Anda di halaman 1dari 4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

2.11 Pengertian pelatihan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pelatihan berasal dari kata dasar

Latih yang berarti belajar dan membiasakan diri agar mampu (dapat) melakukan

sesuatu. Kata pelatihan merupakan kata yang mendapat awalan pe- dan akhiran

-an yang dalam Bahasa Indonesia berarti proses, cara, perbuatan melatih, kegiatan

atau pekerjaan melatih. Adapun istilah pelatihan memiliki beberapa persamaan

yang dalam Bahasa Inggris disebut training.

Menurut Bernardin dan Russell, “Training is defined as any attempt to

improve employed performance on a currently held job or one related to it. This

usually means changes in spesific knowledges, skills, attitudes, or behaviors. To

be effective, training should involve a learning experience, be a planned

organizational activity, and be designed in response to identified needs”.

Ini berarti bahwa pelatihan didefinisikan sebagai berbagai usaha

pengenalan untuk mengembangkan kinerja tenaga kerja pada pekerjaan yang

dipikulnya atau juga sesuatu berkaitan dengan pekerjaannya. Hal ini biasanya

berarti melakukan perubahan perilaku, sikap, keahlian, dan pengetahuan yang

khusus atau spesifik. Cara agar pelatihan menjadi efektif maka di dalam pelatihan

harus mencakup suatu pembelajaraan atas pengalaman-pengalaman, pelatihan

harus menjadi kegiatan keorganisasian yang direncanakan dan dirancang di dalam

menanggapi kebutuhan-kebutuhan yang teridentifikasi.


kebutuhan pelatihan kebutuhan pelatihan, didefinisikan sebagai suatu

proses pengumpulan data dalam rangka mengidentifikasi bidang-bidang atau

faktor-faktor apa saja yang perlu diperbaiki atau ditingkatkan agar tujuan

pelatihan tercapai. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk memperoleh data akurat

tentang apakah ada kebutuhan untuk menyelenggarakan pelatihan. Veithzal Rifai

(2004) mendefinisikan kebutuhan pelatihan “adalah untuk memenuhi kekurangan

pengetahuan, meningkatkan keterampilan atau sikap dengan masing-masing kadar

yang bervariasi”. Sementara Suryana Sumantri (2005) mendefinisikan ”kebutuhan

pelatihan merupakan keadaan dimana terdapat kesenjangan antara keadaan yang

diinginkan dengan keadaan nyata”.

Secara garis besar dapat dikatakan bahwa kebutuhan pelatihan adalah

selisih/gap antara pengetahuan, sikap dan keterampilan yang diharapkan/diminta

dengan pengetahuan, sikap dan keterampilan yang telah dimiliki oleh seseorang

atau lembaga serta selisih/gap antara kondisi yang diminta dengan kondisi yang

telah dicapai. Dengan analisa ini, maka akan diketahui adanya "gap" dari

kebutuhan. Gap inilah yang menjadi dasar ditetapkannya program pelatihan.

Artinya, pelatihan yang dilakukan didasarkan pada kebutuhan bukan pada

pemenuhan semata adanya pelatihan. Proses pelatihan akan berjalan lebih optima

jika diawali dengan analisa kebutuhan pelatihan yang tepat.

2.2 Teori yang akan digunakan

Menurut aguinis & kraiger, wexley (dalam McKenna 2012) Penilaian

kebutuhan dapat dipertimbangkan pada tiga tingkat analisis yaitu, Analysis

Organization, Analysis Taks, Analysis Taks.Analysis Organization tujuan organisasi,

terutama pengaplikasian mereka, ini memungkinkan untuk mengidentifikasi hambatan


dalam prestasi mereka serta cara untuk mengeksplorasi. Analysis Taks berfokus pada

tujuan dan hasil dari tugas yang dilaksanakan oleh para tenaga kerja. Person Analysis

Proses penilaian kebutuhan ini menempatkan pada karyawan yang membutuhkan

pelatihan, serta jenis pelatihan yang dibutuhkan.

2.3 Definisi Konseptual

Analisis kebutuhan pelatihan akan mencerminkan keadaan yang sesungguhnya

yang dihadapi oleh para calon peserta pelatihan dalam melaksanakan tugasnya, jika

dibandingjkan dengan sesuatu yang menjadi standar.

  Dalam menganalisis kebutuhan pelatihan dicoba dibandingkan antara hasil

pekerjaan (kinerja) sekarang yang sedang mereka kerjakan dengan apa yang

diinginkan (kinerja yang diharapkan) sesuai dalam standar operasi yang telah

ditetapkan.

2.4 Definisi Operasional

Definisi Operasional

Training Need Analysis adalah suatu proses membandingkan kemampuan individu

dengan standar operasional kerja untuk menghasilkan kebutuhan pelatihan yang

sebenarnya. TNA memiliki berbagai fungsi yang meliputi:

1. Mengumpulkan informasi kemampuan keterampilan, pengetahuan dan

sikap.

2. Mengumpulkan tentang uraian kerja dan uraian kerja yang sebenarnya.

3. Mendefenisikan/menetapkan secara terperinci manfaat kemampuan yang

sebenarnya.
4. Mengembangkan dukungan dengan melibatkan pengambil keputusan.

5. Menyediakan data untuk perencanaan.

6. Performance Problem

7. New sistem   and   technology

8. Automatic and habitual training

2.5 Indikator Penerapan Teori

Terdapat beberapa indikator dalam melihat baiknya penerapan analisa proses

pelatihan melalui Training Need Analysis. Berikut adalah indikator yang dibuat oleh

penyusun:

Anda mungkin juga menyukai