37

Drain net adalah saluran utama yang berfungsi sebagai aliran pembuangan
kelebihan air. Kelebihan air dimungkinkan terjadi karena kelebihan pada saat
penyiraman, atau karena adanya tambahan suplai air yang berasal dari hujan.
Kelebihan air secara alami akan mengalir ke bagian bawah yang nantinya akan
mengalir ke saluran drainase pembuangan utama dan diteruskan menuju drainase
yang ada di area apartemen.
Lapisan geotextile layer berfungsi sebagai penahan media tanam agar tidak
ikut keluar dari planter box pada saat air mengalir ke bawah. Lapisan ini juga bisa
dikatakan sebagai penyaring. Zip drain adalah lapisan terbawah, lapisan ini
berfungsi sebagai tempat berkumpulnya dari kelebihan air sementara yang
mengalir ke bagian bawah. Manfaat adanya lapisan ini adalah tidak ada air yang
mengendap di media tanam, sehingga sistem aerasi pada media tanam tetap
terjaga dengan baik.
d. Konstruksi
Konstruksi yang digunakan sebagai tempat meletakkan planter box
menggunakan kerangka besi RHS (Gambar 17) yang dirancang mengikuti pola
desain dan ukuran yang sesuai dengan planter box. Gambar 18 menunjukkan
bentuk rangka besi yang digunakan pada vertical garden bagian depan.
Perancangan vertical garden pada proyek ini menggunakan alternatif
perancangan vertical garden dengan menggunakan material yang lebih sederhana,
tetap menggunakan kerangka besi atau pilaster sebagai tempat dudukan planter
box. Rangka besi yang digunakan adalah susunan dari besi RHS dengan dimensi
(40x40x2 mm dan 40x20x2 mm).

Sumber : Penelusuran Google


Gambar 17. Contoh Besi RHS
38

Gambar 18. Pola Rangka Besi


(Sumber : Oemardi_Zain, 2011)

Seteleh proses pembentukan rangka besi sesuai dengan rancangan. Tahap


berikutnya adalah pemasangan kerangka besi tersebut ke dinding bangunan.
Berikut adalah detail gambar pemasangan kerangka besi ke dinding bangunan
(Gambar 19).

Gambar 19. Detil Pemasangan Rangka Besi ke Dinding


(Sumber : Oemardi_Zain, 2011)

Pemasangan kerangka besi pada dinding bangunan yang dirancang OZ,


menggunakan bahan tambahan lainnya yaitu steel plate. Steel plate merupakan
besi berbentuk lempengan. Pada konstruksi ini ukuran yang digunakan adalah
steel plate dengan tebal 6 mm. Steel plate ini menempel pada bagian kerangka
besi (RHS 40x40x2 mm) dengan menggunakan teknis pengelasan terlebih dahulu.
Kemudian setelah steel plate dan kerangka besi menyatu, bagian dari steel
plate dilubangi dengan menggunakan bor begitu juga dengan dinding yang akan
digunakan sebagai tempat memasukkan satu bahan tambahan lainnya yaitu
39

dynabolt. Dynabolt adalah baut yang biasa digunakan untuk merekatkan suatu
objek ke batu, beton, bata atau material lainnya.
Dynabolt tersebut memiliki selongsong silinder yang akan mengembang
ketika baut dikencangkan. Sebelum memasukkan dynabolt ke dinding, terlebih
dahulu dinding dilubangi dan diberi tambahan bahan kimia yaitu epoxy yang
dimasukkan pada lubang sebelum dynabolt dimasukkan. Ilustrasi proses
pengeboran, gambar dynabolt, dan steel plate dapat dilihat pada Gambar 20.
Berikut adalah Gambar 21 menunjukkan gambar detil konstruksi vertical garden
pada bagian depan, sedangkan Gambar 22 adalah gambar detil konstruksi pada
bagian samping.

Sumber : Wibowo, 2012

Gambar 20. Proses Pengeboran, Dynabolt, dan Steel Plate.

e. Sistem Drainase dan Irigasi

Sistem drainase atau sistem pembuangan kelebihan air dan sistem irigasi
pada perancangan vertical garden ini sudah terpasang pada setiap planter box.
Aliran buangan air dari tiap planter box ini saling terhubung dan akhirnya menuju
drainase utama dan akan dibuang keluar. Begitu juga dengan sistem irigasi yang
sudah tersambung dengan sumber air melalui pipa-pipa yang dirancang secara
otomatis.
Sistem irigasi pada vertical garden ini menggunakan sumber air yang
berasal dari tandon air. Kemudian dari saluran utama ini disebar ke seluruh
planter box menggunakan pipa dengan diameter 0.5 inci atau sekitar 0.75 cm.
Pipa-pipa tersebut mengalirkan air ke seluruh planter box pada vertical garden.
40

40
Gambar 21. Detil Konstruksi Vertical Garden Bagian Depan
(Sumber : Oemardi_Zain, 2011)
41

41
Gambar 22. Detil Konstruksi Vertical Garden Bagian samping
(Sumber : Oemardi_Zain, 2011)
42

Pada setiap planterbox yang dialiri pipa tadi terdapat mini sprinkler yang
berfungsi membagi sebaran air pada planter box. Sehingga, seluruh tanaman
mendapat kebutuhan air yang cukup. Gambar 23 menunjukkan sistem drainase
dan irigasi pada planter box. Pada Gambar 24 menunjukkan jalur dainase dan
irigasi utama pada vertical garden bagian depan, sedangkan Gambar 25
menunjukkan jalur drainase dan irigasi utama pada vertical garden bagian
samping.

Gambar 23. Sistem Drainase dan Irigasi pada Planter Box


(Sumber : Oemardi_Zain, 2011. Digambar oleh : Wiguna, 2011)

f. Penyusunan Planter Box


Setelah tanaman tersusun pada tiap planter box dan kerangka besi/ pilaster
yang sudah dilengkapi dengan sistem drainase dan irigasinya terpasang pada
dinding bangunan, kemudian masuk ke tahap penyusunan. Dengan menggunakan
sisitem planter box ini pergantian jenis tanaman baik berupa penyiangan atau
dikarenakan perubahan desain lebih mudah dibandingkan dengan sistem VGM
ataupun substrat. Bagian yang akan diganti hanya tinggal dipindah, tanpa
menggangu planter box lainnya. Namun penggunaan planter box ini pada vertical
garden memiliki kekurangan yakni masih terlihatnya bagian planter box. Hal ini
dikarenakan tanaman tidak maksimal dalam menutup planter box, penanaman
dengan menggunakan planter box ditanam secara vertikal mengikuti bidang yang
vertikalnya. Sedangkan pada penggunaan VGM dan substrat tanaman yang
ditanam tegak lurus terhadap bidang vertikal, sehingga bisa menutupi wadah
tanamnya. Ilustrasi penyusunan planter box dapat dilihat pada Gambar 26.
43

Keterangan :

Saluran drainase
Saluran irigasi

43
Gambar 24. Sistem Drainase dan Irigasi Vertical Garden Bagian Depan
(Sumber : Oemardi_Zain, 2011)
44

Keterangan :

Saluran drainase
Saluran irigasi

44
Gambar 25. Sistem Drainase dan Irigasi Vertical Garden Bagian Samping
(Sumber : Oemardi_Zain, 2011)
45

Gambar 26. Ilustrasi Penyusunan Planter Box


(Sumber: Oemardi_Zain, 2011. Digambar oleh : Wiguna, 2011)

5.1.6 Rancangan Vertical Garden

Setelah dilakuan tahap penyusunan planter box yang sudah berisi media
tanam dan tanamannya, serta dengan konstruksi yang sudah terpasang dengan
tepat, tampilan ilustrasi rancangan vertical garden bagian depan dapat dilihat pada
Gambar 27 dan rancangan vertical garden bagian samping dapat dilihat pada
Gambar 28. Pada lembar gambar terdapat gambar yang menunjukkan posisi pot
tanaman, pola penanaman (block plan), dan gambar ilustrasi tampak depan
rancangan.
46

Gambar 27. Rancangan Vertical Garden Bagian Depan


(Sumber : Oemardi_Zain, 2011. Digambar oleh : Wiguna, 2011)
47

Gambar 28. Rancangan Vertical Garden Bagian Samping


(Sumber : Oemardi_Zain, 2011. Digambar oleh : Wiguna, 2011)
48

g. Tanaman Vertical Garden

Berikut adalah jenis-jenis tanaman yang dapat digunakan pada vertical


garden (Tabel 6).
Tabel 6. Tanaman yang Dapat Digunakan pada Vertical Garden.
No Nama Latin Nama Umum
1 Aglaonema Sri Rejeki
2 Anthurium andreanum Anthurium Bunga
3 Aphidistra Aspidistra
4 Asparagus officinalis Asparagus
5 Asplenium nidus Kadaka / Paku Sarang Burung
6 Begonia sp. Begonia
7 Bromelia sp. Bromelia
8 Carex morrowii Kucai Jepang
9 Chlorophytum comosum Lili Paris
10 Crossandra infudibuliformsi Krossandra
11 Cryptanthus Bintang Bumi
12 Cycas rumphii Pakis Haji
13 Cyclea barbata Cincau
14 Dracaena reflexa Suji
15 Dryopteris filix-mas Paku
16 Epipremnum aureum Sirih Gading
17 Epipremnum aureum 'Marbel Queen' Sirih Gading Putih
18 Episcia cupreata Daun Beludru
19 Ficus repens Dolar-dolaran
20 Ipomea batatas 'Marque Ritta' Ubi Hias
21 Kalanchoe pinnata Cocor Bebek
22 Lantana camara Lantana
23 Neoregelia tricolor Nanas Hias
24 Nephrolepis biserrata Pakis Bulu
25 Nephrolepis exaltata Paku Boston
26 Ophiopogon japonicus Opipogon
27 Orchidaceae Anggrek
28 Pelargonium graveolens Pelargonium
29 Peperomia pellucida Pansit-pansitan
30 Petunia axillaris Petunia
31 Philodendron sp. Philodendron
32 Piperaceae Sirih-sirihan
33 Piper crocatum Sirih Merah
34 Piper betle Sirih
35 Platycerium Tanduk Rusa
36 Platycerium bifurcatum Paku Simbar Menjangan
49

Tabel 6. Tanaman yang Dapat Digunakan pada Vertical Garden.


(Lanjutan)
No Nama Latin Nama Umum
37 Pteridophyta Paku-pakuan
38 Rhaphidophora Dolar-dolaran
39 Rhoeo discolor Adam Hawa
40 Schefflera arboricola Wali Songo
41 Scindapsus aureus Sirih Belanda
42 Selaginella tamariscina Rumput Kipas
43 Spathoglotis dwarf Anggrek Ungu
44 Strophantus persuii Melati Jenggot
45 Thunbergia grandiflora Thunbergia
46 Vanda sp. Anggrek Terestris
47 Vandopsis lissochiloide Anggrek Totol
48 Zebrina pendula Rumput Belang
(Sumber: Sujayanto, 2011)
50

5.2. Proses Perancangan Roof Garden


5.2.1 Deskripsi Umum
Proyek ini berlokasi di Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo. Terdapat
dua perancangan lanskap yang dilakukan oleh OZ yang pertama adalah
perancangan untuk bagian Ground Floor (GF) dan yang kedua adalah
perancangan pada bagian Roof Garden (RG) atau taman atap. Pada tulisan ini
akan lebih difokuskan pada perancangan roof garden.
Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo (biasa disingkat RSCM) adalah
sebuah rumah sakit pemerintah yang terletak di Jakarta Pusat, Indonesia. Selain
menjadi RS pemerintah, RSCM juga berfungsi sebagai RS pendidikan, salah
satunya adalah Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia di lokasi rumah sakit
ini.
Nama proyek ini adalah Perancangan Lanskap Pusat Kesehatan Ibu dan
Anak (RSUP Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo) dan adapun pihak – pihak yang
terlibat dalam proyek ini, adalah :
- Pemberi tugas : (RSUP Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo)
- Team Leader : Ir. Ronal L. Tambun, IAI
- Manajemen Konsultan : PT Galih Karsa Utama
- Konsultan Lanskap : Oemardi_Zain
- Konsultan Perencana : PT Indah Karya (Persero)
dan PT Tigarasa Multiyasa
Ada lima tahapan yang dilakukan Oemardi_Zain dalam proses
perancangan roof garden atau taman atap pada proyek ini, yaitu : tahap persiapan,
tahap riset dan analisis (research and appraisal), tahap konsep desain (concept
design), tahap pengembangan desain (design development) dan tahap pembuatan
gambar kerja (working drawing).
Berikut adalah Gambar 29 yang menunjukkan proses perancangan
menurut Booth dan proses perancangan yang dilakukan oleh Oemardi_Zain. Dari
proses penerimaan proyek, kemudian tahap riset dan analisis masih sama. OZ
memisahkan pengembangan desain pada satu tahap sendiri, sedangkan pada
Booth tahap itu digabung dalam tahap desain. Pada tahap akhir Booth
51

menggunakan istilah gambar kontruksi sedangkan OZ menggunakan istilah


gambar kerja.

Gambar 29. Proses Perancangan Booth (1983) dan Oemardi_Zain

5.2.2 Persiapan
Tahap persiapan merupakan tahapan perumusan tujuan, program dan
informasi lain tentang berbagai keinginan dari klien, dalam proyek perancangan
lanskap kali ini klien adalah pihak (RSUP Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo/
RSCM), kemudian diikuti dengan persetujuaan kerja antara pihak konsultan
dengan klien.
Pada proyek ini Oemardi_Zain Landscape Consultant tidak berdiri sendiri,
OZ berada dibawah konsultan arsitektur. Jadi, OZ tidak berhubungan langsung
dengan owner namun melalui konsultan arsitektur. Setiap pekerjaan yang
dikerjakan oleh OZ disampaikan terlebih dahulu kepada konsultan arsitektur,
kemudian konsultan arsitektur yang bertemu dengan owner, hal ini juga
berdampak pada sistem pembayaran. Jika OZ berdiri sendiri dalam suatu proyek
52

sistem pembayaran yang diterima langsung dari owner/pemberi tugas, namun


pada proyek ini pembayaran yang diterima OZ melalui konsultan arsitektur.

5.2.3 Riset dan Analisis


Pada tahap riset dan analisis terdapat beberapa kegiatan, antara lain
kegiatan inventarisasi tapak dan analisa tapak. Kegiatan ini ditujukan untuk
memperoleh data, baik berupa data primer maupun data sekunder yang nantinya
akan dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam melakukan perancangan. Dari
data-data tersebut kemudian dianalisis, analisis data-data tersebut akan dikaitkan
dengan tujuan dari perancangan.
Menurut Reid (2001) pada tahap inventarisasi dan analisis, para
profesional lanskap mengumpulkan dan mencatat informasi tentang karakteristik
fisik dari sebuah tapak, seperti ukuran-ukuran tapak dan bangunan, tumbuh-
tumbuhan, tanah, iklim, drainase, arah-arah pandangan dan faktor-faktor lain yang
mempunyai pengaruh yang baik. Pada tahap riset dan analisis proyek
perancangan roof garden ini diperoleh data-data sebagai berikut :
a. Aspek Fisik
Lokasi tapak perancangan lanskap roof garden Pusat Kesehatan Ibu dan
Anak (RSUP Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo) terletak di Jalan Diponegoro
No. 71, Kenari, Senen, Jakarta Pusat. Gambar 30 menunjukkan lokasi
perancangan roof garden pada kawasan RSCM.

(No Scale)

Gambar 30. Peta Lokasi Perancangan


(Sumber : Oemardi_Zain, 2011)
53

Luas segmen A adalah 895 m2, segmen B seluas 1592 m2, dan segmen C
434 m2 dengan area roof garden yang cukup luas bisa dijadikan alternatif ruang
aktivitas tambahan bagi pengguna yang berada di Rumah Sakit tersebut, selain itu
manfaat lainnya seperti perbaikan kualitas lingkungan akan didapatkan.
Posisi gedung pada kawasan RSCM dekat dengan jalan utama, pintu
utama tepat mengarah ke arah jalan utama. Ini akan memberikan kemudahan bagi
pasien yang dibawa kerumah sakit agar bisa segera mendapatkan pelayanan. Pada
Gambar 30 terlihat segmen A, B, dan C. Segmen itu berada pada ketinggian lantai
lima gedung, sedangkan bagian lainnya hingga mencapai lantai dua belas. Posisi
ini sesuai bila digunakan sebagai roof garden, ditinjau juga dari aspek biofisik
sekitar gedung agar intensiats seperti angin dan radiasi tidak terlalu tinggi, yang
akan berpengaruh terhadap vegetasi yang digunakan, selain itu dilihat dari aspek
sosial dari pengguna tapak pada ketinggian tersebut masih dirasakan nyaman
bagian manusia baik secara iklim mikro atau psikis, atau rasa takut terhadap
ketinggian.
Dalam perancangan roof garden ada beberapa hal yang perlu
dipertimbangkan, seperti kondisi angin dan radiasi matahari yang lebih besar
dikarenakan posisi roof garden cukup tinggi dari permukaan, tepatnya berada di
lantai 5 gedung yang dibangun. Ditambah lagi dengan keadaan Kota Jakarta yang
cukup panas, dan juga tingginya polusi, sehingga dibutuhkan adanya tanaman-
tanaman yang dapat memberikan naungan di roof garden tersebut, berfungsi
ekologis terhadap iklim mikro di sekitar roof garden, dan juga mampu
memberikan tambahan estetika bangunan.
Adanya roof garden ini akan menciptakan tambahan ruangan bagi
pengguna rumah sakit, sebagai area bersantai, area refleksi, area bermain bagi
anak-anak, dan juga sebagai salah satu usaha untuk meningkatkan kualitas
lingkungan. Selain itu harus diperhitungkan juga kekuatan konstruksi bangunan,
dari atap plat beton dan juga kolom struktural.
b. Aspek Biofisik
Dari data sekunder didapatkan bahwa kondisi iklim Jakarta rata-rata
pertahun, memiliki suhu sebesar 28,4°C, kelembaban 75%, dan kecepatan angin
1,38m/s (Joga, 2011). Untuk kategori suhu dan kelembaban, menurut Laurie
54

(1986) iklim ideal bagi manusia adalah udara yang bersih dengan suhu udara
kurang lebih 27°C sampai dengan 28°C, dan kelembaban udara antara 40%
sampai dengan 75%, udara yang tidak terperangkap dan tidak berupa angin
kencang, serta keterlindungan terhadap hujan. Berikut adalah Tabel 7 yang
menunjukkan perbandingan antara suhu dan kelembaban Kota Jakarta dengan
standar kenyamanan menurut Laurie (1986).
Tabel 7. Suhu dan Kelembaban Kota Jakarta
Suhu (°C) Kelembaban (%) THI
Jakarta 28,4 75 26,98
Standar
27-28 40-75 21-27
(Nyaman)
Nieuwolt, 1975 dalam
Sumber Laurie (1986)
Margaretha, 2007
Dari data tersebut didapatkan bahwa kondisi iklim Kota Jakarta mendekati
kondisi yang tidak nyaman. Begitu juga dengan hasil perhitungan THI
(Temperature Humidity Index) menunjukkan kondisi yang sama. Untuk itu
perlunya ditingkatkan keberadaan taman atau hutan kota, yang bisa membantu
menurunkan suhu dan meningkatkan kelembaban. Bila ditinjau dari kondisi
kecepatan angin, kecepatan angin Kota Jakarta sebesar 1,38m/s, angka ini berada
pada kategori kecepatan maksimal berada dibawah kondisi paling nyaman yang
seharusnya yakni 0,25-0,5 m/s. Berikut adalah Gambar 31 yang menunjukkan
pengaruh angin terhadap kenyamanan menurut Frick dan Setiawan (2002).

Gambar 31. Kecepatan Angin dan Kenyamanan


(Sumber : Heinz Frick & Pujo L. Setiawan, 2002)

Salah satu cara agar dapat mengembalikan kondisi Kota Jakarta ke kondisi
nyaman atau paling tidak menjauh dari kondisi yang tidak nyaman adalah dengan
memperbanyak jumlah tanaman di perkotaan. Adanya tanaman akan membantu
menurunkan suhu sekaligus meningkatkan kelembaban. Di tengah keterbatasan
55

lahan di Jakarta, roof garden bisa menjadi salah satu alternatif meningkatkan
jumlah taman dengan memanfaatkan gedung-gedung bertingkat.
Semakin tinggi bangunan dari permukaan, maka kecepatan anginnya akan
bertambah, begitu juga dengan perancangan roof garden yang berada di lantai 5.
Selain tingginya kecepatan angin, tingkat radiasi sinar matahari cukup tinggi
sehingga dibutuhkan tanaman yang cukup adaptif terhadap tingginya kecepatan
angin dan radiasi matahari.
Pada perancangan roof garden berbagai jenis tanaman bisa digunakan dari
jenis rumput, semak, perdu, tanaman rambat, tanaman air, hingga pohon. Namun
untuk pohon terdapat beberapa persyaratan seperti, perakaran ringkas, mudah
pengangkutan, tidak berduri, dan bukan tanaman besar (Sulistyantara dkk, 2004).
c. Aspek Sosial
Pengguna yang berada di lokasi diantaranya para dokter, tenaga medis,
staf dan pekerja rumah sakit, pasien, pegunjung, dan mahasiswa FK UI.
Keberadaan pengguna tapak akan diikuti dengan aktivitasnya yang terkadang bisa
berdampak kurang baik bagi lingkungan, seperti kendaraan yang dipergunakan
menghasilkan emisi seperti CO2, NOx, dan CO, dua dari gas tersebut (CO2 dan
NOx) tergolong gas rumah kaca yang mengakibatkan pemanasan global. Selain itu
penggunaan AC (Air Conditioner) atau pendingin ruangan menghasilkan gas
rumah kaca jenis lainnya yakni CFC (Chloro Fluoro Carbon). Selain
diperlukannya ruang hijau secara horizontal untuk menjerat gas tersebut,
keberadaan roof garden akan membantu mengurangi keberadaan gas tersebut
pada lokasi yang lebih tinggi.
Aktivitas yang terjadi tidak hanya pada lantai dasar, namun juga berada di
lantai-lantai gedung bertingkat. Untuk memberikan kemudahan bagi mereka
dalam melakukan aktivitas di ruang terbuka tanpa harus turun ke lantai paling
bawah, roof garden bisa menjadi alternatif untuk memberikan ruang tambahan
aktivitas. Adanya taman ini diharapkan mampu memberikan alternatif ruang
aktivitas tambahan yang nyaman bagi masing-masing pengguna seperti,
 Dokter : beristirahat, bersantai
 Pasien anak-anak : bermain
 Pasien orang tua, ibu melahirkan : refleksiologi, terapi pasca operasi
56

 Pengunjung, mahasiswa : ruang interaksi sosial

5.2.4 Konsep
Setelah dilakukan tahap analisis, tahap berikutnya adalah tahap konsep.
Konsep pada proyek ini ditentukan oleh konseptor yaitu direktur Oemardi_Zain.
Setelah proses pembuatan konsep selesai, konseptor menjelaskan kepada para staf
pada suatu pertemuan. Pada tahap konsep ini dilakukan penciptaan ide-ide yang
menyangkut tema dari desain lanskapnya dan kemudian proyek diberikan kepada
seorang Project Manager (PM). Project Manager kemudian membentuk sebuah
tim kerja yang didalamnya terdapat beberapa staf, dan juga mahasiswa magang.
Berada dalam sebuah tim kerja memberikan kesempatan pada mahasiswa
untuk belajar berkomunikasi dengan tim, berbagi ilmu baik dari segi teknis
penggunaan software, cara kerja, untuk meningkatkan efektivitas kerja, sehingga
bisa meningkatkan keterampilan mahasiswa khususnya dalam perancangan.
Konsep umum perancangan lanskap Pusat Kesehatan Ibu dan Anak ini
adalah Healing, Activities, and Green Visual. Healing mengacu pada adanya
taman ini bisa memberikan ruang untuk kegiatan yang terkait dengan kesehatan
seperti terapi dan reflexiology bagi pasien yang baru melakukan operasi. Activities
mengacu kepada tambahan ruang untuk beraktivitas baik bagi pengunjung untuk
berinteraksi sosial, seperti dokter, staf dan tenaga medis. Green visual mengacu
pada adanya taman ini mampu memberikan pandangan yang baik serta
memberikan kesan hijau bangunan sehingga mampu melembutkan kesan
bangunan gedung, baik bagi orang yang berada di roof garden atau di luar
bangunan.
Konsep desain terinspirasi dari bentukan sel dan fetus/ janin. Sel
merupakan unit dasar fungsional kehidupan semua makhluk hidup, terdiri dari
satu atau lebih sel. Janin adalah tahap pertama sebuah penciptaan makhluk hidup.
Bentukan atau pola dari hal tersebut yang nantinya akan diterapkan pada
perancangan roof garden. Berikut adalah gambar bentuk sel dan janin yang
dijadikan sebagai inspirasi desain oleh OZ (Gambar 32).
57

Gambar 32. Sel dan Janin


(Sumber : Oemardi_Zain, 2011)

Cara memperoleh ide desain atau inspirasi desain yang dilakukan oleh OZ
cukup sederhana mengambil analogi dari elemen-elemen yang terkait dengan
proyek tersebut. Hal ini menjadi inspirasi tersendiri bagi mahasiswa magang
dalam memperoleh ide desain dari setiap proyek terutama dalam hal perancangan
lanskap. Pada kegiatan magang mahasiswa juga disarankan untuk membuka buku-
buku referensi yang ada di perusahaan untuk menambah ide-ide desain tersebut.
Perancangan roof garden ini juga penerapan salah satu konsep green
building. Hal ini tidak hanya untuk nilai keindahan namun juga menghadirkan
nilai ekologis sehingga baik bagi lingkungan. Dalam tahap konsep yang ada di
OZ terdapat tahapan yang disebut landscape strategy. Landscape strategy
merupakan langkah untuk mengembangkan konsep yang telah dibuat dengan
mencari, memilih dan menempatkan ide-ide dari konsep ke dalam desain tapak.
Landscape strategy ini dibagi 2 bagian, yaitu soft landscape dan hard landscape.
Material perancangan taman menurut Crow (1981) yaitu land form, plant
material, water, sculptural forms, garden boundaries dan ground pattern. Land
form adalah bentukan lahan alami yang merupakan sebuah pondasi bagi setiap
lanskap. Material tanaman (plant material) merupakan salah satu media untuk
berkreasi dalam merancang suatu taman, selain itu juga dapat memperbaiki iklim
mikro.
Soft landscape mengacu kepada penggunaan jenis-jenis tanamannya. Pada
proyek roof garden ini akan digunakan jenis tanaman yakni jenis rumput dan
pohon. Jenis pohon ditujukan untuk mengambil fungsinya sebagai peneduh,
sedangkan jenis tanaman lain untuk melengkapi, menambah nilai estetika.
Untuk desain hardscape pada roof garden ini ditujukan pada aspek
fungsional dan estetisnya. Ada beberapa jenis hardscape yang akan digunakan
pada roof garden ini, yaitu seating, playground, reflexiology path, planter, art
58

work dan water feature. Seating, playground, dan reflexiology path, lebih
ditujukan pada aspek fungsionalnya. Untuk menambah nilai estetika dari roof
garden tersebut ditambah art work dan water feature, namun tetap memberikan
nilai fungsional yang baik bagi roof garden. Berikut adalah image reference dari
elemen hardscape yang digunakan OZ (Gambar 33).

Gambar 33. Elemen Hardscape


(Sumber : Oemardi_Zain, 2011)

Elemen air berguna untuk menciptakan keseimbangan lingkungan serta


memberikan kesejukan. Sculptural form adalah salah satu bentuk seni, biasanya
berupa suatu patung atau pahatan yang terbuat dari batu dan berfungsi untuk
menghiasi taman dan sculpture ini telah ada sejak zaman Roma (Hannebaum,
2002).

5.2.5 Pengembangan Desain


Tahap pengembangan desain adalah tahap yang dilakukan setelah proposal
pada tahap konsep desain telah disetujui oleh klien dalam hal ini adalah pihak
RSUP Dr. Cipto Mangunkusumo, setelah terjadi persetujuan tersebut maka turun
Surat Perintah Kerja (SPK). Surat perintah kerja ini menjelaskan tentang lingkup
pekerjaan bagi pihak Oemardi_Zain sebagai konsultan lanskap. Di dalam SPK
tertera produk akhir yang terdiri dari konsep, pengembangan desain, dan gambar
kerja.
Konsep yang telah dibuat pada tahap sebelumnya mulai diperbaiki dengan
ukuran yang lebih detail. Pada material hardscape yang disajikan seperti jenis dan
ukuran material, bentuk, dimensi, ukuran, dan jumlah yang dilengkapi juga
dengan gambar-gambar potongan. Sedangkan pada material softscape
menunjukkan jenis-jenis tanaman yang digunakan. Pada gambar akan terlihat
ukuran, jenis tanaman, letak, serta jumlah tanaman yang digunakan.
59

Proses pengerjaan pada tahap pengembangan desain ini konsultan lanskap


selalu berkomunikasi dengan pihak-pihak yang terlibat terutama kepada pihak
konsultan arsitektur. Dengan koordinasi antara pihak-pihak yang terlibat pada
proyek ini diharapkan proyek yang dikerjakan berjalan sesuai rencana, sehingga
menghasilkan produk akhir yang sesuai dengan keinginan.
Booth (1983), dalam tahap pengembangan desain ini desainer lebih
berkonsentrasi terhadap detail penampilan dan kesatuan dari material. Tahap
pengembangan desain sudah merupakan tahap teknis dalam proses desain.
Sebagian besar produk akhirnya berupa gambar CAD. Gambar yang dihasilkan
pada proyek ini terdiri dari gambar keseluruhan dan beberapa gambar parsial yang
telah diperbesar.
Pada pengerjaan lanskap roof garden ini gambar-gambar yang disajikan
pada tahap pengembangan desain berupa gambar denah lanskap, gambar
potongan, denah penanaman pohon dan semak, denah titik lampu, dimensi dan
material, dan gambar denah irigasi serta drainase.
Berikut adalah gambar denah lanskap roof garden yang dirancang oleh
Oemardi_Zain pada perancangan roof garden di RSCM, dapat dilihat pada
Gambar 34. Gambar 35 menunjukkan gambar potongan roof garden pada segmen
A dan Gambar 36 menunjukkan gambar potongan lanskap dari roof garden pada
segmen B.
Dari denah roof garden yang telah dirancang OZ, roof garden ini termasuk
ke dalam jenis taman atap intensif. Jenis ini memiliki desain yang lebih rumit
daripada taman atap ekstensif. Proporsi hijauan dan hard material pada roof
garden intensif cukup seimbang. Perkerasan pada taman digunakan untuk
menunjang aktivitas penggunanya. Jenis tanaman yang digunakan beragam, mulai
dari groundcover, semak, sampai pohon tinggi sehingga mampu menghadirkan
suatu ekosistem (Lestari, 2008).
Sedangkan roof garden ekstensif umumnya bersifat pasif, taman
umumnya digunakan sebagai sekedar estetika dan penghijauan. Perawatannya
tidak sesulit taman atap intensif. Jenis tanaman yang biasa digunakan adalah
rumput dan groundcover yang memiliki perakaran dangkal.
60

Denah Lanskap
Roof Garden

Gambar 34. Denah Lanskap Roof Garden RSCM


(Sumber : Oemardi_Zain, 2011. Digambar oleh : Wiguna, 2011)
61

61
Gambar 35. Potongan Roof Garden RSCM (1)
(Sumber : Oemardi_Zain, 2011. Digambar oleh : Wiguna, 2011)
62

62
Gambar 36. Potongan Roof Garden RSCM (2)
(Sumber : Oemardi_Zain, 2011. Digambar oleh : Wiguna, 2011)
63

Konsep desain yang diterapkan OZ pada denah lanskap roof garden


terinspirasi dari sel dan fetus/ janin. Dari unsur sel yang diambil sebagai inspirasi
desain, OZ mengambil pola garis yang terbentuk yang kemudian dimodifikasi
agar menghasilkan bentukan garis yang lebih baik. Berikut adalah Gambar 37,
gambar ilustrasi yang menunjukkan pola garis yang diambil OZ dari bentukan sel.

Gambar 37. Ilustrasi Pengambilan Pola Garis pada Sel


(Sumber : Oemardi_Zain, 2011)

Sedangkan dari bentukan fetus/ janin, OZ mengambil bentukan mengikuti


garis luar yang berbentuk oval. Bentukan oval ini akan dijadikan sebagai pola
ruang pada roof garden (Gambar 38).

Gambar 38. Ilustrasi Pengambilan Pola Oval pada Janin


(Sumber : Oemardi_Zain, 2011 )

Berikut adalah Gambar 39 yang menunjukkan penerapan garis dari sel dan
pola oval dari janin pada denah lanskap.

Gambar 39. Ilustrasi Penerapan Pola Garis dan Oval pada Roof Garden
(Sumber : Oemardi_Zain, 2011 )
64

Dari gambar denah lanskap dapat terlihat prinsip desain yang digunakan
OZ, prinsip desain yang paling menonjol adalah adalah Rhythm and Line.
Menurut Ingles (2004), rhythm and line (ritme dan garis) ketika terjadi
pengulangan terhadap sesuatu dalam suatu waktu dengan adanya standar jarak dan
memiliki interval diantara pengulangan tersebut, maka akan terbentuk rhythm
(ritme). Garis tercipta ketika material yang berbeda bertemu. Kesatuan dari dua
batas suatu material akan membentuk garis pula. Pada denah lanskap tersebut
terdapat sebuah pola garis yang merupakan aksis yang menghubungkan
keseluruhan area pada roof garden. Pola ini menjadi penghubung dan menyatukan
keseluruhan area di roof garden.
Dari keseluruhan denah lanskap terlihat adanya keseimbangan antara
elemen hardscape dan softscape yang digunakan OZ pada desain roof garden
tersebut. Jumlah tanaman pohon yang cukup banyak, yang lebih dihadirkan untuk
mendapatkan fungsinya sebagai peneduh bagi aktivitas di roof garden tersebut.
Dengan pola penanaman mengikuti pola garis yang telah terbentuk menambah
nilai estetika roof garden tersebut. Selain jenis pohon elemen softscape lainnya
yakni jenis rumput menambah kesan hijau roof garden tersebut. Menjadikan
ruang tambahan bagi aktivitas untuk bermain bagi anak-anak dan juga bersantai
bagi pengguna lainnya.
Elemen hardscape yang digunakan yakni bangku taman, CPG (Children
Play Ground), paving, shade sail dan tiang pendukungnya, timber deck, dan
elemen water feature. Dari elemen hardscape tersebut yang paling mendominasi
adalah paving atau perkerasan yang digunakan sebagai lantai dasar, perkerasan
untuk jalan, penggunaan pola, dan dasar pada sitting area.
Penggunaan elemen hardscape dan softscape yang digunakan pada
perancangan roof garden di RSCM yang dirancang oleh OZ ini hampir seimbang,
adanya perkerasan digunakan untuk mendukung adanya aktivitas yang ada, begitu
juga dengan elemen tanaman yang digunakan menggunakan jenis pohon besar
yang juga berfungsi untuk menaungi aktivitas di roof garden tersebut selain
fungsi adanya tanaman tersebut terhadap lingkungan, dengan menyerap gas-gas
rumah kaca. Roof garden yang dirancang OZ ini bisa digolongkan sebagai jenis
intensive roof garden. Menurut Lestari (2008), jenis taman atap intensif memiliki
65

desain yang lebih rumit daripada jenis ekstensif. Ketebalan media yang digunakan
minimum 6 inci dengan beban lebih dari 200 kg/m2 . Proporsi hijauan dan hard
material pada roof garden ini cukup seimbang. Hal ini dikarenakan oleh adanya
perkerasan pada taman digunakan untuk menunjang aktivitas penggunanya. Jenis
tanaman yang digunakan beragam, mulai dari ground cover, semak, hingga pohon
tinggi sehingga mampu menghadirkan sebuah ekosistem.
Sedangkan extensive roof garden memiliki beban 60-150 kg/ m2 dan
ketebalan media tanah minimum 3-6 inci. Umumnya taman bersifat pasif, artinya
taman digunakan sekedar sebagai estetika dan penghijauan. Perawatannya tak
sesulit taman atap intensif. Jenis tanaman yang lazim digunakan ialah rumput dan
groundcover yang memiliki perakaran dangkal (Lestari, 2008). Selain hal tersebut
terdapat beberapa hal yang akan dibahas, antara lain :
a. Konstruksi
Menurut Sulistyantara dkk (2004), ada beberapa hal yang harus
dipertimbangkan terkait konstruksi atap bangunan yang akan digunakan untuk
perancangan roof garden, yaitu :
- Penambahan beban atap
Dari awal perancangan roof garden RSCM ini, dalam hal konstruksi
bangunan terutama bagian yang akan digunakan sebagai roof garden sudah
dipertimbangkan oleh konsultan arsitektur. Kolom-kolom struktural pendukung
sudah dipersiapkan untuk menahan beban tambahan yang muncul seperti (beban
tanaman, media tanam, perkerasan, beban hidup seperti manusia dan aktivitasnya,
dan juga beban atap plat beton sendiri). Dalam hal ini OZ selalu berkordinasi
dengan konsultan arsitektur mengenai desain roof garden, agar desainnya sesuai
dengan daya dukung konstruksi. Berikut adalah gambar 35 yang menunjukkan
posisi kolom-kolom pada lantai empat.

(No Scale)

Gambar 40. Posisi Kolom Struktural pada Lantai 4


(Sumber : Oemardi_Zain, 2011 )
66

Ukuran kolom pada roof garden tersebut terbagi dua yang pertama
berukuraran 60x60 cm dan yang kedua berukuran 1x1m sedangkan jarak antar
kolom sama rata yakni sebesar 7,2 meter. Keberadaan taman di atas atap akan
menyebabkan bertambahanya beban yang perlu diperhitungkan. Timbunan tanah
dan tanaman akan menambah beban mati, beban angin, dan tambahan beban air
pada atap bangunan. Hal ini akan bertambah jika sistem pembuangan air tidak
berfungsi dengan baik. Pada umumnya atap hanya diperhitungkan atas berat atap
itu sendiri (tebal pelat atap umumnya 10 cm) dan beban yang diakibatkan oleh
adanya genangan air pada atap bangunan jika terjadi hujan lebat. Namun jika atap
digunakan sebagai taman, adanya beberapa jenis bahan yang sering digunakan
dalam pembuatan taman akan memberi tambahan pada beban atap bangunan
(Sulistyantara dkk, 2004). Tabel 8 menunjukkan beban dari bahan yang biasa
digunakan pada pada bangunan.
Tabel 8. Bahan – Bahan yang Biasa Digunakan Beserta Bebannya
No Bahan Beban ( Kg/M3 )
1 Besi Tuang 7.250
2 Batu Alam 2.600
3 Beton Bertulang 2.400
4 Pasangan Batu Gunung 2.200
5 Beton 2.200
6 Pasangan Batu Cetak 2.200
7 Tanah Merah (basah) 2.000
8 Pasir Jenuh Air 1.800
9 Pasangan Bata 1.750
10 Tanah Merah (Kering) 1.700
11 Kerikil dan Koral 1.650
12 Pasir (Kering- lembab) 1.600
13 Batu Belah 1.500
14 Pasangan Batu Karang 1.450
15 Batu Pecah/ Split 1.450
16 Kayu 1.000
(Sumber : Sulistyantara dkk, 2004)
Pada perancangan roof garden RSCM beberapa material yang digunakan
seperti beton, pasangan batu cetak yang digunakan untuk membuat pit tanaman
dan low wall, pasir, dan kayu yang digunakan pada pembuatan dek. Perhitungan
mengenai daya dukung elemen dari roof garden terhadap konstruksi bangunan
secara mendetil dilakukan oleh konsultan sktruktur yang diminta oleh konsultan
67

arsitektur. Dalam hal ini konsultan lanskap tidak memperoleh data-data secara
mendetail hasil dari perhitungan tersebut, konsultan lanskap hanya memberikan
data mengenai elemen hard material dan soft material yang digunakan secara
mendetail sebagai bahan dasar menghitungkan beban dari roof garden yang
dirancang. Sedangkan untuk beban hidup yang perlu diperhitungkan diantaranya
pada roof garden di RSCM ini adalah kegiatan bermain, duduk-duduk, dan
berjalan. Tabel 9 menunjukkan beban hidup dari aktivitas manusia.
Tabel 9. Aktivitas Manusia dan Bebannya
No Kegiatan Beban (Kg/ m2)
1 Pesta dan dansa 500
2 Olah raga 400
3 Restoran 250
(Sumber : Sulistyantara dkk, 2004)
- Lokasi Pohon Besar
Pada perancangan roof garden ini menggunakan beberapa pohon besar,
berikut adalah gambar tampak samping peletakan titik pohon besar. Pada
perancangan roof garden yang didesain oleh Oemardi_Zain. Beberapa titik
pohon-pohon besar tidak tepat berada di atas kolom-kolom struktural, walau
demikian posisinya tidak jauh dari titik kolom-kolom struktural. Seharusnya,
konsultan lanskap meletakkan posisi tanaman tepat diatas kolom-kolom
struktural. Dengan peletakan pohon besar di atas kolom struktural beban dari
pohon tersebut dapat ditahan oleh kolom sehingga tidak merusak atap plat beton
sekaligus mencegah terjadinya lengkungan atap beton. Berikut adalah Gambar 41,
gambar potongan yang menunjukkan posisi pohon besar pada RSCM.

Gambar 41. Posisi Pohon Besar pada Roof Garden RSCM


(Sumber: Oemardi_Zain, 2011. Digambar oleh : Wiguna, 2011 )

Untuk menanam pohon yang agak besar, perlu dibuat dinding penahan
tanah, karena dibutuhkan ketebalan tanah yang cukup untuk menjaga stabilitas
68

pohon tersebut atau dengan membuat pit pada atap bangunan, sehingga terdapat
ruang yang cukup untuk menempatkan tanah yang dibutuhkan (Sulistyantara dkk,
2004). Gambar 42 menunjukkan pit tanaman menurut Sulistyantara dkk (2004),
sedangkan Gambar 43 menunjukkan pit pohon yang digunakan pada RSCM.

Gambar 42. Pit untuk Pohon


(Sumber : Sulistyantara, 2004)

Gambar 43. Pit Pohon pada Roof Garden RSCM


(Sumber: Oemardi_Zain, 2011. Digambar oleh : Wiguna, 2011 )

Pada perancangan roof garden di RSCM ini, OZ juga membuat pit


tanaman pada pohon-pohon besar agar tetap menjaga stabilitas pohon, sekaligus
menyediakan hara yang cukup bagi tanaman.
- Pencegahan Kebocoran
Menurut Sulistyantara dkk (2004), atap perlu dilengkapi dengan saluran
pembuangan air (drainage) sebagaimana lazimnya pada pelat datar konvensional.
Lapisan drainase dari butiran kasar (sejenis kerikil) perlu ditambahkan agar air
dengan mudah mengalir ke lubang-lubang saluran, lebih-lebih dikala hujan lebat
untuk menghindari genangan air yang akan menyebabkan bertambahnya beban.
Pasir atau lembaran yang dapat menyerap air (porous) dari sejenis bahan
polystyrene atau susunan batu apung sering kali digunakan, juga tumpukan batu
merah yang ringan memiliki keunggulan dalam menyerap air dan menjaga
kelembaban pada tingkat yang sesuai. Penggunaan lembaran polystyrene
gelombang akan menghasilkan aliran air ke saluran dengan baik, sedang lekukan
bawah gelombang dapat berfungsi sebagai tempat cadangan air untuk keperluan
tanaman, seperti terlihat pada gambar 44.
69

Gambar 44. Lapisan Bawah Roof Garden


(Sumber : Sulistyantara dkk, 2004)

Gambar 45. Lapisan Bawah Roof Garden RSCM


(Sumber : Oemardi_Zain, 2011)

Gambar 45 adalah gambar lapisan-lapisan di bawah tanah yang di desain


OZ pada perancangan roof garden di RSCM untuk mencegah kebocoran pada
atap, tebal atap plat beton pada perancangan roof garden RSCM setebal 20 cm.
Lapisan-lapisan tersebut sekaligus sebagai penahan tanah agar tidak turun
kebawah namun tetap dapat meneruskan kelebihan air, sehingga bisa tertahan di
bagian bawah dan dialirkan ke drainase utama. Dengan adanya lapisan
waterproofing tersebut air yang tertahan tidak langsung menempel ke atap
bangunan sehingga atap bangunan tetap aman. Lapisan tersebut antara lain :
nordrain mat, geotextile layer, screed, dan waterproofing. Berikut adalah gambar
lapisan-lapisan tersebut (Gambar 46).

Sumber : Penelusuran Google

Gambar 46. Gambar Nordrain Mat, Geotextile, dan Pemasangan

Filter yang terbuat dari bahan geotextile dapat berfungsi sebagai pengganti
ijuk, yang mengalirkan air ke bawah, tetapi menahan butiran tanah agar tidak
70

menyumbat saluran air. Untuk mencegah kerusakan lapisan kedap air, maka perlu
diberi lapisan penahan, agar akar tanaman tidak merusak lapisan kedap air dan
beton di bawahnya.
Selanjutnya air yang berlebih, baik yang berasal dari siraman air, maupun
dari air hujan perlu dialirkan melalui lubang pembuangan. Agar tidak
menyebabkan adanya genangan air yang dapat menyebabkan resapan dan
kebocoran pada atap bangunan atau menyebabkan gangguan pada tanaman.
Sebaiknya lubang pembuangan dapat terlihat atau jika terlindung diberi tanda,
untuk memudahkan pemeriksaan. Berikut adalah contoh gambar drainase
permukaan dan drainase resapan (Gambar 47) dan kerusakan plat atap beton bila
sistem drainasenya buruk (Gambar 48).

Gambar 47. Sistem Drainase Permukaan dan Drainase Resapan


(Sumber : Lestari, 2008)

Gambar 48. Kerusakan Atap Plat Beton Akibat Genangan


(Sumber : Lestari, 2008)

Plat beton dilapisi waterproofing untuk menghindari retak, kebocoran, atau


kemungkinan air merembes (Sabirin dalam Lestari, 2008). Tebal atap plat beton
pada perancangan roof garden di RSCM memiliki tebal 20 cm. Struktur plat beton
dipersiapkan dengan perhitungan daya dukung yang tepat, ketebalan sebaiknya
15-20 cm, kemudian didukung dengan lapisan waterproofing, drainage cell, dan
geotextile layer (Sabirin dalam Lestari, 2008).
b. Media Tanam
Pada perancangan roof garden di RSCM ini OZ menggunakan jenis
tanaman rumput, pohon kecil dan pohon besar. Untuk tanaman rumput kedalaman
71

media tanam pada RSCM sedalam 30 cm, untuk pohon kecil dengan kedalaman
70 cm, dan untuk pohon besar sedalam 100 cm. Kedalaman media tanam yang
dipersyaratkan untuk menjamin pertumbuhan tanaman pada roof garden adalah
seperti dalam Tabel 10 berikut :
Tabel 10. Jenis Tanaman dan Kedalaman Penanaman pada Roof Garden
No Jenis Penanaman Kedalaman Minimum (cm)
1 Rumput 20-30
2 Ground cover dan herba berbunga 25-30
3 Semak 60-75
4 Pohon kecil 75-105
5 Pohon besar 105-180
(Sumber : Sulistyantara dkk, 2004)
Untuk kedalaman media tanam pada penanaman rumput yang dirancang
OZ sudah sesuai, bahkan berada di batas tertinggi dari kedalaman tersebut yakni
30 cm, sedangkan standar kedalaman media tanaman rumput antara 20-30 cm.
Pada kedalaman media tanam pohon kecil OZ memiliki kedalaman media tanam
sebesar 70 cm, sedikit kurang sesuai dengan Sulistyantara dkk (2004) yakni 75-
105 cm, sehingga perlu penambahan ketebalan media tanam minimal sebesar 5
cm. Sedangkan pada pohon besar yang dirancang OZ memiliki ketebalan media
tanam sebesar 105 cm, sudah sesuai dengan Sulistyantara dkk (2004). Namun
masih berada di batas terendahnya, kisaran ketebalan media tanam pohon besar
adalah 105-180 cm. Ketebalan media tanam ini tidak hanya berdasarkan ukuran
pohon tersebut, namun dilihat dari jenis pohon tersebut juga. Bila pohon tersebut
membutuhkan unsur hara yang lebih banyak maka dibutuhkan media tanam yang
lebih tebal.
Campuran media tanam ringan merupakan alternatif yang menguntungkan
menghindarkan beban yang terlalu berat terhadap struktur bangunan. Meskipun
demikian, bila pembuatan drainasenya tidak baik pada saat terjadi kejenuhan air
dapat menyebabkan peningkatan berat sampai 585 kg/m3.
Menurut Sulistyantara dkk (2004), kondisi yang harus diperhatikan dalam
membuat formula media tanam untuk roof garden adalah ringan, kemampuan
dalam menyediakan zat hara dan kelembaban tanah untuk keperluan pertumbuhan
tanaman, serta kemampuannya untuk menciptakan struktur media tanam yang
72

cukup kepadatannya tetapi sekaligus mudah untuk drainasenya. Komposisi media


tanam untuk roof garden dapat diberikan contohnya sebagai berikut :
Formula media tanam per m3 :
0,5 m3 pasir
0,5 m3 serutan/ serbuk kayu
Ditambahkan ke dalam campuran di atas :
2-5 mm lapisan kulit kayu pinus
1 kg pupuk nitrogen slow release
0,75 pupuk majemuk NPK 6-20-20
1 kg pupuk TSP
0,5 kg pupuk ZA
c. Jenis Tanaman
Menurut Sulistyantara dkk (2004), pemilihan jenis tanaman yang akan
dipergunakan untuk mengisi roof garden pada dasarnya dilakukan dengan
mengacu pada daya adaptasinya terhadap kondisi klimat setempat. Khusus pada
pemilihan pohon yang berukuran besar, juga harus diperhitungkan beban yang
akan ditimbulkannya terhadap konstruksi bangunan yang menyangganya.
Pembatasan ukuran dewasa bagi pohon besar dapat dilakukan sejak awal dengan
cara pemangkasan (topping) secara teratur. Struktur bangunan yang memiliki daya
dukung beban yang tinggi memiliki keleluasaan dalam memilih berbagai jenis
pohon berukuran besar hingga ditumbuhkan secara normal tanpa pemangkasan
yag signifikan.
Berikut adalah jenis-jenis tanaman yang bisa digunakan pada roof garden
dari jenis rumput, ground cover, pohon, dan jenis tanaman rambat, dapat dilihat
pada Tabel 11.
Tabel 11. Tanaman yang Dapat Digunakan pada Roof Garden
No Spesies Nama Lokal Famili
A. Rumput
1 Agrostis stolonifera Rumput peking Graminae
2 Axonopus compressus Rumput paitan Graminae
3 Zoysia matrella Rumput manila Graminae
B. Ground Cover
1 Agave americana Siklop Agavaceae
2 Agalaia odorata Kemuning cina Meliacea
73

Tabel 12. Tanaman yang Dapat Digunakan pada Roof Garden. (Lanjutan)
No Spesies Nama Lokal Famili
3 Ananas comosus Nenas hias Bromeliaceae
4 Aporrocactus flagelliformis Kaktus ekor tikus Cactaceae
5 Bromelia sp. Bromelia Bromeliaceae
6 Celosia argentea var. plumosa Jengger ayam kuning Amaranthaceae
7 Cephalocereus senilis Old man cactus Cactaceae
8 Chlorophytum comosum Lili paris Liliaceae
9 Coleus blumei Jawer kotok Labiatea
10 Cosmos divercifolius Kembang cakra Asteraceae
11 Costus speciosus Jahe-jahean Zingiberaceae
12 Cyperus papyrus Rumput payung Cyperaceae
13 Dahlia pinnata Dahlia Compositae
14 Euphorbia lactea Cucuk pagar Euphorbiaceae
15 Excocaria cochinensis Sambang darah Euphorbiaceae
16 Gardenia augusta Kaca piring Rubiaceae
17 Hedychium coronarium Gandasuli Zingiberaceae
18 Heliconia psittocorum Heliconia lady di Steritciaceae
19 Heliconia rostata Pisang hias Steritciaceae
20 Hydrangea macrophylla Bunga bokor Hydrangeaceae
21 Ixora javanica Soka berdaun kasar Rubiaceae
22 Ixora sinensis Soka berdaun kecil Rubiaceae
23 Juniperus horizontalus Cemara buaya Cupressaceae
24 Kalanchoe sp. Cocor bebek Crassulaceae
25 Opuntia microdasys Kaktus kuping kelinci Cactaceae
26 Sansevieria trifasciata Lidah mertua Agaveceae
27 Tagetes patula Kenikir Compositae
28 Victoria regia ‘Amazon’ Teratai raksasa Nymphaceae
29 Widelia biflora Bunga seruni Astereceae
C. POHON
1 Annona muricata Sirsak Annonaceae
2 Annona squamosa Srikaya Annonaceae
3 Averrhoa bilimbi Belimbing wuluh Oxalidaceae
4 Bambusa glaucescens Bambu jepang Graminae
5 Bambusa multiplex Bambu pagar Poaceae
6 Bambusa vulgaris Bambu kuning Poaceae
7 Belamcanda chinensis Brojo melintang Iridaceae
8 Bixa orellana Gelinggem Bixaceae
9 Bougainvillea spectabilis Bogenvil Nyctaginaceae
10 Brugmansia versicolor kecubung Solanaceae
11 Brunfelsia nitida Melati kosta Solanaceae
12 Carpentaria acuminata Serai raja Arecaceae
13 Clerodendrum paniculatum Kembang pagoda Verbenaceae
14 Codiaeum variegatum Puring Euphorbiaceae
15 Cordia sebastina Cordia Boraginaceae
16 Cordyline rubra Hangjuang merah Agaveceae
17 Cordyline terminalis Hangjuang merah Agaveceae
18 Duranta repens Anak nakal Verbenaceae
19 Fuchsia magallanica Fusia Onagraceae
20 Gloriosa superba L. Kembang sungsang Liliaceae
21 Pandanus furcatus Pandan raksasa Pandanaceae
74

Tabel 12. Tanaman yang Dapat Digunakan pada Roof Garden. (Lanjutan)
No Spesies Nama Lokal Famili
22 Dracaena reflexa Suji Agaveceae
23 Thuja orientalis Cemara kipas Cupressaceae
24 Yucca gigantea Yuka Asparagaceae
25 Zamia loddigesii Zamia Zamiaceae
26 Amherstia nobilis Bunga ratu Fabaceae
27 Antidesma bunius Buni Moraceae
28 Araucaria cunninghamii Cemara norfolk Araucariaceae
29 Araucaria heterophylla Cemara norfolk Araucariaceae
30 Archantophoenix alexander Palem aleksander Palmae
31 Areca catechu Jambe, pinang sirih Arecaceae
32 Areca vestiaria Pinang yaki Arecaceae
33 Areca vestiaria Piang monyet Arecaceae
34 Arenga hdchinsoniana Pinang
35 Arthocarpus communis Sukun Moraceae
36 Arthocarpus heterophylla Nangka Moraceae
37 Arthocarpus integra Cempedak Moraceae
38 Astrocaryum malybo Palem bulu unggas Palmae
39 Averrhoa carambola L. Belimbing manis Oxalidaceae
40 Baccurea racemosa Menteng besar Euphorbiaceae
41 Bactris guineensis Palem abktris Aracaceae
42 Baringtonia asiatica Keben Lecithydaceae
43 Barleria cristata Kemang landep Acanthaceae
44 Borassus bomeense Lontar Arecaceae
45 Brownea capitata Bunga lampion Leguminoseae
46 Caliiandra haemathocephala Kaliandra merah Mimosaceae
47 Canarium commune Kenari Burceraceae
48 Carica papaya Pepaya Caricaceae
49 Caryota urens Pale ekor tupai Aracaceae
50 Cassia siamea Johar Caesalpiniceae
51 Casuarina sumatrana Cemara balon Casuarinceae
52 Cinnamomum burmanicum Kayu manis Lauraceae
53 Citrus aurantifolia Jeruk nipis Rutaceae
54 Coccothrinax alta Palem Arecaceae
55 Cocos nucifera Kelapa gading Arecaceae
56 Crescentia cujete Maja Bignoniaceae
57 Cupressus chasmeriana Cemara khasmir Cupressaceae
58 Cupressus macrocarpa Cemara Cupressaceae
59 Cupressus papuana Cemara gembel Cupressaceae
60 Cynometra cauliflora Nam-nam Fabaceae
61 Dillenia indica Sempur Dilleniaceae
62 Dioon edule Dion, virgin’s palm Cycadaceae
63 Diospyros celebica Eboni Ebenaceae
64 Diospyros kaki Kesemek Ebenaceae
65 Diospyros sp. Bisbul Ebenaceae
66 Durio zibethinus Durian Bombacaceae
67 Dyxoxylum excelcum Pohon majegu Meliaceae
68 Elaes guineensis Kelapa sawit Palmae
69 Eugenia malaccanensis Jambu bol Myrtaceae
70 Eugenia polychepalum Gowok Myrtaceae
71 Filicium desipiens Kerai payung Sapindaceae
75

Tabel 12. Tanaman yang Dapat Digunakan pada Roof Garden. (Lanjutan)
No Spesies Nama Lokal Famili
72 Garcinia mangostana Manggis Guttiferae
73 Gigantochiba attroviolaceae Bambu hitam Poaceae
74 Gigantochloa hasskarliana Bambu apus Poaceae
75 Gnetum gnemon Melinjo Gnetaceae
76 Lansium domesticum Duku Meliaceae
77 Licuala grandis Palem kol Arecaceae
78 Licuala spinosa Palem bintang Arecaceae
79 Mangifera odorata Limus, kweni Ancardiaceae
80 Manilkara kauki Sawo kecik Saponaceae
81 Maniltoa grandiflora Pohon sapu tangan Caesalpiniaceae
82 Mascarena lagenicaulus Palem botol Arecaceae
83 Melaleuca leucadendrom Kayu putih Myrtaceae
84 Melia azedarach Mindi Meliaceae
85 Metroxylon sagu Sagu Arecaceae
86 Michelia champaca Cempaka Magnoliaceaea
87 Mimusops elengii Tanjung Sapotaceae
88 Muntingia calabura Talok, cheri Tiliaceae
89 Myristica fragrans Pala Moraceae
90 Nephelium lappaceum Rambutan Sapindaceae
91 Nolina recurvata Nolina Agavaceae
92 Peronema canescnes Kayu sungkai Verbenaceae
93 Persea americana Alpukat Lauraceae
94 Pinanga kuhlii Pinang kuning Arecaceae
95 Pithecellobium dulca Asam landi Mimosaceae
96 Plumeria acuminata Kamboja Apocynaceae
97 Polyalthia longifolia Glodokan tiang Annonaceae
98 Polyscias fruticosa Kedondong laut Araliaceae
99 Pterocarpus indicus Angsana Leguminosae
100 Ravenala madagascariensis Pisang kipas Strelitziaceae
101 Roystonia regia Palem raja Palmae
102 Sabal megaparca Sabal Palmae/
Arecaceae
103 Saraca indica Asoka Caesalpiniaceae
104 Schefflera elliptica Walisongo pohon Aracaceae
105 Serenoa repens Palem serenoa Palmae
106 Spathodea campanulata Ki acret, tulip afrika Bignoniaceae
D. TANAMAN RAMBAT
1 Allamanda cathartica Alamanada Apocynaceae
2 Calamus sp. Rotan Arecaceae
3 Ficus repens Daun dolar Moraceae
4 Hedera helix Ivy Araceae
5 Mucuna bennetii Bunga api irian Papilonaceae
6 Stephanotis sp. stepanut Asplediaceae
(Sumber : Sulistyantara dkk, 2004)
Sedangkan pada perancangan roof garden RSCM ini menggunakan
tanaman-tanaman seperti pada Tabel 12.
76

Tabel 12. Tanaman yang Digunakan pada Roof Garden RSCM


No Nama Botani Nama Lokal Jenis
1 Agrotis canina Rumput Peking Grass/ rumput
2 Axonopus compressus Rumput gajah Grass/ rumput
3 Delonix regia Flamboyan Trees / Pohon
4 Samanea saman Trembesi Trees / Pohon
5 Melaleuca cajuputi Kayu putih Trees / Pohon
6 Michelia alba Cempaka Trees / Pohon
7 Tabebuia argantea Tabebuia Trees / Pohon
8 Plumeria rubra Kamboja putih kuning Trees / Pohon
Pada perancangan roof garden ini terdapat dua jenis pohon besar yang
digunakan OZ, yakni Flamboyan (Delonix regia) dan Trembesi (Samanea
saman). Berdasarkan referensi bahwa tanaman trembesi (Samanea saman) tidak
terdapat dalam list tanaman yang baik digunakan pada roof garden, untuk itu
tanaman ini sepertinya perlu digantikan dengan tanaman lain namun dengan
fungsi yang sama. Jenis tanaman yang bisa dijadikan alternatif pengganti pohon
tersebut antara lain pohon sapu tangan (Maniltoa grandiflora), tanaman ini bisa
memberikan teduhan bagi pengguna di roof garden tersebut. Namun bisa saja
tanaman tersebut digunakan namun dengan pemangkasan yang cukup intens untuk
membatasi ukuran tanaman. Pembatasan ukuran dewasa bagi pohon besar dapat
dilakukan sejak awal dengan cara pemangkasan (topping) secara teratur
(Sulistyantara dkk, 2004).
Gambar 3d (3d study) adalah salah satu syarat yang ada dalam melakukan
desain, pengerjaan gambar ini termasuk dalam tahapan pengembangan desain.
Gambar 3d ini menampilkan gambar yang terlihat secara tiga dimensi. Gambar ini
bertujuan untuk memberikan bayangan dari desain yang akan dibuat,
menampilkan bentuk, warna, struktur, dan letak-letak terwakilkan dengan adanya
gambar 3d ini. Berikut adalah Gambar 49, gambar tersebut menunjukkan ilustrasi
situasi secara 3 dimensi dari roof garden di RSCM.

Gambar 49. Gambar 3 Dimensi Roof Garden


(Sumber : Oemardi_Zain, 2011)
77

5.2.6 Pembuatan Gambar Kerja


Pembuatan gambar kerja merupakan tahap akhir pada proyek ini. Pada
tahap ini gambar yang dihasilkan berupa gambar-gambar konstruksi yaitu berupa
gambar kerja yang lengkap dan detil, beserta data penunjang lainnya yang siap
digunakan pada pelaksanaan pekerjaan di lapangan baik untuk komponen
hardscape maupun softscape yang telah disetujui dan siap untuk dilaksanakan.
Pada tahap gambar kerja ini, format kertas yang digunakan sama dengan
format kertas gambar pada tahap pengembangan desain, menggunakan kertas A3
(420x297 mm). Pada perancangan roof garden ini gambar kerja yang dihasilkan
berupa gambar-gambar seperti, detil bangku taman, detil perkerasan, detil shade
sail, lampu taman dan tempat sampah, detil playground, detil railing dan
timberdeck, detil reflexiology path, dan detil water feature.
Booth (1983), gambar-gambar konstruksi (Construction Drawings).
Dalam tahap ini desainer mempersiapkan gambar-gambar konstruksi. Gambar-
gambar tersebut yaitu gambar rencana layout, grading plan, rencana penanaman,
dan detail konstruksi dengan spesifikasinya. Semua gambar-gambar tersebut
dipersiapkan sebagai komunikasi bagaimana membangun semua elemen dalam
proyek. Dalam hal ini hanya terdapat perbedaan istilah yang digunakan oleh OZ
dengan menurut Booth (1983). OZ menggunakan istilah working drawing
sedangkan Booth menggunakan istilah Construction Drawings.
Berikut adalah gambar kerja pada segmen A, B, dan C. Pada gambar
tersebut menunjukkan dimensi dari material yang digunakan. Gambar ini berguna
sebagai acuan pada saat pelaksaan pembangunan taman. Gambar 50 menunjukkan
gambar kerja pada segmen A, gambar 51 menunjukkan gambar kerja pada segmen
B, dan gambar 52 menunjukkan gambar kerja atau working drawing pada segmen
C.
78

Gambar 50. Working Drawing Segmen A


(Sumber : Oemardi_Zain, 2011)
79

81
Gambar 51. Working Drawing Segmen B
(Sumber : Oemardi_Zain, 2011)
80

Gambar 52. Working Drawing Segmen C


(Sumber : Oemardi_Zain, 2011)
81
81

5.3 Kelebihan dan Kekurangan Vertical Garden serta Roof Garden

a. Penyerap Polutan
Bila dilihat dari kemampuan penyerapan polutan, sebenarnya lebih
mengacu kepada pemilihan jenis tanamannya, dalam hal ini jenis-jenis tanaman
yang maksimal dalam menyerap polutan. Bila memilih tanaman yang tepat pada
kedua taman ini akan memaksimalkan fungsinya untuk menyerap polutan dari
lingkungan.
Salah satu polutan yang ada di perkotaan dan tergolong gas rumah kaca
yang cukup besar kandungannya di lingkungan yakni CO2 sebesar 92%, NOx
sebesar 73,4%, dan SOx sebesar (26,5%) bersumber dari transportasi, selebihnya
dari industri, pemukiman dan sampah (Joga,2011).
Pada proyek perancangan vertical garden yang dikerjakan OZ, lokasi
bangunan dekat dengan jalan yang dilintasi banyak kendaraan bermotor, berjarak
sekitar 8,5 meter dari jalan. Dengan adanya vertical garden tersebut bisa berguna
sebagai filter udara, menyerap gas polutan dan gas rumah kaca yang bersumber
dari transportasi. Hal ini lebih efektif dibanding dengan roof garden yang ada di
RSCM, lokasi roof garden berjarak sekitar 18 meter dari jalan, selain itu
lokasinya berada pada lantai 5 dari gedung dengan ketinggian sekitar 18 meter
dari permukaan, dan jika ditarik garis diagonal berjarak sekitar 25,5meter.
Oleh karena itu, bila dilihat efektivitas dari kedua taman tersebut dalam
membantu menyerap gas rumah kaca (CO2, NOx, SOx, CFC), vertical garden
akan lebih menjadi rekomendasi perancangan. Dalam peletakan titik perancangan
lebih variatif, bisa diletakkan di tepi jalan, sebagai living wall bagi kantor atau
gedung dan maksimal untuk menyerap gas rumah kaca sekaligus polusi yang
bersumber dari transportasi, dan juga pada kolom-kolom jalan layang. Dengan
diserapnya gas tersebut akan mengurangi kadar gas rumah kaca di lingkungan,
sehingga dapat membantu mengurangi pemanasan global.
Perancangan vertical garden tidak hanya bisa diterapkan di luar ruangan,
namun juga bisa diterapkan di dalam ruangan (indoor), dengan keberadaan taman
ini di dalam ruang akan membantu meyerap polutan yang ada di dalam ruangan
sekaligus menambah nilai estetika bangunan, seperti terlihat pada Gambar 53.
82

Sumber : Penelusuran Google


Gambar 53. Vertical Garden (Indoor)

b. Reduksi Suhu Bangunan


Baik roof garden ataupun vertical garden bisa membantu menurunkan
suhu bangunan baik permukaan bangunan dan juga suhu dalam ruang bangunan.
Berikut adalah Tabel 13 menunjukkan perbandingan reduksi suhu ruangan oleh
vertical garden dan roof garden.
Tabel 13. Reduksi Suhu Bangunan
Vertical garden Roof garden
Reduksi suhu 10 oC 11-25 oC
permukaan
Reduksi suhu ruang 3-4 oC
(Tanpa pendingin)
(Sumber: Bell, 2004)
Dari literatur di atas dapat dilihat bahwa kemampuan roof garden dalam
mengurangi suhu permukaan bangunan lebih besar dibandingkan dengan vertical
garden. Namun, bila keduanya diterapkan bersamaan tentunya akan sangat
membantu mengurangi suhu bangunan.
Dari perancangan vertical garden di proyek ini, cara yang dilakukan untuk
menurunkan suhu baik permukaan bangunan ataupun suhu di dalam bangunan
adalah dengan menghalangi sinar matahari yang menuju ke dinding bangunan,
sedangkan pada roof garden di RSCM caranya adalah dengan menghalangi
jatuhnya sinar matahari ke atap bangunan. Terhalangnya sinar matahari adalah
karena adanya tanaman-tanaman ada pada bangunan. Sinar matahari sepanjang
hari lebih banyak jatuh pada atap bangunan, dengan adanya roof garden bisa
mengurangi konduksi panas melalui atap beton bangunan, sehingga panas
permukaan bangunan dan dalam ruang yang berada di lantai 4 gedung RSCM bisa
berkurang.
83

Berkurangnya suhu bangunan secara tidak langsung akan mengurangi


penggunaan mesin pendingin atau AC (Air Conditioner), dampak dari
berkurangnya penggunaan mesin pendingin adalah berkurangnya gas emisinya
yakni CFC (Chloro Fluoro Carbon). Gas ini merupakan gas rumah kaca yang
menyebabkan pemanasan global. Jadi, dengan adanya vertical garden dan roof
garden mampu mengurangi pemanasan global dengan mengurangi kadar gas
rumah kaca. Selain berkurangnya gas rumah kaca, adanya taman ini akan
memberikan udara segar walau berada di ketinggian.

c. Mereduksi Laju Runoff


Proses run off (aliran permukaan) adalah proses yang terjadi ketika hujan
mulai turun, sebagian aliran air mengalir dipermukaan (run off), sebagian tertahan
pada tanaman (intersep), dan sebagian lagi terserap ke dalam tanah (infiltrasi).
Menurut McDonagh (2006). Keberadaan roof garden ternyata mampu menahan
75% air dan 25% menjadi run off.
Dengan tertahannya air pada atap bangunan akan sangat berguna
mengurangi jumlah air yang mengalir di permukaan, secara tidak langsung akan
mengurangi genangan atau banjir. Selain itu, dengan tertahannya air pada roof
garden ini, air tersebut bisa dimanfaatkan oleh tanaman dan akan membantu
meningkatkan kelembaban udara pada ruang di lantai atas gedung RSCM.
Pada kasus ini vertical garden terutama pada dinding apartemen ini lebih
kepada mengurangi limpasan air hujan ke bangunan. Namun, perkembangan
teknologi saat ini menghasilkan sebuah inovasi vertical garden yang juga bisa
difungsikan menahan curah hujan, sehingga mengurangi aliran permukaan.
Gambar berikut merupakan perancangan vertical garden di Singapura (Gambar
54).

Sumber : Penelusuran Google

Gambar 54. Vertical Garden di Singapura


84

d. Mereduksi Angin
Untuk menghalangi atau mengurangi kecepatan angin yang bergerak
secara horizontal akan lebih maksimal dengan penghalang dengan bidang vertikal.
Oleh karena itu, vertical garden menjadi pilihan yang efektif untuk mereduksi
kecepatan angin.
Pada roof garden di RSCM bidang vertikal yang ada lebih kepada tegakan
pohon, yang memang tidak terlalu banyak disediakan dikarenakan daya dukung
atap yang juga terbatas. Namun, untuk mengurangi kecepatan angin yang berlebih
pada roof garden dibuat sebuah shelterbelts semacam pagar dengan dinding
berupa jaring-jaring kawat, dan pada dinding tersebut terkadang ditanami tanaman
merambat. Kecepatan angin besar yang kurang nyaman pada bangunan tinggi
dapat dikendalikan dengan shelterbelts (Lestari, 2008). Pada roof garden RSCM
tidak menggunakan shelterbelts dikarenakan kondisi angin sekitar bangunan tidak
terlalu besar. Ilustrasi gambar shelterbelts dapat dilihat pada gambar 55 berikut
ini.

Gambar 55. Shelterbelts


(Sumber : Lestari, 2008)

e. Struktur
Struktur pendukung dan juga jenis vertical garden yang lebih variatif
memberikan pilihan yang cukup banyak jika ingin diterapkan sesuai dengan
keinginan terutama bagi skala rumah tangga, pilihan membuat vertical garden
yang sederhana bisa dilakukan. Bisa menggunakan planter box seperti yang
dipergunakan pada perancangan vertical garden di apartemen, kemudian dengan
pot-pot tanaman yang disusun secara vertikal, atau dengan menggunakan
geotextile. Gambar 56 menunjukkan perancangan vertical garden dalam skala
rumah tangga dengan menggunakan bahan geotextile.
85

Gambar 56. Vertical Garden dengan Menggunakan Geotextile


(Sumber : Sujayanto, 2011)

Berbeda dengan perancangan roof garden dengan komponen dasar berupa


atap plat beton, dan komponen pendukung seperti lapisan waterproof,
pemasangan drainagecell, dan geotextile layer, membutuhkan pertimbangan
secara biaya dan juga pelaksanaannya yang diakukan oleh orang yang ahli. Dari
segi struktur, perancangan vertical garden lebih mudah dibandingkan dengan roof
garden, terutama bila diterapkan dalam skala rumah tangga.

f. Fungsi
Aktivitas manusia lebih banyak pada bidang horizontal, untuk
memfasilitasi aktivitas tersebut, taman atap bisa menjadi alternatif untuk
menambah ruang aktivitas bagi manusia, baik untuk interaksi sosial, bersantai,
bermain, hingga berolah raga asalkan dengan kekuatan yang mendukung. Selain
memberikan ruang untuk aktivitas tersebut, adanya roof garden bisa menambah
nilai ekonomi bangunan, taman ini bisa menjadi alternatif pilihan sebagai lokasi
untuk menanam tanaman buah ataupun sayuran, selain itu keberadaan taman atap
bila sesuai akan mampu memberikan ruang bagi beberapa satwa liar seperti
burung.
Pada roof garden di RSCM perancangannya memang lebih ditujukan
kepada penambahan ruang aktivitas, untuk kegiatan beristirahat, bersantai,
bermain, area terapi pasca operasi, dan juga interaksi sosial. Bila memungkinkan
dan sesuai dengan daya dukunganya adanya tanaman di roof garden di RSCM ini
bisa menjadi habitat satwa, dan menjadi salah satu elemen yang mensinergikan
ruang-ruang hijau lainnya di Jakarta.
Sedangkan pada vertical garden di apartemen tidak bisa menjadi alternatif
pilihan ruang aktivitas tambahan, karena lebih ditujukan sebagai display, namun
86

konsep taman ini juga bisa menjadi alternatif sebagai tempat untuk produksi
tanaman seperti sayur-sayuran.

g. Biaya
Dilihat dari komponen yang digunakan pada kedua taman ini, perancangan
roof garden RSCM membutuhkan biaya yang cukup besar dibanding vertical
garden. Dari persiapan plat beton sudah membutuhkan biaya yang cukup besar
ditambah lagi komponen pendukung lainnya seperti pemasangan lapisan
waterproof, drainagecell, dan geotextile layer. Namun, dengan mengeluarkan
biaya yang cukup besar ada keuntungan lain yang bisa didapat yakni penambahan
usia atap bangunan roof garden di RSCM. Green roof dapat melipatgandakan
kehidupan atap dari 15 tahun menjadi 30 tahun (Cutlip, 2006).
Menerapkan vertical garden bisa menggunakan komponen yang paling
sederhana yakni felt atau bisa juga dengan geotextile layer. Geotextile bisa
menggantikan kain felt (Harjanto dalam Sujayanto, 2011). Bisa juga dirancang
denga penyusunan planter box atau juga pot-pot tanaman.

h. Mengurangi Kebutuhan Pendingin Ruang


Mesin pendingin udara lebih dikenal dengan AC (Air Conditioner)
umumnya akan digunakan ketika suhu ruangan tidak nyaman atau terasa panas.
Keberadaan vertical garden dan roof garden mampu mengurangi suhu bangunan
sehingga mampu mengurangi penggunaan mesin pendingin sekaligus menurunkan
energi yang digunakan untuk mesin pendingin tersebut. Berikut adalah tabel
pengurangan penggunaan energi berdasarkan literatur (Tabel 14).
Tabel 14. Penurunan Penggunaan Energi untuk Pendingin
Vertical garden Roof garden
Besar penurunan 23 % 75%
(Sumber: Anonim, 2012)
Perancangan taman ini bila diterapkan baik di dinding apartemen dan atap
bangunan RSCM, akan cukup membantu mengurangi penggunaan AC,
berkurangnya penggunaan AC akan mengurangi penggunaan energi listrik yang
dialokasikan ke AC. Berkurangnya energi yang seharusnya digunakan untuk
mesin pendingin, akan menghemat biaya operasional baik di apartemen dan
87

RSCM. Selain itu pengurangan konsumsi energi tadi akan membantu mengurangi
emisi dari bahan bakar yang digunakan oleh PLN untuk menghasilkan energi
listrik, dikarenakan untuk menghasilkan energi listrik, PLN menggunakan bahan
bakar yang memberikan efek samping munculnya gas-gas sisa atau residu yang
tergolong gas rumah kaca.

i. Reduksi Kebisingan
Suara yang berlebihan tentunya akan sangat mengganggu terutama bagi
manusia. Untuk mengatasi hal tersebut, perancangan taman-taman yang menjadi
reduktor alami dari kebisingan mungkin akan lebih ramah lingkungan dibanding
dengan dinding-dinding masif. Selain mereduksi kebisingan adanya taman akan
memberikan pandangan visual yang lebih bagus. Salah satunya adalah vertical
garden, taman ini mampu menyerap suara sebesar 15 -24 desibel (Arifila 2009
dalam Binabid, 2010).
Pada roof garden di RSCM bidang vertikal yang bisa membantu menahan
kebisingan lebih banyak jenis pohon. Sedangkan pada perancangan vertical
garden di apartemen pola penanaman ditanam dengan cukup rapat yang diisi
tanaman jenis ground cover dan tanaman merambat. Kerapatan dan tekstur
tanaman tersebut cukup membantu mereduksi suara.

j. Pilihan Jenis Tanaman


Dari perancangan kedua taman ini, roof garden lebih unggul dibandingkan
vertical garden, pemilihan jenis tanaman pada roof garden lebih banyak, dari
rumput hingga pohon asalkan tanaman tersebut cukup adaptif terhadap intensitas
angin dan radiasi matahari yang cukup tinggi, sedangkan pada vertical garden
lebih terbatas karena media tanam yang juga memang terbatas. Menurut Nasrullah
dalam Sujayanto (2011) pada vertical garden jenisnya tidak terbatas, asal tidak
berkayu karena media memang terbatas.
Pada perancangan vertical garden di apartemen, jenis tanaman yang
digunakan adalah ground cover dan tanaman rambat. Sedangkan pada roof garden
yang di rancang OZ di RSCM menggunakan jenis tanaman rumput dan pohon.
Dengan area yang cukup luas, serta struktur bangunan yang mendukung, berbagai
88

jenis tanaman bisa digunakan asalkan tanaman tersebut cukup adaptif terhadap
angin dan radiasi matahari.

k. Sistem Drainase dan Irigasi


Untuk penyiraman menggunakan irrigation system atau dikenal dengan
irigasi tetes, air menetes di media tanam dekat tanaman tumbuh. Lama
penyiraman diprogram dengan pengatur waktu, jika ada air yang berlebih
ditampung dibagian bawah dari VGM (Syaiful dalam Sujayanto, 2011).
Penyiraman bisa dilakukan secara manual atau otomatis dengan
menggunakan sprinkler. Jika tanaman menggunakan bak-bak terpisah, cukup
gunakan penyiraman manual, dan jika roof garden berupa hamparan penggunaan
sprinkler akan lebih efektif dan menghemat waktu (Lestari, 2008).
Tabel 15. Sistem Drainase dan Irigasi
Sistem Vertical garden Roof garden
(Apartemen) (RSCM)
Drainase Pipa dibawah planter box Drainase permukaan,
Drainase resapan
Irigasi (Sprinkler) Irigasi manual
Berdasarkan sistem irigasi, vertical garden yang dirancang OZ
menggunakan sprinkler, penyiraman secara otomatis, dengan pengaturan waktu
tertentu. Hal ini juga akan mempermudah penyiraman dibandingkan dengan
menggunakan penyiraman manual, kesulitan dalam menjangkau dan juga
kebutuhan air dari tiap tanaman hampir sama akan lebih mudah dengan bantuan
mesin. Dengan menggunakan mini sprinkler yang ada di setiap planter box,
berguna membagi kebutuhan air ke seluruh media tanaman, sprinkler
dihubungkan dengan pipa yang tersambung ke sumber air. Drainase pada vertical
garden yang dibuat menggunakan drain net sejenis pipa yang mengalirkan
kelebihan air menuju pembuangan akhir.
Sedangkan untuk sistem penyiraman pada roof garden di RSCM yang
dirancang menggunakan penyiraman secara manual untuk penyiraman pada
tanaman jenis pohon. Sedangkan untuk penyiraman rumput menggunakan
sprinkler agar lebih efektif dan menghemat tenaga. Untuk sistem drainasenya
terdapat dua jenis yakni drainase resapan dan drainase permukaan.
90

BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan
Melalui kegitan magang di Oemardi_Zain Landscape Consultant
menambah pengetahuan mahasiwa dalam bidang perancangan, dari penerimaan
proyek, pengerjaan studio terkait dengan hal-hal teknis mendetil, hingga
kunjungan lapang. Peran setiap staf yang sangat baik membantu meningkatkan
kemampuan mahasiswa dalam produksi gambar di studio dan melalui kegiatan
magang ini secara khusus mahasiswa mengerti proses perancangan vertical
garden dan roof garden secara mendetil.
Pada perancangan vertical garden beberapa hal yang perlu diperhatikan
antara lain jenis konstruksi (pilaster/ kerangka besi) dan wadah media tanam
(vertical greening module, planter box, substrat, felt, geotextile), jenis tanaman,
media tanam yang ringan, sistem drainase dan irigasi, dan yang terpenting adalah
struktur pendukung yakni kekuatan bangunan yang telah diperhitungkan dengan
tepat untuk dapat menahan beban vertical garden.
Sedangkan pada roof garden, hal yang perlu diperhatikan antara lain,
konstruksi atap plat beton yang sudah memenuhi standar untuk perancangan roof
garden dengan tebal sekitar 15-20 cm dan kolom struktural pendukung yang kuat,
lapisan waterproofing (penahan rembesan air), drainage cell dan geotextile layer,
pemilihan tanaman yang adaptif terhadap angin dan radiasi yang cukup tinggi, dan
juga sistem drainase dan irigasi.
Kelebihan vertical garden diantaranya, lebih efektif dalam penyerapan
polutan, mereduksi angin, mereduksi kebisingan (15-24 db), biaya perancangan
yang lebih murah, menghalangi limpasan hujan ke dinding bangunan, dan
mampu mereduksi suhu ruangan sebesar 10 ° C.
Kelebihan roof garden diantaranya memberikan ruangan tambahan
(interaksi sosial, produksi, habitat satwa), menurunkan suhu permukaan (11-25
°C) dan suhu ruangan (3-4 °C), efektif mengurangi run off (75 % tertahan, 25 %
run off), lebih banyak pilihan jenis tanaman, mengurangi kebutuhan energi untuk
pendingin (75%), dan mampu menambah usia atap bangunan.
90

Dengan adanya vertical garden dan roof garden bisa menjadi alternatif
pilihan perancangan taman bagi owner yang memiliki lahan terbatas, menjadikan
gedung-gedung di perkotaan menjadi lebih hijau, mampu menciptakan iklim
mikro yang nyaman, dan keberadaan taman ini sangat membantu mengurangi gas
rumah kaca dan juga polusi terutama di Jakarta, gas yang menjadi penyebab
pemanasan global seperti CO2, CFC, NOx, SOx, dan CH4 yang berada di udara
dapat direduksi oleh tanaman-tanaman pada taman ini, sehingga dengan adanya
perancangan vertical garden ataupun roof garden ini bisa menjadi salah satu
strategi mengurangi dampak pemanasan global.

6.2 Saran
Kegiatan magang perlu terus dilakukan, agar mahasiswa dapat
meningkatkan kemampuan dalam perancangan di bidang arsitektur lanskap,
memperoleh pengalaman tambahan mengenai dunia kerja profesi arsitektur
lanskap, dengan kegiatan magang ini terjalin hubungan yang baik antara
departemen Arsitektur Lanskap IPB dengan tempat magang dalam hal ini
Oemardi_Zain Landscape Consultant. Bagi konsultan perancangan, konsultan
perencanaan, kontraktor, pengembang, owner, sebaiknya konsep-konsep ekologi
bisa menjadi masukan untuk dijadikan bahan pertimbangan dalam setiap proses
pembangunan.
Peningkatan jumlah perancangan vertical garden dan roof garden di kota-
kota besar seperti Jakarta untuk meningkatkan kualitas lingkungan. Perlunya
dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai fungsi-fungsi ekologis (suhu, radiasi,
kebisingan, penyerapan gas polutan) dari vertical garden dan roof garden ini,
sehingga bisa menjadi pertimbangan ataupun bahan pembelajaran bagi kalangan
akademisi dan juga bagi pihak-pihak terkait dalam melakukan perancangan taman
ini.
91

DAFTAR PUSTAKA

Andayani dkk. 2012. Tanaman Hias Potensial Penyerap Polutan. Jakarta:


Direktorat Budidaya dan Pasca Panen Flotikultura.

Anonim. 2011. Media Tanam. [terhubung berkala].


http://www.kebonkembang.com/. [11 Oktober 2011].

Anonim. 2012. Evaluating Rooftop and Vertical Garden. [terhubung berkala].


http://www.verticalplantscapes.co.za/Evaluating_Rooftop_and_Vertical_G
ardens.html. [3 Oktober 2012].

Anonim. 2012. Ragam Media Tanam. [terhubung berkala].


http://www.kebonkembang.com/panduan-dan-tip-rubrik-35-145-ragam-
media-tanam.html. [ 15 Juni 2012].

Bell, Ryan. 2004. Green Roofs. [terhubung berkala].


http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=Green+Roofs+Compendium&
source. [2 Oktober 2012]

Binabid, Jamil. 2010. Vertical GardenThe Study of vertical Gardens and Their
Benefits for Low-Rise Buildings in Moderate and Hot Climates.
[terhubung berkala]. http://digitallibrary.usc.edu/assetserver/
controller/item/etd-BINABID-3683.pdf. [2 Oktober 2012]

Blanc, Patrick. 2008. The Vertical Gardens : From Nature to The City. New York
: Micheal Lafon Publishing

Booth, N.K. 1983. Basic Elements of Landscape Architectural Design. New


York:Ohio State University.

Christensen, A. J. 2005. Dictionary of Landscape Architecture and Construction.


New York: McGraw Hill-Hill Companies, Inc.

Crow, S. 1981. Garden Design Second Edition. Minnesota: Packard Publishing.

Cutlip, Jamie. 2006. Sustainability and The Built Environment. [terhubung


berkala]. http://extension.ucdavis.edu/unit/green_building_and_sustaina-
bility/pdf/resources/green_roof.pdf. [3 Oktober 2012]

Eckbo, Garret. 1964. Urban Landscape Design. United States of America:


McGraw-Hill, Inc.

Fauzi, Fahmi. 2012. Perancangan Verical Greenery di PT Envirospace


Consultant Indonesi. Skripsi. Departemen Arsitektur Lanskap. Fakultas
Pertanian. IPB. Bogor.
92

Gold, S. M. 1980. Recreation Planing and Design. New York: McGraw-Hill


Book Company.

Hannebaum, Leroy. 2002. Landscape Design A Practical Approach Fifth Edition.


New Jersey : Pearson Educations, Inc.

Heinz Frick & Pujo L. Setiawan. 2002. Seri Kontruksi Arsitektur 5, Ilmu
Konstruksi Perlengkapan dan Utilitas Bangunan. Yogyakarta : Kanisius.

Ingles, Jack E. 2004. Landscaping Principles & Practices 6th Edition.New York:
Delmar Learning, Inc.Thomson LearningTM .

Joga, Nirwono dan Ismaun, Iwan. 2011. RTH 30% Resolusi Kota Hijau. Jakarta:
PT Gramedia Pustaka Utama.

Karyono, Tri Harso. 2010. Green Architecture Resolusi (Kota) Hijau. Jakarta : PT
Rajagrafindo Persada.

Laurie, M. 1986. Pengantar Arsitektur Pertamanan (Terjemahan). Bandung :


Intemetra.

Lestari, G. dan Kencana, I. P. 2008. Galeri Tanaman Hias Lanskap. Jakarta :


Penebar swadaya.

Lestari, Garsinia. 2008. Taman Atap. Jakarta : PT Prima Infosarana Media.

Margaretha, P. 2007. Studi Hubungan Antara Kondisi Iklim Mikro dan Persepsi
Pengunjung Terhadap Kenyamanan Termal. Studi Kasus di Taman Mini
Indonesia lndah Jakarta. Skripsi. Departemen Arsitektur Lanskap.
Fakultas Pertanian. IPB. Bogor.

McDonagh, L. P. 2006. Benefit of Green Roofs. [terhubung berkala].


http://www.informedesign.org/_news/aug_v04r-p.pdf. [2 Oktober 2012]

Morrow, B. H. 1988. A Dictionary of Landscape Architecture. Mexico :


University of New Mexico Press.

Noviandi, T. U. J. 2011. Desain Taman Vertikal pada Kluster Pine Forest, Sentul
City, Bogor. Skripsi. Departemen Arsitektur Lanskap. Fakultas Pertanian.
IPB. Bogor.

Papiliya, J. F. 2012. Arsitektur Lansekap. [terhubung berkala].


http://smartlandscape.blogspot.com/. [16 Juni 2012]

Reid, Grant W. 2001. From Concept to Form in Landscape Design. International


Thomson Publishing. United States of America.

Simonds, J. O. dan Barry W. Starke. 2006. Landscape Architecture Fourth


Edition: A manual of Environment Planning and Design. New York:
McGraw-Hill Companies, Inc.
93

Soemarwoto, otto. 1991. Indonesia dalam Kancah Isu Lingkungan Global.


Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Sujayanto, G. 2011. 100 Ide Vertical Garden Outdoor dan Indoor. Jakarta : PT
samindra Utama/ CV Prima Grafika.

Sulistyantara, Bambang dan Siswanto, Sukaton. 2004. Panduan Rancang Bangun


Roof garden. Jakarta: Suku Dinas Pertamanan.

Tecta Green. 2010. Benefit of A Green Roof Systems [Terhubung Berkala]:


http://www.greenroof.com/green-roof-benefits. [Januari 2010]

Wibowo, Ari 2012. Proses Pengeboran. [terhubung berkala].


http://bengkellasnarada.blogspot.com/p/hubungi-kami.html. [Juni 2012].
102

LAMPIRAN
102

Lampiran 1. Saluran Drainase dan Irigasi Roof Garden RSCM (1)

95
(Sumber : Oemardi_Zain, 2011)
102

Lampiran 2. Saluran Drainase dan Irigasi Roof Garden RSCM (2)

96
(Sumber : Oemardi_Zain, 2011)
102

Lampiran 3. Saluran Drainase dan Irigasi Roof Garden RSCM (3)

97
(Sumber : Oemardi_Zain, 2011)
102

Lampiran 4. Proyek yang Pernah Diikuti Selama Magang (1)

Proyek Menteng Park / Working Drawing

Skala 1:200

Skala 1:200

98
(Sumber : Oemardi_Zain, 2011. Digambar oleh : Wiguna, 2011)
102

Lampiran 5. Proyek yang Pernah Diikuti Selama Magang (2)


Proyek Menteng Park / Working Drawing

Skala 1:80 Skala 1:80

99
Skala 1:40 Skala 1:40

(Sumber : Oemardi_Zain, 2011. Digambar oleh : Wiguna, 2011)


102

Lampiran 6. Proyek yang Pernah Diikuti Selama Magang (3)


Proyek Menteng Park / 3d

(Sumber : Oemardi_Zain, 2011. Digambar oleh : Wiguna, 2011)

100
102

Lampiran 7. Proyek yang Pernah Diikuti Selama Magang (4)


Jakarta Garden City/ Potongan

101
1:500

(Sumber : Oemardi_Zain, 2011. Digambar oleh : Wiguna, 2011)


102

Lampiran 7. Penilaian Hasil Magang

Anda mungkin juga menyukai